Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasir Mulyansyah Fama
"Pada umumnya katalis seharusnya dapat berfungsi selamanya. Namun yang terjadi kenyataannya katalis dapat tidak aktif setelah digunakan dalam beberapa reaksi, salah satu penyebabnya yaitu terbentuknya kokas yang menutup inti aktif katalis HZSM-5 yang menyebabkan naiknya energi aktivasi dan menurunya nilai keasamannya. Regenerasi merupakan proses yang dilakukan untuk menghilangkan kandungan kokas di dalam katalis HZSM-5. Regenerasi ini dilakukan dengan menggunakan udara sehingga terjadi reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini dapat menghilangkan kandungan kokas sebesar 90% hingga 99%. Kondisi optimum dalam regenerasi katalis HZSM-5 yaitu suhu 450°C dan laju alir udara 150 mL/menit. Selain itu, telah dilakukan pula karakterisasi untuk katalis terdeaktivasi agar dapat diketahui senyawa penyusun kokas.

In general, the catalyst should be able to function forever. But what happens in reality catalyst can not active after being used in several reactions, one of the causes is the formation of coke which closes the active core of HZSM-5 catalyst which causes increased activation energy and decreased the acidity. Regeneration is a process to eliminate the content of coke in the catalyst HZSM-5. In this case regeneration is using air resulting in oxidation reactions. This oxidation reaction can remove the coke content of 90% to 99%. Optimum conditions in the regeneration of the catalyst HZSM-5 is 450°C temperature and air flow rate 150 mL/minute. Additionally, characterizations have been done also for deactivated catalysts that can be known compounds making up the coke. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S952
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setiadi
"Senyawa aseton dapat dipandang sebagai salah satu model senyawa organik turunan biomasa (renewable material). Senyawa aseton telah dapat dikonversi menjadi hidrokarbon aromatik menggunakan katalis H-ZSM-5 dengan variasi rasio Si/Al (25, 75 dan 100) menggunakan fixed bed reactor bertekanan atmosferik pada suhu diatas 350 oC. Didapatkan bahwa ketiga rasio H-ZSM-5 memiliki kemampuan shape selectivity yang tinggi untuk senyawa aromatik (yield >70%). Perbedaan kinerja katalis terlihat setelah 2 jam reaksi, katalis rasio Si/Al=75 dan 100 lebih rentan mengalami deaktivasi. Sedangkan, ZSM-5 rasio Si/Al=25 masih bertahan dengan konversi 100% & yield diatas 70%. Terbentuknya kokas menyebabkan penurunan keasaman katalis dan luas permukaannya.

Acetone is a organic polar compound which can be produced renewably from biomass through a fermentation process or by catalytic process of a biomassderived liquid. The prospective and sustainable system from a new schematic route can be established, if this product could be transformed into hydrocarbons. That?s why this research is intended to develop a catalytic process for aromatic production from acetone using ZSM-5.Organic acetone could be transformed into aromatic by catalytic reaction using ZSM-5 in fixed-bed reactor at atmospheric. HZSM-5 with Si/Al = 25 was more active and stable than that of Si/Al ratio 75 or 100. The yield of aromatic was obtained higher than 70 wt %. It indicates that the reaction of acetone requires a high acid density and H-ZSM-5 is shape selective catalyst for the aromatic formation due to pore opening (0,56 nm) is very close to the geometrical molecular size of the aromatic. The deactivation by coking caused the decreasing the area surface and the acidity of catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1284
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasetyo
"
ABSTRAK
Katalis merupakan doping suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen sehingga pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi. Namun katalis tidak dapat digunakan selamanya. Deaktivasinya aktivitas katalis diduga disebabkan karena terjadi penutupan pori oleh kokas (coke). Regenerasi merupakan proses yang dilakukan untuk menghilangkan kandungan kokas di dalam katalis. Regenerasi ini dilakukan dengan menggunakan udara sehingga terjadi reaksi oksidasi. Kondisi optimum dalam regenerasi katalis Al2O3 dan H ZSM-5 yaitu suhu 450oC dan laju alir udara 150 mL/menit. Selain itu, telah dilakukan pula uji reaksi kembali untuk katalis teregenerasi agar dapat diketahui tingkat regenerasi katalis.

