Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alwi
"ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada pengalaman pribadi bahwa kondektur bis
antar kota Jakarta Bandung kurang perilaku menolongnya. Pengaruh kehidupan di
kota besar yang padat dapat menyebabkan timbulnya sikap acuh sehingga perilaku
menolong akan berkurang. Kondektur bus yang singgah di kota besar tentu juga akan
terpengaruh gejala tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kecenderungan tentang
perilaku menolong kondektur bus antar kota yang melayani angkutan trayek Jakarta
Bandung. Masalah penelitian ini adalah seberapa besar perilaku menolong kondektur
bus antar kota jakarta Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif non eksperimental. Pengukuan perilaku menolong dilakukan dengan
kuesioner perilaku menolong yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori
Decision model of helping dari Latane & Darley (1970). Subyek yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah 68 orang kondektur bus antar kota Jakarta
Bandung.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata
kecenderungan perilaku menolong tergolong tinggi. Sehingga secara keseluruhan
dapat diketahui bahwa kecenderungan perilaku menolong kondektur bus antar kota
yang melayani angkutan trayek Jakarta Bandung berada pada tingkat yang tinggi.
Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dilakukannya studi kualitatif pada subyeksubyek
yang mempunyai karakteristik khusus seperti tipe kepribadian sehingga dapat
diperoleh gambaran lebih mendalam mengenai kecenderungan periiaku menolong
pada subyek-subyek tersebut."
2004
S3431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirani Budiarti
"ABSTRAK
Tolong menolong sudah merupakan tradisi bangsa kita. Namun pada generasi
muda tradisi ini mulai memudar dengan meningkatnya kekerasan, yang bahkan
cenderung menjadi kriminal. Menyadari adanya kecenderungan ini perlu diadakan suatu
upaya untuk mengatasi hal ini. Salah satu upaya yang dianjurkan adalah upaya bersifat
preventif, yang menurut Pulungan (1993) memiliki pendekatan dua dimensi, yaitu
pembinaan dan pengembangan tingkah laku sosial positif serta pencegahan dan
penanggulangan perilaku sosial negatif.
Yang dimaksud dengan perilaku sosial positif adalah tindakan yang tujuannya
adalah kesejahteraan atau keuntungan orang lain atau kelompok lain. Salah satu
bentuknya adalah menolong orang lain. Menolong orang lain sebenarnya merupakan
salah satu minat remaja (Huriock, 1980). Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan
tingkah laku sosial positif dapat dilakukan dengan memperkenalkan pada remaja suatu
wadah kegiatan yang dapat menyalurkan minat tersebut, misalnya ikut bergabung dalam
suatu organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan sebagai relawan.
Selain itu penerapan upaya preventif untuk mencegah berkembangnya perilaku
sosial negatif, diperlukan usaha yang bersifat integral, yaitu melibatkan berbagai unsur,
terutama unsur keluarga, yang sumber pendidikan utama dalamnya adalah orang tua.
Tingkah laku sosial positif, atau yang disebut prososial dapat dipelajari melalui proses
sosialisasi. Dan salah satu cara yang dianggap efektif adalah dengan proses
pembelajaran sosial (Schroeder dkk., 1995). Dan sebagai sumber penting bagi
pendidikan anak dalam keluarga, proses pembelajaran ini dapat dilakukan oleh orang tua
dalam pengasuhan anaknya.
Salah satu dasar dari pembelajaran sosial yang dianggap efektif dalam
meningkatkan atau menumbuhkan tingkah laku prososial adalah cara direct reinfocement
(Schroeder dkk., 1995). Konsep dasar direct reinforcement adalah perilaku yang memiliki
konsekuensi menyenangkan akan cenderung diulang atau muncul kembali di masa yang
akan datang, dan perilaku yang berasosiasi dengan konsekuensi negatif akan cenderung
tidak akan diulang atau muncul kembali di masa yang akan datang. Dalam konteks
tingkah laku prososial, reward atau penguat yang diberikan dapat bersifat positif dan
negatif. Positive reward dapat berbentuk materi atau sesuatu yang nyata seperti hadiah,
uang dan sebagainya. Sementara itu negative reward, dapat berbentuk punishmertt atau
disiplin yang terdiri dari tiga macam tehnik, yaitu power assertion, love withdrawal, dan
induction (Hoffman, 1994).
