Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yenny Francisca
"Penelitian ini mempelajari reaksi substitusi nukleofilik antara benzil klorida dan kalium sianida. Reaksi substitusi nukleofilik antara reaktan organik dan anorganik membutuhkan katalis transfer fasa agar reaktan non polar dan polar dapat berinteraksi. Pada peneliltian ini, cairan ionik 1-butil-3metil immidazolium klorida digunakan untuk menggantikan katalis transfer fasa yang umumnya tidak ramah lingkungan. Cairan ionik [BMIM]Cl diimobilisasi ke dalam silika gel yang memiliki luas permukaan yang besar dan memiliki fungsi sebagai adsorben untuk mendapatkan katalis [BMIM]Cl-silika gel. Katalis [BMIM]Cl-silika gel dikarakterisasi dengan FT-IR untuk menentukan dimana cairan ionik teradsorbsi oleh silika gel. Reaksi substitusi nukleofilik antara benzil klorida dan kalium sianida dilakukan dengan menvariasikan waktu reaksi dari 3 jam sampai 10 jam dan persen berat katalis 2%, 5% dan 7% pada suhu ruang. Produk reaksi dianalisis dengan FT-IR, GC dan GC-MS dan ditemukan bahwa reaksi optimum dicapai pada waktu 5 jam dan 2% berat katalis dimana sebanyak 43.02% benzil klorida terkonversi menjadi benzil sianida. Pembentukan benzil sianida dikonfirmasi dengan metode GC-MS. Studi perbandingan dilakukan dengan mereaksikan menggunakan katalis [BMIM]Cl yang tidak diimobilisasi dan ini membuktikan bahwa katalis [BMIM]Cl yang tidak diimobilisasi ke dalam silika gel tidak selektif untuk benzil sianida.

The research studied the nucleophilic substitution reaction between benzyl chloride and potassium cyanide. Nucleophilic substitution reaction between organic reactant and inorganic reactan requires phase transfer catalyst to enable the non polar reactant to interact with the polar reactant. In this research, ionic liquid material 1-butyl-3-methyl immidazolium chloride [BMIM]Cl was used to replace the phase transfer catalyst, which is normally environmental unfriendly. Ionic liquid [BMIM]Cl was immobilized into silica gel, which has high surface area and has the function as an adsorbent, to obtain the catalyst, [BMIM]Cl-silica gel. Catalyst [BMIM]Cl-silica gel was characterized by FT-IR to determine where the ionic liquid was adsorbed by the silica gel. The catalyst nucleophilic reactions between benzyl chloride and potassium cyanide was carried out by varying the reaction periods form 3 hours to 10 hours and weight percentage of catalyst 2%, 5% and & 7% at room temperature. The reaction products were analyzed by FT-IR, GC and GC-MS and it was found that the optimum reaction was achived in 5 hours using 2% weight of catalyst in which 43.02% benzyl chloride was converted onto benzyl cyanide. The formation of benzyl cyanide was confirmed by GC-MS method. A comparison study was conducted with unmobilized ionic liquid and it was found that the unmobilized [BMIM]Cl into silica gel was none selective toward the product benzyl cyanide."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S990
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Afrianti
"Pada penelitian ini, dilakukan studi reaksi substitusi nukleofilik antara benzil klorida dengan kalium sianida membentuk benzil sianida. Reaksi ini memerlukan katalis untuk mempercepat reaksi, biasanya digunakan katalis transfer fasa yang tidak ramah lingkungan. Cairan ionik dapat digunakan sebagai katalis transfer fasa yang memiliki banyak keunggulan, yaitu ramah lingkungan, viskositas rendah, bertekanan rendah dan dapat berperan sebagai pelarut. Cairan ionik yang digunakan pada penelitian ini adalah [bmim]PF6 yang diimpregnasi ke dalam silika gel membentuk katalis heterogen. Silika gel dan katalis [bmim]PF6-silika gel dikarakterisasi dengan FTIR dan dilakukan uji katalisis pada reaksi substitusi nukleofilik dengan variasi berat katalis, waktu stirrer dan suhu reaksi.
