Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ryan Nugraha
"Place branding adalah suatu perencanaan pembangunan wilayah dengan cara memperkuat identitas tempat dan membangun suatu diferensiasi dengan tempat lainnya. Kegiatan pariwisata di Kepulauan Seribu belum mempunyai brand yang kuat sehingga akan lebih mudah tersaingi oleh objek wisata sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan brand pariwisata di Kepulauan Seribu dengan cara mengetahui ruang identitas pariwisata di sana dan bagaimana kaitan citra para wisatawan terhadap identitas tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan analisis spasial. Hasil dari penelitian ini terdapat empat identitas pariwisata di Kepulauan Seribu yaitu: (1) “Peninggalan sejarah”, (2) “Pantai yang indah”, (3) ”Fasilitas dan konservasi alam”, (4) “Eksotisme dan privasi pulau”. Hasil nilai citra wisatawan terhadap identitas tersebut menunjukkan bahwa identitas pariwisata yang memiliki diferensiasi sebagai bentuk wisata aktualisasi diri, direkomendasikan lebih besar. Jumlah kedatangan wisatawan di Kepulauan Seribu saat ini lebih besar dipengaruhi oleh faktor jarak pulau dari dermaga keberangkatan, bukan berdasarkan besarnya nilai identitas pariwisata.

Place branding is one of planning method by which it builds distinctive identity for places. Tourism in Kepulauan Seribu has not had strong brand of place. So that it will be surpased easily by another more attractive tourism place. This research aims to evaluate implementation of tourism branding in Kepulauan Seribu by determine the areas of tourism identity and how they interact each other in order to influence place image for tourist. This research conducted qualitative method with spatial analysis approach. Research finding showed that there are four tourism identities in Kepulauan Seribu: (1) “Inheritance”, (2) “Attractive beach”, (3) “Facilities and natural resources conservation”, (4) “Exotic island and its privacy”. The result from tourist image toward identity shows that tourism identity which has distinction as a tourism for self-actualization is more recommended. The number of tourists in Kepulauan Seribu today is more depended on distance from harbour rather than the significace of tourism identity value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Hernarawati
"ABSTRAK
Dewasa ini sektor pariwisata di Indonesia sedang giat dikembangkan. Kepariwisataan merupakan kegiatan yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup seperti peninggalan kebudayaan dan iklim yang nyaman serta pemandangan alam yang indah.
Hal ini berarti bahwa dalam pengembangan kepariwisataan, keadaan alam dan lingkungan hidup serta budaya bangsa harus tetap diperhatikan, dan dijaga kelestariaannya agar tetap berkesinambungan (sesuai dengan UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok: Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Dalam rangka tetap menjaga kestabilan lingkungan terhadap sumberdaya alam minyak yang masih terus dieksploitasi, maka salah satu usaha untuk tetap mensukseskan pembangunan adalah dengan meningkatkan pengembangan di sub sektor pariwisata.
Kepulauan Seribu merupakan kawasan kota perairan Jakarta, terdiri dari pulau-pulau kecil sebanyak 1.09 buah yang tercakup dalam satu kecamatan wilayah Jakarta Utara. Banyaknya pulau kecil yang memiliki kekayaan sumberdaya alam istimewa, keanekaragaman jenis flora dan fauna, jenis karang terindah, banyak ditemukan di sekitar pulau tersebut. Dengan keunikan dan keindahan yang dimiliki perairan laut Kepulauan Seribu dianggap sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai Daerah Tujuan Wisata Bahari.
Pembangunan pariwisata di Kepulauan Seribu selain bertujuan untuk meningkatkan devisa non migas, juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kerja kepada penduduk setempat terutama kepada nelayan, agar nelayan bisa memperoleh tambahan pendapatan selain dari hasil tangkapan ikannya.
Seperti yang tertera dalam GBHN bahwa pembangunan pariwisata perlu terus ditingkatkan, sehingga sektor ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber penghasil devisa non migas yang dapat diandalkan, memberikan kesempatan kerja pada penduduk setempat, dengan tetap terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian mutu lingkungan hidup.