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut, peneliti berasumsi bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara kecenderungan timbulnya tingkah laku prososial dengan
pemberian direct reinforcement dari orang tua. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti kaitan pemberian direct reinforcement dari orang tua dengan kecenderungan tingkah
laku prososial. Dan untuk memperjelas hubungan ini peneliti menggunakan remaja yang
berkegiatan sebagai relawan dalam suatu organisasi sosial yang bergerak dalam bidangbidang
kemanusiaan, seperti kesehatan masyarakat dan pembinaan anak jalanan,
karena diasumsikan mereka memiliki tingkat kecenderungan prososial yang tinggi.
Metode penarikan sampel dilakukan dengan nonprobability sampling, sedangkan
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling. Alat yang
digunakan untuk mengukur kecenderungan tingkah laku prososial dibuat berdasarkan
pengukuran intensitas jaringan kognisi dalam personal goal yang meliputi orientasi
perasaan positif terhadap orang lain, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, dan
rasa tanggung jawab terhadap orang lain. Selain itu alat ini juga mempertimbangkan
aspek hubungan interpersonal antara pelaku dan orang yang dikenakan tingkah laku.
Sementara itu untuk mengukut pemberian direct reinforcement peneliti menggunakan
kuesioner persepsi remaja tentang direct reinforcement dari orang tua, yang dibuat
berdasarkan teori direct reinforcement yang mempertimbangkan tugas perkembangan
remaja. Kedua kuesioner berbentuk skala sikap. Adapun tehnik analisis data yang
digunakan adalah Pearson Product Moment, Anova One-Way, dan Crosstabulation.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat
hubungan yang signifikan antara kecenderungan tingkah laku prososial relawan remaja
dengan persepsi terhadap pemberian direct reinforcement dari orang tua. Pada semua
subvariabel kecenderungan tingkah laku prososial, terjadi hubungan yang signifikan pada
pemberian materal reward, social reward, dan induction\ tidak ada hubungan yang
signifikan pada peberian love withdrawal; dan terdapat hubungan terbalik yang signifikan
pada pemberian power assertion. Dari hasil anova yang diperkuat dengan
crosstabulation, terlihat bahwa ada ketergantungan tingkat kecenderungan tingkah laku
prososial dengan keikutsertaan orang tua dalam organisasi sosial, posisi remaja dalam
organisasi tempatnya menjadi relawan, dan frekuensi kegiatan remaja sebagai relawan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran yang
perlu diperhatikan adalah perlunya memperluas sampel penelitian dan alat pengumpulan
data sebaiknya diperkaya dengan metode wawancara. Dan untuk lebih jauh lagi peneliti
menyarankan untuk lebih banyak lagi diadakan penelitian mengenai tingkah laku
prososial di Indonesia, mengingat masih sedikitnya penelitian tersebut.