Hasil reaksi dikarakterisasi dengan GC dan GC-MS dan diperoleh produk benzil sianida dengan kondisi optimum pada waktu 10 jam dan berat katalis 3%. Benzil sianida hasil sintesis dipisahkan dari katalisnya dan direaksikan lebih lanjut dengan reaksi hidrolisis asam untuk menghasilkan asam fenil asetat. Hasil reaksi dikarakterisasi dengan GC dan GC-MS serta dihasilkan banyak produk reaksi yang ditandai dengan penurunan %konversi benzil sianida, tetapi hal ini tidak menunjukan produk yang diharapkan yaitu asam fenil asetat.

In this study, conducted studies nucleophilic substitution reaction between benzyl chloride with potassium cyanide to form benzyl cyanide. This reaction requires a catalyst to accelerate the reaction, phase transfer catalysts usually used are not environmentally friendly. Ionic liquids can be used as a phase transfer catalyst which has many advantages, example is environmentally friendly, low viscosity, low pressure and can act as a solvent. Ionic liquids used in this study is [bmim] PF6 are impregnated into the silica gel to form heterogeneous catalysts. Silica gel and catalyst [bmim] PF6-silica gels were characterized by FTIR and catalysis tests performed on the nucleophilic substitution reaction with the variation of weight of catalyst, reaction time and temperature Stirrer.
Reaction products were characterized by GC and GC-MS and benzyl cyanide with the product obtained under optimum conditions at reaction time of 10 hours and 3% by weight of the catalyst. Benzyl cyanide is separated from the catalyst synthesized and further reacted with the acid hydrolysis reaction to produce phenyl acetic acid. Reaction products were characterized by GC and GC-MS and generated much of reaction products are characterized by decreased % conversion benzyl cyanide. However, this does not show the expected product of phenyl acetic acid.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1622
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Puspita Sari
"Reaksi penggantian nukleofilik merupakan salah satu reaksi yang memerlukan katalis untuk mempercepat reaksi, biasanya digunakan katalis transfer fasa. Katalis transfer fasa yang digunakan seperti eter mahkota tidak ramah lingkungan sehingga diganti dengan cairan ionik. Cairan ionik bisa digunakan sebagai pelarut sekaligus katalis pada reaksi katalitik. Cairan ionik memiliki banyak keuntungan sebagai katalis, misalnya mudah diregenerasi. Pada penelitian ini, digunakan cairan ionik [BMIM]PF6 yang diimobilisasi ke dalam silika gel sebagai katalis. Katalis cairan ionik ini merupakan katalis heterogen yang mudah dipisahkan dari reaktan. Karakterisasi silika gel dan [BMIM]PF6-silika gel dilakukan menggunakan FTIR. Spektrum FTIR pada [BMIM]PF6-silika gel menunjukkan adanya puncak serapan pada 846.75 cm-1 yang merupakan puncak serapan PF6-.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji katalisis [BMIM]PF6–silika gel pada reaksi penggantian nukleofilik SN-2 antara benzil klorida dan kalium sianida. Pada reaksi SN-2 ini, dipilih aseton sebagai pelarut polar aprotik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan waktu dan berat katalis optimum pada suhu 30oC. Karakterisasi hasil reaksi dilakukan menggunakan GC dan GC-MS. Dari hasil GC, diketahui bahwa kondisi optimum reaksi tercapai pada waktu 15 jam dengan % berat katalis/substrat sebesar 7%. Untuk perbandingan, katalis cairan ionik [BMIM]PF6 digunakan pada reaksi penggantian nukleofilik SN-2 antara benzil klorida dengan kalium sianida dan diperoleh bahwa katalis [BMIM]PF6 yang diimmobilisasi dalam silika gel lebih efektif.

