Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogi Dwisatria
"Polimer emulsi core-shell merupakan polimer sintetis yang saat ini sedang berkembang dalam berbagai bidang industri, salah satunya untuk aplikasi coating. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis polimer emulsi core-shell stirena-butil akrilat dengan teknik batch untuk core dan teknik semikontinu untuk core-shell untuk mempelajari pengaruh penggunaan jenis inisiator termal APS dan NaPS dalam sintesis polimer core stirena dan core-shell stirena-butil akrilat serta pengaruh penambahan glisidil metakrilat (GMA) sebagai pengikat silang terhadap polimerisasi core stirena.
Dari hasil penelitian diperoleh polimer core stirena dengan hasil konversi 61,90% untuk inisiator APS dan 73,52% untuk inisiator NaPS, ukuran partikel yang relatif sama, 49,97 nm untuk inisiator APS dan 43,80 nm untuk inisiator NaPS dan keduanya bersifat monomodal (monodispers). Penambahan pengikat silang GMA pada polimer core stirena diperoleh hasil konversi 73,52%, ukuran partikel 43,80 nm dan monodispers sedangkan tanpa penambahan GMA diperoleh hasil konversi 73,48%, ukuran partikel 65,00 nm dan monodispers. Untuk polimer core-shell stirena-butil akrilat didapatkan persen hasil konversi dengan inisiator APS sebesar 26,98% dan inisiator NaPS sebesar 45,61%, ukuran partikel sebesar 77,92 nm untuk inisiator APS dan 48,72 nm untuk inisiator NaPS dan distribusi ukuran partikel keduanya bersifat monomodal (monodispers).

Core-shell emulsion polymer is a synthetic polymer that is currently being developed in various industries, one for coating application. In this research has been synthesed the styrene-butyl acrylate core-shell emulsion polymer with a batch technique for core and semicontinu technique for core-shell to study the effect of type of thermal initiator APS and NaPS in the synthesis of styrene core and styrene-butyl acrylate core-shell polymer and the effect of glisidil methacrylate (GMA) as a cross-linker on the polymerization of styrene core.
From this research has been obtained the styrene cores polymer with percent conversion were 61.90% for APS initiator and 73.52% for NaPS initiator, particle size were relatively similar, 49.97 nm for APS initiator and 43.80 nm for NaPS initiator and both the initiator obtained monomodal (monodisperse) particle distribution. The addition of GMA as cross-linker in the styrene core polymer obtained the percent conversion was 73.52%, the particle size was 43.80 nm and monodisperse while the polymerization of styrene core without the addition of GMA obtained 73.48% percent conversion, particle size was 65.00 nm and monodisperse. For styrene-butyl acrylate core-shell polymers obtained the percent conversion with the APS initiator was 26.98% and 45.61% for the NaPS initiator, particle size was 77.92 nm for APS initiator and 48.72 nm for NaPS initiator and both particle size distributions were monomodal (monodisperse).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1440
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadian Hafiz
"Optimasi polimerisasi emulsi core-shell stirena-etil akrilat telah dilakukan pada penelitian ini, dengan penambahan konsentrasi inisiator NaPS tahap kedua, yakni 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Teknik polimerisasi yang digunakan pada polimerisasi core stirena adalah batch dengan waktu 5 jam (4 jam reaksi dan 1 jam aging) dengan suhu polimerisasi 750C, dihasilkan core stirena dengan hasil konversi 86,65% dan ukuran partikel berkisar antara 68,78nm dengan nilai PDI sebesar 0,029, sedangkan teknik pada polimerisasi core-shell stirena-etil akrilat adalah semikontinu dengan dengan waktu 5 jam (4 jam feeding dan 1 jam aging) dengan suhu polimerisasi 750C. Variasi konsentrasi inisiator NaPS pada polimerisasi core-shell stirena-etil akrilat menghasilkan kondisi optimum pada konsentrasi inisiator NaPS 1,0%, yakni persen hasil konversi sebesar 75,07% dengan ukuran partikel berkisar 166.8nm dan nilai PDI sebesar 0,07. Data hasil karakterisasi FTIR, DSC, FE-SEM dan PSA memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi.

