Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasvar Nazar
"Sistem Pengerukan yang dilaksanakan sejak tahun 1973 hingga sekarang dinilai tidak efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah pendangkalan Kanal Tanjung Santan karena biayanya yang besar dan hasilnya tidak memuaskan. Hasil penelitian yang dilakukan Intersea Research Corporation menyebutkan bahwa pendangkalan kanal Tanjung Santan disebabkan oleh aliran pesisir pantai (littoral drift). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dirancang Sistem Dinding Pelindung/Kanal yang mampu menahan pasir/lumpur sehingga tidak masuk ke dalam kanal. Sistem Dinding Pelindung Kanal terdiri dari dua komponen yaitu komponen tiang dan dinding. Kekuatan sistem Dinding pelindung kanal dihitung berdasarkan gaya gelombang, tekanan air dan tanah yang terjadi pada sistem tersebut. Agar dapat efektif mencegah pendangkalan selama 20 tahun diding dibuat pada level air tertinggi (High Water Surface - HWS), dengan panjang 650 m di sisi Utara dan 240 m di sisi Selatan. Estimasi biaya investasi Dinding Pelindung Kanal merupakan solusi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Sistem Pengerukan.

Dredging System, which implemented since 1973 until now is considered ineffective and inefficient in tackling the siltation of the Tanjung Santan Canal due to its high cost and unsatisfactory results. The results of research conducted by Intersea Research Corporation stated that the siltation of the Tanjung Santan canal is caused by littoral drift. Based on the results of the study designed a Protective Wall / Canal System that is able to hold sand / mud so it does not enter the canal. Canal Guard Wall System consists of two components, pillar and wall components. The strength of the canal wall protection system is calculated based on the wave force, water and soil pressure that occurs in the system. In order to be able to effectively prevent siltation for 20 years the wall is made at the highest water level (High Water Surface - HWS), with a length of 650 m on the North side and 240 m on the South side. The estimated investment cost of a Canal Guard Wall is a far better solution compared to the Dredging System."
Depok: Universitas Indonesia, [date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasvar Nazar
"Pengerukan tidak selalu merupakan solusi yang terbaik untuk menanggulangi masalah· pendangkalan suatu perairan. Hal ini terbukti pada sistem pengerukan yang selama ini dilakukan di kanal Tanjung Santan, Kalimantan Timur. Analisa yang dilakukan terhadap data-data historis dan keterangan pendukung yang berhasil dikumpulkan menunjukkan bahwa: Sistem pengerukan menerus (ntaintenace dredging) yang dilaksanakan pada tahun 1973 s/d 1983 walaupun cukup efektif menanggulangi masalah pendangkalan tetapi biaya yang diperlukan rata-rata US$ 866,875/tahun dinilai sangat tinggi. Sistem pengerukan periodik (tiap 2 tahun) yang dilaksanakan tahun 1985 s/d 1999 efektifitasnya hanya 52.13 % dan biaya pengerukan dan biaya ekstra yang timbul masih cukup tinggi yaitu rata-rata US$ 447,250/tahun. Hasil penelitian yang dilakukan Intersea Research C01poration menyebutkan bahwa pendangkalan kanal Tanjung Santan disebabkan oleh aliran pesisir pantai (littor~l drift). Berdasarkan hasil penelitian tersebut timbul ide untuk membuat Sistem Dinding Pelindung Kanal untuk mencegah aliran pesisir pantai membawa pasir masuk ke dalam kanal Tanjung Santan. Sistem Dinding Pelindung Kanal terdiri dari dua komponen yaitu komponen tiang dan dinding. Komponen tiang adalah baja profil HP360x1707 dengan panjang 12 m dan dinding adalah susunan balok-balok beton bertulang dengan ukuran penampang 25 em x 30 em. Kekuatan Sistem Dinding Pelindung Kanal dihitung berdasarkan gaya gelombang, tekanan air dan tanah yang terjadi pada sistem tersebut. Sesuai dengan kapasitas kekuatannya tiang dipandang pada jarak/spasi antara 1.30 m s/d 2.05 m. Untuk dapat efektif meneegah pendangkalan selama 20 tahun dinding dibuat pada level ketinggian air tertinggi (High Water Swface- HWS), dengan panjang 650 m di sisi Utara dan 240 m di sisi Selatan sesuai dengan volume aliran pasir dari masing-masing arah tersebut. Estimasi biaya investasi dinding pelindung kanal adalah sebesar US$ 1,089,262. Dibandingkan dengan Sistem Pengerukan, keekonomian Sistem Dinding Pelindung Kanal mempunyai ROR = 41 %, NPW =US$ 2,650,000, BIC = 3.4, Breakeven 2 tahun 9 bulan dan Pay-back Period 2 tahun 7 bulan. Dengan demikian Sistem Dinding Pelindung Kanal merupakan solusi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Sistem Pengerukan secara teknis maupun ekonomis.

