Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mulia Sari Dewi
"Teori Goals orientation menjelaskan kinerja dan proses belajar anak dalam tugas-tugas akademik dan lingkungan sekolah (Pintrich, 1996). Lebih lanjut lagi i^oal orientation menjelaskan alasan-alasan mengapa siswa berusaha untuk mencapai prestasi akademis (Ames, 1992; Dweck & Legget, 1998; Nicholls 1984 dalam Wentzel 1998). Para ahli goal orientation menemukan dua tipe goal yang diadopsi siswa yang dapat mempengaruhi pelibatan siswa dalam tugas yaitu fask-invoh ed orientation dan ego-involved orientation (Nicholls, 1984 dalam Pintrich, 1996) yang memiliki perbedaan dalam memandang kemampuan dan usaha. Siswa yang mengadopsi task-involved oriental ion adalah yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi atau sukses Nan berasal dari proses belajar melalui minat terhadap pengembangan keterampilan baru, penguasaan terhadap tugas, perbaikan kemampuan dan kinerja-dan menjadikan kemajuan diri sendiri sebagai acuan kesuksesan. Sedangkan siswa yang mengadopsi ego-involved orientation memiliki keinginan mencapai sukses yang berasal dari penilaian orang lain terhadap hasil/performansi pada tugas, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil/performansi yang tinggi disebabkan oleh kemampuan yang tinggi juga. Dilain pihak kesulitan atau kegagalan adalah hal yang biasa ditemui ketika mempeiajari sesuatu terutama peiajaran matematika. Namun sering kali terjadi bila individu mengalami kegagalan yang berulang-ulang terjadi perubahan performansi berupa kinerja- yang memburuk yang disebabkan oleh keyakinan bahwa hasil yang diperoleh tidak ada hubungannya dengan usaha melainkan dipengaruhi oleh faktor diluarnya, individu yang demikian dikatakan mengalami learned helpless (Diener & Dweck, 1978 dalam Hokoda & Fincham, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua tipe goal orienfation dengan pola motivasi learned helplessness. Elliot dan Dweck (1988 dalam Hokoda &. Fincham) menyebutkan bahwa anak-anak yang berpola motivasi helpless memiliki ego-involved orienia/ion, sedangkan anak-anak dengan pola motivasi mastery-oriented memiliki task-involved orientation. Maka dapat ditegakan hipotesis bahwa taskinvolved berhubungan negatif dan sigifikan dengan learned helplessness sedangkan ego-involved berhubungan positif yang signifikan dengan learned helplessness. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap siswa kelas 1 SMP Al-Izhar, Jakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner goal orientation dan kuesioner learned helplessness pada pelajaran matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson's Product Moment. Dari hasil perhitungan ditemukan bahwa task-involved orientation berhubungan negatif yang signifikan dengan learned helplessness (r=-0,462 los 0,05), sedangkan ego-involved tidak berhubungan secara signifikan dengan learned helplessness.
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi task-involved orientation kecenderungan helpless dalam pelajaran matematika semakin rendah. Karena perhitungan tidak dapat menunjukkan hubungan yang signifikan dengan learned helplessness peneliti menduga hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang homogen dan tambahan pula pengujian validitas instrumen goal orientation belum pernah diteliti menggunakan kriterion eksternal. Sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian berasal dari berbagai sekolah agar diperoleh sampel yang heterogen, karena diduga latar belakang sekolah, faktor keluarga dan perlakuan guru mempengaruhi goal orientation. Untuk penelitian selanjutnya dapat berupa pengujian validitas instrumen goal orientation menggunakan kriterion eksternal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Monika Iyana
"Agar siswa dapat mencapai potensi maksimalnya, proses pembelajaran harus berpusat pada anak didik. Pembelajaran yang berpusat pada anak didik berarti pendidikan yang memperhatikan keseluruhan dari aspek anak didik, yang berarti aspek kognitif, fisik, sosial, dan emosional, dan memperhatikan perbedaan individu anak didiknya.
