Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ragil Mulya Wikastoro
"Berita adalah salah satu sumber informasi bagi seseorang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dilingkungan wilayah daerah, bahkan negara tempat tinggalnya. Tidak hanya itu, berita juga digunakan sebagai jendela untuk melihat sisi lain dunia, yang tidak bisa dilihat dengan panca indera yang kita miliki. Berita juga menjadi alat penyebaran nilai dan budaya. Selain juga menjadi ajang adu pendapat bagi para politisi dan intelektual. Para komunikator Massa sadar akan hal itu, namun mereka juga menyadari akan kekuatannya membentuk opini publik atas suatu permasalahan atau isu tertentu. Melalui media yang mereka kendalikan, para komunikator berusaha memberikan kepuasan akan informasi kepada khalayak dengan menyajikan selengkap mungkin fakta, peristiwa, laporan dan permasalahan yang tengah berkembang dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S4306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden merupakan peristiwa yang pertamakalinya bagi bangsa Indonesia. Dalam kampanye itu aktor politik berupaya untuk menciptakan citra dan opini yang posisif dimasyarakat melalui media massa, TVRI merupakan salah satu aiternatif media yang dapat dipergunakan sebagai media dalam pemberitaan kampanye. Pembentukan ctra itu sangat penting sebab tidak ada tindakan tanpa didasari citra. Citra merupakan unsur-penentu dalam tindakan (Nimmo, 2001: 4-5); Dengan demikian; persoalan penelitian ini adalah, sebagai apakah bangun citra kandidat presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikonstruksikan oleh TVRI?
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui bangunan citra kandidat presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemberita.an TVRI selama mass kampanye pemilihan presiden putaran pertama Sesuai dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis framing yang mengadopsi model Gamson dan Modigliani (1989:2) maka paradigma penelitian ini konstruktivisme.
Sesuai dengan tema yang diangkat pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Jusuf KalIa yaitu: menciptakan Indonesia yang aman, adil dan sejahtera. Bagi masyarakat Jawa, kondisi itu hanya bisa dicapai jika penguasa sejati, dimana memiliki kekuatan batin yang tangguh, memiliki sifat alus (halus). Halus dalam tutur kata, mampu mengendalikan emosi, selalu sopan. Penguasa demikian ini dalam mitologi jawa, dijuluk Satrio Piningit.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bangun citra kandidat presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pemeberitaan TVRI adalah Satrio Piningit. Package Satrio Piningit terbentuk dari berbagai elemen yang membentuk bingkai ini tersebut. Beberapa diantaranya dapat disebutkan disini, yaitu ketika kandidat presiden SBY berdialog dengan seorang pedagang, ia menggunakan bahasa jawa halus (kromo inggil). Dan ketika menanggapi issu negatif yang dialamatkan kepadanya, ia tetap sopan dan toleran. Kesediaan kandidat SBY menjenguk pasien di rumah sakit yang menderita akibat terkena ledakan balon gas, mengesankan bahwa kandidat ini memiliki sikap empati. Dengan demikian bagi kandidat Presiders SBY, hubungan antar manusia bersifat inter subyektif, orang lain tidak dianggap sebagai sarana untuk mencapai tujuannya. Sifat hubungan demikian merupakan hubungan manusiawi.
Secara akademis, khususnya bagi media televisi dalam pembingkaian berita perlu disesuaikan dengan praksis sosial budaya yang berlaku dimana pesan hendak disampaikan. Selain itu, perlu mendapatkan perhatian dalam pengajaran pengambilan gambar untuk mendapatkan kesan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Arief Nugraha
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media dalam hal ini media televisi (RCTI dan SCTV) memaknai realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam proses produksi beritanya.
Penelitian tentang pola pemberitaan atau pendekatan jurnalistik yang digunakan media televisi dalam proses produksi berita seputar konflik di Indonesia, mengajukan pendekatan jurnalisme perdamaian dan paradigma konstruksionis yang memandang tidak adanya realitas obyektif termasuk dalam berita.
Penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif ini melakukan kajian terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV atas realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga masuk ke dalam proses produksi berita.
Studi kualitatif terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV disertai analisis berita seputar konflik di RCTI dan SCTV, ditemukan bahwa pemahaman berita yang mencerminkan realitas serta prinsip jurnalisme berimbang dan obyektif dianggap sebagai paradigma tepat dalam menyikapi realitas di wilayah konflik.
