Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sommeng, Andy Noorsaman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Karunia G.
"Kualitas cetak dari produk uang kertas sangat penting artinya, karena di samping harus memiliki kualitas visual/penampakan yang baik juga harus memiliki kandungan nilai keamanan tinggi yang bertujuan untuk mengantisipasi adanya pemalsuan.
Permasalahan utama yang timbul dan proses pemeriksaan kualitas akhir produk cetak uang kertas adalah kontinuitas kualitas maupun kuantitas hasil pemeriksaan. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi kelayakan dalam rangka proses pemeriksaan akhir uang kertas menggunakan otomatisasi.
Melalui penelitian dan analisa yang ditinjau dari beberapa aspek tentang studi kelayakan tersebut, maka dapat disimpulkan :
1. Asumsi proyeksi order cetak uang kertas khususnya untuk order pecahan besar naik rata-rata 3 % pertahun.
2. Kontinuitas kualitas maupun kuantitas dari otomatisasi lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Otomatisasi menyebabkan penekanan biaya tenaga kerja hingga 85 %.
4. Otomatisasi dapat mempersingkat waktu dan alur kerja pada produksi cetak nomor, khususnya penomoran bilyet pengganti.
5. Dari evaluasi aspek Finansial rencana investasi otomatisasi tidak layak, karena nilai Internal Rate of Return (IRR) hanya sebesar 5,066 % jauh dibawah Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) atau tingkat suku bunga yang ada di masyarakat yaitu 16%. Hal tersebut akibat tingginya nilai investasi yang mengacu pada nilai tukar rupiah terhadap valuta asing khususnya 1 Franc Swiss (1 CHF) saat dilakukan perhitungan yaitu sebesar Rp. 6.500,- (enam ribu lima ratus rupiah).
Disarankan apabila otomatisasi proses pemeriksaan akhir uang kertas akan direalisasikan, maka kepada pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan/menekan biaya investasi agar dapat diperoleh keuntungan.

The printed quality of banknote is very essential, because it must have good appearance and high security value for the purpose to anticipate counterfeit money.
The main problem of quality control of printed banknote is continuity control of quality and quantity. Therefore, it is necessary to make feasibility study about final quality control process of printed banknote using automation.
The result of feasibility study can be obtained through research and analyze some aspect i.e.:
1. The printed banknote forecast order increased 3 % per year on an average.
2. The continuity of quality and quantity from automation are better than the current process.
3. Automation makes the cost of labor decrease 85 %.
4. Automation makes to shorten time and workflow at the production of printed number.
5. Evaluation result of financial aspect about the automation investment is not feasible, because its Internal Rate of Return (IRR) 5,066 % is under value of the Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) 16 %. At the evaluation, Swiss Franc foreign currency (1 CHF) is Rp. 6,500 (six thousand five hundred rupiahs). If the automation will be realized, it is recommended for company's management to concern its investment cost in order to get profit.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mohammad Arsyad
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Santoso Pribadi
"Penelitian arkeologi di daerah Prambanan dirasakan perlu karena adanya rencana mengembangkan situs tersebut sebagai Taman Purbakala Nasional, Usaha pengembangan tersebut melibatkan berbagai kegiatan pembangunan fisik yang secara langsung atau tidak akan menimbulkan dampak terhadap keberadaan temuan-temuan arkeologi di bawah lapisan tanah pada situs Prambanan.
Dengan dasar alasan tersebut maka penelitian ini sesungguhnya diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu: mengamankan data arkeologi dari akibat kegiatan fisik (keteradukan, transformasi data dan sebagainya) pembangunan di atas situs, mengetahui keadaan tinggalan arkeologi baik berupa bangunan, fondasi bangunan, maupun temuan-temuan lepas seperti misalnya peralatan yang digunakan oleh masyarakat yang pernah bermukim di sekitar candi pada masa lalu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Chairuddin
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martini Lestari
"PENDAHULUAN
Latar Belakang
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut BPK menggunakan suatu Standar Audit Pemerintahan (SAP) dan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Proses pemeriksaan sejak tahap perencanaan hingga evaluasi harus sesuai dengan SAP dan PMP dengan harapan dihasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik.
Kualitas pemeriksaan yang balk tentunya didukung oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sumber daya manusia, materialitas temuan dan proses pemeriksaan itu sendiri. Faktor kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang dalam melakukan pemeriksaan. Kemudian faktor materialitas dapat diwakiii oleh variabel nilai nominal temuan atau persentase penyimpangan terhadap total nilai yang diperiksa. Sedangkan variabel yang digunakan dalam faktor proses pemeriksaan adalah penerapan standarisasi pemeriksaan dalam kegiatan pemeriksaan.
Dari ketiga faktor tersebut, untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dibutuhkan data dari seluruh perwakilan BPK karenanya dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk membahasnya sedangkan bila melihat dari materialitas temuan, dibutuhkan data akurat dari hasil pemeriksaan yang jumlahnya juga banyak. Untuk proses pemeriksaan cukup dibutuhkan standar pemeriksaan yang digunakan BPK dan datanya dapat diperoleh di kantor pusat, karenanya akan lebih efisien bila melihat dari sudut pandang ini.
