Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nendar Herdianto
"Penggabungan hidroskiapatit (HA), yaitu material bioaktif untuk pengganti tulang, dengan senyawa kalsium fosfat yang resorbable seperti TCP menjadi Biphasic Calcium Phosphate (BCP) dilakukan untuk meningkatkan sifat osteokonduktifitas dari HA sehingga terapi kerusakan tulang dapat dilakukan lebih efektif. Pencampuran serbuk HA, yang pembuatannya menggunakan bahan baku batu gamping, dengan serbuk TCP komersial dilakukan secara mekanik dengan beberapa perbandingan persen massa HA/TCP. Perbandingan persen massa HA/TCP yang diperoleh setelah proses sintering pada suhu 1000°C selama 10 menit adalah 94/6, 83/17, 90/10, 73/24 (dengan tambahan fasa CaCO3) dan 61/30 (juga dengan tambahan fasa CaCO3). Proses sintering menyebabkan perubahan khususnya pada komposisi fasa, akibat dekomposisi HA, TCP dan CaCO3, juga perubahan pada derajat kekristalan, menjadi lebih tinggi, dan ukuran kristalit, menjadi lebih besar.
Uji bioresorbsi dilakukan secara in vitro dengan merendam lima jenis sampel BCP dengan komposisi fasa berbeda pada larutan SBF selama 10 hari dengan pengambilan data kandungan kalsium yang terdisolusi dalam SBF pada hari ke-2, 4, 6, 8 dan 10. Hasil uji memperlihatkan bahwa sifat bioresorbsi BCP cenderung dipengaruhi oleh komposisi fasa, khususnya kandungan HA dan TCP-nya, serta derajat kekristalan fasa HA. Semakin tinggi kandungan TCP maka semakin resorbable suatu material BCP. Sebaliknya, semakin tinggi kandungan HA maka kurang resorbable material BCP tersebut. Selain itu, BCP dengan derajat kekristalan yang lebih tinggi memiliki sifat resorbabilitas yang lebih rendah.

The combination of hydroxyapatite (HA) and tri-calcium phosphate (TCP) as a new material called biphasic calcium phosphate (BCP) is an ideal material for bone substitute due to its excellent bioactivity, from its HA content, and good bioresorbability, from its TCP content. The concept is based on an optimum balance of HA and TCP therefore the implant can be adjusted to fit the rate of bone ingrowth without loosing its bioactivity. In this research, HA, which was derived from limestone, and TCP, which was obatained commercially and is an industrial grade, were mixed mechanically with five different HA/TCP weight ratio. After sintered at 1000°C during 10 minutes, it was obtained BCP samples with five different HA/TCP ratio, i.e. 94/6, 83/17, 90/10, 73/24 (with the addition of CaCO3 phase) dan 61/30 (also with the addition of CaCO3 phase). The sintering process has changed not only their chemical composition but the degree of crystallinity and crystallite size as well.
The in vitro biocompatibility test was carried out by immersion of the BCP samples into simulated body fluid (SBF) during 10 days, with the measurement of calcium release from the samples on the 2nd, 4th, 6th, 8th and 10th day. The result shows that the rate of bioresorbtion tends to be influenced by the HA and TCP content, and the degree of crystallinity as well. The higher TCP content the more bioresorbable the BCP. In contrary, the higher HA content the less bioresorbable the BCP. More over, the higher the degree of crystallinity the less bioresorbable the BCP.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T24750
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Amanda Purnamasari
"Bifasik kalsium fosfat (BCP) gabungan dari hidroksiapatit (HA) material bioaktif dengan ꞵ-Trikalsium Fosfat (ꞵ-TCP) material yang mudah diserap (resorbable). Karenanya, BCP mempunyai tingkat degradasi dan sifat osteokonduktif yang tinggi, sehingga berpotensi besar sebagai bahan pengganti tulang. Namun, BCP bersifat rapuh. Untuk memperbaiki sifat rapuh ini, BCP dikompositkan dengan kolagen karena kolagen mampu memperbaiki sifat BCP yang rapuh. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit BCP/Kolagen dengan metode presipitasi basah secara ek-situ dengan rasio BCP/Kolagen: 90/10; 80/20 dan 70/30 (wt.%). BCP disintesis menggunakan iradiasi gelombang mikro 720 W selama 45 menit. BCP yang dihasilkan akan disintesis menjadi komposit BCP/Kolagen. Hasil XRD BCP murni menunjukkan adanya dua fasa yaitu HA (25%) dan β-TCP (75%). Kolagen berasal dari biowaste berupa GIL ayam. Hasil FTIR kolagen GIL memperlihatkan adanya gugus fungsional khas kolagen pada bilangan gelombang 3280 cm-1 (amida A), 2963 cm-1 (amida B), 1648 cm-1 (amida I), 1451 cm-1 (amida II), dan 1241 cm-1 (amida III). Sementara, hasil XRD komposit BCP/Kolagen menunjukkan terbentuknya fasa β-TCP, fasa HA, dan fasa impuritas oxyapatite dan phosphorous oxide pada semua variasi komposit BCP/Kolagen. Gugus fungsional khas (OH-), (PO43-) dan (N-H) hadir pada semua variasi terlihat pada hasil FTIR menandakan bahwa BCP dan kolagen telah berikatan. Hasil SEM memperlihatkan semakin banyak kandungan kolagen maka semakin kecil ukuran partikel yang terbentuk.

