Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Dian Utami
"Saat ini perkembangan telepon selular semakin pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Berbagai macam produk telepon selular yang terdiri dari bermacam-macam tipe, bentuk, warna, harga, aksesoris, dan fungsi tampak semakin gencar ditawarkan pada konsumen. Gencarnya penawaran berbagai macam telepon selular dari produsen menimbulkan fenomena menarik pada konsumen pengguna telepon selular, khususnya pada kalangan mahasiswa. Ada pengguna telepon selular yang suka mengganti telepon selularnya dengan telepon selular keluaran terbaru walaupun telepon selular yang dimilikinya baru berusia tiga bulan. Di sisi lain, ada juga pengguna telepon selular yang sudah cukup puas dengan telepon selular yang dimilikinya karena sudah memenuhi kebutuhannya dalam berkomunikasi walaupun secara finansial mampu untuk membeli telepon selular baru.
Mahasiswa sebagai konsumen merupakan individu yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda. Seseorang bisa menyukai makanan, minuman, dan jenis acara televisi yang berbeda dengan teman dekatnya sekalipun. Hal ini tergantung pada karakteristik individualnya masing-masing (Hawkis, Best, & Coney, 1995). Orang yang berasal dari kelas sosial, pekerjaan, dan subkultur yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup merupakan pola seseorang dalam menjalani kehidupannya yang diekspresikan melalui aktivitas, minat, dan pendapat-pendapatnya tentang lingkungan di sekitarnya (Kottler, 1997).
Menurut Mowen (1998), gaya hidup mempunyai hubungan yang dekat dengan kepribadian. Kepribadian merupakan karakteristik internal dari individu, sedangkan gaya hidup merupakan perwujudan eksternal dari kakteristik tersebut. Menurut Wells & Prensky (1996), kepribadian dan gaya hidup dapat digolongkan ke dalam karakteristik-karakteristik latar belakang konsumen yang mempengaruhi konsumen dalam membeli produk. Selain itu, aktivitas membeli konsumen juga dipengaruhi oleh proses-proses behavioral. Aktivitas membeli yang dilakukan konsumen memang merupakan hal yang kompleks karena melibatkan kegiatan mental dan fisik. Jadi, untuk mewujudkan suatu aktivitas membeli perlu adanya kemauan yang kuat untuk melakukannya.
Menurut Fishbein & Ajzen (1975), kemauan yang kuat untuk melakukan suatu tingkah laku, termasuk tingkah laku membeli, dapat dijelaskan melalui konsep intensi. Walaupun intensi tidak secara langsung dimasukkan sebagai salah satu dari proses-proses behavioral, sebenarnya intensi dapat digolongkan ke dalam proses-proses behavioral karena di dalam intensi terkandung adanya aspek motivasional, pembentukan sikap dan juga berpengaruh dalam pegambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan konsep intensi yang digolongkan ke dalam proses-proses behavioral yang melandasi terjadinya aktivitas membeli telepon selular baru yang ingin dilihat apakah ada hubungannya dengan gaya hidup dan kepribadian sebagai karakteristik latar belakang konsumen.
Gaya hidup diukur dengan alat ukur yang terdiri dari pernyataan-pernyataaan tentang dimensi aktivitas, minat, dan opini. Kepribadian diukur berdasarkan model kepribadian lima faktor dengan menggunakan Omni-Berkeley Personality Profile yang telah diadaptasi ke dalam bidang perilaku konsumen. Intensi membeli telepon selular baru diukur dengan alat ukur yang dibuat berdasarkan model Fishbein & Ajzen (1975).
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang merupakan kelompok transisi yang sangat potensial sebagai pasar sasaran suatu produk terutama produk-produk yang menggunakan teknologi modern (Kasali, 1998). Mahasiswa dalam penelitian ini berada pada tahap perkembangan dewasa muda. Menurut Perlmutter & Hall (1992) usia dewasa muda berkisar antara 18 sampai dengan 30 tahun. Sampel pada penelitian ini berjumlah 160 orang, yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental nonprobability sampling. Alat ukur yang diberikan kepada subjek penelitian berbentuk kuesioner. Data yang diperoleh, diolah dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan teknik korelasi untuk menguji hubungan antara variabel. Semua data ini diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 10.0.