Pembelajaran inteligensi majemuk merupakan salah satu bentuk upaya pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Gardner (1983) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan dasar yang saling berinteraksi dalam kadar yang berbeda-beda pada setiap manusia. Teori ini kemudian memberikan pemahaman bahwa dikarenakan setiap manusia memiliki aspek inteligensi yang berbeda-beda maka setiap individu tentunya mempunyai cara beiajar yang berbeda. Kedelapan .inteligensi yang diajukan oleh Gardner tersebut adalah inteligensi linguistik-verbal, inteligensi logis-matematis, inteligensi spasial-visual, inteligensi ritmik-musik, inteligensi kinestetik, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, dan inteligensi naturalis.
Pada penelitian ini, kedelapan inteligensi tersebut dilihat dalam bentuk profil. Profil yang dimaksud adalah gambaran umum dari inteligensi majemuk siswa yang diperoleh melalui instrumen panel itian yang bernama NIICY (Multiple Intelligences Checklist for Youngsters (grades 2-4)). A]at ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa self-report dengan gaya Likert skala 4 yang terdiri dari delapan kategori inteligensi majemuk.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan dari inteligensi majemuk pada pencapaian akademik siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan desain non-eksperimental.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas 2-3 sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional kongkret (N= 78).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensi linguistik-verbal menyumbang secara positif dan signifikan kepada pencapaian akademik pada pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 7,3% (Ian pada pelajaran Matematika sebesar 7.6%. Hal ini menwijukkan bahwa siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope® Indonesia - TB. Simatupang menggunakan inteligensi linguistik-verbalnya untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. PeneIitian ini belum dapat membuktikan bahwa kedelapan inteligensi bekerja secara bersama-sama dalam mempelajari Bahasa Indonesia dan Matematika.
Saran yang diajukan untuk penelitian lebih lanjut adalah: (1) menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan profil inteligensi majemuk secara lebih komprehensif, (2) menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat inteligensi majemuk yang unik dan individual (3) meningkatkan .reliabilitas alat ukur MICY dengan cara menambah item, memperbaiki susunan kalimat dan pilihan kata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fithri Rosalia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ain Rahmiati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah atribusi berperan sebagai mediator dalam hubungan persepsi siswa terhadap penilaian guru dengan self-efficacy siswa dalam pelajaran matematika. Terdapat empat penyebab dalam atribusi yang akan dilihat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan, usaha, keberuntungan, dan derajat kesulitan tugas. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari persepsi siswa terhadap penilaian guru, atribusi, dan self-efficacy dalam pelajaran matematika. Kuesioner diisi oleh 330 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7 tiga SMP Negeri di Pontianak dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribusi siswa pada kemampuan dan usaha pada saat sukses, serta kemampuan saat gagal berperan sebagai partial mediator dalam hubungan persepsi siswa terhadap penilaian guru dengan self-efficacy siswa dalam pelajaran matematika. Hal ini menunjukkan pentingnya pembentukan atribusi yang adaptif untuk meningkatkan self-efficacy siswa.

The aim of this study is to explore the role of attribution as mediator in the relationship between student's perception of teacher ability evaluation and self-efficacy in mathematics. The causes stem from four attribution categories, namely ability, effort, luck, and task difficulty. The data was collected through self-report questionnaire about student's perception of teacher ability evaluation, self-efficacy in mathematics, and causal ascription for success and failure. The questionnaire is filled by 330 of 7th-grade Junior High School students from three Public Junior High Schools in Pontianak.
