Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1983
S5524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardana
"Institusi pesantren mempunyai sejarah yang sangat panjang dalam sejarah bangsa Indonesian mulai dari masa kolonialisasi Belanda sampai sekarang. Pesantren menjadi bagian yang tidak tepisahkan dengan budaya lokal masyarakat Indonesian terutama masyarakat jawa, malah pesantren sudah dianggap sebagai sebuah subkultur tersendiri dalam masyarakat. Perjalanan panjang sejarah pesantren dari masa ke masa telah memberikan bentuk tersendiri dalam perkembangan pesantren. Sebagai sebuah institusi yang hadir dalam sebuah ruang yang `tidak hampa udara', mau tidak mau pesantren harus mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri seiring dengan perkembanagan zaman dan masyarakat sekitar, namun demikian di sisi lain tidak bisa dipungkiri bahwa pesantren tetap teguh dengan tradisi yang tetap dipertahankan dan dipeliharan dari masa ke masa, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat pesantren. Kemampuan pesantren untuk tetap exist dan survive di tengah-tengah memang sudah terbukti; dari sejak awal berdirinya di akhir abad sembilan belas sampai sekarang, kondisi pesantren semakin berkembang baik secara kuantitaif maupun kualitatif Banyak faktor yang menyebabkan kenapa pesantren masih tetap bertahan dari dulu sampai sekarang dan tetap menjadi institusi yang berarti dalam masyarakat tertentu baik lewat output dari pesantren itu sendiri maupun dari kharisma pempimpin pesantren tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang membuat pesantren tetap bertahan (survive) dari dulu sampai sekarang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini akan dilihat dari organisasi penyelenggar pesantren, sisi kepemimpinan serta nilai-nilai tradisi yang dimilki oleh pesantren .
Penelitian ini menggunakan metode qualitatif dan dilakukan di pesantren Tebuireng yang berlokasi di desa Cukir, kecamatan Diwek, Jombang Jawa Timur. Pesantren ini mempunyai sejarah panjang mulai dari akhir abad kesembilan belas sampai sekarang tetap survive di tengah-tengah masayarakat. Dari hasil penelitian di pesantren tersebut terlihat bahwa pesantren Tebuireng, ada beberapa hal yang berubah dan dikembangkan di pesantren Tebuireng, misalnya membentuk organisasi penyelengara pesantren dengan suatu badan yaitu Yayasan juga perubahan orientasi kepemimpinan dari tradisional ke arah manajemen modern yang tidak lagi memunculkan figur sentral.
Namum uniknya walapun telah menerapkan manajemen modern, figure pemimpin tetap harus berada di Langan keturunan langsung darah biru kiyai. Begitu juga dalam hal kurikulum, sistem dan bangunan fisik yang terus disesuaikan dengan zaman. Namum demikian nilai-nilai spiritual yang mengarah kepada kesucian batin tetap dipertahankan, nilai-nilai akal budi dan moral seperti nilai keikhlasan, kesederhanaan, mandiri dalam hidup, rasa penghormatan yang kuat terhadap guru atau kiyai serta metode sorogan dan bendongan dalam penyelenggaraan belajar mengajar kitab Islam klasik dengan cara lesehan dalam mesjid tetap dipertahankan walaupun pada saat yang sama, pesantren juga mengadopsi sistem pengajaran modern di ruangan kelas yang menggunakan meja dan kursi.
Dewasa ini,pesantren yang mengklaim dirinya sebagai pesantren salaf (tradisionai) murni sudah sulit dijumpai. Walaupun mereka bangga dengan nama salaf yang senantiasa dilabeikan di belakang nama pesantren, namum pada kenyataan nilai-nilai di luar nilai-nilai salaf tetap diadopsi dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembanagn zaman. Ha! ini pula barangkali yang menyebabkan pesantren dengan segala tradisinya tetap eksist, survive dan tetap bisa diterima di tengah-tengah masyarakat.