Biphasic calcium phosphate (BCP) is a combination of hydroxyapatite (HA) bioactive material with ꞵ-Tricalcium Phosphate (ꞵ-TCP) resorbable material. Therefore, BCP has a high level of degradation and osteoconductive properties, so it has great potential as a bone substitute. However, BCP is brittle. To improve this brittle nature, BCP combined with collagen because collagen can improve the brittle nature of BCP. This study aims to synthesize BCP/Collagen composites by wet precipitation ex-situ method with BCP/Collagen ratio: 90/10; 80/20 and 70/30 (wt.%). BCP was synthesized using microwave irradiation with 720 W power for 45 minutes and have two phases, namely HA (25%) and ꞵ-TCP (75%) from XRD results. The resulting BCP will be synthesized into BCP/Collagen composites. The collagen used was derived from biowaste of the inner layer of chicken gizzard (GIL). FTIR results of GIL collagen showed the presence of functional groups typical of collagen at wavenumbers 3280 cm-1 (amide A), 2963 cm-1 (amide B), 1648 cm-1 (amide I), 1451 cm-1 (amide II), dan 1241 cm-1 (amide III). Meanwhile, XRD results of BCP/Collagen composites showed the formation of ꞵ-TCP phase, HA phase, oxyapatite and phosphorous oxide impurities in all variations of BCP/Collagen composites. The characteristic functional groups (OH-), (PO43-) and (N-H) were present in all variations seen in the FTIR results indicating that BCP and collagen had bound. SEM results show that more collagen content the smaller the particle size formed, where the smallest particle size is owned by BCP/30 sample of 26.170 μm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Permata Ayunda Putri
"Tulang merupakan salah satu penyusun sistem gerak manusia yang rentan mengalami kerusakan berupa fraktur akibat kecelakaan atau osteoporosis. Mekanisme remodeling tulang dapat membantu memperbaiki struktur tulang, namun bergantung pada kerusakannya. Rekayasa jaringan tulang, perancah, merupakan salah satu penyembuhan yang dapat digunakan untuk membantu regenerasi jaringan tulang. Perancah harus memiliki biokompatibilitas serta osteokonduktivitas yang baik. Biokeramik seperti hidroksiapatit (HAp) dan biphasic calcium phosphate (BCP) digunakan sebagai perancah karena strukturnya yang mirip tulang asli. Temulawak, Curcuma xanthorrhiza (CuX) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat antiinflamasi pada perancah. Pada penelitian ini, kitosan (CS), hyaluronic acid (HA), dan ekstrak temulawak (CuX) digunakan sebagai material utama perancah dengan HAp dan BCP sebagai variasinya. Ekstraksi temulawak dilakukan dengan metode Soxhlet dan ekstraksi HAp dan BCP dilakukan dengan metode kalsinasi tulang ikan tuna pada suhu 600 °C dan 1000 °C. Ketiga perancah difabrikasi dengan metode freeze drying dan dikarakterisasi dengan uji viabilitas dan proliferasi sel. HAp dan BCP sebagai variabel bebas menghasilkan viabilitas sel yang lebih baik dibandingkan dengan perancah kontrol pada uji direct selama 4 hari. Namun, tingginya degradasi dari perancah mengakibatkan jumlah sel berkurang drastis dari pertama kali ditanam. Pada uji viabilitas indirect menggunakan MTT assay, HAp pada perancah mendukung viabilitas sel secara signifikan dibandingkan dengan BCP dan kontrol. Secara keseluruhan, ketiga variasi perancah berhasil menyediakan tempat bagi sel untuk hidup dan tidak beracun.