"
2000
S3005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Djamas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan atau perubahan perilaku prososial anaJk usia empat sampai enam tahun di TK Tartiila setelah inemperoleh intervensi prog am pembe ajara nilai empti. Jenis penelittan yang dipilih adalah before and after study design oengan menggunakan disain satu kelompoit subjek penelitian ( r.me gro.up pre test and post tes f design). Subjek penelitian seba yak 30 orang murid TK Ta iila Kelompok A dan B. ntervensi pembelajaran ni ai empati menggunakan model pembelajaran konstruif-belajar aktif yang mengu amakan keterlibatan aktif anak dalam seluruh rangkaian aktivitas belajar, terutama melalui kegiatan bermain di kelompok. Materi pe belajaran yaitu nilai empat' yang mendorong perilaku prososial yang meliputi; :geduli terfiadap orang lain dan memahami orang lain, berbagi, menolong, dan kerjasama tlengan orang lain. Kegiatan intervensi pembelajaran an perilaku prososial dilakukan selama tiga hari di TK Tartiila, ymtu pada tanggal 14 Mei sampai tanggal 1 Mei 2012. Dari hasil uji beda rata-rata s or serta nilai t yang dihasilkan pada pengujian skor pre test dan post test terdapat peningkatan perilaku prososial dengan hasil yang signifikan pada l.o.s. 0.0.1, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

Abstract
This study aims to nderstand the change of prosocial l5ehavior of children at age of four to six years at Tartiila Kindergarden after the interyention of learning o empathic value. he type of research has ben used in this study is the before and afi er study design it one group pre test and pos· test des1g. Subject of this research eomposed of 30 students of Ta iila Kinde garden at {J-rou :A atld B. The intervention of empathic value learning using constructive-active learning model with actively involvement o:f the children imto all process of learning activities, especial y through group-playinCemtent of learning is empathic :va ue which increase prosocial behavior using four indicators: 'hderstan[ing and caring of others, sharing, helping, and cooperation with others. Learning activities whic improve prosocial behavior of children has been carried out for three day, from 14 through 16 of May. Data analysis of comparing mean scores and t val e of pre est ana ost test scoring has showed the increase of prosocial behavior of children at significance level at l.o.s. 0.0.1., therefore Ho is rejected and Ha is accepted.
"
2012
T31577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sugianti
"ABSTRAK
Memiliki adik merupakan suatu pengalaman yang dapat memunculkan reaksi
berbeda-beda dari anak pertama, salah satunya adalah altruisme. Berkowitz
mendefinisikan altruisme sebagai pertolongan yang diberikan seseorang kepada
orang lain tanpa mengharapkan rewards dari sumber-sumber luar. Menurut
Severy, esensi dari altruisme adalah motivasi untuk menolong yang didasari oleh
penyebab sederhana, yaitu karena seorang individu melihat bahwa orang lain
membutuhkan pertolongan. Altruisme sudah mulai muncul dan berkembang sejak
anak berusia sekitar 18 bulan. Pada tahap prasekolah, anak secara bertahap mulai
mengerti kebutuhan orang lain dan mulai belajar mengenai altruisme.
Menurut Bandura, kebanyakan anak belajar mengenai perilaku menolong
dan perilaku sosial yang lain melalui observasi yang dilakukan anak terhadap
model-model di dalam lingkungan mereka. Grusec dan Moore dan Eisenberg
menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan model yang
satu lebih efektif daripada model yang lain. Model yang mempengaruhi anak
paling kuat adalah model yang dipersepsi anak sebagai tokoh yang berkuasa
(powerful) dan memiliki kualitas hubungan yang hangat dengan anak. Hubungan
yang hangat antara anak dan orangtua dapat tergambar dari attachment yang
terjalin antara anak dan orangtua. Teori attachment mengatakan bahwa bentuk
attachment yang terjalin antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi anak dari
segi emosi, keterampilan sosial, dan kompetensi kognitif. Melalui interaksi anak
dengan pengasuh utamanya, anak belajar untuk mengembangkan hubungan
mereka dengan orang lain. Dengan perkataan lain, pola perilaku yang terjadi
dalam hubungan orangtua dan anak dapat digeneralisasikan ke dalam hubungan
anak dengan saudara kandung mereka. Memunculkan altruisme pada anak
sebenarnya merupakan hal yang susah-susah gampang. Akan menjadi sulit kalau
sejak kecil anak tidak terbiasa untuk peka terhadap orang lain yang membutuhkan
pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan kepada anak pertama usia 3-
6 tahun yang memiliki adik bayi. Kualitas attachment merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi altruisme maka pada penelitian ini ingin dilihat gambaran
kualitas attachment, altruisme, serta gambaran kualitas attachment ibu-anak
dengan altruisme anak terhadap adik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui
metoda wawancara dan observasi singkat. Subjek wawancara adalah empat orang
anak berusia 3-6 tahun yang memiliki adik bayi. Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai altruisme, teori attachment,
dan teori mengenai masa kanak-kanak awal.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dua orang subjek
cenderung memiliki kualitas secure attachment dan dua orang subjek lainnya
cenderung memiliki kualitas insecure-avoidcmt attachment. Kualitas attachment
yang dimiliki masing-masing subjek dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya
adalah sensitivitas dan responsivitas ibu. Pada penelitian ini, subjek yang
cenderung memiliki kualitas secure attachment memiliki ibu yang lebih sensitif
dan responsif dibandingkan ibu dari subjek yang cenderung memiliki kualitas
insecure-avoidant attachment. Subjek yang cenderung memiliki kualitas secure
attachment memiliki hubungan yang lebih hangat dengan ibu. Adanya hubungan
yang hangat menyebabkan ibu dapat menjadi model altruisme yang efektif bagi
anak sehingga anak dapat menginternalisasi perilaku tersebut dengan baik.