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pesantren Tebuireng yang didirikan oleh seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy'ary dan sekarang dipimpin oleh putranya yaitu KH Yusuf Hasyim dimana telah menghasilkan beberapa tokoh lokal dan nasional terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan tradistradisi tertentu yang mereka anggap masih relevan untuk dipertahankan. Eksistensi pesantren tersebut masih tetap diperhitungkan oleh masyarakat; pesantren ini tetap menjadi `kiblat' persoalan-persoalan keagamaan bagi masyarakat sekitar, anima masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pesantren tersebut jugs masih cukup tinggi walapun berbagai institusi pendidikan modern sebuah berjaritur dalam masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan pesantren untuk memodifikasi diri dan mempertahankan tradisi yang masih tetap dikehendaki oleh masyarakat, baik dalam hal kepemimpinan, organisai penyelenggaraan pendidikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riberu, Jan
Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (LEPPENAS), 1982
658.409 RIB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991
658.409 SUT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riberu, Jan
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987
658.409 2 RIB d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Susilo
"Tesis ini mengkaji tentang Jaringan Sosial yang diaktifkan khususnya oleh pimpinan pondok pesantren, baik di lingkungan intern maupun di lingkungan ekstern. Pondok pesantren yang dimaksud adalah PP. Tebuireng, Jombang Jawa Timur yang termasuk salah satu Pondok pesantren tertua, terbesar dan terkenal di Indonesia. Pondok pesantren tersebut telah mengalami perubahan-perubahan fisik dan non fisik, sehingga bisa tetap eksis atau bertahan sampai sekarang dan telah berumur 100 tahun.
Perubahan fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari luas tanah dan bangunan-bangunan di dalamnya yang permanen, perubahan luas tanah yang pada awal berdirinya hanya 200 m2, sekarang telah menjadi 25 ha, dan dari sebuah bangunan teratak sederhana sekali menjadi 25 buah bangunan permanen.
Perubahan non fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari dua macam, yaitu: (1) perubahan sistem pengajaran dan kurikulum dari sistem Sandongan, Sorogan dan Tahassus (diskusi) yang tidak mengeluarkan ijazah; (2) Sistem kepemimpinan Tunggal tanpa akte notaris menjadi sistem kepemimpinan Kolektif berakte notaris dibawah naungan sebuah yayasan yang bernama Yayasan KH.A Hasyim Asy'ari; (3) bertambahnya hak pemilikan pribadi menjadi hak pemilikan pribadi dan wakaf khususnya dibidang tanah.
Perubahan fisik ekstern disekitar PP. Tebuireng dapat dilihat dari beberapa macam jumlah bangungan yang berfungsi sesuai dengan fisik bangunannya, seperti rumah makan, tempat binatu, wartel, penyewaan komputer, toko kelontong, baik tempat mangkal penjaga keliling makanan kecil (baso, nasi goreng, lontong tahu, kacang hijau, es sirup dan sebagainya) dan pakaian serta alat-alat sholat dan perlengkapan lainnya berupa sandang.
Perubahan non fisik ekstern dapat dilihat dari berapa sendi kehidupan sehari-hari, seperti perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma pergaulan sehari-hari serta kebiasaan prilaku seseorang yang hidup di masyarakat sesuai dengan keberadaan PP. Tebuireng yang bernafaskan ajaran agama Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernardine R. Wirjana
Yogyakarta: Andi, 2005
658.4 BER k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sholahudin Malik
"Isu sentral penelitian ini adalah pola kepemimpinan kharismatik dan proses rutinisasi kharisma yang terjadi di sebuah lembaga yang disebut Pesantren. Pesantren As-Syaf'i'yah adalah salah satu lembaga yang telah mengalami alih generasi kepemimpinan dari Kyai (Pimpinan Pesantren) kepada anak-anaknya Konsep kepemimpinan dan urbanisasi kharisma ini merujuk pada konsep Weber.
Studi ini menggunkan metode penelitian kualitatif, penulis memilih teknik indept interview (wawancara mendalam) untuk membuka apa raja mengenai pola kepemimpinan KH. Abdullah Syafi'i (Pendiri Pesantren As-Syafiiyah), bagaimana kiprahnya dalam memimpin pesantren. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Dengan menggunakan studi kasus, penelitian ini diharapkan tidak akan melebar, melainkan terfokus pada penelitian kepemimpinan dan rutinisasi kharisma di pesantren As-syafiiyah. Penulis juga menggunakan pendekatan Life Story (Sejarah Hidup). Penggalian sejarah hidup ditakukan lewat wawancara yang berhubungan dengan biografi dan penelusuran calatan-catatan atau dokumentasi, yaitu penggalian dengan maksud untuk menguugkap sejarah masa lalu. Dalam hal ini penulis menelusuri sejarah hidup KH. Abdullah Syafi'ie dan kiprahnya mendirikan pondok pesantren As-Syaf'i'yah.