Results show that the effect of student's perception of teacher ability evaluation on self-efficacy in mathematics was mediated partially by the ability attribution of success, effort attribution of success and ability attribution of failure. The results indicate the the important role of adaptive attribution to increase self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avecienna
"ABSTRAK
Rendahnya mutu dan prestasi belajar matematika, yang mempakan
mata pelajaian yang sangat penting untuk masa depan siswa terutama siswa
sekolah dasar, merupakan raasalah yang dihadapi berbagai pihak, karena
matematika berperan untuk melatih aspek-aspek beipikir yang juga
digunakan dalam berbagai mata pelajaran lainnya. Penelitian yang
dilakukan Miller dkk. (1996) pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
matematika menemukan beberapa jenis orientasi tujuan akademik (OTA)
yang mempunyai hubungan dengan prestasi belajai- matematika. Menmnt
mereka pengadopsian jenis OTA tertentu memungkinkan teijadi tidaknya
proses belajar matematika yang optimal.
Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian Miller ini pada
budaya dan sampel yang berbeda yaitu pada murid-murid sekolah dasar di
Indonesia. Penelitian dilakukan pada 109 siswa SD I dan SD 11 Yasporbi
Jakaita Selatan untuk menguji kembali hubungan antara pengadopsian
jenis-jenis OTA dengan prestasi belajar matematika mereka. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.
InstTumen yang digunakan pada penelitian ini kiiesioner OTA yang
mempakan hasil modifikasi dari alat Survey toward Mathemaiic dari Miller
dkk. (1996).sedangkan untuk pengukuran prestasi matematika digunakan
nilai rapor siswa tiga caturwulan terakhir yang dijadikan skor skala
{standarl score). Untuk pengolahan data digunakan teknik statistik pariial
correlation dengan kovarian rctw score Raven's Standard Progressive
Matrices untuk mengontrol intelegensi. Penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian
Miller dkk. (1996) yang menyatakan bahwa jenis OTA future
consequences, OTA learning goals dan OTA performance goals
mempunyai hubungan bermakna positif dengan prestasi belajar
maatematika siswa. Hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa jenis
OTA future consequences goals, learning goals, dan pleasing the family
goals tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar
matematika. Sedangkan jenis OTA performance goals dan OTA pleasing
the teacher mempunyai hubungan yang bermakna secaia berlawanan
(negatif) dengan prestasi belajar matematika."
1999
S2586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rini Lutanida
"Berbeda dari pendekatan tradisional yang selama ini cenderung mengutamakan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan siswa seraata, menurut perspektif konstruktivisme sasaran utama dari sistem pengajaran di sekolah lebih difokuskan pada hal-hal afektif seperti learning how to learn dan juga untuk mengembangkan kreativitas dan potensi manusia. Oleh sebab itu yang lebih diutamakan dari proses belajar adalah mengembangkan aspek-aspek yang ada didalam diri individu. Ide yang ingin disampaikan oleh pendekatan ini ialah anak sebagai seorang pelajar atau siswa seharusnya mampu mengarahkan pendidikan bagi dirinya sendiri. Pandangan ini mensyaratkan agar siswa dapat lebih aktif berperan dalam proses belajaraya, ungkapan ini dikenal dengan istilah self-regulated learning. Salah satu ciri yang dimiliki seorang self-regulated learner ialah siswa tersebut lebih mengandalkan penggunaan metode belajar yang terencana dan otomatis atau sering disebut strategi belajar.
Dalam kegiatan belajar akademis, self-regulation siswa dapat diamati melalui berbagai strategi belajar yang digunakannya saat menghadapi tugas. Strategi belajar adalah proses yang diarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan atau informasi. Tindakan ini dipersepikan oleh siswa sebagai alat dan juga perantara dalam mencapai tujuan belajar. Prinsip ini menjadi latar belakang penelitian yang secara umum diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku self-regulated siswa.
