Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Selvia Hermawan
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S4703
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Annisa Hamid
"Dalam periklanan, tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik verbal maupun yang non verbal. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui pemaknaan remaja terhadap lambang pada iklan televisi provider seluler dengan menggunakan teori pemaknaan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif untuk menggali maknamakna yang pada remaja setelah melihat iklan IM3 versi kamseupay. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan makna terhadap lambang dalam iklan provider seluler.

In advertising, not only use language for it's tool, but also other communication tools like pictures, colors, and voices. Advertising use symbol system like verbal and non verbal symbol. This research aims to analyze meaning of the symbols on television commercial advertising using reception theory. This research use qualitative approach to find descriptions in teenagers after saw IM3 commercial advertising Kamseupay version. Data collection found by in depth interview use descriptive analysis. This research result shows description about symbol in cellular phone commercial advertising."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lydia Sugiantoro
"Sampoerna adalah salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Sampoerna telah memproduksi rokok kretek dengan kadar rendah tar dan nikotin yang pertama di Indonesia, yaitu Sampoerna A-Mild.
Selain menjadi pendobrak, iklan-iklan yang disampaikan oleh Sampoerna pun memiliki ciri khas tersendiri, dan berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya. Ide-ide kreatif yang disampaikannya selalu baru dan fresh dengan permainan kata-kata yang funky dan nge-slank, iklannya yang musikal, serta menampilkan gambar-gambar kartun yang lucu dan menarik, tanpa meninggalkan simbolnya, yaitu huruf "A" yang merupakan icon dari iklannya juga warna kemasannya yang khas dengan garis-garis merah. "Bukan basa basi" adalah jargon andalan dari rokok A-Mild yang tetap dipakai sejak awal dilemparkannya produk tersebut ke pasar hingga sekarang.
Meskipun pesan-pesan yang disampaikan oleh A-Mild secara simbolik, namun konsumen tidak mendapatkan kesulitan dalam mempersepsikan iklannya dan mendapatkan hasil yang positif.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat komparatif dengan menggunakan riset eksperimental dengan desain dua grup, yaitu pretest-posttest design. Data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Anggota sampel yang terdiri dari 60 orang terpilih dikelompokkan menjadi grup pengontrol (control group) dan grup eksperimen (experimental group) secara objektif dan random sehingga jumlah tiap grup sama. Penulis akan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing responden untuk menguji ketertarikan konsumen akan iklan dan produk A-Mild. Kemudian sesudah itu (3 hari kemudian), dilakukan penelitian kembali dengan memberikan kuesioner setelah diberikan "terpaan" iklan A-Mild yang berjudul "Bukan basa basi" kepada kelompok eksperimen.
Pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan tersebut akan diolah dengan menggunakan f-test untuk menguji komparatif dua sampel yang saling berhubungan, serta mencantumkan pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, yang terdiri dari Usia. Pekerjaan, dan Pendidikan terakhir. Pengukuran variabel-variabel dan dimensi-dimensinya yang merupakan dasar pertanyaan pada kuesioner menggunakan skala Likert dengan mencantumkan rentang nilai 7 (tujuh).