Altruisme yang muncul pada semua subjek adalah mengambilkan popok
untuk adik. Adapun bentuk-bentuk altruisme lainnya, seperti mengajak adik
bermain, membawakan tas yang berisi barang-barang adik, menahan tangis agar
adik tidak terbangun, serta memberikan bedak dan menyisiri rambut adik
merupakan altruisme yang dapat dijumpai secara bervariasi pada subjek-subjek
dalam penelitian ini. Kurangnya variasi altruisme pada subjek dapat disebabkan
oleh kurang tergalinya altruisme yang lain dalam wawancara dan observasi yang
dilakukan. Pada penelitian ini juga terlihat adanya pengaruh kualitas attachment
terhadap altruisme. Pada subjek dengan kualitas secure attachment, altruisme
lebih bertalian dan frekuensi anak melakukan altruisme terhadap adik mereka
lebih sering. Altruisme tetap muncul pada anak dengan kualitas insecure-avoidant
attachment karena perilaku tersebut tidak terbentuk semata-mata dari faktor
tunggal, dalam hal ini oleh attachment antara ibu dan anak. Banyak faktor lain
yang mempengaruhi terbentuknya altruisme, seperti empati, perasaan tanggung
jawab, perasaan kompeten, mood, pengorbanan, reinforcement langsung,
modeling, dorongan verbal, dan perasaan iri. Di samping itu, adanya hubungan
yang hangat dengan ayali dapat memperkuat munculnya altruisme pada anak
sekalipun ia memiliki hubungan yang insecure dan kurang hangat dengan ibu.
Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukau dalam
waktu yang lebih lama dan dengan kemampuan wawancara yang lebih memadai.
Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian mengenai
perbedaan kualitas attachment antara anak-ayah dan anak-ibu serta melihat
pengarulinya terhadap altruisme anak."
2004
S3409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Patricia Ulina
"Pada tahapan usia dewasa muda, individu sedang mengalami berbagai krisis, menentukan tujuan hidup, dan mencari makna hidupnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan makna hidup, salah satunya adalah dengan melakukan perilaku prososial, yakni perilaku yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain dan dilakukan secara sukarela. Namun, pada tahun 2020, Indonesia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang memunculkan berbagai dampak dalam kehidupan manusia dan mengharuskan individu mengubah perilaku dan kebiasaannya. Individu dewasa muda merupakan salah satu kelompok usia yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku prososial dan makna hidup pada dewasa muda di Indonesia pasca pandemi COVID-19. Penelitian ini diikuti oleh 329 partisipan berusia 18–29 tahun yang bertempat tinggal di Indonesia. Hasil korelasi menggunakan Spearman Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara perilaku prososial dan makna hidup (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).