Nucleophilic substitution is the one reaction that requires a catalyst to accelerate the reaction, usually phase transfer catalyst was used. Phase transfer catalyst such as crown ethers are not environmental friendly so are replaced by ionic liquids. Ionic liquids can be used as a solvent as well as catalyst in the catalytic reaction. Ionic liquids have many advantages as catalyst, such as easily regenerated. In this study, ionic liquids [BMIM] PF6 was immobilized into silica gel and was used as catalyst. This ionic liquid catalyst [BMIM]PF6-silica gel is a heterogeneous catalyst that easily separated from the reactants. Characterization of silica gel and [BMIM] PF6-silica gel were performed using FTIR. The FTIR spectrum of [BMIM] PF6-silica gel showed peak absorptions at 846.75 cm-1 which is the peak absorption of PF6-.
In this research, catalyst [BMIM] PF6-silika gel was used for the nucleophilic substitution SN-2 between benzyl chloride and potassium cyanide. In this SN-2 reaction, acetone was chosen as aprotic polar solvents. This research was conducted to determine the optimum condition for reaction time and the weight of catalyst at the temperature of 30oC. The reaction products were characterized using GC and GC-MS which showed that the optimum reaction was achieved in 15 hours and weight ratio of catalyst/substrate 7 %. For comparison, ionic liquids catalyst [BMIM] PF6 was used for the nucleophilic substitution SN-2 between benzyl chloride and potassium cyanide and it was found that the immobilized ionic liquid catalyst [BMIM] PF6-silica gel was more effective.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanti Jayanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S54646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung W. Daryo
"Perilaku Subtitusi uang, yaitu perubahan preferensi masyarakat dalam memegang uang dalam denominasi rupiah ke dolar, banyak dipengaruhi oleh besarnya depresiasi dan volatilitas dari nilai tukar. Fenomena subtitusi uang tersebut sering dirujuk sebagai satu salah faktor panting yang menentukan perkembangan nilai tukar. Dari sisi kebijakan moneter, untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar yang semakin tinggi sebagai reaksi dari ditetapkannya rezim nilai tukar mengambang, salah satu upaya yang bisa dilakukan dari sisi kebijakan moneter, adalah dengan menargetkan jumlah uang beredar dalam rezim penargetan uang. Tinjauan teori dan empirik mengatakan bahwa dengan penargetan uang sangat membantu dalam menjaga fluktuasi nilai tukar yang kemudian akan mengakibatkan stabilnya subtitusi uang.
Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh depresiasi dan volatilitas nilai tukar terhadap perilaku subtitusi uang dimasyarakat. Secara khusus, penelitian ini mengkaji pengaruh perilaku subtitusi uang dimasyarakat tersebut terhadap perilaku dan pergerakan nilai tukar, khususnya dalam rezim penargetan uang dan rezirn nilai tukar mengambang yang terjadi di Indonesia, penelitian dilakukan dari Agustus 1997 sampai Desember 2004. Pembuktian empiris dari teori yang dikemukakan, dilakukan dengan menggunakan model ECM sebagai pendekatan dalam analisa permasalahan dan pembuktian hipotesa. Dengan merujuk pada teori subtitusi uang dalam literatur, hipotesa yang akan diuji berkaitan dengan penelitian ini meliputi 6 hipotesa kaitannya dengan proses pembentukan subtitusi uang, yaitu; a) semakin besar depresiasi dan volatilitas nilai tukar akan mendorong masyarakat mensubtitusi permintaan uang dan rupiah ke valas, b) Perbedaan Pendapatan Nasional Indonesia-Amerika yang semakin besar akan mendorong