Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sormin, Kety Rohani
"PT. Unitex adalah pabrik tekstil dengan masalah kesehatan utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja berdasarkan data kunjungan Poliklinik PT. Unitex selama tahun 2010 dan 2011. Hasil pengukuran debu total pada tahun 2011 menunjukkan angka yang dibawah baku mutu debu (TSP) pada lingkungan kerja yang ditetapkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE- 01/MENAKER/1997. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan perilaku pekerja (umur, penggunaan masker, lama bekerja, keberadaan perokok dalam rumah, dan kebiasaan merokok) dengan ISPA pada pekerja di PT. Unitex. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang dengan mengambil sampel 106 responden pekerja. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat. Sebanyak 30,9% pekerja mengalami ISPA.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan masker (p=0,022,OR=5,280) dengan kejadian ISPA pada pekerja.

PT. Unitex is a textile mill with Acute Respiratory Infection (ARI) as its major health problem based on data of Polyclinic PT. Unitex in 2010 and 2011. Result of total suspended dust?s measurement in 2011 has proved that the number of TSP is below treshold limit value. Therefore, this research analyzed association between characteristics & behaviours (age, usage of mask, length of work, existance of smoker in house, and smoking habit) of workers that exposed with cotton dust and Acute Respiratory Infection (ARI).This research used cross sectional with using 106 sample. Univariate and bivariate analyze has done. Thirty point nine percent workers had Acute Respiratory Infection (ARI). There is an significant association between usage of mask with Acute Respiratory Infection (ARI) (p=0,022,OR=5,280)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Hidayat
"Penelitian ini mengevaluasi tingkatan dan distribusi faktor risiko dan distress pada pekerja di industri tekstil PT UNITEX tahun 2024. Desain penelitian cross-sectional dengan pendekatan semi-kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, serta data sekunder dari klinik perusahaan dan dokumen pendukung lainnya. Partisipan adalah 54 pekerja tetap PT UNITEX. Sebanyak 96,3% (52) pekerja mengalami distress, dengan rincian 46,3% (25) distress ringan, 29,6% (16) distress sedang, dan 20,4% (11) distress berat. Distress lebih banyak dialami oleh laki-laki (97,7%), usia <30 tahun (100%), belum menikah atau cerai mati (100%), kepribadian tipe A (100%), kondisi fisik lingkungan kerja yang buruk (97,9%), desain tugas yang baik (97%), bekerja <5 tahun (100%), shift (100%), bekerja >40 jam per minggu (96,4%), beban kerja rendah (100%), konflik peran rendah (100%), ambiguitas peran tinggi (100%), tanggung jawab rendah (100%), hubungan interpersonal buruk (100%), kontrol pekerjaan rendah (100%), pengembangan karir buruk (96,7%), dukungan sosial rendah (100%), dan home-work interface rendah (96,2%). Penelitian ini menunjukkan tingginya prevalensi distress di antara pekerja PT UNITEX, dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan personal. Disarankan agar perusahaan mengimplementasikan program pengelolaan distress, memperbaiki kondisi fisik lingkungan kerja, mengkaji ulang pembagian beban kerja, dan meninjau kembali tata cara pelaksanaan pekerjaan.

This study aims to see the level and distribution of risk factors and distress in workers in the textile industry PT UNITEX in 2024. This study uses a cross-sectional study design through a semi-quantitative approach, namely data collection using questionnaires, interviews, and using secondary data such as employee complaint or symptom data from the company clinic and other supporting documents. A total of 54 permanent workers of PT UNITEX participated in this study. The results of this study indicate that 96.3% (52) workers experienced distress. The majority of respondents experienced mild distress, namely 46.3% (25) respondents, followed by moderate distress of 29.6% (16) respondents, severe distress 20.4% (11) respondents and no distress as many as 3.7% (2) respondents. It was also found that distress was more experienced by men (97.7%), age <30 years (100%), unmarried or divorced (100%), type A personality (100%), poor physical conditions of the work environment (97.9%), good task design (97%), working <5 years (100%), shifts (100%), working >40 hours per week (96.4%), low workload (100%), low role conflict (100%), high role ambiguity (100%), low responsibility (100%), poor interpersonal relationships (100%), low job control (100%), poor career development (96.7%), low social support (100%), and low home-work interface (96.2%). The researcher suggested that the company immediately provide a program related to distress management, make improvements to the physical conditions of the work environment to comply with the specified regulations, review the division of workloads for employees, and review the procedures for carrying out work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Rubiana
"Latar Belakang: Analisis mengenai perubahan fungsi paru yang terjadi pada pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid belum banyak dilakukan penelitiannya. Dari hasil pemeriksaan kesehatan perusahaan penghasil Terephthalic Acid menunjukkan banyak karyawan yang mengalami restriksi serta ditemukan kenaikan jumlah pajanan debu pada tahun 2012. Dalam penelitian ini ingin dinilai perubahan persen prediksi KVP, VEP1 dan VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tahunan pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid.