Dredging is not always a best solution to cope with the siltation problem. It is proven in the case of Dredging System, which performed in Tanjung Santan Channel, East of Kalimantan. Analysis to the historical data and other support information shows: Continuous Dredging System (maintenance dredging) performed in 197 3 - 1983 even though had coped with the siltation problem effectively but the dredging cost as much as US$ 866,875 annually on the average was considered ve1y high. Periodic Dredging System (once in two years) pe1jonned in 1985 - 1999 has effectiveness 52.13 % only and the dredging cost plus extra cost involved as much as US$ 447,250 annually on the average was still high. Research done by Intersea Research C01poration has reported that siltation problem in Tanjung Santan Channel is caused by longshore sand transport due to littoral drift. Based on that report, the idea to build Channel Wall Protection System which can prevent sand transported by littoral drift enter Tanjung Santan Channel has been appeared. Channel Wall Protection System consists of two components that are pole and wall components. Pole component is steel profile HP360x1707 length 12 m. Wall component is stacked precast reinforced concrete beams with section size 25 em x 30 em. Strength of the Channel Wall Protection System is calculated based on wave force, hydrostatic pressure, and soil pressure subjected to the system. According to its strength capacity, poles should be piled with space between 1.30 m and 2.05 m. To make this system be able to prevent siltation enter Tanjung Santan Channel for 20 years, the top elevation of the wall should be built at the level of high water swface (HWS) with the length of 650 m at the northern side and the length of 240 m at the southern side. Investments cost of Channel Wall Protection System is estimated US$ 1,089,262. In comparison to the Dredging System, economically Channel Wall Protection System has ROR = 41 %, NPW =US$ 2,650,000, BIC = 3.4, Breakeven 2 years 9 months and Payback period 2 years 7 months. Therefore, it is concluded that Channel Wall Protection System is much better solution compare to Dredging System both technically and economically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chevy Cahyana. author
"ABSTRAK
Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik tenaga termal, baik yang berbahan bakar batubara, minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air pendingin yang masuk kembali ke laut memiliki temperatur di atas temperatur ambien air laut. Masuknya limbah air panas dari kanal pendingin ke laut (thermal pollution) dalam jumlah besar dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan biota laut di sekitarnya. Pengkajian tentang pola sebaran polutan panas dari kanal pendingin pembangkit listrik perlu dilakukan untuk dapat mengetahui luas daerah yang terkena dampak dan berapa besar perubahan temperatur yang terjadi. Simulasi sebaran panas di laut dilakukan dengan mengasumsikan pembangkit listrik
tenaga nuklir dengan kapasitas 7000 MWe beroperasi di Semenanjung Muria Jepara sebagai calon tapak PLTN di Indonesia. Hasil simulasi menunjukkan temperatur sebesar 34-360C menyebar sejauh 115 m, sementara temperatur sebesar 31-330C menyebar sejauh 1048 m dari outlet kanal pendingin.