Hasil Penelitian diperoleh bahwa responden yang diterpa iklan "Sampoerna A-Mild Bukan Basa Basi" ternyata memberikan respon positif terhadap image produk tersebut. Mereka kebanyakan memberikan pernyataan bahwa Sampoerna A-Mild adalah merupakan rokok kretek yang mempunyai kadar tar dan nikotin yang rendah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa iklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi itu sudah ada dalam benak audience walaupun audience yang menyaksikan tayangan iklan tersebut hanya mendengarkan musiknya atau hanya melihat sekilas saja. Dengan kata lain bahwa lklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi telah dapat menciptakan positioning terhadap audience (potential consumer) yang hendak dituju."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wiwik Prihatini
"ABSTRAK
Meskipun telah mengalami beberapa keterbatasan, industri rokok kretek di Indonesia tetap menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tak hanya di bidang materi, tapi juga memberikan kontribusi yang berharga dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dan kegiatan-kegiatan sosial serta hiburan. Sampai saat inipun para produsen rokok tetap gencar mempromosikan produknya melalui berbagai cara, diantaranya melalui iklan dalam majalah. Dalam membuat iklan tersebut, maka pertimbangan khalayak sasaran dan tujuan periklanan produk yang diwujudkan melalui strategi kreatif dalam simbol verbal dan visual merupakan suatu hal yang penting. Tempa merupakan salah satu media yang sering memuat iklan rokok kretek dalam setiap penerbitannya. Pemilihan Tempo sebagai media beriklan bagi rokok kretek didasarkan pada karakteristik media itu sendiri. Itu sebabnya fokus perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi iklan rokok kretek di Tempo, dan apakah ada pola-pola tertentu dalam iklan tersebut. Jenis penelitian ini tergolong deskriptif dengan metode penelitian analisis isi. Penentuan tahun penelitian 1990 dipilih secara acak, sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah iklan-iklan rokok kretek dalam kurun waktu tersebut. Setelah dilakukan pendataan, ternyata ada 31 versi iklan dari 5 merek rokok kretek. Dengan demikian analisis simbol verbal dan visual didasarkan pada ketiga puluh satu sampel ini. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terlihat pola yang menunjukkan bahwa ternyata judul dan slogan merupakan unsur verbal yang cukup penting bagi iklan rokok kretek, sedangkan naskah tidak. Agak berbeda dengan unsur verbal, keberadaan unsur visual dalam iklan rokok kretek ternyata merupakan suatu hal yang mutlak harus ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa unsur visual mendominasi pola penyajian pesan iklan rokok kretek di majalah, Kondisi ini dapat dimengerti berdasarkan kenyataan bahwa rokok merupakan produk siap pakai, dan pada umumnya semua rasa rokok kretek hampir sama. Sehingga yang terpenting dalam iklan ini adalah bagaimana membangun citra bagi produk yang bersangkutan, dimana hal tersebut dapat diwujudkan melalui visualisasi. Temuan lain yang menarik untuk diketahui adalah bahwa hal-ha penggunaan yang berbau asing atau luar negeri dalam iklan rokok kretek dilakukan dengan pertimbangan, karena merek produknya yang menggunakan kata internasional, ingin menampilkan iklan yang agak berbeda dari iklan-iklan sebelumnya tapi tetap dengan tema yang sama, untuk memvisualisasikan judul iklan yang bersangkutan, atau sekedar memanfaatkan event yang ada sebagai sarana berpromosi sekaligus membentuk citra tertentu di mata konsumennya yaitu kelas internasional."
Lengkap +
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S4442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara A. Laksmi
"Perilaku merokok mempakan sebuah keglatan yang dekat dengan kehldupan sehari-hari remaja. Periode nemaja mempakan sebuah window of vulnerability untuk mulai merokok, karena remaja pertama kail diperkenalkan dengan kebiasaan merokok yang dllakukan oleh teman-teman dalam peer groupnya, khususnya pada saat remaja berada di kelas 1 hingga 3 SMP (Kaplan, Sallis, & Patterson, 1993; Taylor, 1995). Remaja yang duduk di bangku sekolah tersebut umumnya adalah remaja yang bemsia 12 hingga 15 tahun, atau kelompok remajaawal (Konopka, dalam Pikunas, 1976). Meninjau banyaknya bukti yang menyatakan bahwa merokok Itu t^erbahaya, maka peneliti merasakan adanya kebutuhan untuk mencegah dan menanggulangi masalah merokok pada remaja-awal. Salah satu caranya adalah melalui iklan non-komersil anti-rokok.
Dunia periklanan biasa menggunakan informasl-informasi central dan peripheral dalam menyampaikan pesan promosionalnya (Peter & Olson, 1992). Yang termasuk dalam kelompok Informasi central adalah pemyataan-pemyataan spesifik, atau demonstrasi, mengenai atribut-atribut yang dimiliki oleh sebuah produk, termasuk bukti-bukti yang mendukung atribut-atribut tersebut. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok /jeripheial adalah bentuk informasl-informasi lain yang sama sekali tidak menyinggung produk yang ditawarkan (nonproduk), misalnya gambar yang tidak berhubungan langsung dengan produk, dan penggunaan model atau selebritis untuk menarik perhatian konsumen. Sikap konsumen terhadap sebuah iklan dapat mempengamhi sikap konsumen terhadap produk yang diiklankan.
