Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianipar, Tarida S.
"Musisi adalah orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989; (\v\vw.wikipedia.org). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa menjadi seorang musisi perlu memiliki keterampilan bermusik. Keterampilan bermusik tidak hanya diperoleh karena bakat musik, tetapi juga diperoleh karena pengalaman, tugas, motivasi, dan proses belajar yang mendukung (Sloboda, 1994b). Perbedaan suatu keterampilan bermusik itu dapat dilihat dari peforma musik, seperti performa musik pada musisi klasik dan musisi jazz. Perbedaan yang mendasar dari kedua musisi itu adalah improvisasi, yaitu penuangan ide atau mood yang terjadi secara spontan. Musisi klasik dituntut untuk memainkan partitur komposisi secara tepat dan akurat. Ekspresi musik dituangkan melalui improvisasi berupa interpretasi dari komposisi itu harus terpaku pada notasi musik. Sedangkan musisi jazz diharapkan melakukan improvisasi untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan teknik musik (Reimann, 2003). Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran respon musik terhadap rangkaian melodi pada musisi piano klasik dan musisi piano jazz. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi terhadap tujuh subjek penelitian yang terdiri dari tiga musisi piano klasik dan tiga musisi piano jazz. Pedoman wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respon musik yang dikemukakan oleh Copland (1955), Wingell (1983), dan Denecke (1997) yang terdiri dari respon fisik (respon yang berhubungan dengan gerak tubuh), respon musik tingkat sensori atau respon afektif (respon yang berhubungan dengan perasaan yang muncul pertama kali tanpa berpikir), respon musik tingkat asosiatif (respon musik yang berhubungan dengan imajinasi, memori, dan pengalaman masa lalu), respon musik tingkat ekspresif (respon musik yang berhubungan dengan kekuatan ekspresif atau makna dari musik), respon musik tingkat musikal (respon musik yang berhubungan dengan kesadaran terhadap musik dan yang terjadi di dalam musik itu sendiri). Respon musik yang akan dilihat adalah respon musik ketika mendengarkan rangkaian melodi dan respon musik ketika menampilkan performa musik. Selain itu, penelitian ini juga hendak melihat performa musik yang ditampilkan oleh musisi klasik dan musisi Jazz. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki persamaan dalam memberikan respon fisik dan respon musik tingkat sensori atau respon afektif. Persamaan ini diungkapkan oleh masingmasing musisi mengenai hal-hal yang mereka rasakan yang berhubungan dengan kedua respon musik tersebut ketika mendengarkan rangkaian melodi dan ketika menampilkan performa musik dari rangkaian melodi. Selain itu, hasil lain yang ditemukan adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki perbedaan dalam memberikan respon musik tingkat asosiatif, respon musik tingkat ekspresif, dan respon musik tingkat musikal. Ketiga respon musik ini adalah respon musik yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi dari dua respon musik sebelumnya, karena tidak hanya sekedar menikmati musik saja. Hal ini menunjukkan bahwa musisi klasik memiliki imajinasi, ekspresi, dan pengamatan terhadap musik yang berbeda dengan musisi jazz sehingga tidak mengherankan mereka memiliki gaya performa musik yang berbeda. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera-video. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian persepsi musik pada musisi yang memiliki keahlian bermain instrumen musik lain. Saran praktis dari penelitian ini adalah sebaiknya dikembangkan pengajaran musik mengenai kemampuan mendengarkan musik dan memberikan respon musik yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memiliki tingkat musikalitas yang baik."