Pada saat musim hujan tiba, angin dan ombak laut sangat besar. Para nelayan tidak bisa melaut, mereka hanya berdiam diri di rumah, tidak ada pekerjaan lain yang dikerjakan kecuali menganggur. Hal itu berlangsung selama tiga atau empat bulan bahkan bisa lebih, sehingga terjadi kekosongan waktu.
Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah para nelayan itu bisa mengisi kekosongan waktu mereka, memanfaatkan kehadiran pariwisata di Kepulauan Seribu tersebut yaitu dengan turut bekerja di bidang kepariwisataan guna menambah penghasilan dan memperbaiki keadaan sosial ekonomi mereka.
Lokasi penelitian di kelurahan Pulau Kelapa, sebagian besar penduduk terdiri dari nelayan berjumlah 1.388 orang. Berdasarkan stratified random sampling maka sampel yang ditarik adalah sebanyak 95 responden (7%). Dalam hal ini nelayan itu dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata disebut sebagai nelayan wisatawan bahari, sampel yang diambil sebanyak 30 responden. Nelayan yang tidak mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata disebut sebagai nelayan non wisatawan bahari, sampel diambil sebanyak 65 responden.
Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperolem dengan Sara wawancara berdasarkan kuesioner, ditambah wawancara mendalam dengan para pemuka/tokoh di Kelurahan Pulau Kelapa. Data sekunder diperoleh dari literatur dan Instansi yang terkait.
Analisis data untuk data sosial dilakukan secara kualitatif dengan analisis statistik deskriptif, sedangkan data ekonomi dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik beda dua rata-rata yaitu dengan Z test.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang Kepariwisataan (Nelayan Wisatawan Bahari) ternyata memang lebih baik daripada keadaan sosial ekonomi nelayan yang tidak mendapat kesempatan kerja di bidang pariwisata (Nelayan Non Wisatawan Bahari). Hal ini disebabkan nelayan wisatawan bahari lebih bisa memanfaatkan waktu lowongnya pada saat tidak melaut dengan bekerja tambahan di bidang kepariwisataan, sedangkan Nelayan Non Wisatawan bahari tidak bisa terserap di bidang kepariwisataan disebabkan rata-rata berpendidikan rendah, ketrampilan/pengetahuan tentang kepariwisataan sangat minim, sehingga tidak ada ketrampilan lain kecuali menangkap ikan.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa baru sekitar 297 Nelayan yang mendapat kesempatan kerja di bidang kepariwisataan, sedangkan 71% dari nelayan tersebut masih belum bisa terserap di bidang kepariwisataan.
Dengan melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak pembangunan pariwisata di Kelurahan Pulau Kelapa ini telah menimbulkan dampak yang positif terhadap keadaan sosial ekonomi hanya untuk sebagian kecil nelayan setempat. Dengan kata lain pembangunan pariwisata di Kelurahan Pulau Kelapa nampaknya belum begitu berhasil.
Oleh sebab itu guna meningkatkan keadaan sosial ekonomi nelayan terutama nelayan non wisatawan bahari di kelurahan Pulau Kelapa, maka sumberdaya manusia perlu ditingkatkan. nelayan non wisatawan bahari perlu diberikan pembinaan mental agar bisa bersikap sadar wisata, bimbingan atau penyuluhan-penyuluhan melalui pembentukan suatu kelembagaan di bidang kepariwisataan, pertanian/perikanan, industri kecil dan lain-lainnya. Dengan demikian ketrampilan mereka akan bertambah sehingga bisa untuk menambah pendapatan dan peningkatan sosial ekonomi mereka.
Demikian Pula sarana/prasarana dan transportasi umum di Kepulauan Seribu perlu dilengkapi agar pulau tersebut mudah dicapai dan lebih berkembang."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Hafsaridewi
"Kualitas hidup manusia bergantung pada kualitas lingkungan disekitarnya, karena kebutuhan manusia pada dasarnya bergantung pada sumberdaya alam. Sumberdaya alam akan merosot kualitas dan kuantitasnya bila pemanfaatannya melebihi kemampuan lingkungan untuk pulih. Di dalam teori daya dukung, pertumbuhan mahluk hidup atau organisme akan mengalami penurunan bahkan collapse bila telah melewati batas daya dukung lingkungan. Tetapi dengan menggunakan teknologi manusia dapat "memanipulasi" lingkungan sehingga walaupun jumlah penduduk sudah melewati batas daya dukung, penduduk terus tumbuh dan bertambah. Seperti halnya yang terjadi di Kepulauan Seribu. Di beberapa pulau berpenghuni di Kepulauan Seribu, terdapat pulau yang jumlah penduduknya sudah melebihi batas daya dukung lingkungannya.