During young adulthood, a person is experiencing many types of crises, explores their goals in life, and searches for meaning in life. There are numerous ways to find meaning in life and one of them is engaging in prosocial behavior. Prosocial behavior aims to benefit others and it is done voluntarily. However, in 2020, Indonesia faced the COVID-19 pandemic that brought a lot of impacts on society and forced people to change their behavior and daily routine. One of the age groups that got affected by the COVID-19 pandemic is young adulthood. Based on these findings, this study aimed to find the correlation between prosocial behavior and meaning in life among young adults in Indonesia post-COVID-19 pandemic. This study involved 329 participants aged 18–29 years and living in Indonesia. The Spearman Correlation result showed that there is a significant and positive relationship between prosocial behavior and meaning in life (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanno Rachmat
"ABSTRAK
Penelitian ini meneliti pengaruh jarak sosial terhadap perilaku berdonasi, yaitu salah satu bentuk dari perilaku menyumbang, dengan identity fusion berperan sebagai moderator. Jarak sosial dimanipulasi dengan menyamakan atau membedakan identitas agama partisipan dan lembaga amal untuk menciptakan jarak sosial yang kecil atau besar . Eksperimen dilakukan pada 110 mahasiswa dengan kriteria mahasiswa aktif S1 Universitas Indonesia dan beragama Islam M=19,87, SD=1,10 . Hasil analisis linear regression menunjukkan bahwa 15,30 varians perilaku berdonasi dapat dijelaskan oleh jarak sosial, F 5,104 = 3.756, p= 0.04 , meski jarak sosial tidak memiliki significant unique effect terhadap perilaku berdonasi. Namun, terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara jarak sosial dan identity fusion b= 0,456, SE= 0,187, 95 CI [0,086, 0,826], t= 2,443, p= 0,016 . Secara spesifik, jarak sosial mempengaruhi perilaku berdonasi ketika tingkat identity fusion rendah b= -0,704, SE= 0,268, 95 CI [-1,235, -0,173], t= -2,631, p= 0,010 tetapi tidak ketika tingkat identity fusion tinggi.

ABSTRACT
This research investigates the affect of social distance towards donating behavior, with identity fusion acting as a moderator. Social distance is manipulated by matching or unmatching the religious identity of both the participants and the charity organization, to create a socially near or socially distant condition. The experiment was conducted among 110 Muslim undergraduate students of Universitas Indonesia M 19.87, SD 1.10 . The linear regression analysis shows that 15.30 of variance can be explained by social distance, F 5,104 3.756, p 0.04 , though no significant unique effect of social distance towards donating behavior was found. However, a significant interaction effect between social distance and identity fusion was found b 0.456, SE 0.187, 95 CI 0.086, 0.826 , t 2.443, p 0.016 . Specifically, social distance affect donating behavior when the identity fusion is low b 0,704, SE 0,268, 95 CI 1,235, 0,173 , t 2,631, p 0,010 but not when the identity fusion is high."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zifriyanthi Minanda Putri
"ABSTRAK
Lingkungan tempat perawat bekerja memungkinkan perawat terpapar penyakit dan mengalami cidera. Perilaku perawat dalam menjaga keselamatan dirinya dipengaruhi oleh budaya organisasi kerja yang diyakininya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan budaya organisasi dengan perilaku keselamatan kerja perawat di RSUD Depok. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling berpengaruh dengan perilaku keselamatan kerja perawat adalah hubungan interpersonal. Rumah sakit perlu merencanakan dan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan yang membahas masalah berkaitan dengan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan hubungan interpersonal perawat, dalam upaya perbaikan perilaku keselamatan kerja perawat.

ABSTRACT
The nurses’ work environment enables nurses exposed to disease and injury. The behavior of nurses in maintaining the safety of their work is influenced by organizational culture beliefs. This study aimed to identify the relationship between the organizational culture and the safety behaviors in Depok Regency General Hospital. The study used an analytical correlation design with cross sectional approach. The results showed that the most influential factor for nurses’ safe work behaviors was interpersonal relationships. Hospitals need to organize meetings to discuss issues related to nursing care to improve interpersonal relationships, in order to enhance safety behavior of nurses."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauldina Mustika Sadikin
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengalaman parentification dan perilaku prososial pada mahasiswa penerima bidikmisi. Penelitian ini merupakan penelitian retrospective study dimana parentification sebagai pengalaman yang dialami oleh mahasiswa bidikmisi ketika usia di bawah 18 tahun dan perilaku prososial sebagai dampak dari pengalaman tersebut yang diperoleh saat dewasa. Teori parentification yang digunakan dalam penelitian mengacu pada teori Boszormenyi-Nagy dan Spark (1973) dan teori perilaku prososial mengacu pada teori Eisenberg & Mussen (1989). Dalam mengukur parentification, penelitian ini menggunakan Parentification Inventory (Hooper, 2009) yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu emotional parentification, instrumental parentification, dan perceived benefit parentification dan untuk mengukur perilaku prososial menggunakan Adults Prosocialness Instrument (Caprara, Steca, Zelli, dan Capanna, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat dua dari tiga dimensi parentification (emotional dan instrumental parentification) yang memberikan kontribusi terhadap perilaku prososial. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa bidikmisi yang berkuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) seluruh Indonesia dengan rentang usia 18 sampai 24 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan multiple regression. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman parentification berperan positif secara signifikan terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi dan memprediksi sebesar 5.8%. Hasil juga menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu poin pada skor parentification, maka akan diikuti dengan kenaikan .24 poin pada skor perilaku prososial. Selain itu, kedua dimensi parentification (emotional dan Instrumental parentification) berperan positif secara signifikan terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi. Namun, dari kedua dimensi parentification, hanya emotional parentification yang berkontribusi terhadap perilaku prososial mahasiswa bidikmisi.

