Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Washarti Siregar
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang proses
pembelajaran di Sekolah Dasar di Brisbane, Australia. Antara masyarakat Indonesia dan
masyarakat Barat terdapat banyak perbedaan. Contohnya, masyarakat Barat, termasuk
Australia dididik untuk berpikir mandiri dan kritis, sedangkan masyarakat Timur,
termasuk Indonesia tidak dibiasakan untuk mengemukakan pendapatnya di dalam kelas.
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor kultur dan pendidikan yang berbeda. Karena faktor
kultur mencakup hal-hal yang cukup luas, maka skripsi ini hanya akan meneliti faktor
pendidikan. Penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang terkait dalam proses
pembelajaran seperti kurikulum, metode pengajaran, cara evaluasi dan pengelolaan
kelas. Kurikulum adalah perencanaan untuk belajar, yang disusun agar siswa memiliki
serangkaian pengalaman yang berurutan dengan tujuan supaya siswa dapat lebih disiplin
dalam berpikir dan bertindak (Mclnemey & Mclnemey, 1998). Metode pengajaran
adalah pengulangan dari bentuk tingkah laku guru yang bisa diterapkan ke berbagai
macam mata pelajaran (Gage & Berliner, 1991). Metode pengajaran yang digunakan
dalam skripsi ini meliputi metode-metode pengajaran oleh Gage dan Berliner (1991)
serta Barry dan King (1998). Evaluasi siswa adalah pengujian dari pekeijaan siswa yang
dilakukan di sekolah (Slavin, 1991). Tujuan dari pengaturan kelas adalah untuk
mempertahankan lingkungan belajar yang positif dan produktif (Woolfolk, 1998).
Apabila diperoleh gambaran proses pembelajaran di Australia, maka diharapkan metode
yang sama dapat diterapkan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada seorang guru kelas dua Sekolah Dasar Rainworth,
Bardon, Brisbane, Australia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus. Metode pengumpulan data yang dilakukan
adalah wawancara dan mengajukan pertanyaan melalui e-mail. Proses pengumpulan data
dilanjutkan dengan analisa data. Proses analisa data ini menggunakan metode-metode
pengajaran dari Gage dan Berliner serta teori pendidikan adaptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek guru menggunakan kurikulum
pemerintah yang dapat dimodifikasi oleh guru. Secara umum, metode pengajaran yang
dilakukan oleh guru sesuai dengan metode-metode yang dikemukakan oleh Gage dan
Berliner (1991) serta Barry dan King (1998), yaitu pendekatan humanistik dan metode
adaptif. Kemudian tampak pula bahwa guru menggunakan evaluasi formal dan informal
untuk mengetahui kemampuan orang tuanya. Selain itu, ia merasa memiliki hubungan
yang baik dengan murid-muridnya serta orang tua mereka.
Pada penelitian di masa yang akan datang, peneliti sebaiknya memiliki waktu
yang memadai sehingga dapat melakukan observasi-observasi dan wawancarawawancara
lanjutan. Selain itu, disarankan agar menggunakan subyek yang lebih banyak
di penelitian yang akan datang. Salah satu saran lain untuk penelitian lanjutan adalah
penggunaan gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif agar mendapatkan data yang
lebih kaya. Melakukan perbandingan, misalkan membandingkan proses pembelajaran di
Australia dengan di Indonesia, juga adalah salah satu hal menarik yang dapat dilakukan
peneliti selanjutnya."
2005
S3387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie Tjun Tjie
"ABSTRAK
Munculnya isu penelitian ini diawali dengan adanya tingkat kesenjangan yang
signifikan di bidang studi perancangan arsitektur, yaitu antara konsep verbal yang
diinginkan oleh seorang perancang dengan konsep figural yang dihasilkan. Hasil
pengamatan banyak menunjukan pola hubungan yang tidak signifikan atau tidak
sejalan. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh terhadap fenomena
tersebut.
Melalui kajian bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, peneliti
menganalisis beberapa teori yang relevan seperti; teori kreativitas khususnya pada
proses berpikir kreatif teori perancangan arsitektur, dasar-dasar teori neurologi, dan
teori belajar. Hasil analisis beberapa teori tersebut disintesakan oleh peneliti dalam
bentuk model pembelajaran yaitu ?model pembelajaran transfomasi kreatif dalam
proses berpikir?.
