Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Supartono
Fakultas Teknik , 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Supartono
"ABSTRAK
Tulisan ini memuat hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia tentang peranan mikrosilika sebagai aditif mineral dalam meningkatkan ketahanan beton, dalam hal ini beton mutu sedang, terhadap lingkungan agresif yang mengandung garam sulfat, dalam rangka usaha untuk lebih mendayagunakan beton sebagai bahan bangunan di bawah tanah, terutama sehubungan dengan banyaknya rencana pembangungan infrastuktur bawah tanah di Jakarta. Ternyata penambahan mikrosilika dalam dosis yang tepat pada campuran beton dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap agresi garam sulfat, sebagaimana disampaikan dalam kesimpulan penelitian di bagian akhir tulisan ini."
Fakultas Teknik , 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Septiandini
"Dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap kekuatan beton mutu tinggi melawan serangan sulfat dengan bahan tambahan mikrosilika yang berasal dari Australia (SFA) dan Amerika (SFB). Dalam penelitian ini digunakan beton dengan ?water to cementitious material ratio" 2.8, ukuran agregat maksimum 10 mm, penggunaan superplastisizer 1.65-2.75 % dari berat semen ditambah mikrosilika, dengan variasi tambahan mikrosilika sebesar 5%, 7.5%, 10% dari berat semen ditambah mikrosilika. Benda uji beton dibuat berbentuk silinder dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 20 cm direndam dalam larutan magnesium sulfat 1%,3%,5% selama 90 hari setelah perawatan 28 hari dengan air biasa.
Ketahanan beton terhadap serangan sulfat dilakukan dengan pengujian kuat tekan dan pengujian berat. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 30,60,90 hari sedangkan pengujian berat dilakukan terhadap benda uji dalam keadaan ssd pada umur 0,14,28,42,56,70,84 hari.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa beton dengan bahan tambahan mikrosilika dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, dan penggunaan mikrosilika B sebanyak 10% untuk campuran beton adalah yang paling baik untuk meningkatkan kekuatan beton dalam larutan magnesium sulfat.
Dalam larutan magnesium sulfat 3 % sampai umur 90 hari, beton tanpa tambahan mikrosilika mengalami penurunan kuat tekan sebesar 44.8 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa, sedangkan beton dengan campuran mikrosilika B 10 % belum mengalami penurunan dari nilai kuat tekan.
Dalam larutan magnesium sulfat 5 % sampai umur 90 hari, beton tanpa tambahan mikrosilika mengalami penurunan kuat tekan rata-rata sebesar 60,1 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa, sedangkan beton dengan campuran mikrosilika B 10 % kuat tekannya hanya mengalami penurunan sebesar 3.5 kg/cm2 dari nilai kuat tekan beton tersebut dalam perawatan dengan air biasa.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar SiO2 yang terkandung dalam mikrosilika yang dipergunakan pada campuran beton semakin baik ketahanannya terhadap serangan sulfat, dan dari hasil uji berat diketahui bahwa beton mutu tinggi yang direndam dalam larutan magnesium sulfat sampai umur 90 hari tidak mengalami pengurangan beratnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triastuti
"Beton busa (Foamed Concrete) adalah salah satu jenis beton ringan yang terdiri dari pasta semen atau mortar, dimana ruang udara atau pori-pori strukturnya terbentuk dengan menambahkan foaming agent kedalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan abus ampas tebu sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan beton busa ringan (lightweight foamed concrete). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland tipe I, abu ampas tebu, pasir, foaming agent dan air. Mix design yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan ASTM C796-97 dengan kuat tekan yang diharapkan sebesar 1,4 MPa. Kuat tekan tertinggi yang dihasilkan pada umur 28 hari sebesar 1,2 MPa sampai 1,9 MPa. Kuat tekan terbesar didapat pada beton busa ringan dengan kadar abu ampas tebu 12%. Sedangkan berat jenis sebesar 1014 - 1037 kg/m3 dan kuat lenturnya sebesar 0,69 - 1,38 MPa."
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Respati N.
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan membuktikan pengaruh penggunaan bahan tambahan (admixture) jenis fibrin 23 yang dicampurkan di dalam adukan beton, terhadap nilai kuat tekan beton.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada umur beton 1 (satu) hari dan 3 (tiga) hari, penggunaan bahan tambahan fibrin 23 mengakibatkan meningkatnya kuat tekan beton. dengan kenaikan sebesar 19 % pada umur 1 (satu) hari, dan 13,5 % pada umur 3 (tiga) hari. Setelah umur beton mencapai 7 (tujuh) hari, penggunaan bahan tambahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang nyata.