Optimation of styrene-ethyl acrylate core-shell have done at this study, with added initiator NaPS concentration in core-shell polimerization, 0.5%, 1.0% and 1.5%. The polymerization techniques used in styrene core polimerization was batch during 5 hours (4 hours reaction and 1 hour aging) at polymerization temperature 750C, resulted % conversion styrene core 86.65% and particle size gave particle size i.e. 68.78nm with PDI value i.e. 0.029, whereas the technique of styrene-ethyl acrylate core-shell polimerization was semicontinue during 5 hours (4 hours feeding and 1 hour aging) at polymerization temperature 750C. Variance NaPS initiator concentration in styrene-ethyl acrylate core-shell polimerization resulted optimum condition at NaPS initiator concentration 1.0%, % conversion i.e. 75.07% and particle size gave i.e. 166.8nm with PDI value i.e. 0.07. The result of characterization IR, DSC, SEM and PSA supported the evidence that occurred the polimerization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Margisari
"Pembuatan polimer Core-Shell Stirena Butil Akrilat, telan dicoba dengan metoda polimeriSaSi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan iniSator rec|okS [H2O2-ASam Askorbat] dengan ammonium persulfat untuk mendapatkan optimasi core Stirena. VariaSi yang dilakukan untuk membandingkan keduanya pada tanapan core Stirena meliputi variaSi konSentraSi Surfaktan di ataS nilai cmc, konSentraSi iniSiator, dan teknik po|imeriSaSi, Serta pengarun penggunaan pengikat Silang Glisidil IV|etakri|at [GIVIA] pada tanapan core Shell. Polimer yang dinasilkan ditentukan perSen konverSi, ukuran partikel dan diStribuSi ukuran partikel, guguS fungSi dengan FTIR, dan nilai Tg dengan DSC. Penelitian ini menemukan bahwa pada teknk Seeding iniSiator recloks mampu memberikan ukuran partikel Iebih beSar dibanding APS, Serta teknik polimerisasi Seeding Semikontinu mengnaSi|kan %konverSi yang Iebin tinggi dibandingkan teknik Seeding, tetapi ukuran partikel menjadi Iebin kecil. Hasil juga menunjukkan Semakin kecil konSentraSi Surfaktan, Semakin beSar ukuran partikelnya, Serta pengunaan konSentraSi Surfaktan diatas nilai cmc menghasilkan polimer dengan Struktur kopolimer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Sarwono
"Pembuatan kopolimer (stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dilakukan dengan metode polimerisasi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi inisiator dan teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel pada kopolimerisasi emulsi stirena-butil akrilat-metil metakrilat. Inisiator yang digunakan adalah inisiator anorganik dan organik, yaitu ammonium persulfat (APS), hidrogen peroksida (H2O2), ters-butil hidroperoksida (TBHP), serta inisiator redoks (H2O2/asam askorbat). Teknik polimerisasi yang dilakukan adalah teknik batch dan semi kontinu. Kopolimer yang dihasilkan ditentukan kandungan padatan, viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperatur glass, IR dan berat molekulnya. Hasil kopolimerisasi emulsi bila menggunakan inisiator TBHP dan H2O2 kurang sempurna, oleh karena itu digunakan pasangan inisiator redoks H2O2/asam askorbat. Asam askorbat berfungsi sebagai pemicu dalam pembentukan radikal OH, sehingga polimer emulsi yang dihasilkan lebih sempurna. Semakin banyak inisiator yang ditambahkan, ukuran partikelnya pun akan semakin besar. Ukuran partikel yang dihasilkan akan mempengaruhi sifat-sifat polimer yang dihasilkan. Kata kunci : polimerisasi emulsi, inisiator, surfaktan, teknik polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suswanti
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emusi. Untuk aplikasi coating, polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi emulsi core shell metil metakrilat-butil akrilat yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA) dan variasi teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah variasi teknik penambahan insiator kedua yaitu secara shot dan kontinu dan suhu aging akhir yaitu 800C dan 1000C.