Pulau Panggang termasuk gugusan Kepulauan Seribu yang mempunyai lahan seluas 9 Ha. Kepadatan penduduk Pulau Panggang sebesar 364 jiwa/Ha telah melewati batas daya dukungnya yaitu 150 jiwa/Ha (BPLHD DKI). Adanya pertumbuhan yang penduduk yang tinggi dan menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi pula, menyebabkan kebutuhan lahan bertambah terutama kebutuhan lahan permukiman. Penduduk pulau Panggang secara swadaya melakukan reklamasi pantai, sehingga luas pulau Panggang menjadi 12 Ha. Kepadatan penduduk yang tinggi pula menyebabkan kemerosotan ketersediaan air bersih, tidak hanya kuantitas tetapi kualitas air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk menampung air hujan atau membeli air dalam kemasan.
Tujuan penelitian adalah membangun diagram sin-pal kausal yang menggambarkan hubungan antara pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan dan air bersih di Pulau Panggang untuk dapat memetakan masalah, dan membuat prediksi pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dan ketersediaan air bersih di Pulau Panggang, dengan melakukan simulasi berdasarkan model dinamik yang tidak diintervensi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode System Dynamics. Pengambilan sampel untuk kuisioner dilakukan dengan metode acak sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa diagram simpal kausal yang menggambarkan pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dan ketersediaan air bersih, membentuk enam lup, yang terdiri atas dua lup positif (reinforcing loop) dan empat lup negatif (balancing loop).
Hubungan penduduk dengan tingkat kelahiran menghasilkan lup positif, karena semakin besar jumlah penduduk maka laju kelahiran semakin besar pula, sebaliknya semakin besar laju kelahiran maka akan menambah besar jumlah penduduk. 'Sehingga antara penduduk dan laju kelahiran terdapat hubungan yang saling menguatkan (reinforcing). Hubungan penduduk dengan laju kematian menghasilkan lup negatif, membangun dimana semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar laju kematian, tetapi sebaliknya semakin tinggi laju kematian maka akan mengurangi jumlah penduduk. Sehingga antara penduduk dan laju kematian terdapat hubungan yang memberikan keseimbangan (balancing). Lup negatif terbentuk pula pada hubungan antara penduduk, konsumsi air bersih, ketersediaan air bersih, derajat kesehatan dan laju kematian. Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin besar pula tingkat konsumsi air bersih yang menyebabkan semakin berkurangnya air bersih. Berkurangnya air bersih akan mengakibatkan penduduk mengkonsumsi air yang tidak higienis atau tidak sesuai dengan standar kesehatan. Hal ini mengakibatkan derajat kesehatan yang menurun sehingga menyebabkan laju kematian bertambah. Laju kematian yang meningkat akan menyebabkan jumlah penduduk semakin berkurang.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan pada model dinamik pengaruh pertumbuhan penduduk pada lahan dari ketersediaan air bersih, maka dapat disimpulkan bahwa pada subsistem penduduk bekerja tiga lup negatif dan satu lup positif, walau demikian grafik penduduk terus meningkat yang disebabkan laju kelahiran yang tinggi. Pada subsistem lahan bekerja dua lup yaitu lup negatif dan lup positif, penduduk yang terus meningkat menyebabkan rumah terus bertambah. Akibatnya lahan terbuka hijau semakin sempit, dan menyebabkan ketersediaan air bersih semakin berkurang. Penurunan ketersediaan air bersih pun disebabkan karena laju konsumsi oleh penduduk yang terus bertambah dan laju pencemaran yang tinggi. Berdasarkan hasil simulasi sampai 60 tahun, diperkirakan pada tahun 2046 seluruh pulau akan menjadi lahan pemukiman dan ketersediaan air bersih di Pulau Panggang sudah habis.