Tujuan penelitian adalah ingin membuktikan pengaruh model pembelajaran
transformasi kreatif dalam proses berpikir terhadap prestasi belajar di bidang
perancangan arsitektur (bangunan). Sedangkan masalah utama penelitian ini adalah
?apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar pada matakuliah
perancangan arsitektur yang disebabkan oleh model pembelajaran transformasi
kreatif dalam proses berpikir dan model pernbelajaran konvensional (analisis
tugas)?.
Prosedur penelitian meliputi: sampel berasal dari mahasiswa arsitektur, metode
yang digunakan untuk interpretasi hasil penelitian menggunakan rancangan
eksperimen, alat analisis datanya menggunakan Uji-U, dan koefisien jalur atau path
analysis.
Dari hasil analisis atau olah data, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar antara kelompok yang
diberi model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir dan model
pembelajaran konvensional (analisis tugas), disamping itu terdapat juga peningkatan
yang signifikan pada kemampuan berpikir transformasi kreatif pada kelompok yang
diberi model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir serta mampu
menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif.
Model pembelajaran transformasi kreatif dalam proses berpikir ini merupakan
inovasi terkini (2005) dalam ilmu psikologi khususnya bidang kreativitas dan
perancangan arsitektur.

Abstract
The emergence of the research topic was initiated by the significant discrepancies found
in the field of architectural designs, particularly between the verbal concept, which is
desired by a designer and the figural concept, which results in. The results of the
observation have indicated that the relationship is not significant or inconsistent. The
researcher is interested to explore such phenomena further.
Based on the analysis in the psychological Held, particularly the educational psychology,
the researcher attempted to analyze some relevant theories, such as: creativity theory -
particularly the creative thinking process, theory of architectural designs, basic theory of
neurology, and theory of learning. The results of the analysis on the theories are
synthesized by the researcher in the form of a learning model, which is ?the creative
transformational learning model of the thinking process".
The objective of the research is to prove the influence of the creative transformational
learning model of the thinking processes on the academic achievements in the areas of
architectural designs. Whereas the main problem of this research is whether there is a
significant difference between the academic achievements in the architectural design
class, caused by the creative transformational learning model of the thinking process and
the conventional learning model (based on the assignment analysis)
The research procedure includes the following aspects: samples taken from the architect
students. The research methods used to interpret the data were based on the experimental
design. The data analysis tools used were the U-Test and path analysis.
Based on the data analysis, it is indicated that there is a significant difference towards die
academic achievements between the groups where the creative transformational learning
model was applied and the groups where the conventional learning model was applied.
Some significant components, which have contributed to the academic achievements, are
as follows: the improvement of the creative transformational abilities and the works
produced are innovative and original.
The creative transformational learning model of the thinking process is the most recent
innovation in Psychology, specifically in the areas of creativity and architectural designs."
2005
D684
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belline Sucipto
"Sindroma Down adalah suatu kelainan genetik yang disebabkan kesalahan pembagian set yang terjadi sasudah pembuahan sehingga memiliki kelebihan satu kromosom pada setiap selnya, yaitu 47 kromosom. Kelebihan kromosom ini berdampak pada ciri-ciri fisik pada anak Sindroma Down (Mangunsong dick, 1998). Selain ciri-ciri fisik, anak Sindroma Down memiliki keterbelakangan mental dari mild hingga moderate yang berdampak pada keterlambatan kognitif, bahasa, kemampuan bina diri dan sosial (Hallahan & Kauffman, 2006)
Untuk mengembangkan potensi anak Sindroma Down secara maksimal, diperlukan kolaborasi antara rumah dan sekolah. Dalam konteks sekolah, kolaborasi merupakan interaksi langsung minimal antara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang sederajat dan sukarela, keduanya terlibat dalam pembuatan keputusan bersama untuk mencapai suatu tujuan (Gable & Manning, 1997). Kolaborasi membawa dampak positif bagi tenaga profesional baik guru maupun terapis, orang tua, dan tentu saja anak Sindrorna Down itu sendiri.