Metode Penelitian: Desain yang digunakan adalah serial cross sectional menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2011 dan 2012. Sebanyak 43 orang diikutsertakan sebagai subyek penelitian setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Rerata perubahan persen prediksi parameter yang dinilai dari tahun pemeriksaan 2011 dan 2012 tidak memberikan hasil yang bermakna secara statistik, namun ditemukan adanya peningkatan jumlah subyek yang mengalami restriksi di tahun 2012 dengan rerata nilai prediksi KVP pada tahun 2012 sebesar 75.57 ± 9.49. Tahun 2011 terdapat 23 subyek mengalami restriksi yang meningkat di tahun 2012 menjadi 26 subyek serta 1 subyek mengalami restriksi dan obstruksi.
Kesimpulan: Perubahan persen prediksi KVP, VEP1 and VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tidak menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik, namun ditemukan jumlah subyek dengan kelainan restriksi yang cukup besar pada tahun 2011 yang angkanya meningkat di tahun 2012. Banyaknya pekerja pabrik Terephthalic Acid yang memiliki gangguan fungsi paru memerlukan tindakan intervensi untuk mencegah lebih banyak pekerja yang mengalami kelainan fungsi paru.

Background: Research on analysis of changes in lung function of workers exposed to Terephthalic Acid dust has little number. Health examination report of Terephthalic Acid Factory showed many workers with restricted lung function and there was an increasing level of dust measurement on 2012. This study is aimed to analyze changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 years of annual medical examination report of workers exposed to Terephthalic Acid.
Methods: This study is a serial cross sectional, using secondary data from 2011 and 2012 annual medical examination report. Total vulnerable subject of 43 workers are included after fulfilling inclusion and exclusion criteria.
Results: The mean differences of delta percent predicted of observed parameters between 2011 and 2012 have not showed statistically significance value. However, number of subjects with restrictive have been increased in 2012 with mean difference of FVC (75.57 ± 9.49) in 2012 , in 2011 as many as 23 subjects experienced a restriction, in 2012 that number was increased to 26 subjects with restriction and 1 subject with obstruction and restriction.
Conclusion: The changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 periods of health examination do not showed value that statistically significance, however it was found number of subjects with restrictive lung function is sizeable in 2011 and increased in 2012. The number of workers at the Terephthalic Acid factory with impaired lung function requires an intervention to prevent more workers with abnormal lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmawaddah
"Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menempati urutan sepuluh besar penyakit di Puskesmas Plus Kecamatan Sape. Petani di Kecamatan Sape selalu menanam padi setiap tahunnya, sehingga terdapat banyak penggilingan padi pada daerah tersebut. Adanya penggilingan padi berpotensi sebagai penyebab ISPA karena paparan debu gabah hasil proses penggilingan. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu,karakteristik rumah, dan karakteristik tempat kerja dengan kejadian ISPA. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA adalah 52 orang (53,1%). Hasil penelitian menunjukkan variabel kelembaban rumah berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA dan merupakan variabel dominan dengan nilai p=0,01 (OR=7,00). Tidak terdapat hubungan antara karakteristik pekerja dan lingkungan tempat kerja dengan kejadian ISPA.

The incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the health problems that rank in the top ten diseases at the Puskesmas Plus, Sape District. Farmers in Sape District always plant rice every year, so there are many rice mills in the area. The presence of rice milling has the potential to cause ARI due to exposure to grain dust from the milling process. The study design used was cross-sectional to determine the relationship between individual characteristics, home characteristics, and workplace characteristics with the incidence of ARI. The used analyses are univariate, bivariate, and multivariate. The number of workers experiencing ARI is 52 people (53.1%). The results showed that the house humidity variable was significantly related to the incidence of ARI and was the dominant variable with p = 0,01 (OR = 7,00). There is no relationship between the characteristics of workers and the workplace environment with the incidence of ARI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Fahrudin
"Latar belakang: PT X adalah produsen tepung gandum, dimana dalam proses produksinya dihasilkan debu tepung yang mencemari lingkungan kerja. Debu tepung gandum yang masuk ke saluran nafas pekerja dapat menyebabkan penyakit pada saluran nafas yaitu Rinitis Akibat Kerja.
Metode: Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan Rinitis Akibat Ketja. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi kasus kontrol untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko pada pekerja dan terjadinya Rinitis Akibat Kerja. Responden adalah pekerja yang bekerja di bagian Pengepakan yang memenuhi syarat inkiusi, berjumlah 215 responden. Data yang dikumpulkan yaitu variabei babas (umur, masa kerja, pakai APD, riwayat atopi dan kebiasaan merokok) dan variabel iergantungnya Rinitis Akibat Kerja.
Hasil: Hasil pengukuran kadar debit personal melebihi NAB (4 mg/m3) yaitu di proses pengepakan sebesar 5.66 mglm3 dan proses pengayakan sebesar 15.12 mg/rn3. Dari 215 responder didapatkan 82 responden (38.1%) yang menderita Rinitis Akibat Kerja atau kasus dan 133 responden (61.9%) yang tidal( menderita Rinitis Akibat Kerja sebagai kontrol. Riwayat atopi dan Pemakaian Mat Pelindung Diri yang kurang baik, berhubungan dengan terjadinya Rinitis Akibat Kerja yaitu masing-masing dengan OR--4.24; p 0.00; 95% CI 2.35-7.66 dan OR 2.06; p 0.014; 95%CI 1.16-3.65.
Kesimpulan: Pajanan debu tepung di udara bagian Pengepakan melebihi Nilai Ambang Batas. Faktor yang berhubungan dengan Rinitis Akibat Kerja pada pekerja bagian Pengepakan adalah adanya riwayat atopi dan pemakaian Alat Peiindung Diri (masker) yang kurang baik.

Background: PT X is a factory produces whole-wheat flour which its process generates flour dust that contamined working environment especialy at packaging area Inhaled flour dust may affect to workers'respiratory tract, then included Occupational Rhinitis.
Method: This study was conducted by using ease control design to look at the relation between worker characteristics, length of service, atopic history, personal protection equipment use and smoking habit. 215 study subjects who work for Packaging Department and fulfilled inclution criteria were involved in this study. Collected data were consisted of Occupational Rhinitis as dependent variable and its risk factors as independent variables.
Result: The level of personal dust exposure were 5.66 mg/m3 at packaging area and 15.12 mg/m' at the filtering process which exceeded Treshold Limit Value of 4 mglm3. 82 subjects (38.1%) of 215 total respondent were diagnosed Occupational Rhinitis. In contrast 133 subjects (61.9%) were not Occupational Rhinitis as a control group. Statistical analysis shows that unappropriate use of personal protection equipment and atopic history have significant association with the risk of Occupational Rhinitis (OR 2.06; 95%Cl; 1.16-3.65 and OR 4.24; 95%Cl; 2.35-7.66).
Conclusion: The exposure levels of the flour dust in the air of Packaging Department were above Treshold Limit Value. Factors assosiated with the Occupational Rhinitis at the workers of the Department of Packaging are atopic history, and unappropriate use of personal protection equipment (masker).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Royani Nurrohman
"Latar belakang : Kemajuan sektor industri memberi dampak baik dan buruk. Debu yang dihasilkan dalam proses industri dapat berdampak buruk terhadap kesehatan paru. Belum ada penelitian tentang efek debu karbon hitam terhadap keluhan respirasi dan gangguan faal paru di Indonesia.