ABSTRACT
The operation of a thermal power plant, including coal-fired, oil and nuclear energy, use sea water as coolant. Cooling water back into the sea has a temperature above the ambient temperature of sea water. The entry of warm water waste from the cooling canal to the sea (thermal pollution) in large quantities may cause negative impact on marine biota around the canal outlet. Assessment of heat pollutant dispersion pattern from power plant cooling canal needs to be done in order to know the area affected and how much the temperature changes that occur. It is assumed that 7000 MWe nuclear power plant is operated to simulate heat dispersion to ocean water body at Muria peninsula, Jepara as a candidate site of nuclear power plant at Indonesia. The simulation results show that temperature of 34-360C disperse along 115 meters,
meanwhile temperature of 31-330C disperse along 1048 meters from cooling canal outlet."
2011
T 29864
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Nobel
"Plain film merupakan modalitas standar radiologi semua rumah sakit di Indonesia dan biaya relatif rendah. Dalam diagnosis kanal spinal stenosis , CT scan lebih baik tetapi plain film lebih tersedia .Rerata sagital diameter terbesar pada C6 (18mm) dan yang terkecil C4 (17,0mm). Terdapat perbedaan bermakna berdasarkan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan sedangkan usia tidak. Korelasi kuat didapatkan pada pengukuran sagital diameter dari C3-C7 sedangkan interpedikel korelasinya lemah. Didapatkan sagital c3 (r=0,85), c4 (r=0,84), c5(0,84), c6(r=0,81) dan c7(r=0,86) sedangkan interpedikel c3(r=0,23), c4 (r=0,51), c5(r=0,47), c6 (r=0,84) dan c7(r=0,56).

Plain film is modality standar of radiology for all hospital in Indonesia and cost cheaper. In diagnosis stenosis of spinal canal, Ct scan better than Plain film but plain film more avalaible. The mean sagital diameter of the cervical canal at the biggest 18 mm (C6) and smallest 16 mm (C4). There was significantly correlation of sex,body weight, and height but no with age. Result of corelation between plain film and ct scan there was strong corelation at sagital diameter but weak at interpedikel diameter. We can see at C3 sagital (r = 0,85), C4 sagital (r= 0,84), C5 (r=0,84), C6 (r=0,81) and C7 (r=0,86). Otherwise interpedikel diameter C3 (r=0,23, p=0,11), C4 (r=0,51), C5 (r=0,47), C6 (r=0,48), and C7 (r=0,56).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eddie Santoso
"Dalam Tugas Akhir ini dibuat Penganalisis Kanal Tunggal yaitu suatu alat untuk menganalisis tinggi pulsa yang sering digunakan pada pengukuran energi radiasi bahan radio aktif. Alat ini terdiri atas rangkaian: Diskriminator, anti-coincidence dan pembentuk pulsa yang dibuat dengan menggunakan rangkaian terpadu atau IC (Integrated Circuit) dan komponen tertentu yang presisi sehingga didapatkan kehandalan yang tinggi. Keuntungan lain menggunakan IC adalah rangkaian menjadi sederhana dan mudah untuk memperbaikinya.
Untuk menganalisis tinggi pulsa alat ini menggunakan dua buah diskriminator, untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi pada pembacaan "'level" diskriminator maka dipakai potensiometer 10 putaran pada masing-masing rangkaian level diskriminator. Keluaran Penganalisis Kanal Tunggal berbentuk pulsa segi empat dengan tinggi ±3,5 volt dan lebar ± 0,5 ps , pulsa ini merupakan pulsa Standard sebagai masukan rangkaian pencacah .