Untuk menyelesaikan masalah, beberapa upaya yang disarankan oleh peneliti adalah melakukan pemerataan penduduk ke pulau yang berpotensi menjadi pulau berpenghuni, segera menghentikan proses reklamasi yang terjadi di Pulau Panggang, karena dapat membahayakan ketahanan pulau, dan merusak ekosistem laut, dan memberikan penyuluhan pada penduduk untuk lebih memahami dan menerapkan gaya hidup sehat dan hemat air.
Daftar Kepustakaan: 26 (1961-2003)

The Impact of the Increasing Number of People Toward Land-Used and Water Supply: System Dynamics Approach Toward Cases Study in Panggang Island, Seribu Islands Human's quality of life depends on the quality of the surrounding environment, because human basic needs depends on natural resources. The quality of natural resources will decrease if they are exploited, as they will not have the ability to recover. The theory of carrying-capacity says that the growth of human being or living organism will experience a decrease, and would even collapse if the environment can no longer provide support However, by using technology, human can `manipulate' the environment so even if the population has already out limited the carrying-capacity, the number of people will be able to continue growing and increasing. As it has occurred in the Seribu Island. In some of the islands in Seribu Island, there are islands in which population has already out limited the carrying capacity.
Panggang Island is one of the islands in Seribu Island that measures 9 Ha in width. The population is 364 people/Ha which out limits the carrying capacity of 150 people/Ha (BPLHD DKI). The rapid growth of population has caused high population, and the increasing need in housing area. The people of Panggang Island are independently conducting beach reclamations as the measures of Panggang Island in width has become 12 Ha. The high population has also caused a decrease of the quantity as well as quality of water. To fulfill the need of clean water, the people collect rainwater or purchase water in packages.
The aims of this research are to build up a causal loop diagram (CLD) which describes the relation between the population growth and the provision of land and dean water in Panggang Island to be able to map the problems; and to predict the impact of population growth towards the provision of land and dean water in Panggang Island, using dynamic model that are not intervened.
This research uses a combination approach of quantities and qualities. The research method being used is the System Dynamics method. Sample collecting for questionnaires is done by simple random method.
Based on the results of this research, it is discovered that the CUD, which describes the impact of population growth towards the provision of land and clean water, fours, six loops, which consist of two positive loops (reinforcing loop) and four negative loops (balancing loop).
The relation between population and fertility provides positive loops, because as the population is increasing, fertility will also increase, which will certainly make the population higher. This is to say that the relation between population and fertility is mutually reinforcing. The relation between populations with mortality provides negative loops, as the increasing population will cause rising mortality. On the other hand, rising mortality will decrease the population. This is to say that the relation between population and mortality is preserving balance or balancing. Negative loops are also formed in the relations between population and consumption of clean water, and provision of clean water, health rate and mortality. As the population increases, the consumption of dean water will also rise, this may cause a decrease of dean water supply. A decrease of clean water supply will cause the people to consume water that is not hygienic and has no accordance to health standards. This causes the health rate to decrease as the modality number increases, and increasing rate of mortality will cause a decrease in the population.
Based on the simulation conducted in dynamics model on the impact of population growth towards the provision of land and clean water, it can be concluded that there are three negative loops and one positive loop in the population subsystem. However, the population rate continues to increase, which is caused by high rate of fertility. In the land subsystem, there are two loops, one negative loop and one positive loop, where increasing population causes a rise in housing. As a result, the provision of natural land continues to decrease, as it also causes decrease in water supply. The decrease of water supply is also caused by the rising consumption rate and pollutions. Based on the outcome of the simulation of 60 years, it is predicted that in the year of 2046, the entire land of Panggang Island will become a housing area, and Panggang Island will have no more provision of clean water.
To overcome this problem, there are several efforts proposed by the researcher, which are: to do a balance placing of the people in an island potential to become populated island, to stop the reclamation as it will endanger the island as well as damage the sea, to plan a useful technology which can provide clean water continuously and to give information to the people, so they will be able to understand the problem as well as to apply healthy lifestyle and efficient using of water.