ABSTRACT
The catalyst is a reaction with the intention of doping increase the reaction rate. Catalyst in the reaction but not a permanent chemical change so that at the end of the catalytic reaction will be found back in shape and the same number as before the reaction. However, the catalyst can not be used forever. Deactivated catalyst activity alleged to be caused due to the closure of pores by coke. Regeneration is a process to eliminate the content of coke in the catalyst. In this case regeneration is using air resulting in oxidation reactions. Optimum conditions in the regeneration of the catalyst Al2O3 and H ZSM-5 is 450oC temperature and air flow rate 150 mL/minute. Additionally, rereaction have been done also for regenerated catalysts that can be known level of regeneration of catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
"Xilena dapat disintesis melalui reaksi katalisis alkilasi toluena dengan metanol. Xilena berguna dalam sintesis asam terepthalat yaitu sebagai bahan dasar pembentuk polyester, dan dapat juga digunakan sebagai pelarut pada industri. Penelitian ini melakukan uji katalitik reaksi alkilasi toluena dengan metanol yang dicampurkan pada komposisi azeotrop yaitu pada fraksi toluena 0,134 dengan menggunakan 3 gr katalis zeolit H-ZSM-5 dan 1 gr ??-Al2O3-TiO2. Kombinasi kedua katalis ini berperan dalam reaksi alkilasi dimana katalis ??-Al2O3-TiO2 berfungsi untuk katalisis reaksi dehidrasi metanol menjadi dimetil eter (DME) sedangkan H-ZSM-5 berperan dalam proses alkilasi yang merupakan reaksi substitusi nukleofilik. Sintesis zeolit Na-ZSM-5 dilakukan pada kondisi hydrothermal pada suhu 200oC selama 120 jam dengan menggunakan TPA-Br sebagai zat pengarah, sedangkan sintesis katalis ??-Al2O3-TiO2 dilakukan dengan metode kopresipitasi dimana TiO2 dicampurkan dengan larutan Al2(SO4)3 sebelum terbentuk gel boehmite pada penambahan NH4OH.
Hasil keduanya dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X dan FTIR, selain itu dilakukan pula uji keasaman katalis dengan adsorpsi ammonia. Uji katalitik dilakukan dengan memvariasikan suhu katalisis ,yaitu pada 260°C, 280°C, dan 300°C, memakai reaktor berdiameter 1,5 cm, dan mencampurkan toluena dan metanol pada labu reaksi dengan suhu 65oC, kemudian hasil yang didapatkan ditampung dan dianalisis dengan kromatografi gas (GC) dan GCMS. Produk hasil reaksi pada tiap suhu katalis menghasilkan 2 fasa, yakni cairan yang tidak bercampur, kemudian dengan analisis GC dapat diketahui fasa bagian atas merupakan fasa non-polar (fraksi xilena), sedangkan fasa bagian bawah adalah campuran air dan metanol, hasil analisis lebih lanjut dengan GCMS dilakukan hanya pada fasa non polar (fraksi xilena). Hasil yang diperoleh pada uji katalitik mengandung berbagai macam senyawa organik diantaranya : xilena, 1,2,4,-trimetil benzene, 1,2,3,4,-tetrametil benzene, etilbenzen, sikloheksana, dll, dengan % konversi terbaik didapatkan pada suhu katalis 300oC yaitu, sebesar 51,95%. Produk xilena yang dihasilkan paling banyak adalah pada suhu katalis 300°C dengan % distribusi produk sebesar 21,62%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik Muharom
