Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Nasikin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Isky Farida
"Penelitian ini memanfaatkan kemampuan Zeolit Alam Lampung sebagai bonding agent (bahan pengikat) dalam proses flotasi udara dengan menentukan perlakuan awal zeolit alam yang tepat agar pengikatan amonia dengan metode flotasi yang terjadi optimal, serta menentukan ukuran dan dosis zeolit alam yang tepat untuk memperoleh hasil flotasi yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai jenis variasi aktivasi yang dilakukan pada Zeolit Alam Lampung diperoleh hasil bahwa luas permukaan pori terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 82,36mm.
Hasil flotasi udara menggunakan berbagai jenis variasi zeolit diperoleh data hasil analisis % pemisahan amonia terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 93,817, begitu pula dengan hasil analisa parameter-parameter kimia dan fisika lainnya sebagai parameter pendukung pada baku mutu limbah cair seperti (COD,DO dan pH) diperoleh data pengukuran dengan hasil terbaik dimiliki oleh ZAL.
Dari hasil variasi ukuran diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL yaitu pada ukuran partikel 1,7mm juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair. Hasil variasi Dosis diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL pada dosis 6gr/L juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair.pengaruh penambahan SLS dengan dosis 0,4gr/L terbukti dapat meningkatkan persentasi pemisahan amonia yang dihasilkan.

The focus of this study is the ability of Natural Zeolite Lampung as a bonding agent in air flotation process which determine the right preparation to optimize ammonia bonding using flotation method, and determine the size and dosage of natural zeolite to get the optimal result of flotation. Refer to the earlier research of some activation variant for Natural Zeolite Lampung that the biggest pore surface area of Natural Zeolite Lampung was 82,3mm.
The analysis result of air flotation using some variant of zeolite is the Natural Zeolite Lampung highest percentage of separation was 93,817, and also the result of other chemical and physical variable as variable support for the waste liquid standard like COD, DO, and pH, the best analysis result is Natural Zeolite Lampung.
For the size variant, highest percentage result of ammonia separation by using Natural Zeolite Lampung is for the particle size of 1,7mm and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. The highest percentage result for dosage variant of ammonia separation using Natural Zeolite Lampung is at dosage 6gr/L and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. Adding 0,4 gr/L SLS could raise the percentage of ammonia separation result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52000
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Gilbert P.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto
"Proses regenerasi adsorben zeolit alam Lampung dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme reaksi pertukaran kation dimana kation dalam cairan dipertukarkan atau digantikan dengan kation dari suatu padatan (bahan penukar kation). Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi:
NH4-zeolit + Na+ --><-- Na-zeolit + NH4+
Banyaknya kation yang dipertukarkan memiliki muatan ekuivalen yang sama, sehingga elektronetralitas fasa cair dan padatnya tetap terjaga.
Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran maka perlu dilakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi regenerasi. Dalam penelitian ini digunakan 2,5 siklus adsorpsi-regenerasi (terdiri dari 3 tahap adsorpsi dan 2 tahap regenerasi yang dilakukan secara bergantian) untuk setiap variasi konsentrasi regeneran dan temperatur regenerasi.
Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun zeolit alam Lampung bemkuran 20-10 mesh dan tinggi 22 cm (berat 404 gr). Proses berlangsung secara kontinyu dimana cairan dialirkan masuk ke dalam unggun dengan laju 0,3 ml/dt dari bawah ke atas.
Ada tiga kondisi dalam penelitian ini berdasarkan variasi konsentrasi regeneran dan variasi temperatur regenerasi yaitu:
1. Kondisi A, sildus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 5 g/l dan temperatur regenerasi 30 °C.
2. Kondisi B, siklus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 10 g/l dan temperatur regenerasi 30 °C.
3. Kondisi C, siklus adsorpsi-regenerasi dengan kondisi operasi regenerasi yaitu konsentrasi regeneran 5 g/l dan temperatur regenerasi 40 °C.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penambahan konsentrasi regeneran dari 5 g/l menjadi 10 g/I pada temperatur operasi regenerasi 30 °C tidak meningkatkan kapasitas desorpsi sedangkan untuk kapasitas adsorpsi mengalami sedikit kenaikan.
Selain itu dari hasil penelitian juga diketahui kapasitas adsorpsi akan meningkat akibat penambahan temperatur regenerasi dari 30 °C ke 40 °C sedangkan banyaknya NH3 yang terdesorpsi mengalami penurunan.