Salah satu sekolah yang khusus menangani anak Sindroma Dawn di Jakarta adalah sekolah M. Sekolah ini memiliki sembilan murid dengan empat guru dan dua terapis. Berdasarkan pengamatan peneliti, baik guru, terapis, dan orang tua jarang bertemu dan berdiskusi. Melihat fenomena ini, peneliti ingin meneliti gambaran kolaborasi guru, terapis, dan orang tua di sekolah ini, dan secara khusus mengenai aspek-aspek kolaborasi yang penting bagi guru dan terapis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang gambaran kolaborasi guru, terapis, dan orang tua anak Sindroma Down di sekolah M. Hasil penelitian ini berupa data partisipan penelitian, gambaran umum sekolah M, gambaran umum kolaborasi guru, terapis, dan orang tua anak Sindroma Down. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode kualitatif secara mendalam terhadap tiga orang partisipan, yaitu dua guru dan satu terapis yang menangani anak Sindroma Down minimal satu tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terjadi kolaborasi di sekolah M. Kolaborasi dapat terjadi apabila ada dukungan dari kedua pihak, tenaga profesional bersikap terbuka, mau mendekatkan diri kepada orang tua, dan orang tua mau menerima keadaan anak sepenuhnya.
Dalam penelitian ini, guru menginginkan hubungan timbal balik, komunikasi yang lancar dengan orang tua karena guru menganggap orang tua sangat berperan dalam perkembangan anak Terapis merasa tidak perlu melibatkan orang tua pada penentuan tempi, karena terapis merasa orang tua sudah menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya ke sekolah dan hanya menginginkan anaknya tidak memalukan di hadapan saudaranya.
Dalam penalitian ini juga ditemukan komitmen dalam aspek nilai berkaitan dengan aspek peran, yaitu melakukan observasi dan memuat laporan. Selain itu juga ditemukan keterkaitan antar aspek nilai, yaitu kedudukan yang sederajat dan sikap terbuka. Aspek keterampilan, dalam hat ini pengetahuan dan kompetensi menjadi dasar dari aspek peran. Dari data demografis, ditemukan pengalaman berkaitan aspek keterampilan, yaitu pengetahuan dan kompetensi. Dan semua aspek yang mendukung terjadinya kolaborasi antara guru, terapis dengan orang tua, guru menekankan komunikasi dan empati, sedangkan terapis menekankan keterampilan menangani anak (kompatensi)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Susilowati
"Siswa dengan disabilitas intelektual membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus agar mereka dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan dan pelayanan khusus mencakup pemberian instruksi khusus, penyesuaian strategi pengajaran, dan penggunaan alat bantu dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini akan memfokuskan pada kegiatan belajar mengajar di SLB C ditinjau dari teori sosiokultural Vygotsky.
Teori Vygotsky digunakan untuk mengalisis proses pemberian scaffolding, internalisasi siswa, dan penggunaan technical tools oleh guru. Partisipan penelitian ini adalah guru dan siswa SLB C. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi di kelas dan wawancara kepada siswa seusai pelajaran. Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil menujukkan bahwa tingkat kontrol dari bantuan yang diberikan guru semakin menurun seiring dengan meningkatnya tingkat kelas. Berkaitan dengan internalisasi, seluruh siswa umumnya dapat memahami lebih dari separuh materi yang diberikan guru. Selain itu, guru SLB C dapat melakukan manipulasi penggunaan tools untuk membantu siswa dengan kemampuan yang bervariasi.

Students with intellectual disability require special education and services so that they can maximize their potential. Special education and services include the provision of special instructions, adjustment of teaching strategies, and the use of tools in learning process at the classroom. This study will focus on teaching and learning activities at SLB C in terms of Vygotsky's sociocultural theory.
Vygotsky's theory is used to analyzed the provision of scaffolding, internalization of the students, and the use of technical tools by the teachers. Participants in this study were SLB C teachers and students. Methods of data collection will be done using in-class observation and interview to students after class. Furthermore, the data were processed using a qualitative approach.
The results showed that the level of control of teacher's scaffolding decreases with increasing grade level. In connection with the internalization, all students are generally able to understand more than half of the material provided by the teacher. In addition, SLB C teachers can manipulate the tools to help students with varying abilities.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanti Yuniar
"ABSTRACT
Abbreviated Conners' Teacher Rating Scale (ACTRS) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diuji validitasnya sebagai penyaring Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH), serta reliabilitasnya untuk digunakan oleh guru Sekolah Dasar. Diperiksa 66 anak Sekolah Dasar sebagai subjek penelitian, yang terbagi atas kelompok GPPH sebanyak 33 orang dan kelompok kelola dalam jumlah yang sama. ACTRS terbukti sahib sebagai alat penyaring GPPH, pada "cutoff score" 12 dan 13 dengan sensitivitas ? 90%. ACTRS juga terbukti dapat dipercaya ("reliable") untuk digunakan oleh guru Sekolah Dasar. llntuk penggunaan secara umum dianjurkan memakai "cutoff score" 13, karena jarak kesalahannya, baik yang "false positive" maupun yang "false negative" masing-masing kurang dari 10%.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Berton Halomoan
"Rancangan pengajaran yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman siswa (Moreno & Mayer, 2002; Reigeluth, 1983; Snowman & Biehler, 2003). Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa adalah besarnya beban kognitif di dalam bahan pelajaran. Penambahan informasi akan meningkatkan pemahaman siswa selama beban kognitif yang diberikan bahan tersebut masih dalam batas kapasitas pernrosesan sistem kognitifsiswa.