Berdasarkan hasil penelitian, keunggulan pribadi, kemampuan mewujudkan mimpi-mimpi untuk membangun pesantren dan masyarakat, keikhlasan dan kekuatan menyedot massa yang dimthla KH. Abdullah Syafi'ie menandainya sebagai pemimpin kharismatik Janis tatanan ini dilegitimasikan dengan kualitas-kualitas pribadi terkemuka dari individu-individu yang luar biasa kesuciannya, heroismenya atau keutamaannya yang memungkinkan mereka untuk memerintah sejumlah besar orang dalam hubungan-hubungan tatap muka. Kharisma diiukiskan sebagai kualitas﷓kualitas adimanusiawi yang dikenakan pada para nabi dan para pahlawan militer yang memungkinkan mereka untuk memaksakan gagasan-gagasan dan nilai-nilai mereka sendiri pada seluruh kelompok.
Dalam upaya menemukan keotentikan dan fokus penelitian penulis menggunakan teori Max Weber mengenai Kharisma dan Rutinisasi Kharisma. Beberapa proses yang relevan yang dikemukakan Weber antara lain dengan ditandai sediktnya tiga hal : Pertama, Pencarian orang-orang yang memiliki tanda-tanda atau isyarat-isyarat kharisma yang serupa dengan tanda-tanda yang telah dimiliki seorang pemimpin kharismatik terdahulu. Kedua, Secara biologis terun-temurun kharisma dapat diwariskan. Dalam hal ini pemimpin kharismatik dapat diganfikan oleh keturunannya, yang juga memiliki kualitas-kualitas yang sama. Cekga, cara pemecahan yang sangat sederhana dan lazim ialah menyerahkannya kepada keputusan pemimpin berkharisma dan meminta dia untuk memilih seorang pengganti.
Penulis juga meneliti proses perjalanan rutinisasi kharisma tersebut. Setelah Kharisma terbentuk apakah telah terjadi proses delegitimasi kharisma. Dari data-data yang tersedia, make ditemukan proses terjadinya delegitimasi kharisma dari anak-anak KH. Abdullah Syafi'ie tersebut. Sedikitnya ada 6 faktor yang melatar balakangi delegitimasi itu dengan indikator yang nampak dan perlakuan komunitas pesantren dada umumnya.
Setanjutnya, pada konteks perubahan masyarakat modem di tengah arus perubahan kola di sekitar kompteks pesantren As-Syafiiyah. Ketika Abdullah Syafi'ie berkiprah, Jatiwaringin belum seramai sekarang, Struktur masyarakatnya masih homogen dimana mata pencaharian penduduk Iebih banyak berkebun dan pedagang. Tetapi masyarakat Jatiwaringin sekarang sangat plural. Semakin derasnya arus urbanisasi, dimana kebanyakan para pendatang tidak mengetahui secara pasti perjalanan pesantren dan aktivitas pimpinannya. Gerak perubahan dan pluralitas masyarakat tersebut, menurut analisa penuts juga menjadi salah satu kontribusi tidak populerya para pimpinan pesantren. Ditambah minimnya proses interaksi kalau tidak dikatakan tidak ada proses interaksi sama sekali antara pimpinan pesantren dengan masyarakat sekitar kecuali dalam lingkup pengajian yang jumlahnya terbatas.
Faktor eksternal ini mendorong perubahan masyarakat tradisional ke rasional, yang dinyatakan Weber akan menjadikan kharisma tidak lagi menjadi elemen yang paring panting. Hal ini akan menandai babak bare dimana sistem dan birokrasi menjadi jawaban atas masyarakat modern dan rasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djumali Alam
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Suryo Nugroho
"Kiai merupakan sosok pemimpin agama yang turut andil dalam membentuk dan membangun karakter bangsa melalui pesantren. Model pendidikan yang khas di pesantren menjadikan kiai sebagai tauladan sepenuhnya dalam berbagai kegiatan hidupnya. Kepiawaiannya tidak saja berhenti dalam konteks pendidikan karakter, moral agama, tetapi juga perannya dalam memperdayakan sosial dan ekonomi masyarakat hingga pendidikan politik untuk menjadi warga negara yang baik. Dalam konteks nasionalisme, kiai tidak hanya pandai dan fasih berbicara mengenai paham kebangsaan. Dalam sejarah bangsa ini telah mencatat nama-nama kiai nasionalis yang rela berkorban untuk lepas dari rezim kolonialisme. Kecintaannya kepada tanah air itu diperkuat dan selaras oleh ajaran islam. Perjuangan dan pengorbanan mereka pun semata-mata karena melaksanakan perintah allah. Kiai sebagai aktor dalam pendidikan pesantren telah membuktikan kontribusi danperan mereka dalam sejarah untuk turut mewujudkan cita-cita negeri yang subur dan makmur, adil dan aman baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D I Yokyakarta , 2015
JANTRA 10:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>