Variasi GMA yang dilakukan yaitu tanpa GMA, GMA 6% bersama preemusi shell, dan GMA 3% sebelum pre-emulsi shell. Polimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, suhu transisi gelas (Tg), dan spektrum infra merah. Kondisi optimum yang diperoleh adalah polimerisasi MMA-BA tanpa penambahan GMA, dengan teknik penambahan inisiator kedua secara kontinu, dan suhu aging akhir 800C. Teknik ini menghasilkan ukuran partikel 149 nm, persen konversi 97,06% dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Budianto
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO|U) serta inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, dan IR menunjukkan bahwa terbentuk kopoli (stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa terbentuk grit yang banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,47%. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 128 mPas. Surfaktan SDBS rantai bercabang secara umum menghasilkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Banyaknya persen seeding monomer dan inisiator yang ditambahkan ke dalam initial charge mempengaruhi ukuran partikel polimer emulsi yang terbenluk, dan jumlah inti yang dihasilkan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
SAIN-11-3-2006-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Abdullah
"Telan dilakukan optimasi polimerisasi emulsi core metil metakrilat (MMA) melalui variasi konsentrasi monomer dan jenis inisiator untuk mengnasilkan ukuran partikel 100-150 nm dengan distribusi monocIispers_ Teknik polimerisasi yang digunakan adalan semikontinu dengan vvaktu feeding lima jam dan konsentrasi surfaktan sodium Iauril sulfat (SLS) 10 CIVIC. Kenaikan konsentrasi monomer ternyata dapat menaikkan persen konversi dan ukuran partikel yang terbentuk sampai batas tertentu. Kondisi optimum diperolen pada konsentrasi MMA 25% dan inisiator termal amonium persulfat (APS) 0,5% yang mengnasilkan partikel berdiameter 103 nm dengan indeks polidispersitas 0,149 dan persen konversi 73,87%. Data spektrum IR dan sunu transisi gelas memperkuat telan terjadinya po|imerisasi. Juga telan dilakukan sintesis polimer emulsi metil metakrilat-butil akrilat berstruktur partikel core-shell tanpa agen pengikat silang dengan variasi penambanan inisiator tanap kedua Konsentrasi SLS yang digunakan dalam preemulsi shell butil akrilat adalan sebesar 0,5 CMC untuk menoegan pembentukan inti sekunder akibat terbentuknya misel-misel bam. Penambanan inisiator APS kedua seoara shot dan kontinu sekaligus telan mengnasilkan polimer emulsi yang stabil tetapi sebagian BA masin ternomopolimerisasi. Terdapat keoenderungan kenaikan persen konversi seiring dengan meningkatnya jumlan inisiator kedua yang ditambankan secara shot. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan secara shot sebanyak 80% dan kontinu 20% dengan persen konversi 6O,65%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lela Siti Laelani
"Pembuatan homopolimer metil metakrilat dilakukan melalui teknik polimerisasi emulsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh variasi konsentrasi surfaktan sodium Iauril sulfat (SLS) dan inisiator redoks (H2O2 dan asam askorbat) Serta variasi teknik polimerisasi yang terdiri dari teknik semikontinu, teknik batch, dan teknik seeding 10%. Homopolimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperature glass, dan spektrum IR. Homopolimer ini selanjutnya dapat digunakan sebagai core dalam polimer core-shell yang menimbulkan efek warna. Peningkatan konsentrasi surfaktan dan konsentrasi inisiator menghasilkan solid content yang semakin meningkat dan ukuran partikel yang cenderung menurun. Hasil polimerisasi yang optimum diperoleh pada penggunaan konsentrasi surfaktan 10 CMC, konsentrasi inisiator 0,3%, melalui teknik semikontinu dengan persen konversi 95,73%, indeks viskositas 8,00 mPas, ukuran partikel 50,19 nm, dan monodisperse."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Pembuatan polimer core-shell stirena-butil akrilat telah dicoba dengan metode polimerisasi emulsi. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis polimer core-shell secara bertahap terhadap stirena (St) dan butil akrilat (BA). Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalan teknik semikontinu. Konsentrasi surfaktan dibuat tetap yaitu sebesar 10 CMC. Konsentrasi inisiator juga dibuar tetap yaitu sebesar 1% baik umuk inisiator termal (APS) maupun inisiator redoks (H2O2-asam askorbat). Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh konsentrasi monomer terhadap ukuran dan distribusi ukuran partikel nomopolimer St maupun BA. Variasi konsentrasi St sebesar 20%, 25% dan 30% sedangkan BA Sebesar 17,33% dan 25%. Selain itu juga dipelajari penggunaan inisiator yang Iebin baik antara termal (APS) dan redoks (H2O2 dan asam askorbat). Optimalisasi nomopolimer digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu polimerisasi core-shell.