Meskipun penggunaan fibrin 23 telah terbukti meningkatkan kuat tekan beton pada umur 1 (satu) hari, namun besarnya peningkatan tersebut tidak sebesar yang diharapkan, yakni 70%.
Dari hasil penelitian ini, juga dapat disimpulkan, bahwa kenaikan tekan yang terjadi pada umur 1 (satu) hari, merupakan tanda adanya adhesi yang terjadi antara pasta semen dengan serat fibrin serta kemampuan tarik dari serat tersebut mampu menahan perubahan volume (penyusutan) serta keretakan plastis. Dengan demikian serat-serat fibrin 23 berfungsi sebagai tulangan susut beton."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
"ABSTRAK
Pesatnya pembangunan gedung -gedung tinggi dengan menggunakan material beton sebagai bahan utama di dalam suatu kegiatan konstruksi struktur, terutama pada pekerjaan lantai basement yang mana dalam hal ini volume baton yang dicor relalif sangat besar dengan pemakaian beton dalam jumlah yang besar pengecoran dilakukan secara terus-menerus atau (kontinue), misalnya untuk pekerjaan pondasi pelat basement yang tebalnya mencapai 2 sampai 3 meter.
Masalah beton yang paling utama dalam pengecoran beton massa (Mass Concrete) adalah pemakaian volume belon dalam jumlah yang sangat besar dan masif, maka temperatur yang terjadi pada waklu pengecoran dan pengerasan baton akan sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui tingginya temperatur ini terjadi akibat dari panas hidrasi semen dalam volume besar dan tertahannya kehilangan temperatur (Temperature Loss). Temperatur yang tinggi dalam beton massa ini akan menimbulkan perubahan volume pada beton massa dan akibat dari
pcrubahan volume ini akan menimbulkan tegangan tarik dalam beton. Apabila tegangan tarik tersebut melebihi tegangan tarik yang diijinkan, maka akan terjadi retak pada beton. Selain itu cuaca yang panaspun turut mendukung meningkatnya suhu beton sebelum berlahan-lahan turun, dimana suhu beton yang tinggi pada
awal umur beton ini dapat mempengaruhi kwalitas dari beton yang telah dicor.
Dalam karya tulis ini, penulis bermaksud akan melakukan penelitian dari data-data dilapangan mengenai pengaruh perubahan temperatur terhadap pengecoran mass concrete rail foundation dengan cara evaluasi, monitoring dan
analisa perubahan temperatur
Daiam hal ini penulis juga dapat menentukan tebal leyer (lapisan) dan interval waktu pengecoran mass concrete raft foudation serta suhu yang disyaratkan oleh ACl-Code sehingga pengontrolan terjadinya retak-retak pada
beron dapat dihindari, Selain itu perawatan diatas permukaan beton setelah selesai pengecoran harus direncanakan karena beton langsung menerima cahaya matahari, sehingga pada saat memonitoring suhu yang tcrjadi dalam beton dapat diatasi dengan cara pemakaian thermocouple dan suhu beron dapa! diiihat dan
berangsur-angsur turun dalam periode waktu yang lama.
Usaha yang biasa dilakukan dalam mengurangi naiknya temperature beton selama curing dengan mengunakan air dingin atau memasang pipa pendingin didalam pelat beron. Cara lain adalah mengunakan insulator untuk mengurangi beda temperature didalam beron. Temperature yang terjadi di dalam beton juga dimonitor dengan memasang thermocouple di lokasi-lokasi yang diperlukan.
Akan tetapi, usaha diatas belum cukup untuk memastikan apakah terjadinya retak di dalam beton atau tidak. Kondisi beton biasanya di perkirakan dari hubungan-hubungan empiris antara beda temperature dengan terjadinya retak.
Cara pengujian temperature dan regangan (strain) pada kondisi didalam massa beton yang besar secara terpadu di ukur langsung dan dimonitor selama waktu di perlukan dengan menggunakan Thermistor dan Vibrating Wire Strain
Gage (VW Strain Gage) yang dipasang pada lokasi-iokasi krisis sebeium pelat dicor.
Sehubungan dengan pengecoran mass concrete Raft Foundation dalam hai ini memiliki ketebalan yang bervariasi yaitu 1.5 m - 1.8 rn dan 2.0 m - 2.5 m dengan volume beton kurang lebih 3621 m3.
Apabila semuanya ini dapai dilaksanakan dengan perencanaan yang teliti dan akurat, maka pekerjaan struktur bawah ini dapat dipertanggungjawabkan dan pekerjaan struktur atas bisa dilaksanakan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
"ABSTRAK
Beton adalah merupakan material struktur bangunan yang paling tahan terhadap temperatur tinggi akibat kebakaran, oleh karena itu dalam hal pertimbangan ketahanan terhadap api beton merupakan material alternatip yang paling banyak dipakai.