Alat ini telah dibuat dan diuji di Instalasi Spektrometri Neutron - Pusat Penelitian Sains Materi - BATAN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Taufiq
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air - Badan Penelitian dan Pengembangan - Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Dhiaksa
"ABSTRAK
Drainpile adalah salah satu tipe sekat kanal yang terbuat dari konstruksi beton yang dikombinasi dengan pasangan batu. Drainpile memiliki desain sedemikian rupa sehingga memiliki kelebihan mampu membendung aliran dan meninggikan muka air sampai level yang dikehendaki namun masih bisa dilalui perahu untuk navigasi masyarakat. Saat ini telah dibangun 2 unit drainpile pada lokasi penelitian di Desa Sei Ahas Kalimantan Tengah yang dibangun pada tahun 2013 dan 2015. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mengevaluasi desain drainpile apakah sudah berfungsi sesuai yang direncanakan dan mengkaji kekurangan-kekurangannya sehingga bisa disempurnakan agar diperoleh desain drainpile yang lebih baik. Metode yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah penilaian kinerja dengan monitoring dinamika muka air di bagian hulu dan hilir drainpile, wawancara tatap muka dengan masyarakat, dan observasi kondisi drainpile di lapangan. Berdasarkan hasil studi, diperoleh informasi bahwa drainpile dapat berfungsi dengan baik untuk membendung aliran dan meninggikan muka air, namun pada sisi desain masih perlu dilakukan penyempurnaan antara lain penambahan reflektor cahaya pada tubuh bangunan, perbaikan pada desain sayap bangunan, dan perbaikan pada desain alur perahu."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mettasari Puspa Wardoyo
"Latar Belakang: Preparasi saluran akar dengan instrumen putar NiTi dapat menyebabkan crack pada dinding saluran akar.
Tujuan: Menganalisa dan membandingkan efek penggunaan instrumen putar NiTi single-file gerakan resiprokal dan kontinyu terhadap terbentuknya crack pada dinding saluran akar.
Metode: Tigapuluh dua sampel saluran akar tunggal dipilih secara acak dan dibagi menjadi dua grup (n=16) sesuai dengan instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar, yaitu instrumen putar NiTi gerakan resiprokal dan gerakan kontinyu. Micro-CT digunakan untuk mengevaluasi crack  sebelum dan setelah preparasi saluran akar. Analisis statistik menggunakan Continuity correction.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara preparasi saluran akar menggunakan instrumen putar NiTi gerakan resiprokal dan gerakan kontinyu (p>0,05). Crack yang terbentuk ditemukan pada bagian sepertiga apikal saluran akar dengan tipe incomplete crack.
Simpulan: Preparasi saluran akar menggunakan instrumen putar NiTi single-file dengan gerakan resiprokal dan kontinyu dapat menyebabkan terbentuknya crack pada dinding saluran akar.

Background: Root canal preparation with NiTi rotary instrument has the potential to induce cracks in the root canal wall.
Objective: To analyze and compare the effects of single-file NiTi rotary continuous and reciprocating instruments in the propagation of cracks in the root canal wall.
Methods: Thirty two single root canal samples were randomly assigned into two groups (n=16 per group) according to the system used for root canal preparation : reciprocating instruments and rotary continuous instruments. The samples were scanned through high-resolution micro-computed tomographic imaging to evaluate cracks before and after root canal preparation. The comparison between two groups was analysed statistically using Continuity correction.
Results: There was no significant difference in the number of cracks between reciprocating group and rotary continuous group (p> 0.05). Cracks that occured was found in the apical third of the root canal, with incomplete cracks.
Conclusion: Root canal preparation with single-file NiTi rotary continuous and reciprocating instruments can induce dentinal cracks in the root canal wall."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meita Herisa
"Latar Belakang: Preparasi saluran akar gigi menghasilkan smear layer saat bersentuhan dengan dinding saluran akar yang berpotensi menyebabkan kegagalan perawatan. Bentuk penampang file mempengaruhi pembentukan smear layer. Penelitian ini membandingkan kuantitas smear layer pada dinding saluran akar sepertiga apikal yang dipreparasi menggunakan file berpenampang melintang segitiga dan segi empat.
Metode: 32 sampel gigi premolar rahang bawah dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan yang dipreparasi dengan file berpenampang segitiga (One Curve®, n = 16) dan segi empat (Hyflex EDM®, n = 16). Setelah preparasi, saluran akar diirigasi menggunakan kombinasi larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Smear layer pada dinding saluran akar sepertiga apikal diamati menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan dikuantifikasi menurut sistem skoring Foschi.
