Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santy Juliana S.
"Telah diimobilisasi metilen biru ke dalam lapisan tipis nanozeolit Faujasite (FAU) tipe Y dari kaolin yang ditumbuhkan pada glassy carbon termodifikasi polielektrolit. Lapisan tipis nanozeolit Y disintesis dengan teknik seeding dengan perbandingan komposisi molar 14 Na2O : Al2O3 : 10 SiO2 : 798 H2O : 3 Na2SO4. Keberhasilan sintesis ini diperlihatkan dengan pola XRD zeolit bubuk hasil sintesis yang memiliki kemiripan dengan pola XRD FAU standar. Pencitraan dengan SEM semakin menguatkan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y dengan bentuk semi kubus berukuran sekitar 0,8 μM dan memiliki rasio Si/Al sebesar 1,681, rasio ini berada dalam rentang rasio literatur. Namun baik karakterisasi XRD maupun SEM pada glassy carbon termodifikasi lapisan tipis zeolit belum dapat membuktikan bahwa zeolit yang terbentuk merupakan zeolit Y karena memiliki rasio Si/Al sebesar 18,64. Lapisan tipis ini diimobilisasi dengan metilen biru dan digunakan sebagai indikator asam askorbat. Melalui karakterisasi dengan voltametri siklik dapat dilihat respon dari kehadiran metilen biru yang terperangkap dalam NaY. Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa penambahan konsentrasi asam askorbat mengakibatkan arus yang terukur pada puncak oksidasi asam askorbat pada potensial 0,348 V vs Ag/AgCl menjadi semakin besar.

Methylene blue has been immobilized into a thin layer nanozeolite Faujasite (FAU) type Y from kaolin grown on glassy carbon modified polyelectrolytes. A thin layer nanozeolite Y synthesized with seeding techniques with the molar composition ratio of 14 Na2O: Al2O3: 10 SiO2: 798 H2O: 3 Na2SO4. The success of this synthesis is shown by the XRD pattern of zeolite powders synthesis results which have similarities with the XRD pattern of standard FAU. Imaging with the SEM confirmed that the zeolite is zeolite Y formed by a semi cube measuring approximately 0.8 μM and the ratio Si / Al of 1.681, this ratio is in the range of the ratio of the literature. However, both XRD and SEM characterization of the thin layer of glassy carbon modified zeolite has not been able to prove that the zeolites formed a zeolite Y having a ratio Si / Al of 18.64. This thin layer of immobilized with methylene blue and ascorbic acid used as an indicator. Through characterization by cyclic voltammetry can be seen the response from the presence of methylene blue is caught up in NaY. From the results obtained shows that the addition of ascorbic acid concentration resulted in a measurable current at the peak of ascorbic acid oxidation at a potential of 0.348 V vs Ag/AgCl becomes larger."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1449
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Puspita Sari
"Sintesis zeolit FAU tipe Y dilakukan dengan teknik seeding, dalam proses hidrotermal dengan direfluks selama 192 jam pada suhu 100°C. Sumber silika berasal dari tetraetilortosilikat (TEOS), aluminium isopropoksida Al[((CH3)2 CHO)]3 sebagai sumber alumunium. Hasil Sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDS, dan FTIR yang menunjukan terbentuknya struktur zeolit tipe Y. Selanjutnya Zeolit ditumbuhkan pada Elektroda Glassy Carbon dengan teknik layer by layer, yaitu dengan pelapisan larutan poli elektrolit, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) yang bermuatan positif dan Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) yang bermuatan negatif selanjutnya dilakukan satu kali pelapisan akhir dengan seed. Elektroda yang termodifikasi dengan zeolit (ZME) dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEMEDS dan FTIR, terlihat bahwa ukuran zeolit yang terbentuk hampir seragam yaitu kubus dan metilen biru terabsorpsi dalam ZME. ZME digunakan sebagai indikator asam askorbat dengan memasukkan metilen biru ke dalam pori-pori zeolit, sehingga terjadi reaksi reduksi-oksidasi. Dari hasil pengukuran voltametri siklik pada elektroda glassy carbon yang termodifikasi dengan zeolit sintetik belum memberikan respon yang baik terhadap keberadaan senyawa asam askorbat.