terjadinya subtitusi uang di masyarakat lebih tinggi, c) Perbedaan Inflasi Indonesia-Anierika yang semakin besar akan mendorong subtitusi uang di masyarakat lebih tinggi dalam memilih memegang mata uang dolar dibandingkan mata uang lokalnya, d) Perbedaan Suku Bunga Indonesia-Amerika yang semakin besar akan mendorong masyarakat memiiih memegang mata uangnya dalam denominasi rupiah sehingga memperkecil subtitusi uang di masyarakat, e) pergerakan subtitusi uang akan cenderung kembali menuju keseimbangan jangka panjang ketika terjadi shock dalam salah satu variabel penjelasnya. Sementara itu, hipotesa yang, diajukan berkenaan dengan pengaruh perilaku substitusi uang terhadap pergerakan perilaku nilai tukar adalah: a) Depresiasi dan Variance Subtitusi Uang yang lebih besar akan membawa nilai tukar terdepresiasi, b) Perbedaan Pendapatan Nasional Indonesia-Amerika semakin besar akan mendorong nilai tukar terapresiasi, c) Besarnya Target Jumlah Uang Beredar yang digunakan oleh kebijakan moneter berjalan searah untuk mengurangi depresiasi nilai tukar dan sangat efektif, d) pergerakan nilai tukar akan cenderung kembali menuju keseimbangan jangka panjang ketika terjadi shock dalam salah satu variabel penjelasnya. Hasil penelitian menemukan pengaruh terbesar dari pembentukan subtitusi uang adalah variabel subtitusi uang periode satu bulan sebelumnya Pengaruh ini lebih diperkuat ketika depresiasi dan volatilitas nilai tukar lebih besar lagi, karena dari hasil ini juga mengatakan bahwa pengaruh dari depresiasi dan volatilitas disini selain signifikan juga memiliki nilai parameter yang negatif dan juga merupakan konstributor terbesar kedua dan ketiga dalam menentukan besamya subtitusi uang dimasyarakat. Temuan ini berimplikasi kepada perlunya untuk menjaga besarnya subtitusi uang, selalu pada kondisi yang stabil dan dalam jumlah yang kecil. Hal ini bisa dengan menjaga jumlah uang beredar denominasi dolar yang ada di Indonesia dengan melalui OPT, atau dalam kaitan penelitian ini arah kebijakan yang diambil diharuskan untuk menjaga depresiasi dari nilai tukarnya, dan dalam jangka panjang perlu untuk menjaga variance dari nilai tukar. Untuk menjaga nilai tukar agar stabil dalam rezim nilai tukar mengambang besamya target jumlah uang beredar sangat efektif dan signifikan, sehingga disini diharuskan kebijakan moneter untuk berhati-hati dalam menjaga besaran dan target jumlah uang beredarnya Selain dengan menetapkan kebijakan penargetan uang beredar berdasarkan dari hasil penelitian ini sekiranya alternatif lain yang bisa dilihat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat nilai tukar sekiranya diperlukan untuk memperhatikan dari perilaku masyarakat dalam mensubtitusikan uangnya dari rupiah ke dolar dengan menjaga depresiasi dan variance dari subtitusi uang. Hal ini sesuai hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa depresiasi dan variance substitusi uang signifikan mempengaruhi nilai tukar.

Currency Substitution behaviour, which is a transformation in holding the money denominated in Rupiah to USD by society, is much influenced by the depreciation and volatility exchange rates of USD against 1DR. This fenomena substitution is often referred to as main factor in determining the value of exchange rate. From monetary policy aspect, to manage the fluctuation of exchange rate due to the floating exchange rate policy, one of the tools is to limit/target the money supply. Theoretically, it is stipulated that targeting the money supply helps to maintain the fluctuation of exchange rate which accordingly stabilize currency substitution.
