Ditemukan 123952 dokumen yang sesuai dengan query
Juniar Firma Kustia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5104
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Herenda Dwipan Putra
"Makalah ini membahas tentang wujud eksploitasi tubuh dan seksualitas perempuan yang ada dalam film “Perempuan Punya Cerita.” Film ini merupakan kumpulan empat film pendek. Satu film pendek yang akan dikupas dalam makalah ini adalah film “Cerita Pulau.” “Cerita Pulau” menceritakan tentang seorang gadis kepulauan kecil yang diperkosa oleh pemuda setempat. Makalah ini juga membahas tentang konflik-konflik yang timbul dalam kasus tersebut dilihat dari sudut pandang feminisme radikal, terutama mengenai pembebasan diri seorang perempuan atas tubuhnya.
This paper discusses about the exploitation of women’s body and sexuality in the movie “Perempuan Punya Cerita.” This movie consists of four short movies. In this paper focus on the short story “Cerita Pulau.” “Cerita Pulau” is about a girl from a small island who was raped by local boys. This paper also discusses about the conflicts that appeal from the case, seen from the point of view of radical feminism, especially about how a woman fight for her rights over her body."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Eka Junuwati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5101
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Zuhdi Sahrul Ramadhan
"Artikel ini membahas tentang upaya dari sineas film nasional untuk meningkatkan kualitas dari film yang tayang di bioskop Jakarta pada tahun 1950 hingga 1965. Film Indonesia pada tahun 1950 memiliki permasalahan terhadap rendahnya kualitas film nasional yang ditayangkan. Rendahnya kualitas film nasional dilatar belakangi oleh peralatan produksi yang masih sederhana, kurangnya sumber daya manusia yang berpengalaman dalam film, kurangnya promosi terhadap film dan kurangnya kerjasama antara sineas serta pemerintah untuk membangun citra film nasional. Contoh permasalahan terhadap kualitas film adalah sinematografi dan alur cerita yang kurang baik. Rendahnya kualitas film Indonesia mendorong terjadinya dominasi terhadap film-film impor di bioskop besar Jakarta dan menarik minat penonton terhadap film impor seperti film Hollywood, India dan Cina yang tayang di bioskop kelas I dan II. Merasa berada di posisi yang sulit karena film nasional berada di bioskop kelas II dan III dengan target pasaran yang masih rendah, beberapa sineas Indonesia mulai berupaya untuk meningkatkan kualitas film yang mereka produksi. Upaya tersebut berupa revitalisasi terhadap produksi, promosi dan penayangan film, membangun kerjasama antar sineas dalam menyelenggarakan acara apresiasi Festival Film Indonesia. Upaya tersebut kemudian berhasil membawa dampak yang cukup besar, seperti masuknya film Lewat Djam Malam, Harimau Tjampa dan Tarmina kedalam Festival Film Asia Tenggara. Artikel ini disusun menggunakan metode sejarah, dengan pengumpulan data berupa arsip, surat kabar sezaman, buku dan jurnal artikel, yang diperoleh melalui Sinematek Indonesia, Perpustakaan Nasional dan melalui arsip online.
This article discusses the efforts of the national film sineas to intensify the quality of films shown in Jakarta cinemas from 1950 to 1965. The Indonesian movie in 1950 had problems with the low quality of national movies being screened. The low quality of national movies is caused by simple production equipment, lack of experienced human resources in film, lack of promotion of films and lack of cooperation between filmmakers and the government to build a national movies image. Examples of problems with movie quality are poor cinematography and storylines. The low quality of Indonesian movies encourages the dominance of imported movies in big cinemas of Jakarta and attracts audiences' interest in imported movies such as Hollywood, Indian and Chinese movies that are shown in class I and II cinemas. Feels that they are in a difficult position because national movies are in class II and III cinemas with a low target market, several Indonesian filmmakers have begun to try to improve the quality of the movies they produce. These efforts are in the form of revitalizing movies production, promotion, screening and building cooperation between filmmakers in organizing the Indonesian Film Festival appreciation event. These efforts then succeeded in having a considerable impact, such as the inclusion of the movies Through Djam Malam, Harimau Tjampa and Tarmina into the Southeast Asian Film Festival. This article was compiled using the historical method, with data collection in the form of archives, contemporary newspapers, books and journal articles, which were obtained through Sinematek Indonesia, the National Library and online archives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
"Di tahun 2005,saat menjadi juri kompetisi esai pelajar British Council tentang gender dalam film, saya sempat tersentak oleh komentar seorang peserta usai menonton film bertema homoseksualitas,"Saya akan bunuh diri bila mendapati diri saya lesbian.""