Hasil: Uji Mann- Whitney menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik antara preparasi saluran akar menggunakan kedua instrumen dengan skor smear layer. Kelompok yang dipreparasi dengan file berpenampang segitiga menghasilkan skor smear layer lebih rendah dibanding kelompok yang dipreparasi dengan file berpenampang segi empat.
Kesimpulan: Preparasi saluran akar menggunakan file berpenampang segitiga dan segi empat dengan irigasi kombinasi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% tetap menghasilkan smear layer pada daerah sepertiga apikal, namun preparasi dengan file berpenampang segitiga menunjukkan kuantitas smear layer yang lebih sedikit dibandingkan file berpenampang segi empat.

Background: Root canal preparation produces smear layer when in contact with its wall, which potentially causing treatment failures. Cross-section shape of file influences smear layer production. This experiment compares smear layer quantity at apical third of root canal walls prepared using files with triangular and rectangular cross-section.
Methods: Thirty-two premolar samples taken from mandibles were divided into two groups whose root canals were prepared using file with triangular (One Curve®, n = 16) and rectangular (Hyflex EDM®, n = 16) cross-section. After preparation, root canals were irrigated with combination of NaOCl 2,5% and EDTA 17% solutions. Smear layer in apical third of root canal walls were then observed using scanning electron microscope (SEM) dan quantified according to Foschi scoring system.
Results: Mann- Whitney test shows significant difference between root canal preparation using both instruments and produced smear layer score. Group prepared with triangular file produced lower smear layer score compared to those which prepared with rectangular file.
Conclusions: Root canal preparation using files with triangular and rectangular cross-section, followed by combined NaOCl 2,5% and EDTA 17% irrigation still produces smear layer in apical third area. However, preparation with triangular file shows less smear layer quantity compared to rectangular file.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wisnu Putranto
"ABSTRAK
Latar Belakang: Smear layer dapat menghambat sterilisasi saluran akar dan adaptasi bahan pengisi di sepertiga apeks. Untuk menghilangkannya, selain menggunakan bahan irigasi juga diperlukan teknik irigasi yang yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai hasil pembersihan dinding saluran akar dari smear layer di daerah sepertiga apeks yang diirigasi menggunakan teknik irigasi sonik dan tehnik irigasi manual-dinamik Metode: Tigapuluh dua gigi premolar tetap dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 menggunakan teknik irigasi sonik. Kelompok 2 menggunakan teknik irigasi manual-dinamik. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebersihan dinding saluran akar pada sepertiga apeks dengan menggunakan SEM pada semua kelompok. Analisis data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok 1 dan 2 (p=0,256) Kesimpulan: Kedua jenis teknik irigasi baik sonik maupun manual-dinamik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Namun secara deskriptif, teknik irigasi sonik memberikan hasil kebersihan sepertiga apeks yang lebih baik dibandingkan dengan teknik irigasi manual-dinamik.

ABSTRACT
Background: Smear layer can inhibite sterilization of root canal and adaptation of root canal filling material on apical third of root canal wall. To eliminate it, besides using irrigation materials are also needed proper irrigation techniques. The purpose of this study was to obtain more information of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall irrigated using sonic and manual-dynamic irrigation techniques. Materials and Method: thirty two whole-extracted premolars were divided into 2 groups. Group 1 were irigated sonicly, Group 2 were irrigated with manual-dynamic. The cleanliness of smear layer on apical third of root canal wall from both groups then inspected using SEM. The data obtained were analyzed using Kolmogorov-smirnov test. Results: There was no significant difference between Group 1 and Group 2 (p = 0,256) Conclusion: Both types of irrigation techniques does not show statistically significant difference. But descriptively, sonic irrigation technique provided better result of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall than manual-dynamic irrigation technique."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>