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa gaya hidup dan faktor kepribadian extraversion dan openness to experience berhubungan secara signifikan dengan intensi untuk membeli telepon selular baru. Selain itu, sebagai sebagai hasil tambahan, diperoleh hasil yang menunjukkan adanya sumbangan yang bermakna dari sikap dan norma subjektif terhadap intensi membeli telepon selular baru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah pengambilan jumlah sampel yang kurang luas penyebarannya membuat hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada populasi mahasiswa. Di samping itu, itemitem dalam alat ukur juga perlu dispesifikkan lagi dengan cara mengelisitasi subjek penelitian dengan metode wawancara mendalam atau focus discussion group. Item-item dalam alat ukur juga perlu diuji validitas dan reliabilitasnya secara terus menerus (tidak hanya satu kali) agar diperoleh item-item yang baik untuk mengukur variabel yang hendak diukur sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat bermanfaat bagi bidang perilaku konsumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tammy Zacharias
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Budi Widyawan
"Tesis ini menganalisi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli barang mewah khusunya mobil BMW. Faktor-faktor yang menjadi variable diapat dari survey kepada pengguna BMW. Selanjutnya di analisis menjadi lima faktor penting yaitu performa, gaya hidup, modifikasi, asal negara dan ekonomis. Setiap faktor analisis akan di uji hubungannya denga kategori demografi responden. Berdasarkan data yang telah di olah dari 100 responden pengguna BMW didapatkan bahwa faktor terpenting adalah peforma dari mobil BMW. Faktor terpenting kedua adalah pembelian karena gaya hidup atau prestise.

This thesis analyzed factors which has contribute to customer decision making in order to buy luxury goods, especially BMW cars. These fators is found by survey on BMW users. The next analyze is extracted to be 5 important factors such as performance, lifestyle, modification, country of origin and economy. Every factors analysis will tested the relation between demographic and factors. Based on 100 respondens of BMW users was found the most important factor is the performance of car. The second of importance factor is lifestyle or prestise."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ruslita Amir
"Banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang. Salah satu cara adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT ).
Dengan mengetahui IMT dapat diketahui apakah berat badan seseorang lebih atau kurang. Keadaan gizi kurang atau lebih dapat terjadi karena ketidak seimbangan gizi. Selanjutnya keadaan gizi selain dapat ditentukan oleh konsumsi energi juga dapat ditentukan oleh komposisi zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.
Penelitian ini merupakan bagian dari survei status gizi orang dewasa di 12 kota besar di Indonesia (kerja sama Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan FKM - UI. Penelitian dilakukan di Kotamadya Bandung Jawa Barat dengan desain penelitian potong lintang (Cross Sectional). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 1996.
Sebagai sampel adalah orang dewasa ( umur 5 18 tahun) sebanyak 382 orang yang terdiri dari 43,97% laki-laki dan 56,03% wanita
Tujuan dari mempelajari Indeks Massa Tubuh orang dewasa dan hubungannya dengan gaya hidup. Variabel yang diteliti meliputi konsumsi makanan, (total energi, persentase karbohidrat terhadap energi, persentase lemak terhadap total energi), indeks aktifitas fisik (alktifitas waktu bekerja, waktu olah raga dan waktu luang), kebiasaan merokok dan tingkat stres. Selain itu juga dilihat karakteristik seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan keadaan kesehatan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT orang dewasa sebesar 23,165 ± 3,721 Disamping itu diketahui juga bahwa prevlensi gizi kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 10,7% sedangkan gizi lebih sebanyak 29,4%.
Rata rata konsumsi total energi adalah 1885 kalori dengan persentase karbohidrat terhadap total energi adalah 58,70 %. Selanjutnya persentase lemak terhadap total energi adalah 28,30 %.