Pandangan konstruksionis yang banyak diadopsi oleh pendekatan jurnalisme perdamaian (intervensi dan subyektif terhadap realitas di wilayah konflik demi penyelesaian konflik melalui pemberitaan media) dipandang sebagai bentuk jurnalisme sepihak dan tidak obyektif.
Pada kenyataannya, bagian pemberitaan RCTI dan SCTV pada proses produksi berita seputar konflik tanpa disadari melakukan konstruksi atas realitas seperti memilih angle, nara sumber, penokohan dan penekanan isu tertentu.
Akibat digunakannya pendekatan jurnalisme obyektif (objektifitas semu)- tidak melakukan intervensi subyektif pada proses produksi berita seputar konflik, maka media seringkali dituding mengeksploitasi konflik demi kepentingan bisnis. Dan lebih jauh lagi media dinilai tidak berperan dalam penyelesaian suatu konflik.
Diperlukan kebijakan manajemen RCTI dan SCTV untuk menempatkan program berita sebagai fungsi sosial televisi terhadap pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dengan melakukan intervensi subyektif terhadap suatu berita konflik dengan motif penyelesian masalah.
Program berita televisi sebagai social cost diharapkan dapat menciptakan model pemberitaan yang tidak berorientasi pada selera pasar atau rating, melainkan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian tudingan bahwa televisi hanya mengutamakan kepentingan komersial dapat diimbangi dengan fungsi pemberitaan yang konstruktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satwika Gemala Movementi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Pratama
"Pasca peristiwa peledakan menara kembar World Trade Centerpada 11 September 2001 atau 9/11(dibaca sebagai nineeleven) perhatian media massa, termasuk televisi di seluruh dunia mengarah kepada dunia Islam karena dugaan hubungan para pelaku peledakan tersebut dengan negara_negara yang dianggap berafiliasi dengan Islam. Fenomena yang sama juga terjadi pada televisi_televisi Jepang. Pemberitaan terhadap negara_negara yang dianggap berkaitan dengan peristiwa 9/11maupun berbagai peristiwa yang mengikutinya memenuhi siaran berita internasional dalam televisi Jepang pada saat itu.
Media massa terutama televisi kemudian mengkonstruksi identitas dan pemahaman-pemahaman tertentu tentang Islam yang selanjutnya disebarluaskan kepada masyarakat. Bagi mahasiswa yang merupakan bagian dari kaum intelektual masyarakat Jepang televisi adalah sumber informasi yang utama dan terpercaya. Oleh karena itu mahasiswa Jepang juga menerima informasi-informasi yang disampaikan oleh televisi mengenai Islam dan kemudian membentuk sebuah persepsi mengenai Islam yang didasarkan pada pemahaman yang diperoleh dari televisi.
Dengan teori kultivasi skripsi ini akan menganalisis peran pemberitaan televisi dalam pembentukan persepsi mahasiswa Jepang tentang Islam pascaperisitwa 9/11. Televisi berperan dalam tumbuhnya pemahaman mengenai apa, bagaimana, dan bagaimana harus merespon Islam. Hal ini tidak terlepas dari besarnya kepercayaan terhadap televisi dan interaksi langsung yang terbatas antara mahasiswa Jepang dengan dunia Islam.

Abstract
After the explosion of World Trade Center, New York in September 11th 2001 (also known as 9/11) mass media, including television from all over the world put their attention to Islamic world due to suspicion that the explosion was arranged by a group which affiliated with Islamic countries. Since then Islam, as a whole, is always being reported as part of terrorisms and wars. This situation also can be seen in Japan.
Japanese television built Islam identity and broadcasted it to its viewers. For Japanese students television is a reliable source of information. Therefore they also use television to learn about Islam. Their perception about Islam, are then, constructed by television.
This research will analyze the role of television news in building Japanese university student's perception about Islam after 9/11 by using cultivation theory. Television plays its role in constructing student's perception about what is Islam and what to do about Islam"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Sue Suranta Billeam
"Konstruksi pemberitaan pada media televisi komersial dapat ditinjau antara lain dari kriminologi budaya yang salah satu teorinya resiprositas. Media sebagai agen kontrol masih ditemukan adanya pemberitaan yang melanggar aturan penyiaran dengan unsur kekerasan, sadisme dll. Sementara itu, latar belakang lembaga penyiaran program kriminalitas yang dikemas oleh jurnalis memiliki peran vital dalam penyajian berita berita kriminalitas. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Objek penelitian adalah berita kriminal khas pada empat stasiun televisi meliputi berita umum dan khusus kriminalitas. Teknik analisis data menggunakan framing dari Gamson & Modigliani (1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiprositas dalam pemberitaan kriminalitas dalam program isi siaran terjadi sesuai dengan target dan visi misi pemilik stasiun televisi yang harus dijalankan oleh jurnalis pemberitaannya. Meskipun tidak ada arahan tertentu namun jurnalis pemberitaan kriminal tetap melihat potensi pasar, dimana berita yang dapat menjaring pemirsanya secara luas dan banyak untuk keberlangsungan program pemberitaan kriminalitas di stasiun televisi.