Temuan para ahli mendukung diungkapkannya hubungan antara kineija akademis siswa dengan peran aktifhya dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi, dan perilakunya sewaktu belajar. Dengan demikian tampak bahwa ada peibedaan individu dalam mengaktualisasikan keterampilan belajar tersebut. Siswa yang aktif mengarahkan diri sendiri akan mampu mengoptimalkan hasil belajamya atau sering dikatakan sebagai prestasi akademis. Dengan perkataan lain model self-regulated learning ini identik dengan siswa-siswa yang berprestasi {high achievers). Kelebihan yang dimiliki oleh kelompok siswa ini diantaranya, mereka mempunyai tujuan belajar yang lebih spesifik dan lebih mampu menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai utuk memenuhi harapannya tersebut. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran penggunaan strategi self-regulated learning pada kelompok siswa yang berpotensi tinggi (unggul) dengan siswa yang berpotensi lebih rendah. Penelitian ini diarahkan untuk nienggali perbedaan penggunaan strategi belajar diantara dua kelompok siswa tersebut. Sampel yang digunakan adalah siswa sekolah pada SMUN unggulan dan siswa sekolah SMUN non-unggulan di DKI Jakarta.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner SRLIS-Q. Alat ukur yang ikembangkan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) ini dirancang untuk menggali strategi-strategi self-regulated learning yang digunakan siswa sekolah dalam kegiatan belajamya. Studi ini melibatkan 73 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 37 orang subyek yang berasal dari SMUN unggulan dan 36 orang subyek yang berasal dari SMUN non-unggulan.
Berdasarkan respon yang terkumpul dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan range penggunaan strategi diantara kelompok siswa unggulan dan kelompok siswa non-unggulan tidak jauh berbeda.Urutan strategi yang paling sering digunakan oleh masing-masing kelompok siswa memperlihatkan pola yang berbeda. Berdasarkan basil penelitian ditemukan ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan dua macam strategi. Satu diantaranya menunjukkan bahwa kelompok siswa unggulan lebih sering menggunakan strategi "writing outline/darft", hal ini menunjukkan upaya siwa untuk meningkatkan basil belajar dengan mengatur kembali materi pelajaran baik secara overt maupun covert. Proses ini berfimgsi untuk mengoptimalkan proses metakognitif siswa. Perbedaan signifikan lainnya adalah pada penggunaan strategi "seeking information", hal ini mengindikasikan bahwa kelompok siswa unggulan lebih berinisiatif untuk mencari informasi yang berasal dari sumber nonsosial seperti perpustakaan dan media massa. Data basil penelitian menunjukkan bahwa tipe strategi yang paling sering dan konsisten digunakan oleh kedua kelompok subyek adalah sama yaitu strategi "seeking peer assisstance". Dengan cara ini berarti siswa tersebut berupaya untuk mengoptimalkan lingkungan belajamya, dapat dikatakan teman mempakan sumber utama yang paling diandalkan sebagai dukungan sosial dibandingkan guru atau orang-orang terdekat lainnya.
Menyimak basil yang diperoleh dari penelitian ini, kelompok siswa yang sering diasumsikan sebagai siswa berprestasi (unggulan) cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi pada sebagian besar kategori strategi yang ada. Temuan ini mengindikasikan bahwa siswa dengan prestasi yang lebih rendah kurang memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi belajar secara selektif. Faktor lain yang diduga juga turut mempengaruhi berkaitan dengan motivasi siswa, diasumsikan bahwa untuk meraih prestasi tidak cukup hanya mengandalkan aktualisasi strategi kognitif saja tetapi siswa juga harus termotivasi untuk menggunakan strategi tersebut. Teori sosial kognitif mendukung penjelasan ini dengan uraiannya tentang self-efficacy sebagai faktor kunci yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut disarankan perlu penelitian lanjutan yang membahas selfefficacy subyek sebagai faktor lain diluar kemampuan yang juga memberi andil dalam menentukan keberhasilan seorang siswa.
Mengingat besarnya pengaruh self-regulative knowledge dalam efektivitas penggunaan strategi maka dibutuhkan suasana akademis yang baik didalam kelas, misalnya dengan mengadakan latihan-latihan tertentu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan belajar ini sangat dibutuhkan agar nantinya siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang lebih sulit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti di universitas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling dan motivasi berprestasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Penelitian menggunakan desain treatment by level 2X2 menggunakan analisis data ANAVA dan Turkey. Kesimpulan penelitian : 1) Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang diberi layanan konseling individu dan kelompok, 2) Terdapat interaksi antara layanan konseling dengan motivasi dengan motivasi berprestasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika, 3) Hasil belajar matematika dengan layanan konseling individu lebih tinggi daripada konseling kelompok, 4) Hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi belajar siswa rendah yang diberi layanan konseling individu lebih rendah daripada layanan konseling kelompok."