Tujuan : Penelitian ini mencari keluhan respirasi dan faal paru pekerja yang terpajan debu karbon hitam di PT X Bogor yang berdiri tahun 2006.
Metode : Penelitian potong lintang sejak bulan November 2012-April 2013. Sejumlah 248 subjek diperiksa dengan total coverage sampling kemudian dipilih sesuai kriteria inklusi. Dilakukan wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan fisis, foto toraks, spirometri dan pemeriksaan carbonmonoxyde (CO).
Hasil : Ada 207 subjek inklusi dengan kebanyakan laki-laki (81,2 %), didapatkan keluhan respirasi sejumlah 68 (32,8 %) berupa flu, sesak, batuk, dahak kronik, batuk dahak, dahak, batuk kronik dan mengi. Hasil spirometri rerata VEP1/KVP 93,5± 4,4 (79,2 - 98,8). Tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin, usia subjek, tingkat pendidikan, status gizi, status perokok, kadar CO, kondisi debu, penggunaan masker, kelainan foto toraks dan lama kerja dengan terdapatnya kelainan faal paru.Terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin laki-laki, status perokok aktif dan kadar CO ≥10 dengan terdapatnya keluhan respirasi dengan nilai p < 0,05.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kadar debu dengan keluhan respirasi dan kadar debu dengan faal paru yang bermakna secara statistik pada penelitian ini.

Background : Advances in the industrial sector gives good and bad impact. Dust generated in industrial processes may adversely affect the health of the lungs. No studies on the effects of carbon black dust on respiratory complaints and lung function disorders in Indonesia.
Objective : This research looks at respiratory complaints and lung function of workers exposed to carbon black dust X Factory in Bogor which was founded in 2006.
Methods : A cross-sectional study from November 2012-April 2013. A total of 248 subjects examined by total coverage sampling then selected according to the inclusion criteria. Conducted interviews with questionnaires, physical examination, chest Xray, spirometry and carbon monoxide (CO) inspection.
Results : There were 207 subjects with the inclusion of mostly male (81.2%), respiratory complaints obtained a number of 68 (32.8%) in the form of the flu, tightness, cough, chronic sputum, phlegm cough, phlegm, chronic cough and wheezing. Spirometry results mean 93.5 ± 4.4 FEV1/FVC (79.2 to 98.8). No statistically significant between sex, age of subjects, level of education, nutritional status, smoking status, the rate of CO, dust conditions, the use of masks, chest X-ray abnormalities and work duration with lung function abnormalities. There is a significant relationship between male gender, current smoking status and CO levels ≥ 10 with the presence of respiratory complaints with p <0,05.
Conclusion : There is no correlation between the dust with respiratory complaints and of dust with lung function statistically significant in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Labado
"ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447).  kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah.

ARI is one of the causes of death in children in the world, especially developing countries such as Indonesia. The factors that cause ARI are the condition of the home environment and poor hygiene and sanitation. The high incidence of ARI in Gorontalo Regency, especially toddlers and the lack of achievement of the RPJMN target for healthy homes in Gorontalo Province is the background for conducting research related to home environmental conditions and behavior with the incidence of ARI in children under five in the working area of ​​the Tilango Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship of factors related to environmental conditions and behavior related to the incidence of ARI in Tilango sub-district. This study used a cross-sectional study design with multivariate analysis of binary logistic regression prediction model. The population in this study were children aged 0-59 months who visited the Tilango Health Center. The sample selection of this study was conducted randomly based on the inclusion and exclusion criteria specified. The number of samples in this study were 92 respondents. The results of this study found that the most dominant significantly to the incidence of ARI in children under five in Tilango District were income (OR=13.9, 95% CI 3,395-57,668), education (OR=11,3, 95%CI 2,498-51,650) , Immunization Status (OR=9,8, 95%CI 1,019-95,346), Ventilation Area (OR=8,9, 95%CI=2,204-35,956), Window Opening Habit (OR=0,05, 95%CI 0,007 -0.447). The conclusion in this study is that there are many factors that can affect the incidence of ARI in toddlers, namely the characteristics of toddlers, parents' characteristics, behavior and home environment"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Feby An'nisa Putri
"Pencemaran udara dan faktor meteorologis dapat mempengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini menganalisis hubungan antara kualitas udara ambien (PM10, SO2, NO2, O3) dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin) dengan kejadian ISPA di Kota Bogor tahun 2019-2022. Menggunakan desain studi ekologi time trend, hasil bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,002). Sedangkan tidak terdapat hubungan antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA (p = 0,093), konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,283), konsentrasi O3 dengan kejadian ISPA (p = 0,439), suhu dengan kejadian ISPA (p = 0,571), kelembaban dengan kejadian ISPA (p = 1,000), curah hujan dengan kejadian ISPA (p = 0,732) dan kecepatan angin dengan kejadian ISPA (p = 0,334). Analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan: Kejadian ISPA = -41413,496 + 399,0079 (PM10) + 891,919 (SO2). Analisis spasial menunjukkan Kecamatan Tanah Sareal memiliki kejadian ISPA tertinggi. Dapat disimpulkan, hanya SO2 yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian ISPA di Kota Bogor selama periode penelitian.