Secara keselumhan proses regenerasi dengan NaCl sebagai regeneran menunjukkan adanya pengurangan kadar amonia dalam zeolit dengan persentase terbesar yaitu 84,85 % untuk konsentrasi regeneran 5 g/1 dan temperatur 30 °C (kondisi A)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Wibowo
"Penelitian adsorpsi amonia fasa cair pada kolom adsorpsi unggun tetap zeolit dilakukan deugan menggunakan adsorben zeolit alam Lampung jenis Klinoptilolit yang mengalami perlakuan pemanasan pada 150º C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan adsorpsi amonia oleh zeolit alam Lampung berbentuk granular dengan melihat pengaruh waktu adsorpsi, ukuran butiran zeolit, perbandingan berat unggun terhadap laju alir (W/F), pengaruh regenerasi serta jatuh tekanan (pressure drop) yang ditimbulkan.
Adsorpsi amonia dilakukan dengan menggunakan partikel zeolit berukuran 20-10 mesh dan 10-8 mesh serta laju alir fluida sebesar 0,3 ml/detik. Konsentrasi amonia yang digunakan sekitar 1 gr/L dengan kondisi operasi adsorpsi pada suhu dan tekanan ruang. Konsentrasi amonia keluaran reaktor dianalisa dengan metode distilasi-titrasi, sedangkan zeolitaya dikarakterisasi dengan metode spektroskopi sinar tampak.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk proses adsorpsi selama 240 menit, ukuran partikel 20-10 mesh memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik dibandingkan dengan 10-8 mesh. Untuk W/F 1347 g.detik/mL, 20-10 mesh, waktu pencapaian melampaui baku mutu berlangsung selama 50 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2902 meqNH3/grZAL dengan breakpoint sekitar menit ke-60. Sedangkan W/F 1347 g.detik/mL, 10-8 mesh, waktu pencapaian sekitar 10 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2198 meqNH3/gZAL.
Regenerasi kimiawi dengan larutan NaCl 5 g/L dapat meningkatkan umur pakai adsorben ZAL, tetapi terjadi penurunan kemampuan adsorpsi tahap 2 dan 3 terhadap tahap I. Untuk ZAL 10-8 mesh dengan W/F1397 g.dtk/mL (tinggi 22 cm) perbandingannya 87,00% dan 74,81%.
Pada pengukuran jauh tekanan, perbedaan ukuran partikel tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Jatuh tekanan hasil pengukuran pada kolom adsorpsi untuk tinggi unggun 22 cm dengan ukuran partikel 20-10 mesh dan 10-8 mesh adalah sekitar 2548 N/m²."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birul Andini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Syaripudin
"Kandungan amonia yang tinggi dalam air menimbulkan masalah jika tidak diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air limbah agar konsentrasi amonia dalam larutan mencapai ambang batas yang diperbolehkan sebelum di buang ke badan air.
Penulisan skripsi ini mengandung pengumpulan dan pengolahan data yang dilanjutkan dengan perancangan alat adsorpsi batch bertingkat Pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan penelitian sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengambil data hasil laporan penelitian terdahulu.
Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi amonia dari air limbah dengan menggunakan zeolit alam Lampung (ZAL) jenis klinoptilolit. Zeolit jenis klinoptilolit mempakan adsorben yang sangat baik untuk rnenyerap ion amonium dalam larutan. Zeolit yang digunakan ZAL granular yang berukuran 0.8-1 cm. Konsentrasi awai limbah yang diadsorpsi adalah 1 gr/l dan diharapkan berkurang sampai mencapai baku mutu (50 mg/l).
Proses adsorpsi dilakukan secara batch bertingkat yang artinya proses adsorpsi dari satu batch (kolam) dilanjutkan ke batch lain hingga larutan yang diolah mencapai baku mutu. Jumlah batch yang digunakan sebagai tempat adsorpsi sebanyak enam batch dengan waktu adsorpsi tiap batch 2 jam, Sistem adsorpsi batch bertingkat ini disusun atas dasar:
- ZAL digunakan untuk mengadsorpsi amonia secara berturut-turut sampai baku mutu tidak dapat tercapai lagi.
- Setelah baku mutu tidak tercapai, ZAL di batch pertama yang menerima larutan dengan konsentrasi amonia paling tinggi diregenerasi sebanyak satu kali.
- ZAL hasil regenerasi diletakkan di akhir susunan batch bertahap dan digunakan kembali untuk adsorpsi.