"ABSTRAK Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan bahan bakar alternatif atau bahan bakar pengganti minyak bumi. Proses konversi metanol menjadi senyawa hidrokarbon cair fraksi bensin dikenal sebagai proses Methanol to Gasoline (MTG) menggunakan katalis H-ZSM-5. Metanol merupakan sumber bahan yang dapat diperbaharui dan relatif mudah dimodifikasi dengan bantuan katalis asam untuk menghasilkan fraksi bensin. Mekanisme reaksi pada proses MTG melibatkan beberapa senyawa intermediet yaitu dimetil eter (DME) dan sikloheksana, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari reaksi katalisis tesebut. Penelitian ini mempelajari reaksi katalisis antara sikloheksana dengan metanol menggunakan katalis ?- Al2O3-TiO2 dan zeolit H-ZSM-5 dengan beberapa variasi perbandingan berat katalis. Katalis ?-Al2O3-TiO2 disintesis dari gel boehmite yang dihasilkan dari penambahan larutan Al2(SO4)3 dengan larutan NH4OH yang ditambahkan TiO2 dan dilakukan proses aging pada suhu 40oC dan dilanjutkan pada suhu 80oC masing-masing selama 96 jam. Zeolit ZSM-5 disintesis dari larutan hidrogel dengan komposisi mol 29 Na2O : 32 TPABr : Al2O3 : 100 SiO2 : 3275 H2O : 17 H2SO4 : 21 KF. Sintesis dilakukan secara hidrotermal pada suhu 150oC selama 120 jam dan dilanjutkan dengan pengubahan Na-ZSM-5 menjadi H-ZSM-5. Katalis dianalisa dengan difraksi sinar-X, spektrofotometri FT-IR, dan analisa luas permukaan dengan metode BET. Reaksi antara sikloheksana dan metanol dilakukan pada komposisi campuran azeotrop dengan variasi suhu reaksi katalisis pada 175o, 200o, 225o, dan 250oC. Hasil analisis GC-MS menunjukkan produk yang dihasilkan berupa campuran senyawa parafin, sikloparafin, dan aromatik. Produk optimum berupa senyawa aromatik diperoleh dalam penggunaan 1 gram katalis ?-Al2O3-TiO2 dan 3 gram katalis zeolit H-ZSM-5 pada suhu 2250C dengan persentase komposisi terbesar adalah p-xilena (42,77%). Kata kunci : ?-Al2O3-TiO2, zeolit H-ZSM-5, azeotrop, katalis, katalisis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Alumina sering digunakan sebagai katalis dalam industri untuk
mengkatalisis berbagai jenis reaksi. Katalis alumina yang digunakan
berulang kali dapat menyebabkan timbulnya senyavva karbon residual.
Senyavva karbon residual ini dapat mengakibatkan penurunan aktifitas dari
katalis alumina. Tujuan penelitian ini adalan meregenerasi katalis alumina
yang terdeaktivasi olen reaksi denidrasi metanol menjadi dimetil eter,
mengetanui kondisi optimum untuk regenerasi dan seberapa efisien dan baik
katalis yang sudan diregenerasi. IVletode regenerasi yang digunakan adalan
pemanasan katalis dalam suatu reaktor pada sunu tinggi dengan
menggunakan udara kering. Hasil penelitan menunjukkan katalis bernasil
diregenerasi sebagian dengan metode tersebut, dengan katalis nasil
regenerasi selama 6 dan 7 jam menunjukkan aktivitas yang paling besar
dibandingkan katalis nasil regenerasi lainnya. Kondisi optimum untuk
regenerasi katalis alumina adalan dengan pemanasan pada sunu 500 °C
selama 6 jam. Katalis nasil regenerasi juga menunjukkan keaktifan yang
tinggi dalam mengkonversi reaktan menjadi produk reaksi.
"
Universitas Indonesia, 2007
S30441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Altha Marissa
"ABSTRAK
Katalis HZSM-5 biasa digunakan untuk mengkonversi aseton menjadi hidrokarbon. Katalis ini akan mengalami deaktivasi pada waktu tertentu dan hal tersebut dipengaruhi oleh kandungan rasio Si/Al. Pada penelitian ini, katalis diuji dengan mengunakan reaktor unggun tetap (fixed bed), dengan variasi Si/Al 27, 75 dan 140. Karakterisasi katalis menggunakan metode BET, FT-IR dan uji keasaman. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa katalis dengan rasio Si/Al=75 memiliki stabilitas konversi aseton selama 7 jam dan memiliki tingkat keasaman paling tinggi. Penyebab deaktivasi katalis yaitu terbentuknya kokas. Keberadaan kokas ini diamati dengan mengunakan FT-IR pada rentang 1540-1600 cm-1 dan metode BET yang menunjukan penurunan luas permukaan sebesar 85-90%. Regenerasi katalis telah berhasil dilakukan dengan mengunakan udara. Luas permukaan katalis setelah regenerasi diperoleh sebesar 285,4 m2/gram dan terdapat pita kokas pada spektrum serapan FT-IR dengan rentang bilangan gelombang 1540-1600 cm-1.