The objective of this research is to analyze the correlation or the impact of depreciation and volatility of exchange rate to the currency substitution behaviour in the society. Specifically, this research is aimed to evaluate such behaviour toward the movement of exchange rate, particularly in money targeting and free floating-exchange rate regimes as implemented in Indonesia. This research is performed within period August 1997 w December 2004. The empirical verification derived from theory mentioned, is done by ECM model approach in analyzing problems and proving hyphotesis. Based on the substitution theory in literature, this thesis comprise of 6 hyphoteses to be verified in developing currency substitution, which are: a) High depreciation and volatility of exchange rate will force society to increase substitution demand of money from IDR to foreign currency, b) Widened gap in National Gross Income between Indonesia and US will lead currency substitution in society to increase, c) High difference in inflation rate between Indonesia-US will force currency substitution in society will increase, whereas society will prefer to hold foreign currency instead of IDR, d) tide diferrence in interest rate between Indonesia-US will lead society to hold foreign currency instead of IDR, e) Movement currency substitution tend to shift to long-term equilibrium level when shock occurred among its variables. Proposition of the hypotheses concerning impact from behavior of currency substitution toward the behavior of exchange rate are: a) Higher depreciation and currency substitution variance will cause the value of money to depreciate further, b) Wide gap in national income between Indonesia and US will cause the exchange rate to appreciate, c) Monetary policy must align with the money supply in the market to reduce depreciation, d) Exchange rate tend to return to long-term equilibrium upon the occurrence shock one of its variables. This research conclude that the major factor in currency substitution is curency substitution variable 1 month before. This impact will be worse when depreciation and volatility of exchange rate is higher, because from this result, it can be determined that the impact of depreciation and volatility has negative parameter and are second and third factors which determine the currency substitution in society. This finding implied for the needs to maintain currency substitution in stable level and small amount. One of means to maintain such condition is through Open Market Operation, or policy made by the authority must able to maintain such condition. and in long run, it needs to watch for variance in exchange rate. To maintain the stability of exchange rate in regime of free floating exchange rate, controlling money supply is very effective and significant, thus it needs prudent monetary policy to stabilize amount of money supply. Other than prudent monetary policy, other alternative which can be used to maintain stability of money suppl) is to monitor the behaviour of society related to currency substitution This is accordance with the result of research that showed depreciation and substitution variance significantly affect the exchange rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Perdana Abas
"ABSTRAK
Metoda pemodelan data petrofisika dilakukan untuk memberikan cara yang lebih
akurat dalam penentuan reservoar. Pemodelan yang diaplikasikan pada penelitian
ini adalah substitusi fluida Gassmann yang dilakukan pada reservoar batupasir
untuk melihat prilaku fluida pada kondisi tersaturasi air dan tersaturasi
hidrokarbon terhadap gelombang seismik. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data yang sudah dipublikasikan dari Lapangan Penobscot,
Cekungan Scotia Canada pada reservoar batupasir Formasi Mississauga, pada dua
data sumur yaitu L30 dan B41 serta data seismik 3D,
Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisa parameter
petrofisika, analisa crossplot, substitusi fluida, pengikatan seismik dengan data
sumur dan perbandingan amplitudo data seismik. Substitusi fluida sendiri
melibatkan data log p-wave, s-wave dan densitas batuan karena ketiga log tersebut
sensitif terhadap pengaruh fluida yang berbeda dalam mengisi ruang dan pori,
Tiga elemen penting dalam metoda ini adalah fluida itu sendiri, rock frame dan
matrik pada mineral. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan adalah
Hampson-Russel
Karakteristik pada kasus brine didapatkan nilai vp dan vs mengalami kenaikan
sedangkan nilai densitasnya turun terhadap kedaan awalnya. Pada kasus minyak
dan gas nilai densitasnya naik tetapi nilai vp dan vs-nya trurun terhadap keadaan
awalnya. Kemudian perbandingan antara data seismik real dan sintetik
menunjukan trend yang sama tetapi pada data real seismik memiliki noise yang
lebih besar. Perubahan prilaku amplitudo seismik pun terbukti pada sintetik untuk
kasus brine, kasus minyak dan kasus gas seiring dengan bertambahnya offset.

ABSTRACT
Petrophysical method of modeling data is done to provide reservoir determination
accurately. Gassmann fluids substitution is consider modeling to predict fluids
behavior on wet case and hydrocarbon saturated attached to seismic response for
the sand reservoir condition.. The study was conducted using published data from
the sands reservoir Missisauga Formation on Penobscot Field, Scotia Basin in
Canada, involving two wells available L30 and B41, also 3D seismic data
The analysis on this research include sensitivity analysis, crossplot analysis,
fluids substitution, well seismic tying, and comparison of amplitude. Fluids
substitution involves p-wave, s-wave and rocks density, because these three are
very sensitive on different fluids which fill pore and space. The most important
elements in this method is the fluids itself, rocks frame and minerals matrix.