- ZAL hasil regenerasi yang tidak mampu lagi mengadsorpsi larutan dibuang dan diganti dengan ZAL segar, kemudian ditempatkan diakhir susunan batch bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah batch yang dibutuhkan agar konsentrasi amonia mencapai baku mutu adalah 3 batch. Jika dilakukan dengan menggunakan ZAL bekas adsorpsi pertama, maka jumlah batch yang dibutuhkan untuk mengolah larutan kedua adalah 4 batch. Untuk larutan ketiga 5 batch, dan untuk larutan keempat 6 batch.
Model rancangan kolam adsorpsi secara batch bertingkat terdiri dari 8 batch dengan enam batch sebagai tempat adsorpsi dan dua batch yang lain digunkanan sebagai cadangan. Berat ZAL yang diperlukan untuk mengolah amonia sebanyak 6 liter adalah 2 kg/batch, dan untuk mengoiah 5000 liter adalah 1.67 ton/batch.
Biaya investasi alat adsorpsi secara batch bertingkat untuk mengolah limbah dengan volume 5 m³/batch adalah Rp37,144,350.00. Sedangkan untuk hasil-hasil yang lainnya adalah:
a. Untuk waktu operasi 8 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 450 m³
- ZAL yang diperlukan : 25.05 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 1.875 ton
- Biaya operasi : Rp16,979,400.00
b. Untuk waktu operasi 16 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume Iimbah yang dapat diolah : 750 m³
- ZAL yang diperlukan : 45.09 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 3.375 ton
- Biaya operasi : Rp30,529,800.00
c. Untuk waktu operasi 24 jam/hari dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 900 m³
- ZAL yang diperlukan : 60.12 ton
- Regeneran (NaCl) yang dipcrlukan : 4.5 ton
- Biaya operasi : Rp40,699,200.00"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar Nurdin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robin
"Proses adsorpsi amonia secara kontinyu yang telah berjalan selama lebih dari 3 tahun belum memberikan hasil yang memuaskan. Persoalan yang timbul adalah waktu adsorpsi yang terlalu cepat dan ketahanan fisik dan kimiawi dan zeolit yang hanya bisa diregenerasi sekali saja. Dari evaluasi diperoleh ternyata faktor yang paling dominan dalam proses adsorpsi ini adalah dengan memperhatikan proses regenerasinya. Proses adsorpsi yang telah berjalan selama ini ternyata kurang efektif proses regenerasinya.
Pengaruh berat unggun/laju alir (W/F) menunjukkan bahwa tinggi unggun 51 lebih baik dengan jatuh tekanan sekitar yang relatif kecil, yaitu 4 cmHg (5260 N/ml). Sedangkan untuk ukuran partikel yang lebih kecil, yaitu 30-20 mesh tidak menunjukkan adanya peningkatan kapasitas adsorpsi. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik antara partikel zeolit sehingga pada ukuran molekul yang lebih kecil menyebabkan penurunan luas pennukaan kontak efektif. Sedangkan untuk perlakuan secara kimiawi dengan larutan NaOH temyata tidak meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Hal ini dapat terjadi karena larutan NaOH dapat melarutkan pengotor-pengotornya yang terdapat pada zeolit, disamping itu juga kemungkinan adanya pengaruh ion Na+ terhadap mekanisme pertukaran kation, sehingga kapasitas tukar kationnya berkurang.
Dari penelitian ini diperoleh proses adsorpsi yang lebih baik adalah dengan menggunakan zeolit yang berukuran 20-10 mesh dengan perlakuan awal pemanasan pada suhu 15O°C selama 2 jam, pada tinggi unggun 51 cm dengan laju adsorpsi sebesar 0,3 ml/detik dan laju regenerasi sebesar 1,5 ml/detik selama 3 jam. Waktu efektif yang diperoleh untuk proses adsorpsi sampai memenuhi baku mutu adalah 153 menit pada adsorpsi tahap pertama dan penurunan yang tenjadi pada tahap adsorpsi berikutnya cukup kecil, sehingga diperoleh waktu rata-rata untuk mencapai baku mutu sekitar 114 menit.
Hasil yang diperoleh dari proses adsorpsi ini terdapat dua jenis limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang berupa larutan amonia telah dijerap oleh zeolit sehingga effluentnya telah mencapai baku mutu. Sedangkan limbah padatan berupa zeolit sisa pakai dapat digunakan sebagai pupuk, karena dapat memberikan nutrisi nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif tumbuhan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Yudha Wibawa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S50824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>