Peneliti ingin melihat pengaruh beban kognitif, berupa penambahan informasi audio (narasi) kepada informasi visual (animasi), terhadap pembelajaran, khususnya pada siswa sekolah dasar.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat sebuah sekolah dasar di Bandung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, di mana anggota sampel dipilih secara acak, dan dilanjutkan dengan random assignment, yaitu menempatkan siswa ke dalam kelompokkelompok perlakuan secara acak.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa berupa seal pilihan berganda yang dikembangkan dari berbagai buku pelajaran ilmu pengetahuan alam (sains) untuk kelas lima sekolah dasar. Sedangkan alat untuk mengukur beban kognitif secara subyektif dikembangkan dan dimodifikasi dari Subjective Workload Assessment Technique yang dikembangkan oleh Reid etal (dalam Boff, Kauffman dan Thomas, 1986).
Kesimpulan yang diperoleh dari analisis penelitian ini adalah: (1) tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kelompok-kelompok siswa yang menerima rancangan multimedia yang berbeda.
Berdasarkan adanya berbagai keterbatasan, kendala dan kelemahan dalam penye]esaian penelitian ini diajukan beberapa saran, yaitu: (1) penelitian selanjutnya disarankan untuk memakai sampel yang lebih besar, sehingga standar deviasi di dalam masing-masing kelompok lebih kecil; (2) bahan atau topik yang digunakan dalam penelitian ini hanya sate macam, dan durasinya juga sangat singkat. 1lasil yang didapat dalam penelitian ini perlu diujikan jugs terhadap jenis bahan yang lain, misalnya yang menjelaskan konsep-konsep yang lebih abstrak, dan yang lebih panjang durasinya; (3) dalam penelitian ini dipakai animasi yang dapat dengan mudah dipahami walaupun tidak disertai penjelasan berupa narasi.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memakai informasi visual dan infomaasi audio yang dapat dipahami hanya bila dipadukan bersama-sama. Dengan kata lain, informasi visual bergantung pada informasi audio, dan sebaliknya; (4) dalam penelitian ini hanya pengaruh informasi audio (narasi) terhadap pemahaman siswa yang diteliti, sedangkan pengaruh informasi visual (animasi) tidak diteliti. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkombinasikan pengaruh informasi audio berupa narasi dan pengaruh informasi visual, misalnya berupa gambar diam (still pictures) versus animasi (animation), atau gambar sketsa (line drawing) versus foto nyata (real photograph)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Syaodih Sukmadinata
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003
370.15 NAN l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Syaodih Sukmadinata
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
370.15 NAN l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rini Lutanida
"Berbeda dari pendekatan tradisional yang selama ini cenderung mengutamakan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan siswa seraata, menurut perspektif konstruktivisme sasaran utama dari sistem pengajaran di sekolah lebih difokuskan pada hal-hal afektif seperti learning how to learn dan juga untuk mengembangkan kreativitas dan potensi manusia. Oleh sebab itu yang lebih diutamakan dari proses belajar adalah mengembangkan aspek-aspek yang ada didalam diri individu. Ide yang ingin disampaikan oleh pendekatan ini ialah anak sebagai seorang pelajar atau siswa seharusnya mampu mengarahkan pendidikan bagi dirinya sendiri. Pandangan ini mensyaratkan agar siswa dapat lebih aktif berperan dalam proses belajaraya, ungkapan ini dikenal dengan istilah self-regulated learning. Salah satu ciri yang dimiliki seorang self-regulated learner ialah siswa tersebut lebih mengandalkan penggunaan metode belajar yang terencana dan otomatis atau sering disebut strategi belajar.
Dalam kegiatan belajar akademis, self-regulation siswa dapat diamati melalui berbagai strategi belajar yang digunakannya saat menghadapi tugas. Strategi belajar adalah proses yang diarahkan siswa untuk memperoleh keterampilan atau informasi. Tindakan ini dipersepikan oleh siswa sebagai alat dan juga perantara dalam mencapai tujuan belajar. Prinsip ini menjadi latar belakang penelitian yang secara umum diarahkan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku self-regulated siswa.