News construction on commercial television media can be reviewed among others from cultural criminology and one of which is reciprocity theory. The media as control agents are still found to have news that’s violates broadcasting rules with elemen of violence, sadism, etc. Meanwhile the background of broadcasting institutions of crime programs packaged by journalists has a vital role in presenting crime news. This research approach is descriptive qualitative. The object of research is the typical crime news on four television stations covering general and specific crime news. The data analysis technique usd from Gamson and Modiglani (1989). The results of study indicate the reciprocity in reporting on crime in broadcast conten programs occours in acccordance with the target and vision and mission of the television station owner that must be carried out by reporting journalist. Although there is no specific direction criminal reporting journalist still see the market potential, where news can attract a wide and large audience for the sustainability of crime reporting programs on television stations."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrin
"Penelitian ini menggunakan pendekatan "Pembentukan Persepsi Mengenai Realitas Sosial oleh Media Massa" Asumsi dasar dari pendekatan ini ialah bahwa media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayaknya. Namun demikian pembentukan persepsi itu tidak semata mata disebabkan oleh terpaan media massa Pengalaman seseorang dengan suatu realitas sosial, serta aktivitas komunikasi interpersonal tentang realitas dalam kehidupan sehari-hari, bisa membentuk persepsi pada realitas tersebut.
Bertitik tolak dari kondisi di atas, dalam penelitian ini ketiga variabel di atas akan dianalisis dalam kaitan dengan pembentukan persepsi pada realitas sosial. Variabel penggunaan media dikembangkan denngan memasukkan beberapa indikator seperti eksposur berita kriminalitas surat kabar non Pos Kota, eksposur berita kriminalitas Pos Kota, eksposur berita kriminalitas televisi dan majalah. Adapun 'realitas sosial" yang menjadi perhatian dalam penelitian ini ialah "realitas kriminalitas" dengan indikatornya yaitu pencurian, pencopetan, perampokan/pornografi, dan pembunuhan. Pembentukan persepsi diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu rawan dan tidak rawan. Sedangkan lokasi penelitian dipilih dua kelurahan di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan persepsi itu dipengaruhi oleh eksposur terhadap berita kriminalitas pada surat kabar yang memiliki isi spesifik tentang kriminalitas seperti Pos Kota dan daerah tempat tinggal khalayak. Hal mi terlihat pada khalayak yang membaca berita kriminal Pos Kota dan tinggal di wilayah yang tingkat kriminalitasnya rendah, pembentukan persepsi mereka berhubungan dengan membaca Pos Kota tersebut. Sedangkan bagi khalayak yang tinggal di wilayah tingkat kriminalitas tinggi, pembentukan persepsi mereka tidak berhubungan dengan media tersebut, meskipun khalayak ini iuga membaca berita kriminalitas dari surat kabar Pos Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seorang pewarta dalam menjalankan tugasnya harus menekankan prinsip atau kaidah dasar jurnalisme yakni obyektifitas dan netralitas (imparsial) yang mungkin berupa suatu kemustahilan. berita atau produk jurnalistik apapun bukan merupakan realitas namun penggalan-penggalan realitas (pencintraan media) hasil produksi pekerja media yang bentuk jadinya telah terdistrosi oleh berbagai factor."
302 WACA 5:17 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
SamsuI Muarif
"Sejak peledakan gedung WTC di New York pada 11 September 2001, isu terorisme kian meluas dan tak henti-hentinya menjadi pembicaraan masyarakat dunia. Terlebih, media massa turut pula meramaikannya. Isu itu kian marak ketika disusul peristiwa pemboman di depan Sari Club, Legian, Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002.