Number of References: 26 (1961-2003)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
"ABSTRAK
Dalam penelitian bahasa di Kepulauan Seribu pada bulan April 1994 yang lalu, menemui kesulitan untuk menuliskan latar sejarahnya. Hal itu disebabkan karena sejarah Kepulauan
Seribu memang belum ditulis secara menyeluruh. Penulis sejarah umumnya hanya menyinggung secara singkat sejarah Kepulauan Seribu.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode sejarah, dan anilisis temuan hasil penggalian arkeologis yang dilakukan di beberapa situs di kepulauan
Seribu, dengan sasaran yang dituju adalah untuk menjelaskan sejarah Kepulauan Seribu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi penulisan sejarah Indonesia.
Dari sekitar 111 huah pulau, 14 di antaranya merupakan pulau karang dengan ke dalaman laut antara 4 sampai 12m. Empat pulau yaitu pulau Air Kecil, pulau Nyamuk Besar, pulau Ubi Besar dan Ubi Kecil, telah hilang ditelan ombak. Sedangkan yang menjadi tempat kegiatan manusia sejak abad ke-1 sampai abad ke-20, dan bisa dilacak sejarahnya, yaitu pulau Onrust dan pulau Sakit.
Sejak tahun 1618 Oost Indische Compagnie (VOC) mendirikan sebuah dermaga dan galangan kapal dan aebuah rumah sakit di Pulau Onrust. Pendirian galangan kapal itu berkaitan dengan makin meningkatnya perdagangan. Untuk mempertahankan pulau itu dari serangan musuh, sekeliling pulau dilengkapi dengan sebaris meriam. Pada tahun 1671, jumlah benteng ditambah dua buah lagi yaitu Bastion Beekhuis di selatan dan Bastion Towpunt di timur.
Pada tahun 1800 armada Inggris menghancurkan bangunan-bangunan Belanda yang ada di pulau-pulau di Teluk Jakarta dan di Batavia. Pada tahun 1803 Belanda membangun kembali pulau Onrust, tetapi kembali dihancurkan tentara Inzgris pada tahun 1806 dan 1819. Pada tahun 1911 pulau Onrust dibangun kembali, tetapi dengan fungsi yang berbeda, yaitu sebagai karantina
orang-orang sakit lepra dan penjara. Fungsi ini terus berlangsung hingga tahun 1939, dan sejak itu pulau Onrust ditinggalkan.
Pulau Sakit yang ada di sebeiah timur pulau Onrust mula-mula dihuni oleh orang Ambon dan Ternate, Tahun 1679 Belanda membangun sebuah rumah sakit bagi penderita lepra dan kusta. Orang Ambon dan Ternate dipindahkan ke pulau Kubur disebelah utaranya.
Sejak tahun 1977 pulau Sakit dikelola untuk obyek wisata, dan namanya diganti menjadi pulau Bidadari.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Widyananda
"Mandataris MPR-RI sejak Sidang Umum MPR tahun 1973, Presiden Soeharto pada Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 1989, mengemukakan babwa Indonesia akan melakukan perjuangan habis-hablsan untuk tiga sektor, yakni perpajakan. Ekspor non migas, dan pariwisata. Ketiga sektor tersebut, merupakan sektor yang paling terkait dengan masalah lingkungan. Karena itu, sektor pariwisata sangat beralasan umuk dikaji bagi upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1995, sektor pariwisata menduduki peringkat ke dua dalarn pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1983-1993. Bila pada tahun 1983, pertumbuhannya sebesar 14,70%, maka pada tahun 1993 naik menjadi 16,80%. Demikianpula sumbangan sektor pariwisata terhadap devisa negara pada tahun 1993 menduduki peringkat ke dua setelah industri pengolahan. Dari struktur ekonomi yang digambarkan Lersebut, secara riil sektor pariwisata sangat prospektif dalam memberikan kontribusinya bagi pembangunan nasional.