Temuan para ahli mendukung diungkapkannya hubungan antara kineija akademis siswa dengan peran aktifhya dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi, dan perilakunya sewaktu belajar. Dengan demikian tampak bahwa ada peibedaan individu dalam mengaktualisasikan keterampilan belajar tersebut. Siswa yang aktif mengarahkan diri sendiri akan mampu mengoptimalkan hasil belajamya atau sering dikatakan sebagai prestasi akademis. Dengan perkataan lain model self-regulated learning ini identik dengan siswa-siswa yang berprestasi {high achievers). Kelebihan yang dimiliki oleh kelompok siswa ini diantaranya, mereka mempunyai tujuan belajar yang lebih spesifik dan lebih mampu menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai utuk memenuhi harapannya tersebut. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran penggunaan strategi self-regulated learning pada kelompok siswa yang berpotensi tinggi (unggul) dengan siswa yang berpotensi lebih rendah. Penelitian ini diarahkan untuk nienggali perbedaan penggunaan strategi belajar diantara dua kelompok siswa tersebut. Sampel yang digunakan adalah siswa sekolah pada SMUN unggulan dan siswa sekolah SMUN non-unggulan di DKI Jakarta.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner SRLIS-Q. Alat ukur yang ikembangkan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) ini dirancang untuk menggali strategi-strategi self-regulated learning yang digunakan siswa sekolah dalam kegiatan belajamya. Studi ini melibatkan 73 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 37 orang subyek yang berasal dari SMUN unggulan dan 36 orang subyek yang berasal dari SMUN non-unggulan.
Berdasarkan respon yang terkumpul dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan range penggunaan strategi diantara kelompok siswa unggulan dan kelompok siswa non-unggulan tidak jauh berbeda.Urutan strategi yang paling sering digunakan oleh masing-masing kelompok siswa memperlihatkan pola yang berbeda. Berdasarkan basil penelitian ditemukan ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan dua macam strategi. Satu diantaranya menunjukkan bahwa kelompok siswa unggulan lebih sering menggunakan strategi "writing outline/darft", hal ini menunjukkan upaya siwa untuk meningkatkan basil belajar dengan mengatur kembali materi pelajaran baik secara overt maupun covert. Proses ini berfimgsi untuk mengoptimalkan proses metakognitif siswa. Perbedaan signifikan lainnya adalah pada penggunaan strategi "seeking information", hal ini mengindikasikan bahwa kelompok siswa unggulan lebih berinisiatif untuk mencari informasi yang berasal dari sumber nonsosial seperti perpustakaan dan media massa. Data basil penelitian menunjukkan bahwa tipe strategi yang paling sering dan konsisten digunakan oleh kedua kelompok subyek adalah sama yaitu strategi "seeking peer assisstance". Dengan cara ini berarti siswa tersebut berupaya untuk mengoptimalkan lingkungan belajamya, dapat dikatakan teman mempakan sumber utama yang paling diandalkan sebagai dukungan sosial dibandingkan guru atau orang-orang terdekat lainnya.
Menyimak basil yang diperoleh dari penelitian ini, kelompok siswa yang sering diasumsikan sebagai siswa berprestasi (unggulan) cenderung memperoleh nilai yang lebih tinggi pada sebagian besar kategori strategi yang ada. Temuan ini mengindikasikan bahwa siswa dengan prestasi yang lebih rendah kurang memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi belajar secara selektif. Faktor lain yang diduga juga turut mempengaruhi berkaitan dengan motivasi siswa, diasumsikan bahwa untuk meraih prestasi tidak cukup hanya mengandalkan aktualisasi strategi kognitif saja tetapi siswa juga harus termotivasi untuk menggunakan strategi tersebut. Teori sosial kognitif mendukung penjelasan ini dengan uraiannya tentang self-efficacy sebagai faktor kunci yang mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan uraian tersebut disarankan perlu penelitian lanjutan yang membahas selfefficacy subyek sebagai faktor lain diluar kemampuan yang juga memberi andil dalam menentukan keberhasilan seorang siswa.
Mengingat besarnya pengaruh self-regulative knowledge dalam efektivitas penggunaan strategi maka dibutuhkan suasana akademis yang baik didalam kelas, misalnya dengan mengadakan latihan-latihan tertentu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan belajar ini sangat dibutuhkan agar nantinya siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang lebih sulit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti di universitas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Mukti
2004
S3355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>