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan IMT adalah total energi, jenis kelamin, indeks aktifitas fisik waktu bekerja dan kebiasaan merokok. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT adalah aktifitas fisik waktu bekerja.
Berdasarkan hasil tersebut , disarankan kepada pengambil keputusan di bidang kesehatan untuk mulai menyusun rencana dan program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, terutama masalah gizi lebih pada orang dewasa. Program yang mungkin dapat dilakukan antara lain adalah program penyuluhan melalui organisasi masyarakat, perkantoran dan perusahaan .
Disamping perlu pula dipikirkan untuk melakukan langkah penanggulangan secara dini untuk para remaja dan anak sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa. Kegiatan penanggulangan kebiasaan merokok perlu pula digalakkan melalui larangan merokok di tempat -tempat tertutup, perkantoran dan lain sebagainya.
Selain itu disarankan juga agar dalam melaksanakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), diharapkan dalam penjelasan tentang jumlah konsumsi makanan terutama persentase lemak dari total dapat diberikan dengan angka yang lebih spesifik menurut keadaan gizi sasaran.
Saran bagi peneliti yang akan mempelajari faktor yang mempengaruhi IMT, agar mengukur aktifitas fisik dengan metode yang lebih sesuai dengan kondisi orang Indonesia.
Daftar Pustaka : 53 ( 1974-1996)

Relationship Between Lifestyle and Body Mass Index in Adults in Municipality of Bandung, 1996Nutritional status can be measured by many methods and one of them is measuring Body Mass Index ( BMI ). Based on BMI we would know if someone had over nutrition or under nutrition. These are outcomes of failure in energy balance. Total energy consumption is not the only factor that influenced nutrition status but also by nutrient composition in the daily diet.
This study use secondary data according to nutrition and health survey in adult (cooperation between Ministry of Health and Faculty of Public Health, University of Indonesia), was being held in municipality of Bandung, West Java.
Design of study was across sectional and data were collected on July,1996. Total sample were 382 persons aged 18 - 86 years old, consist of 43,97 % male and 56,03 % female.
The main purpose of this study is to find out adult's BMI and the correlation to life style.The variable consist of food consumption (total energy, percentage of carbohydrate to total energy, percentage of fat to total energy), physical activity index (activity on working hours, activity on exercises and activity on spare time), smoking habit and level of stress. Beside all the factors above, characteristics of respondent was also observed, such as sex, age, education and economic level, and status of health.
This study showed that average of BMI was 23,165 ± 3,72 and the prevalence of under nutrition in adult was 10,7% and for over nutrition was 29,4 % (based on nutrition standard of Ministry of Health ). The average of total energy was 1885 calories, mainly derived from 58, 70 % carbohydrate and 27,25 % fat. Based on bivariate analysis, total energy, sex, index of physical activity on working hours and smoking habit showed significant correlation with BMI, while multivariate analysis showed that the most dominant variable to BMI was physical activity on working hours.
According to this result it is suggested to decision maker in health program to develop plans and programs for prevention and treatment of nutrition problems, especially over nutrition in adults. The programs that could be suitable are dissemination of information through community organization, offices and trade companies. Beside that, it is also have to be considered to make early treatment for teenager and school children who were the next generation in this country. Activities to overcome smoking habit should be enhanced through prohibition of smoking in closed room, offices etc. Beside that, it also suggested implementation of the Indonesian Nutrition Guideline (Pedoman Umum Gizi Seimbang), delivery of information about total food consumption , especially percentage of fat should be delivered with more specific scored based on nutrition status of population/target. Suggestion for the researcher which will study about factors that influence BMI is that physical activity should be measured with methods that suitable for Indonesian people.