Bones are one of the musculoskeletal systems in humans which vulnerable to damage as fractures because of accidents or osteoporosis. The remodeling mechanism in bone may help to fix the bone structure, but it depends on the extent of the damage. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Bone tissue engineering as a scaffold is one of the methods to help bone regeneration. Scaffold must have good biocompatibility and osteoconductivity. Bioceramics such as hydroxyapatite (HAp) and biphasic calcium phosphate are often used as scaffolds because their structure is similar to natural bone. Temulawak, or Curcuma xanthorrhiza (CuX), is a herbal plant that improves anti-inflammation. This study uses chitosan (CS), hyaluronic acid (HA), and temulawak extract (CuX) as the primary materials. This study uses extraction of temulawak using the Soxhlet method and extraction of HAp and BCP using calcination at 600 °C and 1000 °C. Scaffolds with the combination of CS/HA/CuX, CS/HA/CuX/HAp, and CS/HA/CuX/BCP fabricated using the freeze-drying method and characterized with proliferation and viability test. The HAp dan BCP as dependent variables generated better ability in the viability test than CS/HA/CuX scaffold on the direct test for four days. However, the high degradation from the sample yielded to loss of cells. For indirect tests using MTT assay, the addition of HAp in the scaffold showed better performance in the cell viability significantly more than BCP and control scaffolds. Overall, all scaffolds provided good places for the cell to live and showed non-toxic behavior towards the cells."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Kurniawan
"[ABSTRAK
Injectable bone substitute (IBS) merupakan metode penanganan kerusakan tulang yang efektif, karena dapat mempermudah proses operasi dan memberi kenyamanan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material pengisi tulang mampu injeksi berbasis kalsium fospat dengan perbandingan Ca/P (1.67) dan kitosan. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan semen kalsium fosfat dan kitosan sebesar 0%, 4%, 8%, 11% dalam larutan Na2HPO4 (1mol/L) yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil percobaan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM, FTIR, serta pengujian kemampuan injeksi dan setting time. Dari hasil karakterisasi tersebut didapatkan bahwa proses injeksi yang baik dapat dilakukan dengan perbandingan larutan dan serbuk (0.68 ml/gram). Setting time dan kekuatan tekan meningkat dengan penambahan kitosan, sedangkan modulus kompresi-nya berkurang dari 140-106 MPa. Terbentuknya senyawa HA yang diindikasikan dari uji XRD serta hasil uji FTIR menunjukkan tidak ada ikatan secara kimia antara semen kalsium fospat (HA,DCPD) dan kitosan, melainkan berupa ikatan hidrogen. Adapun hasil karakterisasi menunjukkan bahwa produk IBS yang telah disintesis berpotensi untuk dijadikan material pengisi tulang.
ABSTRACT
Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
, Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julia
"Tulang merupakan komposit kolagen dan mineral. Kolagen bersifat elastis bertindak sebagai matriks pada tulang. Adapun hidroksiapatit (HA) memiliki modulus elastis tinggi, bersifat rapuh, berikatan kimia dengan kolagen, memberi sifat kaku dan kuat pada tulang. Pembuatan biokomposit dengan fraksi volume kolagen dan orientasi serat matriks yang bervariasi akan dapat diproduksi suatu komposit ringan yang memiliki kekuatan tinggi dengan sifat anisotropi seperti tulang alami. Dalam penelitian ini, dilakukan pembentukan komposit dengan komponen kalsium fosfat dan kolagen. Kolagen diisolasi dari beberapa sumber limbah antara lain; limbah ikan dan limbah ayam.
Berdasarkan hasil uji protein kasar, FTIR, dan SEM menunjukkan bahwa limbah ayam memiliki potensi untuk menjadi sumber alternatif dari produksi kolagen. Metode iradiasi gelombang mikro pada sintesis kalsium fosfat, menghasilkan kemurnian hasil dengan ketepatan nilai parameter kisi bernilai diatas 99% untuk kedua variasi (sintering dan tanpa sintering). HA sintering memiliki indeks kristalinitas yang lebih tinggi dari tulang manusia (3.23>0.33). Namun, HA non-sintering memiliki indeks kristalinitas pada rentang indeks kristalinitas tulang manusia.