Penelitian ini menggambarkan bagaimana media mengangkat pemberitaan bom Bali dan mengemasnya sesuai agenda media ybs. Dalam hal ini bagaimana Republika mengemas pemberitaannya yang menunjukkan kemungkinan pelaku lain di balik bom Bali, Hal ini tidak terlepas dari idealisme, ideologi, politik praktisnya yang berpotensi membentuk pandangan khalayak pembacanya terhadap isu terorisme dan bom Bali.
Sebagai penelitian kualitatif dengan perspektif kritis, dalam tesis ini digunakan metode analisis wacana dengan paradigma kritis. Yaitu, model wacana critical discourse analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Teori ini menggabungkan tiga dimensi ke dalam communicative events, yaitu teks, praktik wacana, (discourse practice), dan praktik sosial budaya (sociocultural practice). Selanjutnya, analisis teks yang digunakan berdasar teori Gamson dan Modigliani. Dalam analisis praktik wacana terdapat dua hal yang diteliti: produksi teks (melihat karakteristik media) dan konsumsi teks (melihat karakteristik khalayak). Analisis sosial budaya adalah untuk melihat kondisi sosial dan budaya masyarakat dunia, termasuk Indonesia, yang diduga menjadi sarang teroris.
Hasilnya, frame yang ditemukan bahwa Republika lebih menonjolkan pelaku bom Bali bukan dari pihak atau organisasi tertentu yang selama ini dituduhkan Amerika dan Australia. Republika mencurigai adanya kegiatan intelijen asing di wilayah Indonesia dengan tujuan menjatuhkan citra Islam. Tuduhan mengarah ke Amerika sebagai dalang pemboman Bali.
Teori klasik ideologi mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok dominan dengan tujuan meligitimasi kelompok mereka dan media digunakan untuk mengkomuni-kasikan kelompok mereka. Ini tidak terlepas dari unsur nilai, kepentingan, dan kekuatan atau kekuasaan yang ada dalam media tersebut. Di sini Republika berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari kelompok pemegang kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat. Nilai yang dianggap penting oleh pemegang kekuasaan disebarkan melalui media sehingga pemberitaan seputar bom Bali mencerminkan ideologi pengelola Republika. Maka isi media itu tentu tidak bertentangan dengan kepentingan mereka, mewakili aspirasi umat Islam.
Sementara itu, sebagai intelektualitas penulis menganalisa pemberitaan Kompas pascaledakan bom Bali. Pemberitaan Kompas tampak ada perbedaan dalam penonjolan isu, lebih menekankan untuk khalayak pembaca pada umumnya. Secara garis besar, peneliti melihat pemberitaan Kompas bertolak belakang dengan Republika. Jika Republika lebih banyak "membela" Islam dan Abubakar Ba'asyir sebagai "tertuduh" pelaku pemboman Bali, maka Kompas lebih bersikap hati-hati --untuk tidak mengatakan "kurang mengkritisi" isu bom Bali."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akita Priandana
"Selama Piala Dunia 2002 berlangsung, media massa di Jepang, khususnya televisi memusatkan perhatian pemberitaan kepada hal-hal yang berhubungan dengan turnamen tersebut. Berbagai macam berita dan informasi menghiasi layar televisi Jepang selama kompetisi berlangsung. Salah satu hal yang tidak lepas dari pemberitaan televisi di Jepang adalah informasi mengenai tim nasional Jepang, mulai dari profil pemain sampai pelatih yang berpartisipasi dalam kejuaraan empat tahunan tersebut. Melalui berita-berita mengenai tim nasional Jepang selama Piala Dunia 2002 tersebut, televisi berperan dalam membentuk nasionalisme masyarakat Jepang selama turnamen diadakan. Melalui teori ruang nasional, skripsi ini membahas peran televisi terhadap pembentukan nasionalisme masyarakat Jepang melalui studi kasus pemberitaan tim nasional Jepang selama Piala Dunia 2002 yang diselenggarakan di Jepang dan Korea Selatan.
When FIFA World Cup 2002 being held in Japan and South Korea, Japan?s mass media, especially television, focused their attention to anything that related to the tournament. Any kind of news and information about World Cup 2002 are emblazoned Japan?s television as long as the competition is on the run. One thing that can?t be separated from Japan?s television?s attention is the news and information about their own soccer national team, started from profile about players to coach that participated on that tournament. Through the news about Japan?s soccer national team as the tournament was being held, television played it?s role to form Japanese?s nationalism. By using nation space theory, this study investigate television?s role toward figuration of Japanese?s nationalism through case study of news about Japan?s soccer national team as the FIFA World Cup 2002 is being held in Japan and South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13463
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>