2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Kusumawardhani
"Pertunjukan seni musik menjadi sebuah pertunjukan yang menonjolkan nilai estetis, namun di sisi lain juga telah mengalami komodifikasi. Industri budaya dan penciptaan budaya massa telah memungkinkan musik tidak lagi menjadi sekadar seni, namun telah menjadi komoditas. Hal ini ditunjukkan dalam fenomena yang ditunjukkan dalam beberapa konser seni musik di Indonesia. Namun dalam hal ini, sebenarnya masih ada pertunjukan musik yang mengutamakan nilai estetika dan kebebasan mencipta dan menikmati karya seni. Di samping itu, seni musik saat ini terus mengalami reduksi dan degradasi yang menghasilkan standarisasi yang cenderung konformis dan fetis, sehingga bukannya membebaskan manusia selayaknya hakikat seni yang sesungguhnya, namun justru menjebak manusia dalam fetisisme komoditas. Adorno dalam Teori Estetikanya menjelaskan tentang seni musik populer yang berbeda dengan seni musik budaya tinggi yang dicontohkan oleh karya-karya musik klasik. Baginya, seni musik yang ideal adalah seni musik yang penuh kebebasan dan mampu melepas keterasingan manusia dari kehidupannya.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa seni musik, khususnya di Indonesia, telah mengalami komodifikasi dan fetsisime komoditas musik sudah nyata terjadi. Tidak hanya pada musik populer, namun juga pada musik klasik itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk melepaskan seni musik dari kepentingan-kepentingan ekonomi dan ideologis dengan mengutamakan nilai estetis dan hakikat seni itu sendiri, yakni untuk liberalisation dan revelation.

Musical art performance has become a show with aesthetical value that in the other hand experiences commodification. Cultural industry and mass cultural producer have allowed music to not only become art, but also commodity. This is shown by the phenomena of several musical concerts in Indonesia. At the same time, musical art these days keeps on experiencing reduction and degradation that result to standardization which tends to be conforming and fetish. Thus, instead of liberating people as what true art does, it leads people to commodity fetishism. Adorno in his Aesthetic Theory explains about popular music art which is different than high cultural art such as classical music artwork. To him, ideal musical art would be the kind of musical art which is liberating and able to release people?s alienation from their life.
This research explains that musical art, particularly in Indonesia, has experienced commodification and that commodity fetishism has been seen happening in reality. Not only to popular music, but also to classical music itself. Therefore, efforts to free musical art from economic and ideological interests are needed by implementing its true values which are liberalization and revelation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dewi Paramita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3588
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pasaribu, Amir
Djakarta: Gunung Agung, [1953]
780.9 AMI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Amilia Atmaheni
"ABSTRAK
Pola spasial kebiasaan penikmat musik dibangun oleh berbagai faktor seperti pengetahuannya tentang musik dan aktivitas untuk mendengarkan musik. Pengetahuan kognisi tentang musik dan aktivitas menikmati musik membentuk kebiasaan penikmat musik. Studi ini dilakukan di Jakarta dengan metode pengumpulan data secara online. Hasil pengumpulan data diklasifikasi dan dianalisis dengan metode tumpang tindih dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola spasial kognisi musik dipengaruhi oleh karakteristik kualitas tempat tinggalnya. Sementara pola spasial kebiasaan menikmati musik cenderung dilakukan sambil beraktifitas dengan menggunakan media campuran yaitu media modern dan juga konvensional dan dinikmati sambil beraktifitas. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa secara spasial lingkungan tempat tinggal berpengaruh terhadap kognisi musik, namun tidak berpengaruh terhadap kebiasaan menikmati musik

ABSTRACT
Spatial pattern of music rsquo s devotees are built by various factors such as music knowledge and habit to listen to music. The knowledge cognition of music and the habit to listen music develop habit of music rsquo s devotees. This study was conducted in Jakarta. The data was collected by online method. The results are analyzed by overlapping several variables that been constructed in form of maps dan statistic. The results showed that the spatial pattern of music cognition is influenced by the characteristics of residence qualities. While the spatial pattern of habit of enjoying music is carry out by using mixed media between the modern and the conventional and listen during activities . The conclusions of this study indicate that spatially the living environment affects the cognition of music, but does not affect habit to listen to the music."
2017
S68926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamien, Roger
New York : McGraw-Hill, 1996
780.15 KAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kerman, Joseph
New York: Worth Publishers, 1996
781.17 KER l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kamien, Roger
Boston: McGraw-Hill, 1998
780.15 KAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kamien, Roger
Boston : MCGraw-Hill , 2000
781KAMM001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>