Air pollution and meteorological factors can affect air quality and increase the risk of respiratory diseases such as Acute Respiratory Infection (ARI). This study aimed to analyze the relationship between ambient air quality (PM10, SO2, NO2, and O3) and meteorological factors (temperature, humidity, rainfall, and wind speed) with the incidence of ARI in Bogor City from 2019 to 2022. A time-trend ecological study design was employed. Correlation test results indicated a significant relationship between SO2 concentration and ARI incidence (p = 0.002). However, no significant relationships were found between PM10 concentration and ARI incidence (p = 0.093), NO2 concentration and ARI incidence (p = 0.283), O3 concentration and ARI incidence (p = 0.439), temperature and ARI incidence (p = 0.571), humidity and ARI incidence (p = 1.000), rainfall and ARI incidence (p = 0.732), and wind speed and ARI incidence (p = 0.334). A multiple linear regression analysis between PM10 and SO2 with ARI incidence yielded the equation: ARI Incidence = -41413.496 + 399.0079 (PM10) + 891.919 (SO2). Spatial analysis results showed that during the study period, Tanah Sareal district had the highest ARI incidence in Bogor City. In conclusion, only SO2 concentration was significantly associated with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sandra Yossi
"ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah industri dan transportasi di Kotamadya Jakarta
Timur menyebabkan tingginya risiko pencemaran udara akibat limbah SO2 dan
TSP yang dihasilkan dan berdampak terhadap kesehatan terutama gangguan
saluran pernapasan. Pencemaran udara dan kejadian ISPA di Kotamadya Jakarta
Timur dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti suhu, kelembaban, dan curah
hujan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan SO2, TSP, dan
lingkungan fisik terhadap kejadian ISPA serta hubungan lingkungan fisik
terhadap konsentrasi SO2 dan TSP pada penduduk Kotamadya Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menurut waktu dan dianalisis
menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian dengan α=10% dan 5% menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsentrasi SO2 (p=0,005), TSP
(p=0,013), kelembaban minimum (p=0,059), dan curah hujan (p=0,057) dengan
kejadian ISPA. Hasil lain menunjukkan konsentrasi SO2 memiliki hubungan yang
signifikan dengan suhu (p=0,036), kelembaban maksimum (p=0,026), curah hujan
(p=0,025) dan juga TSP menunjukkan hubungan yang signifikan dengan suhu
(p=0,039) dan kelembaban maksimum (p=0,093). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah konsentrasi SO2, TSP, dan lingkungan fisik mempengaruhi kejadian ISPA.

ABSTRACT
The increasing number of industrial and transportation in the East Jakarta district
resulted in increased risk or air pollution caused by waste produced SO2 and TSP.