Sintesis komposit apatit kolagen dengan metode presipitasi ek situ telah berhasil dilakukan. Berdasarkan karakteristik fisik yang dilakukan menunjukkan bahwa pada semua masa rasio komposit memperlihatkan deposisi kristal HA pada permukaan kolagen. Studi pendahuluan ini akan bermanfaat untuk studi pembentukan komposit kalsium fosfat/kolagen sebagai bioamterial.

Bone is a composite of collagen and minerals. Collagen is an elastic material that acts as a matrix of bone. The hydroxyapatite (HA) has a high elastic modulus, and brittle. The combination chemically of collagen on HA gives a strong and rigid nature to the bone. The production of bio-composites with varying collagen volume fraction and matrix fiber orientation will produce a lightweight composite that has high strength with anisotropic properties such as natural bone. In this study, composites were formed with calcium phosphate and collagen components. Collagen was isolated from three sources of waste including; goramy fish scale, the cuticle of chicken feet and the inner layer of chicken gizzard.
Based on the crude protein analysis, FTIR, and SEM revealed that the inner layer of the chicken gizzard was potential to be an alternative source of collagen production. Microwave irradiation technique produced the purity of results with the accuracy of the lattice parameter above 99% for both variations (sintering and without sintering). Sintered HA had a higher crystallinity index than the human bone (3.23 > 0.33). But, the unsintered HA had the crystallinity index at the range of human bone`s crystallinity index.
The synthesis of apatite collagen composite with precipitation method was successfully carried out. The SEM examination showed the deposition of apatite crystals on the surface of collagen. Based on the all physical characterization revealed that all of the ratio mass of the composites the heterogenous strongly adhered throughout the collagen surface. The preliminary study will be beneficial for leading the formation of composites of collagen/HA as biomaterials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Zahra
"Tulang adalah jaringan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri apabila mengalami kerusakan. Namun pada beberapa kasus cacat tulang, cangkok tulang (bone graft) atau material pengganti tulang dibutuhkan untuk membantu penyembuhan jaringan. Terdapat tiga jenis cangkok tulang yaitu autograf, allograf, dan xenograf. Karena terbatasnya sumber tulang untuk cangkok tulang, peneliti mencari material alternatif sebagai pengganti tulang. Biokeramik telah banyak diteliti karena dinilai sebagai material yang paling menjanjikan sebagai pengganti tulang. Bifasik kalsium fosfat (BCP), tersusun atas hidroksiapatit (HA) dan b-trikalsium fosfat (b-TCP), menunjukkan potensi besar sebagai material pengganti tulang karena sifatnya yang bioaktif, biokompatibel, dan laju degradasi yang cocok dengan laju pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit di sintesis dengan metode presipitasi gelombang mikro. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan ke dalam larutan polivinil alkohol yang bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan mikrostruktur berpori. Selanjutnya, serbuk hidroksiapatit dipadatkan dan disintering dengan variasi temperatur sintering mulai dari 800 °C hingga 1300 °C untuk mempelajari perubahan fasa dan mikrostruktur dari hidroksiapatit. Fase kristal, gugus fungsi, morfologi, dan sifat mekanik diuji dengan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared FTIR, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Mikro Vickers. XRD menunjukkan terjadi perubahan fase HA menjadi b-TCP pada temperatur 1000 – 1300 °C. Hasil FTIR menunjukkan tidak ditemukannya gugus vinil yang berarti PVA telah sepenuhnya terdegradasi akibat sintering dengan temperatur tinggi. Pori yang dihasilkan memiliki bentuk spherical-like dengan ukuran yang semakin besar seiring dengan peningkatan temperatur sintering. Nilai kekerasan maksimal sebesar 4,166 GPa dihasilkan oleh hidroksiapatit yang disintering pada temperatur 1200 °C dan kekerasan menurun pada temperatur diatasnya karena peningkatan dekomposisi HA.