Selanjutnya akan dibahas mengenai faktor proses pemeriksaan karena melalui proses dapat diketahui apakah standar pemeriksaan yang digunakan BPK sudah dilaksanakan oleh pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan. Tahap-tahap yang ditetapkan dalam standar pemeriksaan seharusnya dilalui oleh setiap tim pemeriksa yang akan melakukan pemeriksaan. Apabila standar pemeriksaan diterapkan sebagaimana mestinya, kualitas pemeriksaan seharusnya baik.
Dari sampel data Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun Anggaran 2000 masih terdapat temuan yang tidak material, yaitu dengan persentase nilai nominal temuan terhadap total nilai yang diperiksa kurang dari 10%. Ini menunjukkan bahwa kualitas pemeriksaan masih belum maksimal.
Untuk mengetahui penyebabnya dapat dilihat dari sudut pandang proses pemeriksaan. Berdasarkan data di atas, penerapan standar pemeriksaan dalam kegiatan pemeriksaan kemungkinan masih terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut dapat terjadi pada tahap-tahap yang harus dilalui oleh tim pemeriksa. Dengan mengevaluasi setiap tahapan kegiatan pemeriksaan diharapkan dapat diketahui dimana terdapat kelemahan tersebut sehingga dapat diperbaiki. ]uga melalui perbandingan dengan standar pemeriksaan beberapa negara dapat diperoleh masukan untuk menyempurnakan standar pemeriksaan BPK."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliyanti
"Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara dari tahun ke tahun, berdasar pada prinsip pembiayaan dengan kemampuan sendiri maka kesadaran masyarakat Wajib Pajak perlu ditingkatkan. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan dengan pilar utamanya kepatuhan sukarela untuk menghitung, memperhitungkan dan membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai Peraturan Perundang-undangan yang dikenal dengan sistem self assessment, maka fiskus menjalankan tugasnya melalui pembinaan, penyuluhan, pengawasan dan penegakan hukum.
Salah satu upaya penegakan hukum adalah Penagihan, selain dari Pemeriksaan dan Penyidikan tindak Pidana Fiskal. Tapi dalam pelaksanaannya tugas penagihan hanya dianggap tugas tambahan, pelengkap yang tidak atau kurang penting dibandingkan dengan tugas pemeriksaan. Seharusnya tugas penagihan tidak hanya dilihat semata-mata merupakan tanggung jawab Juru Sita maupun seksi penagihan saja melainkan sangat terkait dengan pelaksanaan pemeriksaaan yang merupakan awal timbulnya pajak yang masih harus dibayar oleh Wajib Pajak, yang apabila akhirnya menjadi tunggakan seharusnya menjadi tanggung jawab pemeriksa maupun petugas keberatan apabila dalam prosesnya Wajib Pajak tidak setuju dan menimbulkan sengketa fiscal.
Dengan melihat serangkaian kebijakan dalam rangka penagihan yang dijalankan selama ini, berdasarkan metode deskriptif maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya penagihan belum berhasil, ini bisa terlihat dari makin bertambahnya saldo awal tunggakan setiap tahunnya dan upaya lebih yang dilaksanakan berupa penyitaan/pemblokiran rekening Wajib Pajak serta pencekalan/penyanderaan tidak membawa hasil yang cukup siknifikan apalagi pengaruh deterent effect yang diharapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menyarankan untuk melibatkan fungsi seksi penagihan dalam proses pemeriksaan (seperti tahap closing conference) sebagai wujud bahwa proses pemeriksaan juga harus mempertimbangkan upaya penagihan, selain itu adalah meningkatkan Sumber Daya Manusia secara kualitas maupun kuantitas serta memberikan kompensasi dan insentif yang memadai untuk membangkitkan semangat kerja.

Role of Tax in the National Expenditures ("APBN") is ever increasing in the state income over years according to the principles of self-financial capability that the tax payer awareness would be improved. Steps the national government takes to increase earnings from tax sector begin with tax reform with core pillars of self assessment self compliance in tax payers to count, assess, pay and report their amount of tax due according to the Statutes and therefore fiscal agents perform their duties through legal construction, information, monitoring and enforcement.
One of legal enforcement aspects is Collection in addition to fiscal penal inspection and investigation. However, collection is considered only as less significant complimentary side duty that investigation. Collection would not be merely considered as responsibility of Confiscator or the Collection Division but also pretty related to investigation as preliminary stage of finding tax due of Tax Payers than in case it becomes default, then investigator or the agent should hold responsible if tax payers do not agree on or lead to fiscal dispute.
Considering range of policies on collection ever performed thus far, the descriptive method appears to draw a conclusion that collection remains unsuccessful. This proves from higher beginning balance of default every year and extra attempts in the form of seizing/blocking out Tax Payer's Accounts and gasping or taking hostage of them lead to insignificant result specifically when one expects deterrent effect.
Accordingly, the writer suggests to involve functions of Collection Division for investigation (at stage of closing conference, for example) as a realization that the investigation process must consider collection attempts, as well, and Human Resource Development in qualitative and quantitative manners and provision of sufficient compensation and incentives for job enthusiasm."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24586
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>