 

 


This study aims to know the relationship between experience of parentification and prosocial behaviour among bidikmisi college students. This study is retrospective study where parentification as an experience which event is happened by bidikmisi students under 18 years old and prosocial behaviour as an effect from those events which is obtained as an adult. Parentification theory which is use in this study referring to Boszormenyi-Nagy and Spark theory (1973) and prosocial theory referring to Eisenberg & Mussen theory (1989). To measure parentification in this study is use Parentification Inventory (Hooper, 2009) with three dimensions i.e. emotional parentification, instrumental parentification, and perceived benefit parentification and to measure prosocial behaviour is use Adults Prosocialness Instrument (Caprara, Steca, Zelli, and Capanna, 2005). The researcher also wants to see which two of three dimensions of parentification (emotional and instrumental parentification) that contribute to prosocial behavior. Participants in this study are bidikmisi students who studied in public universities all over Indonesia with age range from 18 to 24 years old. The hypotesist test is done by multiple regression. The results from this study indicates that experience of parentification has significant positive relationship towards prosocial behaviour among bidikmisi college students and predict it as much as 5.8%. The result also indicates that each increase of one point on the parentification score will be followed by  .24 point increase in prosocial behavior scores. Furthermore, two dimensions of parentification (emotional and instrumental parentification) has significant positive relationship towards prosocial behaviour among bidikmisi college students. But, only emotional parentification who contributed toward prosocial behaviour among bidikmisi college students between two dimensions of parentification.

 

 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qmaz Fawwaz Syafta
"Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki sifat yang secara sosial heterogen dan individu cenderung lebih bebas dari kekakuan kontrol sosial patriarki, tetapi ketimpangan masih ada. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik ruang publik Jalan/trotoar dan Sarana transportasi umum terkait dengan dominasi sosial serta perilaku yang terjadi oleh masing-masing gender. Dilakukan wawancara mendalam terhadap delapan informan yang hasilnya dikaji dengan menggunakan teori produksi ruang, proksemika, dominasi sosial, dan tindakan sosial. Ditemukan bahwa perempuan cenderung lebih behati-hati di ruang publik. Karena kecenderungan menjaga jarak yang lebih jauh terhadap orang asing, dilakukan taktik yang merupakan tindakan rasional-instrumental. Laki-laki cenderung tidak menganggap ruang publik sebagai tempat yang membahayakan, sehingga cenderung bertindak secara tradisional. Bagi individu dengan ekspresi gender silang, pengekspresian di ruang publik termasuk ke dalam tindakan rasional-nilai. Ruang publik Jalan dan Sarana transportasi digenderkan menjadi maskulin ditandai dengan asosiasinya dengan gender dan sifat-sifat maskulin. Pada sarana transportasi umum, kebutuhan perempuan akan keamanan dan sifat ruangnya yang tertutup kemudian membuat diciptakannya strategi oleh para voyeur berupa penciptaan ruang terseks perempuan, sehingga ruang publik tetap bisa menjadi tempat aman untuk perempuan. Bagi individu dengan ekspresi gender silang, ruang tersebut cenderung dianggap sebagai tempat yang kurang nyaman karena bias gender dari regulator ruang dan orang sekitar yang sifatnya cisnormatif.