Bone is a tissue that can heal by itself. However, for some cases of bone defects, a bone graft or bone substitute is needed to help bone tissue to heal. There are three kinds of bone grafting which is autograft, allograft, and xenograft. Due to the limited source of bone for bone grafting, researchers eager to find an alternative material for bone substitution. Bioceramic has been widely studied because they are considered the most promising material for bone tissue substitution. Biphasic calcium phosphate (BCP), composed of hydroxyapatite (HA) and b-tricalcium phosphate (b-TCP), has shown great potential as a bone substitute material due to its bioactive, biocompatible properties and the rate of degradation that corresponds to the growth rate of bone. Hydroxyapatite nanocrystal was synthesized through the microwave-assisted precipitation method. Hydroxyapatite powder was later added into a polyvinyl alcohol solution, which is aimed to produced hydroxyapatite with a porous microstructure. Hydroxyapatite powder was compacted and sintered at various temperatures, from 800 – 1300 °C, to study the transformation of phase and microstructure of hydroxyapatite. The crystal phase, functional groups, morphology, and hardness of biphasic calcium phosphate were determined through X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), and Vickers Microhardness Tester. XRD result shows that the b-TCP phase appears due to the decomposition of HA at 1000 – 1300 °C. FTIR result shows there is no sign of a vinyl functional group, which means that PVA has fully degraded due to sintering with high temperature. Produced pores have a spherical-like shape and become larger as the sintering temperature reaches up to 1300 °C. The maximum hardness value of 4,166 GPa obtained from the hydroxyapatite sintered at 1200 °C and slightly decreased at 1300 °C due to increased decomposition of HA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Jeanny Oetama
"Penuaan merupakan proses alami dimana kandungan kolagen akan menurun dan menyebabkan menurunnya kekuatan tulang dan kandungan mineral tulang akibat meningkatnya aktivitas resorpsi tulang oleh sel osteoklas. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan trikalsium fosfat Ca3 PO4 2 pada Rattus norvegicus yang defisiensi kalsium untuk mengamati kandungan mineral tulangnya. Terdapat pula perlakuan berupa pakan mengandung Ca3 PO4 2. Analisa terhadap mineral tulang dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR , X-Ray Diffraction XRD , dan Scanning Electron Microscopy SEM . Nilai intensitas rata-rata dan median dari histogram citra SEM antara kelompok tikus yang diberi pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dengan tikus yang defisiensi kalsium menunjukkan perbedaan jumlah rongga tulang trabekularnya. Hasil XRD menunjukkan terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik dengan penggunaan pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dibandingkan Ca3 PO4 2 saja. Terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik menunjukkan pertumbuhan kristal apatit karbonat yang lebih cepat. Spektrum FTIR dari grup tersebut menunjukkan perbaikan pada gugus fosfat 590-650 cm-1 dan sekitar 1.100 cm-1 dan gugus karbonat 1.350-1.600 cm-1 . Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan kalsium fosfat pada tikus yang mengalami defisiensi kalsium mampu memperbaiki kondisi mineral tulang dengan lebih baik daripada pakan yang mengandung kalsium fosfat saja.

Aging is a naturally occurring process in which collagen content will decrease and cause decreased of bone strength and bone mineral content due to increased activity of bone resorption by osteoclast cells. Therefore, This research was conducted by using feed containing collagen and tricalcium phosphate Ca3 PO4 2 fed to calcium deficient Rattus norvegicus to observe mineral in rat bones. In addition, there was group of calcium deficient rats fed with Ca3 PO4 2. The analysis of bone mineral was done using Fourier Transform Infrared FTIR , X Ray Diffraction XRD , and Scanning Electron Microscopy SEM . The mean and median intensity values of the SEM images histogram between rat fed with collagen and Ca3 PO4 2 and calcium deficient rat showed differences in the number of trabecular bone cavities. The XRD analysis showed there was better separation of plane 112 and 300 in the rats fed with collagen and Ca3 PO4 2 compared to Ca3 PO4 2 only. The better separation plane showed the faster growth of apatite carbonate. FTIR spectrum of that group showed enhancement of phosphate groups 590 650 cm 1 and about 1,100 cm 1 and carbonate groups 1.350 1.600 cm 1 . Thus, the result of this study showed the feed containing collagen and Ca3 PO4 2 given to calcium deficient rats improved bone mineral condition better than Ca3 PO4 2 only."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Tri Hartono
"Latar Belakang: Rekonstruksi pada defek tulang kritikal masih merupakan tantangan yang besar untuk seorang ahli bedah plastik rekonstruksi. Selama ini, baku emas untuk menangani kasus defek tulang tersebut adalah menggunakan autologous bone graft, namun terdapat beberapa kekurangannya seperti morbiditas pada lokasi donor, pemanjangan waktu operasi, donor yang terbatas, dan pemajangan waktu rawat. Mencoba mengatasi kekurangan tadi, muncullah rekayasa jaringan tulang yang memberikan hasil yang menjanjikan dalam regenerasi jaringan tulang biologis yang baru. Beberapa penelitian hewan sebelum, menunjukkan bahwa implantasi secara ortotopik dan ektopik dapat memberikan hasil yang cukup baik dalam regenerasi tulang
Metode: Telaah sistematis dilakukan pada Pubmed/MEDLINE, Cochrane Library, dan WHO ICTRP, termasuk semua studi dengan data primer untuk rekayasa jaringan tulang menggunakan kalsium fosfat sebagai bahan rangka, studi pada defek tulang kritikal, baik uji klinis acak terkontrol maupun tidak pada manusia dan hewan. Luaran yang dinilai adalah pembentukan tulang baru yang membandingkan implantasi secara ortotopik (intraperiosteum) dan ektopik (intramuskular). Studi ini menggunakan SYRCLE’s tools untuk menilai risiko bias studi pada hewan.