Zeolite FAU type Y synthesis was done with seeding technique, in hydrothermal process with reflucted for 192 hours at 100°C temperature. Silica source got from Tetra Ethyl Orto Silica (TEOS), Al[((CH3)2CHO)]3 as Alumunium source. The result of synthesis is characterized with XRD, SEM-EDS and FTIR which show zeolite structure type Y is formed. Next zeolite is grown to glassy carbon electrode with layer by layer technique, there for with the layer of poly electrolite solution, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) which has positive charge and Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) with negative charge futhermore will done one last process of layer with seed. Modified electrode with zeolite ZME is characterized using XRD, SEM-EDS and FTIR, show that an the size of zeolite formed almost same, they are cubic and methylen blue is absorbed in ZME. ZME used as indicator of ascorbic acid with fill in methylen blue inside the zeolite pores, so redox reaction occurs. From the cyclic voltametry measurement through glassy carbon modified electrode with synthetic zeolite, respond to ascorbic acid is negative."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1338
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Claudia
"Limbah zat warna merupakan salah satu kontributor terbesar dalam terjadinya polusi air. Degradasi limbah zat warna menggunakan suatu fotokatalis perlu dilakukan untuk menangani permasalahan limbah tersebut. CuBi2O4 dan CuO merupakan suatu semikonduktor tipe-p berbasis oksida logam yang memiliki celah pita sempit, menunjukkan respons yang sangat baik terhadap cahaya tampak, dan dapat digunakan sebagai fotokatalis. Akan tetapi, kedua  material tersebut menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang buruk akibat laju rekombinasi pasangan elektron dan hole yang cepat, sehingga sintesis material heterojunction dilakukan untuk mengatasi kekurangan ini. Komposit CuBi2O4/CuO disintesis dengan berbagai variasi rasio massa CuBi2O4:CuO (1:1, 1:2, dan 2:1) menggunakan metode grinding annealing. Lebih lanjut, CuBi2O4/CuO CuBi2O4, dan CuO yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi menggunakan instrumen XRD, FTIR, UV-Vis DRS, dan TEM. CuBi2O4 dan CuO menunjukkan celah pita sebesar 1,76 eV dan 1,55 eV. Perubahan nilai energi celah pita teramati ketika modifikasi dilakukan, yakni 1,73 eV, 1,70 eV, dan 1,59 eV. Pengujian aktivitas fotokatalitik terhadap metilen biru di bawah cahaya tampak selama 180 menit menunjukkan bahwa sintesis CuBi2O4/CuO efisien dalam meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya dengan persentase degradasi sebesar 81,1%. Sedangkan CuO dan CuBi2O4 masing-masing menunjukkan persentase degradasi sebesar 73,3% dan 64,2%.

Dye waste is one of the biggest contributors to water pollution. Degradation of dye waste using a photocatalyst needs to be done to deal with this waste problem. CuBi2O4 and CuO are metal oxide-based p-type semiconductors that have a narrow band gap, responsive to visible light, and can be used as photocatalysts material. Synthesis of CuBi2O4 and CuO using solvothermal and hydrothermal methods was successfully carried out which was confirmed by XRD, FTIR, TEM, and UV-Vis DRS. CuBi2O4 and CuO show bandgap energy 1.76 eV and 1.55 eV, respectively. However, both materials exhibit poor photocatalytic performance due to the fast recombination rate of electron-hole pairs, so that the synthesis of heterojunction materials was carried out to overcome this deficiency. CuBi2O4/CuO composite was synthesis by grinding annealing method using various CuBi2O4:CuO mass ratios (1:1, 1:2, and 2:1). Furthermore, CuBi2O4/CuO composite were characterized using XRD, FTIR, UV-Vis DRS, and TEM. Changes in the value of the band gap energy observed when modifications were made to 1.73 eV, 1.70 eV and 1.59 eV. The heterojunction CuBi2O4/CuO showed an enhanced photocatalytic performance with 81,1% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation, compared to the results obtained with the pristine materials. While CuO and CuBi2O4 only showed 73,3% and 64,2% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Aliah Sanada
"Zat warna kationik Methylene Blue (MB) yang bersifat non biodegradable dapat dihilangkan dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi optimum pH, dosis adsorben, dan waktu kontak dalam adsorpsi MB menggunakan karbon aktif komersial berbahan dasar tempurung kelapa (KATK) dan batu bara (KABB) dengan sistem batch dan metode two level full factorial design. Readsorpsi menggunakan karbon aktif jenuh yang telah diregenerasi dengan aseton 60% juga dilakukan untuk mengetahui efisiensi regenerasinya. Hasil penelitian menunjukkan penyisihan tertinggi oleh KATK sebesar 80,39% pada pH 9,5, dosis 6,5 g, dan waktu kontak 100 menit. Sedangkan, penyisihan oleh KABB mencapai 99,82% pada pH 7,5, dosis 6 g, dan waktu kontak 90 menit. Dari proses readsorpsi diperoleh penyisihan dengan KATK sebesar 48,54% dan KABB sebesar 66,79%. Efisiensi regenerasi KATK dan KABB yaitu 56,61% dan 66,79%. Data equilibrium adsorpsi MB menunjukkan kecocokan dengan model isoterm Langmuir untuk kedua jenis karbon aktif. Aplikasi di lapangan juga dibahas berdasarkan model isoterm adsorpsi tersebut.