Peneliti tertarik untuk mengetahui sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok yang dibuat dengan tema informasi central, dan sikap remajaawal terhadap iklan non-komersil anti-rokok dengan tema informasi peripheral. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui iklan jenis apa yang lebih disukai oleh remaja-awal, sehingga dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap pesan 'jangan merokok yang disampaikan dalam kedua iklan tersebut. Dalam penelitian ini juga akan diukur hubungan antara sikap remaja-awal terhadap iklan non-komersil antirokok, dengan intensi mereka untuk tidak merokok. Penelian dilakukan pada 132 subyek, dengan karakteristik remaja-awal (usia 12 hingga 15 tahun), laki-laki dan perempuan, dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan menggunakan incidental sampling. Setiap subyek memperoleh dua buah iklan (ikian central dan ikian peripheral), dan dua buah kuesioner Skala Lilkert yang mengukur sikap remaja-awal terhadap iklan nonkomersil anti-rokok. Untuk mengantislpasi efek dari umtan penyajlan iklan (efek primacy dan recency) terhadap sikap subyek terhadap iklan. maka penyajian iklan dibagi dua, yaitu penyajian iklan central kemudian peipheral, dan penyajian iklan peripheral kemudian iklan central. Hasil yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan menggunakan teknik Coefficient Alpha dari Cronbach, persentase dan Chi Square, statistik deskriptif, dan korelasi Pearson Product Moment. Semua pengolahan data, dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.0 for Windows.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari umtan penyajian iklan terhadap sikap remaja-awal terhadap iklan. Penelitian ini menemukan bahwa sikap remaja-awal, positif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan informasi central, dan bersikap negatif terhadap iklan anti-rokok yang dibuat dengan menggunakan informasi peripheral. Penelitian ini juga menemukan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan central yang disajikan di umtan pertama dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .363 pada los .05 (2-tailed)', ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .683 pada los .05 (2-tailed). Kemudian, ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal terhadap iklan peripheral yang disajikan di umtan pertama, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .427 pada los .05 (2-tailed); dan ada hubungan yang signifikan dan positif antara sikap remaja-awal perokok terhadap iklan central yang disajikan di umtan kedua, dengan intensinya untuk tidak merokok, dengan korelasi sebesar .309 pada los .05 (2-tailed).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembuatan iklan anti-rokok bagi remaja-awal sebaiknya mengguriakan informasi central. Hal ini berlaku, baik untuk mencegah remaja-awal untuk tidak merokok, ataupun untuk menanggulangi masalah merokok di kalangan remaja-awal. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah hendaknya dibuat iklan dengan kualitas isi dan penampilan yang lebih baik, dan jika menggunakan fear appeal dalam iklan, sebaiknya lakukan pengukuran fear arousal yang mungkin timbul. Kemudian, penyebaran kuesioner dilakukan dalam situasi yang lebih kondusif agar subyek lebih serius memberikan jawaban dan untuk menghindari terjadinya keija sama, dan jika memungkinkan, lakukan rapport terlebih dahulu dengan subyek penelitian."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dinanti
"Penelitian ini dilakukan kepada khalayak perempuan terhadap iklan televisi Pond?s Age Miracle versi ?Donna-Darius?. Fokus penelitian ini ialah khalayak perempuan berusia diatas 30 tahun dan sudah menikah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui posisi pemaknaan nilai ?awet muda? pada pesan iklan yang menggunakan pendekatan emotional oleh khalayak dengan melihat posisi pemaknaan pada daya tarik iklan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif konstruktivis. Data dikumpulkan dengan menggunakan tehnik wawancara mendalam. Hasil Penelitian menunjukan bahwa penggunaan pendekatan emotional dalam iklan belum mampu membuat khalayak mengadopsi nilai ?awet muda? dalam iklan secara dominan, karena faktor frameworks of knowledge, relations of production, dan technical infrastructure  yang dimiliki khalayak. Implikasi dari penelitian ini memperlihatkan adanya posisi decoding yang dominan dalam daya tarik iklan tidak mengindikasikan diterimanya konsep keseluruhan dalam iklan.

This research is conducted among female audience of Pond?s Age Miracle television commercial ?Donna-Darius? version. This research focuses on married women over 30 years of age. The purpose of this research is to understand the decode position of the ageless? value by audiences over emotional approach ads through the examination of ads appeals decode position. This research uses qualitative descriptive constructivist approach. The information was gathered using indepth interview. The research findings show that the use of emotional approach in ads is unable to make the audience to adopt a dominant position of the ageless? value over TV commercial, which is caused by frameworks of knowledge, relations of production, and technical infrastructure factor from the audience. The implication of this research shows that dominant decoding position in ads appeal doesn?t indicate the acceptance of the overall ads concept among the audience."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>