This air pollution impacts on health, especially respiratory disorders. Air pollution
and ARI occurrence in the East Jakarta municipality is influenced by the physical
environment such as temperature, humidity, and rainfall. The purpose of this
study is to indicate the correlation of SO2, TSP, and physical environment on the
incidence of ARI and the relationship of physical environment on the
concentration of SO2 and TSP in the East Jakarta. This study uses ecological study
design according to time and analyzed using a correlation test. The results using
α=10% and 5% showed significant related between the concentration of SO2
(p=0,005), TSP (p=0,013), minimum humidity (p=0,059), and rainfall (p=0,057)
with ARI disease. Other results showed the concentrations of SO2 had significant
related to the temperature (p=0,036), maximum humidity (p=0,026), rainfall
(p=0,025), and the concentration of TSP had significant related to the temperature
(p=0,039) and maximum humidity (p=0,093). The conclusion of this research is
the concentrations of SO2, TSP, and physical environment affect the ARI disease."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roukhul Zuhana Adillata
"ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas penyakit menular di dunia. Setiap tahun terdapat 156 juta kasus baru ISPA dimana 97 diantaranya terjadi di negara berkembang. Indonesia sendiri merupakan negara yang menempati urutan ke empat ISPA terbanyak di negara berkembang. Salah wilayah dengan kasus ISPA yang cukup tinggi di Indonesia adalah Kec. Wonopringgo, Kab. Pekalongan. ISPA sendiri merupakan penyakit menular utama di Kec. Wonopringgo. Desa Kwagean merupakan desa yang menempati urutan ketiga sebagai desa dengan kasus ISPA terbanyak di Kec. Wonopringgo. Selain itu, pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga di desa ini juga masih menjadi kendala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga dengan kejadian ISPA di Desa Kwagean, Kec. Wonopringgo, Kab. Pekalongan tahun 2017. Adapun variabel independen yang diteliti adalah sarana pembuangan kotoran manusia jamban, saluran pembuangan air limbah SPAL, sarana tempat pembuangan sampah, dan pembakaran sampah. Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian ISPA. Penelitian ini menggunakan data primer dengan desain studi cross sectional dan analisis bivariat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner serta observasi sarana sanitasi. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubun:an dengan ISPA adalah jamban p=0.001; OR=5.47 95 CI: 2.2-13.6, SPAL p=0.001; OR=7.07 95 CI: 2.9-17.5, dan sarana tempat pembuangan sampah p=0.00; OR=13.81 95 CI: 4.85-39.27. Sedangkan variabel pembakaran sampah tidak berhubungan dengan ISPA p=1.00. Perlu adanya kerjasama antar aparat Desa Kwagean dengan Puskesmas Wonopringgo untuk menurunkan angka kejadian ISPA di Desa Kwagean.

ABSTRACT
Acute respiratory infection ARI is a major cause of mortality and morbidity infection diseases in the world. Every year, there are 156 million new cases of ARI that 97 of them occur in developing countries. Indonesia is the fourth developing country with the highest number of ARI. Wrong area with cases of high ARI cases in Indonesia is Wonopringgo Subdistrict, Pekalongan Regency. ARI is a major contagious disease in Wonopringgo Subdistrict. Kwagean Village is the third rural village with the highest number of ARI cases in Wonopringgo Subdistrict. In addition, the management of household water and solid waste in this village is still a constraint. This study aims to determine the relationship between household water and solid waste management with the incidence of ARI in Kwagean Village, Wonopringgo Subdistrict, Pekalongan Regency in 2017. The independent variables in this study are human waste disposal facilities latrine, sewerage, dustbin, and waste incineration. While the dependent variable is the incidence of ARI. This study used primary data with cross sectional study design and bivariate analysis. The data were collected by interview using questionnaire as well observation of sanitation facilities. The total sample in this research is 95 households. Sampling was done by purposive random sampling technique. Research result shows that the variables associated with ARI are latrine p 0.001 OR 5.47 95 CI 2.2 13.6, sewerage p 0.001 OR 7.07 95 CI 2.9 17.5, and dustbin p 0.00 OR 13.81 95 CI 4.85 39.27. While waste inceneration is not associated with ARI p 1.00. There is a need a coordination between Kwagean Village apparatus with Wonopringgo Health Center to decrease the incidence of ARI in Kwagean Village. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>