Hampson-Russell software program is used to perform the fluids substitution
Characteristic of the brine case p-wave and s-wave values were increased while
the value of its density decreased. For oil and gas cases, the density value were
increased while the p-wave and s-wave values were decreased compare with the
insitu condition. Comparison between real-seismic and synthetics picking shows
the same trend although on real-seismic there were much noise than synthetics.
The amplitude changes performed on synthetic brine case, oil case and gas case
were proven with increasing offset"
2013
T44756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Firdaus
"Penelitian ini membahas tentang berapa laju pembentukan dan energi aktivasi barium heksaferrite. Telah dilakukan eksperimen pada barium hexaferrite dengan suhu 900℃, 1100℃, dan 1200℃ masing-masing selama 1, 3, 5, 7, dan 10 jam. Diperoleh hasil bahwa pada suhu 900℃ laju pembentukan adalah 6,69x10-4/menit, pada suhu 1100℃ adalah 3,02x10-4 dan suhu 1200oC adalah 1,23x10-4/menit dengan n-1. Sedangkan energi aktivasi barium hexaferrite adalah 83,91 Kj/mol.

This research study about how much accelerating hexaferrite barium activation energy and forming. Have been done by experiment at hexaferrite barium with temperature 900℃, 1100℃, and 1200℃ each during 1, 3, 5, 7, and 10 hour. Obtained by result of that at temperature 900℃ accelerating forming is 6, 69x10-4 / minute, at temperature 1100℃ is 3, 02x10-4 and temperature 1200oC is 1, 23x10-4 / minute with n-1. While activation energy of hexaferrite barium is 83, 91 Kj / mole.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S28936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Kusumawati
"Telah dilakukan perhitungan pergeseran fase hamburan pion-nukleon dengan menerapkan interaksi separabel rank-1 untuk gelombang parsial S, P, dan D. Bentuk separabel membuat persamaan Lippmann-Sehwinger dapat diselesaikan seeara analitik. Parameter interaksi ditentukan melalui fitting dengan data pergeseran fase dari analisa SAID. Keeocokan yang baik dieapai untuk momentum hingga 400 MeV/e, sementara tidak begitu baik untuk hingga 1500 MeV/c.

Phaseshifts of pion-nucleon scattering have been calculated by using separable interaction of rank-l for the partial Waves S, P, and D. With the separable form, the Lipprnann-Schvvinger equation can be solved analytically. lnteraction parameters are determined through fitting with the phaseshift data from SAID analysis. Good fits can be achieved for the 1no1nenta up to 400 MeV/c, While not so good for up to 1500 MeV/c."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29360
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Wibowo
"Reaksi esterifikasi antara gliserol dan asam laurat dilakukan untuk menghasilkan agen pengemulsi berupa dilaurin menggunakan lipase Mucor meihei yang diimmobilisasi pada support hidrofobik dengan pelarut n-heksana. Hasil analisis menggunakan GC/MS menunjukkan bahwa waktu optimum reaksi adalah 25 jam dengan konsentrasi digliserida sebesar 33,23% dan perbandingan mol gliserol dan asam laurat adalah 3:3. Hasil uji tegangan permukaan memperlihatkan bahwa digliserida yang dihasilkan mampu menurunkan tegangan permukaan air hingga 31,9 mN/m. Berdasarkan uji kestabilan emulsi, produk digliserida tersebut dapat mengemulsikan campuran minyak dan air selama 292 detik.

Esterification between glycerols and lauric acid to produce emulsifier which is dilaurin performed by an immobilization Mucor meihei lipase on hydrophobic support with n-hexane as organic solvent. Based from the result of the research, optimum time reaction was 25 hours with diglyceride concentration 33,23%. The biggest digyceride concentration 50% was got in mol ratio 3:3. Surface tension test proves that dilaurin can decrease the surface tension of water until 31,9 mN/m. Based on the emulsion stability test, dilaurin is able emulsifies oil and water in 292 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Nathassha
"Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.

Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>