Hasil: Didapatkan lima studi hewan yang memenuhi kriteria eligibilitas dari total 80 studi yang diinklusi pada telaah ini. Dicantumkan karakteristik demografis dari masing-masing studi. Studi yang memiliki luaran klinis yang sama (% area tulang dan % kontak) dibandingan antara implantasi ortotopik dan ektopik. 2 studi menunjukkan bahwa implantasi secara intramuskular menggunakan kerangka yang sudah ditambahkan BMSC memberikan hasil yang baik pada pembentukan jaringan tulang baru. Kerangka kosong tidak menunjukkan adanya pembentukan tulang. Penambahan BMP-2 sebagai factor pertumbuhan dapat meningkatkan osteogenisitas baik pada implantasi ortotopik maupun ektopik.
Kesimpulan: Implantasi ortotopik dapat menginduksi pembentukan tulang baru lebih baik daripada implantasi ektopik. Menggunakan kerangka yang ditambahkan BMSC serta BMP-2 pada implantasi intramuskular memberikan hasil yang baik untuk pembentukan tulang baru. Rekayasa jaringan tulang memungkinkan untuk dilakukan dengan implantasi secara ortotopik maupun ektopik

Background: Critical bone defect reconstruction remains a major challenge in plastic reconstructive surgery. While autologous bone graft is still considered as the gold standard for treating critical bone defects, there are disadvantages like donor site morbidity long operative time, donor limitation, and extended hospital stay. In order to resolve them, bone tissue engineering has emerged in reconstruction medical studies, for they give promising result in regenerating new biological bone tissue. Previous animal studies have shown that implantating orthotopically and ectopically gave promising result in bone regeneration.
Methods: A systematic search was done on PubMed/MEDLINE, Cochrane Library, and WHO ICTRP, including all studies with primary data for bone tissue engineering using calcium phosphate as scaffold materials, studies in critical bone defects, RCT or non RCT in human studies or animal studies. Studies with outcome of new bone formation comparing orthotopic (intraperiosteum) implantation and ectopic (intramusculuar) implantation. We used SYRCLE’s tools for assessing risk of bias of animal studies.
Results: Five animal studies meet the eligibility criteria from a total of 80 studies are included for this review. Characteristics demography of each study are stated. Studies with the same outcome (bone area% and contact%) are compared in orthotopic and ectopic implantation. Two studies showed that intramuscular implantation using BMSC-seeded scaffold give promising result of new bone formation. However empty scaffold did not show any bone formation. Adding BMP-2 for growth factor can improved osteogenecity both in orthotopic implantation and ectopic implantation
Conclusion: Orthotopic implantation can induced new bone formation better than ectopic implantations. Using BMSC-seeded and addition of BMP-2 for intramuscular implantation give good result of new bone formation. Both orthotopic and ectopic (intramuscular) implantation are possible for bone tissue engineering
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Tri Kurniawan
"Semen kalsium fosfat telah banyak digunakan sebagai material injectable bone substitute (IBS). Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis semen kalsium fosfat yang dapat diinjeksi, self-hardness, kuat dan bioaktif, dan mempelajari pengaruh konsentrasi natrium difosfat sebagai fasa liquid. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan DCPD dan CaCO3 dalam larutan Natrium difosfat dengan variasi konsentrasi 0, 0.5, 1.5 dan 2.5 M yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM, setting time dan uji kemampuan injeksi. Semen kalsium fosfat 2.5M dengan perbandingan fasa serbuk/liquid (2.5gr/1.5ml) dapat diinjeksi dengan baik dengan menggunakan injection gun yang didesain sendiri. Peningkatan konsentrasi Na2HPO4 menunjukan perubahan waktu pengerasan dan peningkatan kekuatan mekanik dari 0.3 MPa menjadi 6 MPa. Semen konsentrasi 2.5 M memiliki waktu pengerasan 5 menit dan kekuatan kompres 6 MPa. Injectable semen kalsium fosfat semen sangat berguna pada prosedur klinik yang membutuhkan proses pembedaah yang minim.