Namun, industri pariwisata juga mempunyai dampak yang kurang menguntungkan, khususnya bagi masyarakat yang belum siap menerirna kehadiran sektor ini, seperti masyarakat di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Padahal kawasan Kepulauan Seribu juga merupakan penyangga perkembangan lingkungan daratan Jakarta, balk lingkungan fisik maupun sosial-ekonomi. Pada perkembangan terakhir relah terjadi percepatan p~ncernaran di perairan tersebut, akibat limbah darl daratan Jakarta dan sekitarnya.
Di sisi lain, sejak tahun 1982 (berdasarkan SK Mentan No. 527/KPTS/UMn/1982), ditetapkan adanya Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNL-KS) seluas 110.000 Ha. Selanjutnya sejak tahun 1989, Pemda DKI Jakarta (SK Gub. No. 1814/1989) secara hukum dan konsepsional menerapkan Kepulauan Seribu sebagai kawasan pengernbangan pariwisata.
Kondisi dan kebljakan tersebut telah menyebabkan semak:in terbarasnya area lahan mata pencaharian penduduk Kepulauan Seribu. PadahaJ upaya pelestarian kawasan Kepulauan tersebut ditentukan oleh kemampuan masyarakat setempat untuk mengelola lingkungannya, di mana sangat terkait dengan kondisi perekonomian masyarakar setempat.
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari darnpak industri pariwisata terhadap perekonomian masyarakat, dikaitkan dengan upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kepulauan Seribu.
Untuk mendukung tujuan penelitian tersebut, maka dipergunakan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat keterkaitan antara pertumbuhan industri pariwisata dan perekonomian masyarakat di Kepulauan Seribu.
2. Terdapat keterkaitan dalam tingkat yang relatif rendah antara meningkatnya industri pariwisata dengan angkatan kerja yang terserap pada sektor rersebut.
3. Terdapat dampak ekonomis dari industri pariwisata terhadap masyarakat di Kepulauan Seribu.
4. Kondisi geografis dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan penghambat unruk mempertautkan peningkatan industri pariwisata sebandiog dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu.
Untuk menganalisis dan membuktikan hipotesis di atas. maka dalam penelitian ini akan diukur dan dianalisis beberapa peubah, antara lain :
1. Tingkat pendapatan masyarakat sebelurn dan sesudah berkembangnya industri pariwisata. 2. Perkembangan sumbangan sektor pariwisata Kepulauan Seribu terhadap pendapatan daerah Jakarta Ulara.
3. Pertumbuhan industri pariwisata ( = pertumbuhan jumlah kunjungan wisata) di Kepulauan Seribu.
4. Perkembangan tenaga kerja yang terserap di sektor pariwlsta di Kepuiauan Seribu.
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK), di mana berdasarkan lapangan pekerjaan utama diperoleh gambaran bahwa 73,04% bekerja sebagai nelayan, 4,96% pedagang, 6,35% KK bekerja sebagai buruh dan jasa. sedangkan 15.65% KK bekerja sebagai Pegawai Negeri/ABR! dan pekerja sektor lainnya.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus : 4 IP x 0) s - dimana:
S = jumlah sampel;
P = persentase populasi nelayan;
Q = persentase populasi bukan nelayan;
Sd = starular deviasi (ditetapkan 10%)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh sampel terhitung masingmasing 78,76 KK untuk nelayan dan 21,24 KK untuk bukan nelayan. Selanjutnya dilakukan penggenapan sehingga sampel yang diambil terdiri dari 158 KK nelayan dan 42 KK. bukan nelayan, dengan sebaran menurut proporsi kelurahan.
Penarikan sampel di!akukan secara acak. Untuk sampel nelayan, setelah dilakukan peneiitian pendahuluan ternyata dalam kelompok ini terdapat stratifikasi tersendirl, yakni antara pemilik dan pekerja, di mana pola kehidupannya berbeda. Karena itu, guna akurasi penelitian dilakukan penarikan sampel berdasarkan stratiflkasi tersebut.
Selanjutnya, digunakan asumsi, bahwa setiap nelayan pemi1ik mempunyai 1 buah armada, dan I armada berdasarkan penga!aman masyarakat setempat, dipergunakan untuk rata-rata 3 pekerja, Di samping itu didasarkan pula pada perbandingan antara jumlah armada dengan jumlah kepala keluarga.