JURPEND 14:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Desmaliza
"Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang tidak hanya berkembang di daerah pedesaan namun juga telah berkembang cukup fenomenal di daerah perkotaan. Tak mengherankan bila pesantren menjadi alternatif lembaga pendidikan yang banyak dipilih orang tua untuk anaknya agar dapat mempelajari ilmu agama sekaligus ilmu umum. Pendidikan di pesantren tak terlepas dan prestasi belajar santri sebagai ukuran keberhasilan selama beberapa periode tertentu belajar di pesantren. Kenyataannya, prestasi belajar santri secara umum belum memadai. Padahal, bila dilihat dari kondisi pesantren, maka seharusnya lingkungan pesantren sangat menunjang dalam membantu santri untuk berprestasi lebih baik. Karena itu, faktor iklim sekolah penting diteliti guna melihat lebih jauh hubungannya dengan peningkatan dan penurunan prestasi belajar santri di pesantren. Adapun self efficacy sebagai faktor internal juga dianggap penting karena merupakan mediasi pada diri santri untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) membuktikan apakah iklim sekolah sebagai faktor eksternal santri berhubungan dengan prestasi belajar santri di pesantren, 2) membuktikan apakah self-efficacy sebagai faktor internal santri berhubungan dengan prestasi belajar santri di pesantren dan 3) membuktikan bahwa apakah iklim sekolah dan self efcacy santri secara bersama-sama berhubungan dengan prestasi belajar santri di pesantren, serta 4) membuktikan apakah ada perbedaan prestasi belajar santri, iklim sekolah dan self efficacy antara santri putra dan santri putri.
Penelitian ini dilakukan terhadap 141 orang santri putra dan santri putri kelas II Tsanawiyah di pesantren Darunnajah. Alat ukur yang digunakan adalah skala iklim sekolah yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi afektif iklim sekolah dari Pintrich dan Schunk (1996). Skala self-efficacy disusun berdasarkan sumber-sumber self-efficacy dari Bandura (1986). Sementara prestasi belajar santri dilihat berdasarkan nilai raport Tsanawiyah kelas II semester tiga. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik korelasi parsial, multiple regression dengan metode backward dan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua dari tiga dimensi iklim sekolah yaitu dimensi a sense of community and belongingness dan warmth and civility in personal relations memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar santri, sementara dimensi feelings of safety and security temyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar santri di pesantren. Selain itu, dimensi warmth and civility in personal relations memiliki hubungan yang signifikan namun negatif dengan prestasi belajar santri. Pada dimensi self efficacy, dimensi kinerja yang dicapai (enactive attainment) dan dimensi keadaan fisiologis (physiological state) ditemukan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar santri, sedangkan dimensi pengalaman orang lain (vicarious experience) ternyata memiliki hubungan yang negatif namun signifikan dengan prestasi belajar santri. Pada dimensi persuasi verbal (verbal persuasion) ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar santri. Dengan demikian, tidak semua variabel iklim sekolah dan self-efficacy secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar santri. Antara santri putra dan santri putri juga ditemukan perbedaan prestasi belajar dan iklim sekolahnya sedangkan pada self efficacy tidak ditemukan perbedaan sama sekali antara santri putra dan santri putri.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan untuk melakukan penelitian yang melibatkan subyek dari beberapa pesantren agar hasilnya dapat digeneralisir untuk populasi yang lebih luas. Saran utama yang diajukan kepada pengelola pesantren adalah memberikan perhatian pada penciptaan iklim sekolah yang positif dan membantu santri meningkatkan self-efficacy-nya guna mendorong meningkatnya prestasi belajar santri di pesantren."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Mukti
2004
S3355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>