Calcium phosphate has been widely used as an injectable bone substitute (IBS) material, primarily in clinical procedures requiring minimal surgical process. This study aims at synthesizing calcium phosphate cement that can be injected, self-hardness, strong, bioactive, and to study the effect of sodium diphosphate as a liquid phase. Synthesis was performed by mixing DCPD and CaCO3 in Sodium diphosphate liquid with concentrations of 0, 0.5, 1.5 and 2.5M. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, seting time and injectability. Calcium phosphate cement with a ratio of powder/liquid of 2.5gr/1.5ml can be injected properly by using injection gun. Increasing concentrations of Na2HPO4 would significantly increases hardening time and mechanical strength from 0.3 MPa to 6 MPa. Cement that has concentration of 2.5 M has hardening time for 5 minutes and compression strength of 6 MPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Windhi Harmoko
"Instansi ALT merupakan salah satu satuan kerja (satker) yang berada dibawah naungan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) yang mempunyai tugas memberikan pelayanan prima kepada VVIP secara profesional, transparan dan akuntabel. Dalam penyelenggaraan kegiatan operasional, instansi ALT memanfaatkan peran teknologi informasi sebagai sarana pendukung pada lingkup internal maupun eksternal. Ketersediaan dan kehandalan layanan berbasiskan teknologi informasi merupakan hal yang sangat penting, sehingga perlu adanya perencanaan guna menjamin kesinambungan kegiatan bisnis yang diakibatkan oleh gangguan maupun bencana. Hal ini sesuai dengan tujuan strategis organisasi yang diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik pasal 17 ayat 1. Dikarenakan pentingnya hal tersebut, maka perlu dirancang rencana kesinambungan bisnis yang baik untuk instansi ALT.
Proses perancangan Business Continuity Plan (BCP) yang dilakukan menggunakan kerangka acuan NIST SP 800-34 rev.1. Tahapan awal dalam perancangan BCP adalah melakukan identifikasi kebijakan, sistem informasi, perangkat keras maupun jaringan. Dilanjutkan dengan melakukan analisis dampak bisnis serta identifikasi dan penilaian risiko terhadap aset yang dimiliki oeleh instansi ALT. Kemudian menentukan strategis kesinambungan yang meliputi aspek pemulihan, evakuasi darurat maupun restorasi fungsi pada saat terjadi gangguan ataupun bencana. Pada akhirnya pembentukan manajemen krisis sebagai pelaksana proses kesinambungan bisnis. Hasil dari perancangan BCP ini diharapkan dapat membantu menjamin ketersediaan dan kehandalan layanan teknologi informasi yang ada pada instansi ALT ketika terjadi gangguan maupun bencana.

ALT agencies is one unit of work under auspices the Ministry of State Secretariat (Kemensetneg) which has the task of providing excellent services to VVIP in a professional, transparent, and accountable. In the implementation of operational activities, ALT agencies are utilize role of information technology as a means of supporting in the internal and external scope. The availability and reliability of information technology-based services is an important thing, so it is necessary for planning to ensure continuity of business activity caused by disruption or disaster. This thing is in line with the strategic objectives of the organization and reinforced by Government Regulation No.82 Year 2012 about a implementation of Electronic Transaction System section 17 verse (1). Considering its importance, it is necessary to have a good business continuity plan for ALT agencies.
The design process of the Business Continuity Plan (BCP) were performed using the NIST SP 800-34 rev.1 framework as a reference. Early stages in the design BCP is to identify policy, information systems, hardware and networks. Followed by conducting a business impact analysis and risk assessment as well as the identification of the assets owned by ALT agency. Then determine are strategic aspects of sustainability which includes recovery, emergency evacuation and restoration of function in the event of a disaster or disruption.Finally, the establishment of crisis management as the process of implementing a business continuity. Results from the BCP design is expected to help ensuring the availability and reliability of existing information technology services when an interrupt and disasters to ALT agencies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>