Non-biodegradable cationic dye Methylene Blue (MB) can be removed by adsorption method using activated carbon. This study was conducted to determine the optimum combination of pH, adsorbent dosage and contact time on the MB adsorption using activated carbon made from coconut shell (KATK) and coal (KABB) through a batch system and two-level full factorial design method. The readsorption using spent activated carbon regenerated by acetone 60% was also conducted to determine the regeneration efficiency. The highest removal of KATK is 80.39% at pH 9.5, dose 6.5 g, and contact time 100 minutes. Meanwhile, KABB reaches 99.82% at pH 7.5, dose 6 g, and contact time 90 minutes. Removal from the readsorption process is 48,57% for KATK and 66,79% for KABB. Regeneration efficiency of KATK and KABB is 56.61% and 66.79%. Equilibrium data of MB adsorption is closely fit to Langmuir isotherm for both activated carbons. The field application is also discussed based on that isoterm model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Amalia Lukman
"Jika timah digunakan sebagai bahan pembungkus untuk makanan dan minuman, akan ada Sn yang terlarut dalam jumlah yang sangat kecil yaitu sekitar 0.06 ppm dalam makanan atau minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar timah menggunakan metode spekrofotometri DRS UV-Vis berdasarkan reduksi dengan metilen biru oleh Sn dalam medium admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br. Gamma-alumina diperoleh melalui kalsinasi (NH4)Al(SO4)2.12H2O pada suhu 900 °C selama 6 jam. Admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dipreparasi melalui adsorpsi surfaktan HDTMA-Br pada γ- alumina pada CAC (Critical Admicelle Concentration) optimum, nilai ini diperoleh dari kurva isoterm adsorpsi HDTMA-Br pada γ-alumina. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan admisel γ-Al2O3/HDTMA-Br terjadi pada pada pH 10 dan konsentrasi HDTMA-Br 800 μM. Struktur kristal γ-Al2O3 dikarakterisasi melalui metode x-ray diffraction dan pembentukan admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dikarakterisasi dengan FT-IR. Penentuan kadar Sn2+ dengan metode ini berdasarkan pada reduksi metilen biru oleh SnCl2 dalam larutan HCl. Pengurangan warna metilen biru sebanding dengan konsentrasi Sn2+ dalam larutan¸ dengan asumsi bahwa semua Sn2+ dalam larutan teroksidasi oleh metilen biru dalam media admisel. Dalam penelitian ini, konsentrasi SnCl2 minimum yang mereduksi metilen biru adalah Sn 5.3 x 10-7 M.

In case of tin (Sn) is used in the packaging material for food or beverage, a very small quantity of Sn will be dissolved in the food or drink around 0.06 ppm. This study is aimed to determine the Sn concentration using DRS UVVis Spectrophotometry method based on the reduction of methylene blue adsorption in γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle medium. γ-alumina was obtained calcination of (NH4)Al(SO4)2.12H2O at a temperature of 900 °C for 6 hours. γ-Al2O3/HDTMABr admicelle was prepared by adsorption of HDTMA-Br surfactant in γ-alumina at the optimum CAC (Critical Admicelle Concentration) value¸ which was obtained from the adsorption isotherm curve of HDTMA-Br surfactant on γ- alumina. The results showed that the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle optimum occurred at pH 10 and HDTMA-Br concentration of 800 μM. The crystal structure of γ-Al2O3 was characterized by x-ray diffraction method and the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle was characterized by FT-IR. The determination of Sn2+ was conducted based on the reduction of methylene blue by SnCl2 in HCl solution. The decolorization of methylene blue is equivalent with the Sn2+ concentration in solution¸ assumed that all Sn2+ in solution were oxidized by methylene blue in admicelle medium. In this study, the minimum concentration of SnCl2 was found Sn 5.3x 10-7 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriana Pramitasari