References : 53 ( 1974 -1996 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feky Anggraini
"Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disertai dengan perubahan gaya hidup yang mempengaruhi status kesehatan pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi, yang berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi memiliki prevalensi status kesehatan yang kurang baik di Kota Bekasi sebanyak 0,86%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dengan status kesehatan lansia binaan puskesmas Pekayon Jaya. Menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan pengambilan sampel secara Purposive dari seluruh lansia binaan Puskesmas Pekayon Jaya. Variabel independen adalah gaya hidup, yang terdiri dari pola makan yang diperoleh melalui wawancara menggunakan metoda food frequency quesioner, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan istirahat diperoleh melaui wawancara menggunakan kuesioner oleh peneliti, sedangkan variabel dependen adalah status kesehatan yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah, BB dan TB, wawancara menggunakan kuesioner. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status kesehatan rendah pada lansia binaan puskesmas Pekayon Jaya sebesar 66,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pola makan dengan status kesehatan (nilai p=0,914) dan kebiasaan merokok dengan status kesehatan (nilai p=0,975), serta ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status kesehatan (nilai p=0,004) dan kebiasaan istirahat dengan status kesehatan (nilai p=0,000). Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan untuk meningkatkan pengetahuan lansia mengenai gaya hidup dan dampak terhadap status kesehatan melalui promosi kesehatan di wilayah binaan Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Sulaiman
"Merek merupakan suatu aset perusahaan yang sangat berharga. Suatu merek yang kuat dan "terkenal" telah terbukti mampu memberikan efek emosional yang sangat besar bagi konsumen (Riana, 2008; Adaval, 2003). Efek emosional yang ditimbulkan oleh merek tersebut akan berpengaruh terhadap proses penilaian suatu produk, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses pembelian. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa kemampuan konsumen dalam mengelola emosinya akan berpengaruh pada penilaian konsumen terhadap suatu produk bermerek. Untuk pengukuran mengenai kemampuan konsumen dalam mengelola dan mengggunakan emosinya, pada dewasa ini telah dikembangkan konsep kecerdasan emosional konsumen oleh Kidwell et al (2008). Dari dasar itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi untuk membeli produk ?bermerek terkenal? dan ?bermerek tidak terkenal? pada mahasiswa. Pada kasus produk ?bermerek terkenal?, hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi membeli. Sebaliknya, terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional konsumen dengan intensi membeli produk "bermerek tidak terkenal". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen dengan kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, akan lebih mampu memilih produk yang berkualitas terlepas dari pengaruh merek. Hal ini terlihat dari tingkat intensi yang lebih tinggi terhadap produk ?bermerek tidak terkenal?, yang dalam penelitian ini lebih berkualitas dibandingkan dengan produk "bermerek terkenal".

A brand is a valuable asset of the company. A strong and famous brands has been proved that they can give a great emotional impact to the customers (Riana, 2008; Adaval, 2003). The emotional impact that was emerged from the brand will influence the assessment and valuation process of a product, and furthermore, it will affect the purchasing process. So, it can be assumed that consumers? ability in managing their emotions will affect to their valuation to a branded products. Recently, a concept of consumers? emotional intelligence has been developed by Kidwell et al (2008) to measure consumers? ability in managing their emotions. From that basic, this research was conducted to know the relations between consumer?s emotional intelligence to their intention to purchase infamous product or famous product to university students. For famous products, the result of this research stated that there is no significant relation between consumers? emotional intelligence and their intention to buy products. On the contrary, there is a positive significant relation between consumers? emotional intelligence and their intention to buy infamous products. The result of this research showed that consumers with a high emotional intelligence will be able to choose a good product quality. This is shown from the higher intenti on rate to infamous branded product, which is in this research has a better quality than a famous branded product."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gegen Sandiko
"Persepsi konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor. Persepsi yang timbul tersebut dapat menumbuhkan minat konsumen terhadap suatu produk. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara atribut produk yang terdiri atas harga, kualitas, desain, dan prestige; serta negara asal suatu produsen, dengan persepsi sivitas akademika Trisakti dalam membeli atau menggunakan suatu ponsel, dan juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi sivitas akademika Trisakti terhadap ponsel Nokia dan Motorola.
Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produk atau jasa, tidak terlepas dari lingkup pemasaran. Perusahaan perlu memikirkan suatu strategi dalam melakukan pemasaran produk atau jasanya. Strategi pemasaran sendiri tidak terlepas dari pembentukan persepsi pada konsumen. Perusahaan perlu mengetahui gejala-gejala pembentukan persepsi pada konsumen sehingga perusahaan dapat membentuk dan membawa persepsi konsumen pada produk atau jasa mereka sesuai yang diharapkan. Dari sekian banyaknya teori pemasaran, salah satunya mengenai teori pemasaran produk yang terfokus pada atribut produk serta country of origin atau country of image dari produk tersebut. Dari teori yang ada tentang pemasaran produk, hampir semua berpendapat bahwa country of origin atau country of image, serta atribut produk berhubungan dengan pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu produk.
Penelitian ini merupakan studi lapangan (field research) terhadap sivitas akademika Trisakti Grogol, dengan sampel berjumlah 130 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenient sampling. Pengumpulan data menggunakan metode survei, dengan menyebarkan kuesioner yang menggunakan skala liken. Pengolahan data menggunakan program komputer SPSS 10.0 dengan analisis data bivariat yang dipakai yaitu spearman's coefficient correlation serta paired sampled test (uji T).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel negara asal, harga, fitur, durability, serviceability, bentuk desain, kemudahan operasional, inovasi dan prestige dengan persepsi sivitas akademika Trisakti dalam membeli atau menggunakan suatu ponsel. Hal ini terlihat dari p-value yang lebih kecil dari 0.05. Pada uji T, untuk melihat perbedaan persepsi terhadap ponsel Nokia dan persepsi terhadap ponsel Motorola, nilai p-value juga lebih kecil dari 0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pula antara persepsi responden terhadap ponsel Nokia dan persepsi responden terhadap ponsel Motorola."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.B. Susanto
Jakarta: Kompas, 2001
307.76 SUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Riska
"This research was conducted to study the relationship between self perception of aging and healthy lifestyle in older adults. This study hypothesized that self perception of aging correlates positively with healthy lifestyle. In order to understand that hypothesis, researcher has studied in 120 older adults using accidental sampling. Self perception of aging is measured using Attitude Toward Own Aging (ATOA) from Lawton (1975; in Mosser, Spagnoli, & Santos-Eggimann, 2011) and healthy lifestyle is measured using Health Enhancement Lifestyle Profile-Screener (HELP-Screener) from Hwang (2010). The result showed that the Pearson Correlation indicates self perception of aging correlates positively and significantly with healthy lifestyle. Some consideration in term of validity and reliability are still occured in this study. Therefore, it is suggested to conduct item analysis and give additional instruction related time.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara self perception of aging dan gaya hidup sehat pada lansia. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa self perception of aging memiliki korelasi yang positif terhadap gaya hidup sehat. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti melakukan studi terhadap 120 partisipan lansia dengan menggunakan teknik accidental sampling. Alat ukur self perception of aging yang digunakan adalah Attitude Toward Own Aging (ATOA) dari Lawton (1975; dalam Mosser, Spagnoli, & Santos-Eggimann, 2011) sedangkan alat ukur gaya hidup sehat yang digunakan adalah Health Enhancement Lifestyle Profile-Screener (HELP-Screener) dari Hwang (2010). Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa self perception of aging berkorelasi positif dan signifikan dengan gaya hidup sehat. Meskipun begitu, penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dalam hal validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil temuan tersebut, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisis item dan pemberian instruksi terkait waktu pada kuesioner.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S60745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dora Wulandari
"
ABSTRAK
Mempunyai seorang anak adalah dambaan bagi pasanagan yang sudah berkeluarga. Hadirnya anak akan membawa kebahagiaan tidak saja pada pasangan suami istri tersebut, tapi juga pada seluruh keluarganya. Namun kehadiran seorang anak terkadang juga membawa suatu masalah tersendiri bagi sebagian pasangan suami istri. Hal ini karena anak mempunyai kebutuhan yang sama besarnya dengan orang dewasa. Mereka selain membutuhkan pangan dan sandang, mempunyai banyak permintaan akan misalnya mainan (toys), rekreasi, tidak berguna atau sudah mereka miliki tetapi mereka inginkan karena temannya mempunyai yang lebih bagus.