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhammad Lionardi Irsugana
"Anak-anak dalam perawatan sistem asuh seringkali menghadapi risiko pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan praktik pengasuhan untuk memastikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan mereka jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi pengasuhan anak dalam sistem asuh, khususnya mengenai keterikatan emosional dan dinamika kuasa. Studi ini menggunakan film Systemsprenger (2019) sebagai studi kasus untuk menggali aspek-aspek emosional dan psikologis dalam pengasuhan. Dengan pendekatan sosio-psikologis, penelitian ini memadukan teori attachment dan konsep relasi kuasa untuk menganalisis hubungan antara anak dan pengasuh. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana film tersebut menggambarkan pengaruh attachment anak pada dinamika relasi kuasa dalam konteks sistem asuh. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pendekatan pengasuhan berbasis attachment yang aman, serta dampaknya pada identitas anak dan struktur kuasa dalam sistem asuh. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pengasuhan yang efektif dan humanis, serta relevansinya pada konteks sosial yang lebih luas di dunia nyata.
Children in foster care systems often face the risk of receiving care that does not adequately meet their needs. Therefore, it is crucial to focus on caregiving practices to ensure positive outcomes that support their long-term development. This study explores child care within foster care systems, particularly in terms of emotional attachment and power dynamics. Using the 2019 film Systemsprenger as a case study, this research delves into the emotional and psychological aspects of caregiving. Adopting a socio-psychological approach, the study integrates attachment theory and the concept of power relations to analyze the interactions between children and caregivers. The primary focus is on how the film portrays the impact of a child's attachment on power dynamics within the foster care context. The findings highlight the importance of secure attachment-based caregiving approaches and their effects on a child’s identity and the power structure within the foster care system. These insights offer new perspectives on effective and humane caregiving practices and their relevance in a broader real-world social context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Lionardi Irsugana
"Anak-anak dalam perawatan sistem asuh seringkali menghadapi risiko pengasuhan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan praktik pengasuhan untuk memastikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan mereka jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi pengasuhan anak dalam sistem asuh, khususnya mengenai keterikatan emosional dan dinamika kuasa. Studi ini menggunakan film Systemsprenger (2019) sebagai studi kasus untuk menggali aspek-aspek emosional dan psikologis dalam pengasuhan. Dengan pendekatan sosio-psikologis, penelitian ini memadukan teori attachment dan konsep relasi kuasa untuk menganalisis hubungan antara anak dan pengasuh. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana film tersebut menggambarkan pengaruh attachment anak pada dinamika relasi kuasa dalam konteks sistem asuh. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pendekatan pengasuhan berbasis attachment yang aman, serta dampaknya pada identitas anak dan struktur kuasa dalam sistem asuh. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik pengasuhan yang efektif dan humanis, serta relevansinya pada konteks sosial yang lebih luas di dunia nyata.
Children in foster care systems often face the risk of receiving care that does not adequately meet their needs. Therefore, it is crucial to focus on caregiving practices to ensure positive outcomes that support their long-term development. This study explores child care within foster care systems, particularly in terms of emotional attachment and power dynamics. Using the 2019 film Systemsprenger as a case study, this research delves into the emotional and psychological aspects of caregiving. Adopting a socio-psychological approach, the study integrates attachment theory and the concept of power relations to analyze the interactions between children and caregivers. The primary focus is on how the film portrays the impact of a child's attachment on power dynamics within the foster care context. The findings highlight the importance of secure attachment-based caregiving approaches and their effects on a child’s identity and the power structure within the foster care system. These insights offer new perspectives on effective and humane caregiving practices and their relevance in a broader real-world social context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Herdiantyara Mardhika