"Abstrak Metilen biru secara luas digunakan sebagai indikator biologi, karena nilai absorptivitasnya yang cukup besar, sehingga penggunaan metilen biru menjadi cukup efisien karena dapat diselidiki dalam konsentrasi rendah (< 10-5 M). Interaksi metilen biru (MB) dengan sodium dodesil sulfat (SDS) pada fasa bulk dan di permukaan cair/gas cukup kuat dan menghasilkan intensitas yang lebih besar dibandingkan metilen biru sendiri. Penambahan SDS di bawah critical micelle concentration (CMC) normal dalam larutan MB menyebabkan penurunan absorbansi metilen biru dalam fasa bulk, yang diakibatkan terjadinya kompleks MB-SDS yang teradsorpsi pada permukaan cair/gas. Sedangkan penambahan SDS di atas CMC normal memperlihatkan molekul SDS telah jenuh teradsorpsi di permukaan dan mulai membentuk misel. Misel tersebut akan berinteraksi kuat dengan DS- di permukaan misel-cair yang menyebabkan kenaikan nilai absorbansi metilen biru. Fenomena ini secara langsung dapat diusulkan untuk mengamati dan menentukan nilai CMC SDS dengan menggunakan indikator metilen biru. Teknik analisis spesies kimia permukaan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan metode centrifugal liquid membran (CLM). Dari hasil data pengamatan menggunakan spektrofotometer UV-VIS, didapat nilai absorbansi hanya untuk fasa bulk sedangkan dengan menggunakan metode CLM, nilai absorbansi yang diamati adalah total nilai absorbansi pada fasa bulk dan permukaan cair/gas. Sehingga dengan menggunakan CLM-spektrofotometri ini dapat dipelajari interaksi yang terjadi antara metilen biru dan SDS pada permukaan cair/gas atau misel/cair, selain itu juga dengan metode ini dapat mengetahui jumlah metilen biru yang dapat berinteraksi dengan molekul SDS pada sistem permukaan diatas. Kata kunci : metilen biru, SDS, misel, permukaan cair/gas, CLM, spektrofotometri X + 61 hlm. ; gbr. ; lamp. ; tab. Daftar pustaka : 17 (1989-2005)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Natalia Wijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan seperangkat alat yang menggunakan mikroorganisme sebagai biokatalis untuk mengoksidasi senyawa organik dalam metabolismenya. Metabolisme sel mikroorganisme melibatkan proses transfer elektron yang dapat digunakan untuk memproduksi tegangan dan arus listrik. Arus listrik dapat dihasilkan bila terdapat senyawa mediator dalam kompartemen anoda yang akan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma sel, kemudian mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroorganisme tersebut serta membawanya menuju ke permukaan elektroda. Pada penelitian ini digunakan kultur mikroorganisme campuran dari air limbah rumah potong hewan (RPH) Rangkapan Jaya Depok dengan substrat senyawa organik dalam air limbah RPH tersebut. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sistem MFC dua kompartemen tanpa dan dengan penambahan mediator dari luar yang dipisahkan oleh suatu Proton Exchange Membrane (PEM) Nafion menggunakan elektroda arang kayu besi. Tanpa penambahan mediator didapat densitas arus listrik maksimum 0,262 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 16,303 mV.cm-2. Penggunaan mediator methylene blue (MB) yang diimobilisasi pada elektroda menghasilkan densitas arus listrik maksimum 0,329 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,526 mV.cm- 2. Penggunaan mediator ferrocene dicarboxylic acid (FcDA) dalam bentuk larutan menghasilkan densitas arus maksimum 2,211 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,75 mV.cm-2. Feeding glukosa pada menit ke-15 dan 45, tidak meningkatkan tegangan dan arus listrik yang dihasilkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Saritilawah
"Limbah zat warna dari industri tekstil dan garmen merupakan salah satu penyumbang kerusakan lingkungan perairan. Saat ini, metode fotokatalitik telah banyak diteliti untuk mendegradasi polutan zat warna. Penelitian ini telah berhasil mensintesa CuBi2O4 dan nanopartikel ZnO, serta CuBi2O4/ZnO. Komposit CuBi2O4/ZnO yang dihasilkan dari beberapa CuBi2O4: ZnO, 1:1 ; 2:1 dan 1:2 mempunyai energi celah pita sebesar 1,8 eV dan 3,02 eV ; 1,76 eV dan 2,97 eV ; 1,82 eV dan 3,10 eV masing-masing. Semua fotokatalis telah dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, UV-DRS dan TEM, serta telah diaplikasikan pada degradasi zat warna metilen biru. Fotokatalis CuBi2O4/ZnO (1:2) menghasilkan degradasi metilen biru yang terbesar, 78,88% dibandingkan dengan lainnya