Dari basil pene1itian didapatkan, kecuali semakin meningkatnya investasi yang berdampak positif mengundang investasi pada sektor pendukungnya. secara umum pertumbuhan industri pariwisata di kawasan Kepulauan Seribu belum membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat nelayan; bahkan telah menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat tersebut.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat disimpu!kan bahwa penurunan pendaparan nelayan dapat berasal dari :
1. Penurunan jumlah tangkapan rata-rata sebesar 28,48% dari sebelurn berkembangnya industri pariwisata;
2. Semakin jauhnya area penangkapan ikan yang dikemukakan o!eh 51,27% responden; 3. Semakinjauhnya area penangkapan, menyebabkan sebagian nelayan mengurangi frekuensi melaut perminggu dari rata-rata 5,76 hari/minggu menjadi 4,80 hari/ minggu;
4. Meningkatnya waktu melaut dari rata-rara 5,93 jam/hari menjadi 8,16 jam/hari, yang tentu meningkatkan biaya operasi.
Industri pariwisala sangat rendah merespon produk nelayan setempat. Dari penelitian, diperoleh gambaran bahwa pembeli basil tangkapan nelayan Kepulauan Seribu terdiri dari sebesar 46,84% tengkulak, tempat pelelangan ikan sebesar 32.91%, penduduk setempat sebesar 13,29%, industri pariwisata menyerap sebesar 5,70% dari total hasil tangkapan responden dan koperasi sebesar 3,16%.
Hasil penelitian pada responden bukan nelayan memang menyiratkan adanya darnpak positif pada perekonomian. Sebesar 85,71% responden menyatakan berdarnpak positif pada penyerapan tenaga kerja, kemudian sebesar 7,14% dari respond en menyatakan berdampak positif pada pemasaran produk setempat, dan juga sebesar 7,14% menyatak:an berdampak positif pada peningkatkan pendapatan.
Berdasarkan data 5 tahun terakhir (1990-1995), kecuali tahun 1992, adanya kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 11,48%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja industri pariwisata tersebut adalah naik sebesar 11.58% pada tahun 1991; turun sebesar 28,53% pada tahun 1992; kernudian naik sebesar 27,81% pada tahun berikutnya, dan tahun 1994 kern bali naik sebesar 35,06%.
Bila dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan, sangat fluktuatif sejak diamati tahun 1988. Bila pada tahun 1989 terjadi kenaikan sebesar 33,68%; turun sebesar 0,92% pada tahun 1990; pada tahun 1991 turun sebesar 0,13%; tahun 1992 mengalami kenaikan sebesar 10,16%; pada tahun 1993 rurun sebesar 3,17%, dan tahun 1994 naik kembali sebesar 11,07%. Dengan demikian, rata-rata perturnbuhannya naik sebesar 4,25% pertabun.
Dari sisi pendapatan Pemda Jakarta Utara, secara keseluruhan mengalami kenaikan. Dari pengamatan tabun 1990-1994, pertumbuhan pendapatan pajak dan retribusi dari Kepulauan Seribu rata-rata mengalami kenaikan sebesar 51,83%, yakni pada tahun 1991 naik sebesar 9,64%; tabun 1992 naik sebesar 21,68%; tahun 1993 naik sebesar 84,15%, dan tabun 1994 mengalami kenaikan sebesar 91,86%. "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Higiene dan sanitasi dasar yang tidak memadai dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular lingkungan seperti diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di daerah pesisir seperti di Kelurahan Pulau Harapan. Selain higiene dan sanitasi, lantai yang merupakan bagian dari bangunan rumah, dapat menjadi faktor risiko lain dari penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah dengan kejadian diare di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta Desain studi yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah cross-sectional, dengan metode pengambilan data berupa wawancara menggunakan instrumen kuesioner dan observasi langsung pada kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah rumah tangga penduduk. Dari total 96 responden pada penelitian ini, ditemukan kasus kejadian diare dalam sebulan terakhir, sebanyak 25 orang dan yang tidak mengalami kasus kejadian diare sebanyak 71 orang. Dengan kelompok anak-anak (dibawah 17 tahun) menjadi yang terbanyak yaitu berjumlah 13 kasus. Hasil analisis uji chi square menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan pada variabel: jamban sehat (p-value 0,005), kualitas air (fisik) (p-value 0,005), dan fasilitas tempat sampah (p-value 0,019). Penentuan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare menggunakan uji regresi logistik didasarkan dari nilai Exp (B) atau Odds Ratio pada pemodelan multivariat akhir, yang terbesar adalah 6,389 pada variabel kondisi jamban (p-value 0,002), sehingga variabel kondisi jamban memiliki kecenderungan paling dominan yang berhubungan dengan penyakit diare. Dari penelitian ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk saling memperhatikan kebersihan lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kemudian, untuk penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam terkait variabel lain yang mungkin berhubungan dengan kejadian diare di pulau lainnya dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Inadequate basic hygiene and sanitation can be a risk factor for environmental infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the diseases most commonly found in coastal areas such as Pulau Harapan Village. Apart from hygiene and sanitation, the floor which is part of the house building, can be another risk factor for transmitting diarrheal diseases. This study aims to determine the relationship between basic hygiene and sanitation conditions and the condition of house floors with the incidence of diarrhea in Harapan Island Village, North Seribu Islands District, Seribu Islands Administrative Regency, DKI Jakarta Province. The study design used in this research is cross-sectional, with data collection methods in the form of interviews using questionnaire instruments and direct observation of basic hygiene and sanitation conditions as well as the condition of the floors of residents' households. The number of total respondent in this research (96), 25 people found cases of diarrhea in the last month and 71 people did not experience cases of diarrhea. Children (under 17 years) are the most group by age (13 cases) found cases of diarrhea. The research analysis with chi square test stated that there was a significant relationship with the variables: healthy latrines (p-value 0.005), water quality (physical) (p-value 0.005), and waste bin facilities (p-value 0.019). Determining the most dominant variable in the incidence of diarrhea using the logistic regression test was based on the Exp (B) or Odds Ratio score in the final multivariate modeling, the biggest score was 6.389 in the latrine condition variable (p-value 0.002), that conclude the latrine condition variable is the most dominant to the relationship of diarrhea case. From this research, hopefully the government and the people can collaborate to pay attention to environmental cleanliness to improve the level of public health in Kelurahan Pulau Harapan. Then, for further research, hopefully other researcher can dig deeper into other variables that may be related to the incidence of diarrhea on other islands in North Seribu Islands District"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, 2010
R 959.822 TOP
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rumapea, Sondang P.
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penalaran moral dan belief lingkungan hidup pada anak usia sekolah dan remaja awal. Peneiitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini semakin mengalami degradasi. Penyebab utama dari kerusakan lingkungan hidup adalah perilaku manusia. Oleh sebab itu perlu dilakukan intervensi terhadap perilaku manusia yang bersifat destruktif terhadap lingkungan hidup. lntervensi ini perlu dilakukan sejak dini, yaitu sejak usia anak dan remaja. Ophuls (dalam Gardner & Stern, 1995) menyatakan hahwa salah satu cara untuk melakukan intervensi pada perilaku anak dan remaja berkaitan dengan lingkungan hidup adalah dengan melalui pendekatan moral dan pendidikan yang mengubah belief tentang lingkungan hidup. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk me!akukan penelitian pada area penalaran moral dan belief yang termasuk dalam ranah kognitif. Selain itu, peneliti tertarik pula untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara penalaran moral dan belief pada anak dan remaja yang hidup dalam dua konteks lingkungan yang kondisinya berbeda. Penelitian dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja di P. Pramuka dan Kelapa di Kepulauan Seribu. Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan cerita adaptasi dari dilema moral Kohlberg dan wawancara terstruktur. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa chi-square. Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dalam penalaran moral lingkungan hidup pada anak usia sekolah dan remaja awal. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam belief maupun penalaran moral antara subyek yang hidup dalam dua konteks lingkungan yang berbeda. Dari hasil penelitian Nampak bahwa sebagian beasr subyek anak dan remaja mempunyai belief antroposentris yang mengacu pada pandangan bahwa manusia berada diatas alam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T33664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>