Polimerisasi stirena optimal didapat pada konsentrasi monomer 30% dengan menggunakan inisiator APS dimana didapat ukuran partikel sebesar 81,28 nm dan persen konversi sebesar 86,93%. Polimerisasi butil akrilat optimal didapat pada konsentrasi monomer 17,33% dengan menggunakan inisiator APS dimana didapat ukuran partikel sebesar 74,03 nm dan persen konversi sebesar 71 ,16%. Olen karena itu jenis inisiator yang akan dipakai pada polimerisasi core-shell adalah APS. Spektrum FTIR dan kurva DSC menunjukkan banwa telah terjadi polimerisasi momomer stirena menjadi polimer stirena. Spektrum FTIR dari polimer stirena nasil percobaan sesuai dengan referensi yang didapat dari literatur. Nilai Tg polimer stirena yang terbentuk sebesar 102,88°C juga tidak jauh berbeda dengan nilai Tg teoritis yang nilainya sebesar 100°c. Oleh sebab itu dapat dikatakan banvva polimerisasi stirena Sudan terjadi. Polimer core-shell yang didapat memiliki ukuran partikel 51,76 nm dan persen konversinya 47,04%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse
merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek vvarna opal dengan
tujuan aplikasi coating. IVIetode yang digunakan untuk mengnasilkan partikel
polimer monodisperse adalan metode polimerisasi emu|si_ Pada penelitian
ini telan dilakukan polimerisasi emulsi oore-she// seoara bertanap ternadap
dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang oukup tinggi antara
monomer Iunak butil akrilat (BA) dan monomer keras stirena (St), melalui
variasi konsentrasi surfaktan SLS, konsentrasi inisiator redoks H202-asam
askorbat dan variasi teknik seeding dan seeding semi kontinu pada polimer
core butil akrilat, serta variasi pengikat silang GMA dan variasi penambanan
inisiator redoks tanap kedua pada polimer oore-she// butil akrilat stirena,
dengan tujuan mempelajari pengarunnya ternadap ukuran dan distribusi
ukuran partikel pada polimerisasi oore-she// butil akrilat- stirena
Hasil pengukuran IR dan temperatur transisi gelas menunjukkan
banvva terbentuk kopolimer BA/GIVIA/St. Dari nasil TEM diperolen morfologi
partikel polimer dengan struktur core-she//, yang memiliki ukuran partikel
250 nm-500 nm dan masin bersifat po|icIisperse_ Polimer core butil akrilat
optimal dinasilkan dengan menggunakan konsentrasi surfaktan 30 CIVIC,
konsentrasi inisiator 1,5% melalui teknik seeding yang mengnasilkan persen
konversi 87,45%, ukuran partikel 104,65 nm, dan indeks polidispersitas
0,204_ Struktur polimer core-shell butil akrilat-stirena yang dihasilkan memiliki ukuran partikel antara 250 nm- 500 nm dengan persen konversi
88,55% dihasilkan menggunakan konsentrasi surfaktan 20 CMC dan
konsentrasi inisiator 0,8% melalui teknik seeding."
Universitas Indonesia, 2007
S30431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>