Beton normal apabila dipanaskan/dibakar pada temperatur antara 150-200°C kekuatannya cenderung naik, dan apabila temperatur pembakarannya naik sampai 300°c kekuatannya akan turun dan seterusnya semakin tinggi temperatur pembakarannya akan semakin besar penurunan kekuatannya. Akan tetapi beton ini mempunyai bobot yang sangat berat dibandingkan dengan material lainnya, oleh karena itu sekarang banyak dikembangkan beton ringan, dan di Indonesia khususnya sedang dikembangkan beton ringan yang nmnggunakan ALWA sebagai agregat kasar. ALWA (Artificial Light Weigh Aggregate) adalah agregat ringan buatan yang terbuat dari tanah liat, dimana pada proses pembuatannya di bakar sampai temperatur 1000°C.
Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh temperatur tinggi akibat kebakaran terhadap sifat-sifat fisik dan mekanik beton yang menggunakan ALWA sebagai agregat kasar. Dari hasil pengamatan ini dapat sifat-sifat fisik dapat diperkirakan bagaimana kecepatan merambatnya panas pada suatu komponen struktur apabila terbakar, dan dari hasil pengamatan sifat~sifat mekanik dapat diperkirakan bagaimana perilaku struktur apabila terjadi kebakaran.
Semua pekerjaan penelitian dilakukan di Laboratorium dengan melibatkan tiga Laboratorium yaitu :
1. Laboratorium Beton Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
2. Laboratorium Seksi Pengawasan dan Normalisasi Keramik Berat
dan Mortar, Balai Besar Industri Keramik Departemen
Perindustrian.
3. Laboratorium Api, Puslitbang Pemukiman Departemen Pekerjaan
Umum .
Penelitian ini mengamati dua type beton yang dibedakan
atas kualitasnya atau dalam hal ini yang dibedakan adalah faktor
air semennya (w/c), yaitu :
1. Beton type-1, dengan w/c = 0,45
2. Beton type-2, dengan w/c = 0,55
Metode penelitian adalah eksperimental dan analisa numerik, dimana semua data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Kharisma Firdaus
"Pertumbuhan infrastruktur Indonesia semakin meningkat. Salah satu bahan utama dalam pembangunan infrastruktur adalah beton dengan semen sebagai pengikatnya. Semakin tingginya pembangunan infrastruktur akan membuat kebutuhan semen juga bertambah. Akan tetapi tanpa disadari, industri semen merupakan penghasil sekitar 8% dari keseluruhan emisi gas CO2 di dunia. Jika semen tetap menjadi komponen utama dalam pembuatan beton, angka ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pencegahan perlu dilakukan dengan melakukan penelitian untuk mencari bahan-bahan pengganti semen. Dalam penelitian kali ini dilakukan studi untuk mendapatkan rancang campuran beton geopolimer, yaitu beton yang dibuat tanpa menggunakan semen. Beton geopolimer yang dibuat pada penelitian kali ini menggunakan terak nikel hasil produk Geofast sebagai bahan utamanya. Dari hasil uji bahan agregat kasar dan halus, peneliti melakukan studi berbagai rancang campuran beton geopolimer dengan variasi umur beton 14 hari dan 28 hari. Masing-masing sampel kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui perkembangan kuat tekan, lentur dan belah dari setiap sampel yang dibuat.