ABSTRACT
HZSM-5 catalysts used to convert acetone into hydrocarbons. The catalyst will undergo deactivation at any given time and it is influenced by the content ratio of Si / Al. In this study, the catalyst was tested by using a fixed bed reactor (fixed bed), with variations of Si / Al 27, 75 and 140. Characterization of catalysts using the BET method, FT-IR and acidity test. From the studies obtained results that the catalyst with the ratio Si / Al = 75 has the stability of the conversion of acetone for 7 hours and has the highest acidity. The cause of catalyst deactivation is coke formation. The presence of coke is observed by using FT-IR in the range 1540-1600 cm-1 and BET methods that show a decrease of 85-90% of surface area. Regeneration of the catalyst has been successfully performed by using air. The surface area of the catalyst after regeneration is obtained at 285.4 m2/gram and there is a ribbon coke in the FT-IR absorption spectrum with the wavenumber range 1540-1600 cm-1."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1117
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zahara
"Sintesis ZSM-5 berpori hirarki telah dilakukan dengan metode double template untuk meningkatkan aktivitas dan selektivitas katalitik material tersebut. Dalam proses sintesis ini, dilakukan variasi template pertama yang digunakan, yaitu TPAOH (ZSM-5h), etilendiamin (ZSM-5h_en) dan trietilen tetramin (ZSM-5h_teta). Semua sampel hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan instrumen XRD, BET SAA, SEM, EDS dan XRF.
Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa pola difraksi sinar X ZSM-5 menunjukkan puncak yang kuat pada 2 theta 7-9 dan 22-25 yang merupakan puncak khas zeolit ZSM-5. Sedangkan pada ZSM-5h_en dan ZSM-5h_teta intensitas puncak-puncak tersebut sangat lemah yang menunjukkan bahwa zeolit ZSM-5 tidak terbentuk dengan baik.
Hasil karakterisasi dengan BET Surface Area Analyzer menunjukkan bahwa ZSM-5 hasil sintesis memiliki ukuran pori > 2 nm dan terlihat adanya hysterical loop pada pola isoterm adsorpsi desorpsi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk mesoporositas pada material hasil sintesis. Zeolit ZSM-5 selanjutnya dimodifikasi menjadi H/ZSM-5 dengan metode tukar ion kemudian dipanaskan pada suhu 550?C. H/ZSM-5 yang dihasilkan dikarakterisasi dengan FTIR dan EDS untuk mengetahui karakter keasaman yang dihasilkan kemudian diuji coba pada reaksi perengkahan katalitik senyawa n-heksadekana.
Sebagai pembanding, dilakukan pula sintesis ZSM-5 mikropori (ZSM-5m) dan diuji aktivitas katalitiknya agar diketahui pengaruh ukuran pori terhadap hasil reaksi perengkahan katalitik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa katalis H/ZSM-5h menghasilkan persen konversi yang tinggi, yaitu sebesar 37,25% dengan persen massa yield gasolin dan selektivitas gasolin berturut-turut sebesar 17,28% dan 46,38%.

Attempt to synthesize hierarchical ZSM 5 zeolites (ZSM-5h) through double template method has been hydrothermally carried out. In order to develop the structure of microporous ZSM 5, three different templates was used TPAOH, ethylene diamine (en), or triethylene tetramine teta, followed by dimethyl dialyl ammonium chloride acrylamide copolymer as mesopore directing agent. All samples were characterized using XRD, BET Surface Area Analyzer, SEM, EDS and XRF.
XRD pattern of ZSM 5h zeolite showed specific peaks at position 2 theta of 7-9 and 22-25 that were characteristic of ZSM-5 zeolite. Otherwise, in the XRD pattern of ZSM-5h en and ZSM-5h teta zeolites the peaks were very weak, indicating that ZSM 5 zeolites were not well formed. Nitrogen adsorption of ZSM-5h exhibited hysterical loop at P Po 0.7 ndash 0.9 indicating the presence of hierarchical mesoporous in this sample.
SEM images of ZSM-5h zeolite showed hexagonal shape that was characteristic of ZSM-5 zeolite. Afterward, H/ZSM-5h zeolite was prepared through ion exchange treatment using 1 M ammonium nitrate solution, followed by calcination at 550 oC to remove all ammonia and produce H/ZSM-5h. This sample was characterized using FTIR and EDS to observe its acidity. Then, preliminary test on H/ZSM-5h zeolite as catalyst in cracking of n hexadecane will be discussed.
As comparison, microporous ZSM-5 zeolite ZSM 5m was synthesized and tested under the same conditions to study the effect of different pore size on its activity in catalytic cracking of n-hexadecane. The result show that conversion percent of catalytic reaction using H/ZSM-5h was 37,25 (%wt), which was higher than H/ZSM-5m. Percent of yield and selectivity of gasoline product using this material were 17,28 and 46,38 (%wt) respectively
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Fatticianita J.