Pemenuhan kebutuhan mereka terkadang tidak dapat dicukupi hanya dengan suami/ayah sebagai pencari nafkah tunggal dalam keluarga. Hidup di kota besar dengan uang sebagai faktor penentu bagi kita untuk mendapatkan barang dan jasa, mau tidak mau menuntut pengorbanan yang leih bear pada orang tua. Oleh karenanya istri diharapkan dapat memberi kontribusi ekonomi pada keluarganya, walau dengan skala yang lebih kecil. Cara yang dapat dilakukan istri untuk menambah pendapatan keluarga adalah dengan bekerja. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Renwick dan Lawler bahwa dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan materi, self-esteem dan self respect, penerimaan sosial, status sosial, memasuki dunia orang dewasa, sumber pemenuhan, tantangan, kemandirian, kepuasan dan kesenangan ( Lemme, 1995 ). dengan bapak dan ibu bekerja maka para ibu merasa perlu bantuan orang lain untuk menjaga, merawat dan mengasuh anaknya ( Carter dan McGoldrick, 1989 ). Salah satu alternatifnya adalah Taman Penitipan Anak ( selanjutnya disebut TPA). Pemilihan pengasuhan anak di TPA menandakan adanya suatu perubahan gaya hidup dan kehidupan keluarga sebagai akibat perubahan peran menjadi orang tua ( Lemme, 1995 ). Gaya hidup di definisi suatu cara hidup yang di identifikasi dengan bagaimana seeseorang menggunakan waktunya (aktivitas ). Apa yang mereka rasa penting dalam lingkungannnya ( minat ), dan apa yang mereka pikir tentang diri mereka sendiri dan dunia sekelilingnya (opini ) (Assael, 1984 ).
Oleh karenanya penelitian ini ingin mengetahui karakteristik gaya hidup dari kedua kelompok subyek yaitu ibu bekerja yang menitipkan anaknya di TPA dengan harapan ibu bekerja yang tidak menitipkan anaknya di TPA, serta alasan dan harapan ibu terhadap TPA. Teknik operasional yang digunakan untuk mengukur gaya hidup adalah psikografik. Psikografik umumya mengacu pada AIO (Aktivity, Interest, dan Opinion ).
Responden dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang menitipkan dan yang tidak menitipkan anaknya di TPA. Unutk mengumpulkan data digunakan kuesioner yang dibuat/disusun oleh peneliti berdasarkan hasil elisitasi. Alat pengumpul data itu adalah Kuesioner aktivitas, kuesioner minat, dan kuesioner opini. Teknik pengolahan data adalah menggunakan analisa klaster.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa para ibu bekerja dari kedua kelompok subyek dapat dikelompokkan kedalam tiga tipe gaya hidup berdasarkan 27 dimensi AIO. Selain itu ketiga tipe gaya hidup dari kedua kelompok subyek tidak dapat diperbandingkan. Hal ini karena pada ibu berkerja yang menitipkan anaknya di TPA memiliki dimensi aktivitas pekerjaan, dimensi minat rumah, pakaian, dan kemasyarakatan. Alasan ibu menitipkan anaknya di TPA adalah agar ibu dapat bekerja lebih tenang. Harapan ibu terhadap TPA adalah agar anak dapat bersosialisasi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelas sosial yang tinggi yang dimiliki para ibu - diketahui melalui pengeluaran keluarga setiap bulannya dan pendidikan - sangat mempengaruhi bagaimana para ibu melakukan aktivitas, dan mengekspresikan minat, serta opininya.
"
1998
S2693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>