"Ideologi gender yang mengacu pada peran-peran gender telah dikonstruksi dan memisahkan peran laki-laki dan perempuan dengan istilah feminitas dan maskulinitas. Ketika pandangan ideologi gender dipercaya oleh masyarakat kemudian membentuk sebuah hegemoni. Hegemoni juga disebarkan melalui budaya populer film. Seringkali, film memunculkan ketidaksetaraam gender dan membentuk perempuan sebagai kaum marginal di bawah dominasi kaum laki-laki. Namun fenomena hegemoni menciptakan pihak oposisi yang disebut dengan intelektual organik yang menciptakan suatu resistensi akan dominasi yang ada melalui film. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana counter-hegemony digambarkan dalam film Barbie (2023). Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, pendekatan kualitatif serta analisis wacana kritis yang digunakan untuk membedah teks dalam film dengan menempatkan posisi subjek-objek dan posisi penonton film Barbie (2023). Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa film Barbie (2023) menayangkan hegemoni yang terjadi ketika digambarkan oleh pemeran lawan seperti film-film pada umumnya. Kemudian muncul resistensi yang dilakukan oleh sutradara film yang juga merupakan intelektual organik melalui gagasan feminis yang disampaikan pada film Barbie dan kemudian menggambarkan counter-hegemoni stereotip gender dalam film Barbie (2023)
Gender ideology which refers to gender roles has been constructed and separates the roles of men and women using the terms femininity and masculinity. When the views of gender ideology are believed by society, then hegemony is formed. Hegemony is also spread through popular film culture. Often, films raise gender inequality and shape women as marginal people under male domination. However, the phenomenon of hegemony creates an opposition party called organic intellectuals who creates resistance to existing domination through film. This research aims to find out how against hegemony depicted in the film Barbie (2023). This research uses a critical paradigm, a qualitative approach and Sara Mills' critical discourse analysis which is used to dissect the text in the film by placing the subject-object position and the position of the audience in the film Barbie (2023). From the results of the analysis carried out, it is known that the Barbie film shows the hegemony that occurs when portrayed by opposing actors, like films in general. Then resistance emerged by the film director who is also an organic intellectual through the feminist ideas conveyed in the film Barbie (2023) and then depicting counter-hegemony in the film Barbie (2023)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adithia Ramadhan
"Penelitian ini membahas tentang peran politik film Fahrenheit 9/11 yang dibuat oleh Michael Moore pada tahun 2004 dalam upaya menjaga dukungan masyarakat liberal Amerika Serikat dalam pemilihan umum. Film ini menggunakan teknik framing, dimana menekankan pada empat isu, terpilihanya George W. Bush dalam pemilihan umum tahun 2000 melawan Al Gore, kemudian Tragedi 11 September 2001, Invasi Amerika Serikat ke Afghanistan dan Irak, serta bisnis yang dilakukan oleh George W. Bush dan koleganya selama perang berlangsung.
The purpose of this research is to analyze the political role of the Fahrenheit 9/11 documentary movie made by Michael Moore in 2004 that try to keep liberal American Support in the Presidential Election. This Film using framing technique and focus on four things, which are George W. Bush's victory in the 2000 elections against Al Gore, the September 11 tragedy of 2001, the U.S. invasion of Afghanistan and Iraq, and the businesses of George W. Bush that profited from those wars."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44287
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vinne Aninda Putri
"Kekuatan dan relasi jenis kelamin merupakan isu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Film “An Education” (2009) merepresentasikan isu tentang partiarki dan konsep “wanita ideal” di lingkungan daerah pinggiran kota London. Tujuan hidup dari wanita di daerah tersebut di tahun 1960-an adalah untuk mencari pria kaya dan menikah dengannya. Film ini menawarkan sebuah ide bagaimana wanita pada saat itu mencoba untuk menjadi seorang “wanita ideal” dan patuh kepada sistem partiarki yang berlaku. Jurnal ini menggunakan teori kekuatan dan sistem partiarki dari Foucault. Namun, konflik yang ada dalam film ini memperlihatkan karakter utama (Jenny) yang mencoba untuk keluar dari lingkungan konservatif dan menemukan kebahagiaan untuk dirinya. Dengan kemampuan dirinya untuk membuat keputusan yang baru untuk hidupnya, dia termotivasi untuk bebas memilih tujuan hidupnya tanpa terpengaruh dari orang lain. Dengan memakai kemampuan untuk mengambil keputusan baru dalam diri karakter utama, konsep wanita yang hanya hidup dalam lingkungan domestik telah patah.
Power and gender relation is a never-ending issue. The movie An Education (2009) appears to represent the issue about patriarchy and the concept of “ideal women” at the suburban areas in London. The aims of women in 1960’s were to find wealthy husband and get married. This kind of movie offers the idea of how women at that time tried to be an “ideal women” and should conform to the patriarchal system. This paper uses the theory of power and patriarchal system from Foucault. However, the conflict in this movie shows that the main character (Jenny) tried to get out from her conservative environment and find her happiness. With her new self-determination (intrinsic motivation to do something), she was motivated to feel free to choose her own decision in her life without the influences of others. Using the main character’s new self-determination, this movie shows that the traditional "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library