"Teknologi konversi katalitik senyawa organik menjadi hidrokarbon masih sangat jarang sehingga sangat memerlukan dukungan dari hasil penelitian serta pengkajian teknik reaksi dan katalis. Selama ini teknologi konversi senyawa organik masih terfokus pada konversi katalitik dengan bahan baku metanol menjadi Gasoline (Methanol To Gasoline Process) dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan konversi hasil biomassa (aseton-butanol-etanol) menjadi hidrokarbon dengan menggunakan katalis H-ZSM-5. Konversi katalitik senyawa ABE dilakukan dengan menggunakan Packed bed reactor pada tekanan atmosferik dengan variasi rasio Si/Al. Penelitian ini mempelajari pengaruh rasio Si/Al terhadap reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon. Karakterisasi katalis yang dilakukan meliputi komposisi kimiawi dari H-ZSM-5 sehingga didapat rasio Si/Al untuk H-ZSM-5 sebesar 15, 47, 227, 2500. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan kristalinitas untuk HZSM-5 yang berada pada daerah 2? dengan nilai 23 derajat. Dari karakterisasi keasaman diketahui bahwa katalis yang memiliki jumlah keasaman tertinggi adalah H-ZSM-5 dengan rasio Si/Al = 47 pda rentang temperatur 350_C-450_C. Rasio Si/Al sangat mempengaruhi produk cair yang diperoleh (yield dan konversi). Konversi tertinggi dihasilkan dari reaksi dengan menggunakan HZSM-5 rasio Si/Al = 47. Yield tertinggi yang dihasilkan dari reaksi konversi katalitik senyawa ABE menjadi hidrokarbon adalah sebesar 46,6% atau sekitar 1,168 gram umpan ABE yang terkonversi menjadi produk hidrokarbon pada temperatur 425_C dengan menggunakan katalis H-ZSM-5 rasio Si/Al = 47."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Irawani
"Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan bahan bakar alternatif atau bahan bakar pengganti minyak bumi. Konversi gas alam menjadi hidrokarbon setara fraksi tengah minyak bumi (bensin, kerosin, solar) adalah peluang yang baik untuk mengejar kebutuhan bahan bakar cair di masa depan yang meningkat dengan pesat. Metanol merupakan sumber bahan yang dapat diperbaharui, memiliki bilangan oktan serta daya guna karakteristik yang tinggi, dan relatif dapat dimodifikasi dengan bantuan katalis asam untuk menghasilkan bensin. Konversi metanol menjadi hidrokarbon cair pada penelitian ini menggunakan katalis y-Al2O3-TiO2 dan zeolit H-ZSM-5 dengan beberapa variasi perbandingan berat katalis masing-masing katalis 1-3 gram. Katalis y-Al2O3-TiO2 disintesis dari gel boehmite yang dihasilkan dari penambahan larutan Al(NO3)3 dengan larutan NH4OH dan dilakukan proses aging pada suhu 40°C dan dilanjutkan pada suhu 80 oC masing-masing selama 96 jam. Zeolit ZSM-5 disintesis dari larutan hidrogel dengan komposisi mol 28 NaO : Al2O3 : 100 SiO2 : 4475 H2O : 36 R : 25 H2SO4 dengan R adalah zat pengarah TPABr. Sintesis dilakukan secara hidrotermal pada suhu 180°C selama 240 jam dan dilanjutkan dengan pengubahan Na-ZSM-5 menjadi H-ZSM-5. Katalis dianalisa dengan difraksi sinar X, spektrofotometri FT-IR, dan analisa luas permukaan dengan metode BET. Reaksi konversi metanol menjadi hidrokarbon cair dilakukan pada variasi suhu reaksi 200°, 225°, 250°, 275°, 300°, dan 350°C. Hasil analisa kromatografi gas menunjukkan produk yang dihasilkan adalah sikloheksan dan xilene. Suhu optimum reaksi konversi adalah 250°C dan %konversi untuk 1 gram y-Al2O3-TiO2 dan 3 gram zeolit H-ZSM-5 sebesar 44,15%, 2 gram y-Al2O3-TiO2 dan 2 gram zeolit H-ZSM-5 sebesar 25,86%, 3 gram y-Al2O3-TiO2 dan 1 gram zeolit H-ZSM-5 sebesar 25,52%, dan 3 gram y-Al2O3-TiO2 dan 3 gram zeolit H-ZSM-5 sebesar 26,09%. Kata kunci : y-Al2O3-TiO2, zeolit ZSM-5, konversi metanol, hidrokarbon cair."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>