Indonesia's infrastructure growth is increasing. One of the main ingredients in infrastructure development is concrete with cement as the binding. The higher infrastructure development will make the demand for cement also increase. But without realizing it, the cement industry is a producer of about 8% of total CO2 gas emissions in the world. If cement remains a major component in making concrete, this number will continue to grow from year to year. Prevention needs to be done by conducting research to look for cement replacement materials. In this research, a study was conducted to obtain a geopolymer concrete mixture design, which is concrete that is made without using cement. Geopolymer concrete made in this study uses nickel slag from Geofast products as its main ingredient. From the results of the coarse and fine aggregate material test, the researchers conducted a study of various geopolymer concrete mix designs with concrete age variations of 14 days and 28 days. Each sample is then tested to determine the development of compressive strength, flexure, and splitting of each sample made."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Nafian Priatmojo
"Beton merupakan material penting yang banyak digunakan dalam pembangunan infrastruktur. Sehingga penggunaan semen sebagai bahan dasar pengikat beton juga akan semakin meningkat setiap tahunnya. Namun yang harus diperhatikan dalam proses produksi semen ini ialah terjadinya pelepasan karbon dioksida (CO2) yang sangat banyak ke atmosfer dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan material lain sebagai bahan pengganti semen yang lebih ramah lingkungan. Beton geopolimer merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan beton yang berbahan dasar semen sebagai material yang kurang ramah lingkungan. Pembuatan beton geopolimer tidak menggunakan semen sebagai bahan pengikat melainkan menggunakan Abu Terbang (Fly Ash) sebagai penggantinya yang kaya akan Silika dan Alumina dan dapat bereaksi dengan cairan alkalin untuk menghasilkan bahan pengikat (binder). Penggunaan silica fume sebesar 10% dalam campuran pasta juga akan diamati dalam pengaruh terhadap sifat mekanik beton setelah beton direndam dalam lingkungan air danau selama 1 bulan. Tes kuat tekan menggunakan sampel berbentuk silinder 15x30cm dengan curing selama 72 jam pada suhu 800C dilakukan untuk membandingkan setiap benda uji dari komposisi silica fume dan juga kondisi lingkungan yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa kuat tekan beton dipengaruhi oleh penambahan 10% silica fume dan juga dalam kondisi perendaman di air danau. Nilai kuat tekan beton geopolimer tanpa silica fumesebelum perendaman memiliki kekuatan rata-rata 23,65 MPa dan menurun setelah direndam dalam air danau sebesar 9,20 MPa menjadi 14,45 Mpa. Sedangkan kuat tekan beton geopolimer dengan penambahan 10% silica fume sebelum perendaman memiliki kekuatan rata-rata 11,82 MPa dan meningkat setelah direndam dalam air danau sebesar 6 MPa menjadi 17,80 MPa. Selain itu uji XRD juga dilakukan pada beton setelah perendaman untuk mengetahui unsur-unsur yang terbentuk pada beton ketika berada di lingkungan air danau. Hasil XRD menunjukkan adanya kandungan kuarsa dan microcline (KAlSi3O8) pada beton dengan penambahan 10% silica fume. Microcline sendiri memiliki nilai kekuatan yang baik pada skala Mohs yaitu sebesar 6 (orthoclase). Sedangkan hasil XRD pada beton geopolimer tanpa penambahan silica fumedidapatkan kandungan kuarsa, microcline(KAlSi3O8), calcite (CaCO3) dan CSH (Calcium Silicate Hydrate). Adanya kandungan calcite (CaCO3) dan CSH menunjukkan terperangkapnya udara pada beton dan juga perembesan air yang terjadi yang menyebabkan terjadinya reaksi hidrasi sehingga dapat menurunkan kekuatan beton geopolimer setelah perendaman.

Concrete is an important material and widely used in building construction. Therefore, the use of cement as concrete binder will also increase within the next few years. However, the release of Carbon Dioxyde during the production of cement can be harmful for environment. To overcome this difficulty, another material is needed to replacement. Geopolymer concrete is one of the alternative materials that can be used without any side effects towards environment. Cement is not used during the production of Geopolymer Concrete. Instead, Fly Ash is used as a binder because of its richness in Silica and Alumina and its capability to react with alkaline solution to produce a binder. The use of silica fume amounting to 10% of the mixture will also be observed on its effects towards the mechanical properties of geopolymer concrete that was submerged inside the fresh water lake for a month. Compressive strength tests using samples of cylindrical 15x30cm with curing for 72 hours at a temperature of 800C was performed to compare each samples of geopolymer concrete with difference in silica fume composition and different environmental condition. The compressive strength of geopolymer concrete without silica fume before immersion has an average of 23.65 MPa and decreased after immersion in water lake at 9.20 MPa to 14.45 MPa. While the geopolymer concrete compressive strength with the addition of 10% silica fume before immersion has an average power of 11.82 MPa and increased after immersion in water lake by 6 MPa to 17.80 MPa. XRD test was also conducted after submerging the geopolymer concrete to analyze elements that was formed when the concrete was being submerged inside the lake. XRD results showed the content of quartz and microcline (KAlSi3O8) in geopolymer concrete with the addition of 10% silica fume. Microcline itself has good hardness on the Mohs scale is equal to 6 (orthoclase). While the results of XRD on geopolymer concrete without the addition of silica fume content of quartz, microcline (KAlSi3O8), calcite (CaCO3) and CSH (Calcium Silicate Hydrate). The content of calcite (CaCO3) and CSH showed air trapping in the concrete and water seepage that occurs the causes of hydration reaction so as to reduce the strength of geopolymer concrete after soaking."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>