Jakarta as a metropolitan city has a socially heterogeneous nature and individuals tend to be freer from the rigidity of patriarchal social control, but inequality still exists. This study aims to determine the characteristics of public space such as roads/sidewalks and public transportation facilities in relation to social domination and behavior that occurs by each gender. In-depth interviews were conducted with eight informants whose results were examined using the theories such as production of space, proxemics, social domination, and social action. It was found that women tended to be more careful in public spaces. Because of the tendency to maintain greater distance from strangers, a tactic which is a rational-instrumental action is adopted. Men tend not to perceive public space as a dangerous place, so they tend to act traditionally. For individuals with cross-gender expression, expression in the public space is considered to be value-rational action. Public spaces such as Roads and transportation facilities are gendered to be masculine, characterized by their association with masculine traits. In public transportation, women's need for security and the closed nature of the space then led to voyeurs creating a strategy that is the creation of women's sexed spaces, so that public spaces can still be safe places for women. For individuals with cross-gender expressions, this space tends to be seen as an uncomfortable place because of the gender bias of the space regulator and the surrounding people."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Miftahul Jannah
"ABSTRAK
Perundungan merupakan isu utama yang menjadi masalah di SMA XYZ. Perundungan ini sudah menjadi tradisi yang menahun sehingga menyebabkan siswa merasa tertekan secara psikologis dan merasa tidak nyaman di sekolah. Dari studi literatur diketahui bahwa semakin positif hubungan antar siswa, yang ditandai dengan tingginya tingkat perilaku prososial, tingkat kejadian perundungan akan semakin rendah. Sebelum intervensi dilakukan, peneliti melakukan studi baseline di SMA XYZ. Berdasarkan studi baseline tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa memiliki kemauan untuk mengubah tradisi perundungan dan menginginkan hubungan yang lebih positif di sekolah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelompok intervensi, agar terbentuk hubungan yang positif di sekolah. Partisipan pada kelompok intervensi adalah pengurus OSIS, yang terdiri dari 10 siswa kelas X dan 10 siswa kelas XI. Pertimbangan pemilihan pengurus OSIS adalah karena mereka dapat menjadi agent of change di SMA XYZ. Intervensi dirancang dengan memodifikasi program CEPIDEA Counteract Externalizing Problems in Adolescence , salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan komunikasi pada siswa. Materi yang disampaikan berupa komunikasi verbal, komunikasi noverbal dan komunikasi asertif. Indikator keberhasilan intervensi ini adalah meningkatnya keterampilan komunikasi siswa dan perilaku prososial secara signifikan. Hasil pengukuran wilcoxon signed rank test menunjukkan terdapat peningkatan secara signifikan pada skor keterampilan komunikasi dan perilaku prososial siswa.

ABSTRACT
Bullying is an issue that has becomes a major problem in SMA XYZ. It has become a tradition for years and caused students to feel uncomfortable and psychologically depressed in school. Previous studies found that the positive relationship among students, which marked by the high level of prosocial behavior, is inversely proportional to the number of bullying incidences in school. Before the intervention was carried out, the researcher conducted a baseline study in SMA XYZ. The baseline study finds that most students have willingness to change the bullying tradition and want a more positive relationship among students in school. The research aims to improve the prosocial behavior in the intervention group, in order to establish a positive relationship among students in school. Participants in the intervention group were the student council member OSIS , consisting of 10 students from class X and 10 students from class XI. The OSIS members were chosen because of their potential as an agent of change in SMA XYZ. The intervention was designed by modifying the CEPIDEA program Counteract Externalizing Problems in Adolescence , and one of the program were by providing communication skills training to the students. The materials presented in training are verbal nonverbal and assertive communication. The indicators of success of this intervention are the significant improvement in students rsquo communication skills and prosocial behavior. The Wilcoxon signed rank test shows that there is a significant increase in students rsquo communication skill and prosocial behavior score."
2018
T51366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>