Dye waste from the textile and garment industry is one of the contributors to damage to the aquatic environment. Currently, photocatalytic methods have been widely studied to degrade dye pollutants. This research succeeded in synthesizing CuBi2O4 and ZnO nanoparticles, as well as CuBi2O4/ZnO composites. CuBi2O4/ZnO composites produced from several ratios of CuBi2O4 : ZnO, 1:1 ; 2:1 and 1:2 have band gap energies of 1.80 eV and 3.02 eV ; 1.76 eV and 2.97 eV ; 1.82 eV and 3.10 eV respectively. All photocatalysts have been characterized by FTIR, XRD, UV DRS, SEM and TEM, and have been applied to the degradation of methylene blue dye. The CuBi2O4/ZnO nanocomposite with a ratio of 1:2 resulted in the greatest degradation of methylene blue, 78.88% compared to other nanocomposites."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vici Tritella Carmida
"Nanopartikel oksida seng (ZnO) yang diberi dopan kromium (Cr) dan penambahan 10 % montmorillonite (MMT) disintesis dengan metode kopresipitasi untuk empat variasi persen atom Cr. Nanopartikel dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) dan Electronic Spin Resonance (ESR). Pengujian aktivitas fotokatalitik dilakukan menggunakan model polutan methylene blue dengan paparan sinar UV. Penambahan montmorillonite dan dopan Cr pada ZnO dapat meningkatkan degradasi methylene blue dengan Cr doped ZnO/MMT 10 at.% menunjukkan degradasi maksimum dengan kondisi optimum dosis fotokatalis 0.7 g/L dan konsenstrasi larutan 20 mg/L. Spesies dominan pada aktivitas fotokatalitik adalah hole dan OH● berturut-turut.

Chromium (Cr) doped zinc oxide (ZnO) nanoparticles with 10% montmorillonite (MMT) addition were synthesized by co-precipitation method for four chrome atomic percentage variations. Samples were characterized by X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) and Electronic Spin Resonance (ESR). Photocatalytic were evaluated using methylene blue under UV light irradiation. MMT addition and Cr dopant to ZnO nanoparticles enhance methylene blue degradation with the optimum conditions are 0.7 g/L of nanoparticle and 20 mg/L of methylene blue initial concentration. Hole and OH● were identified as dominant species of photocatalytic activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Ade Nugraha
"Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pegaruh dari perbedaan jenis penukar ion dan konsentrasinya beserta pengaruh temperatur kalsinasi dalam meningkatkan kualitas kaolin alam pada proses aktivasi kaolin. Kaolin sebagai bahan baku pembuatan zeolit untuk katalis hydrocracking minyak bumi diaktivasi menggunakan beberapa jenis penukar ion asam, yaitu asam sulfat dan asam klorida dengan variasi konsentrasi yaitu 1,3,5, dan 10M. Temperatur kalsinasi yang diamati pada range 500-1050oC. Sampel kaolin dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, XRF, dan SEM. Hasil percobaan ini menunjukkan adanya pengaruh jenis dan konsentrasi dari penukar ion yang digunakan terhadap kualitas kaolin yang diaktivasi. Terdapat kenaikan kadar SiO2 yang berbeda dengan penggunaan kedua jenis asam pada konsentrasi 3 M; pada penggunaan asam sulfat mencapai 43,34% dan asam klorida dengan besar 13,17%. Morfologi kaolin dan metakaolin berbeda pada bentuk mikroskopisnya. Temperatur pembentukan metakaolin berbeda beda pada setiap kaolin alam karena dipengaruhi oleh kemurnian dari kaolin alam.

This research is conducted to identify the effect of ion exchange, concentration, and the effect of calcination temperature in order to increase the quality of natural kaolin in the kaolin activation process. Kaolin as the raw material for making zeolites for petroleum hydrocracking catalysts is activated using several types of acid ion exchangers, namely sulfuric acid and hydrochloric acid with varying concentrations of 1,3,5, and 10M. Calcination temperatures were observed in the range 500-1050oC. Kaolin samples were characterized using FTIR, XRF, and SEM. The results of this experiment indicate the influence of the type and concentration of ion exchangers used on the quality of activated kaolin. there is a difference in the increasing of SiO2 levels from the use of sulfuric acid and hydrochloric acid at concentrations of 3 M. the use of sulfuric acid reached 43,34% and hydrochloric acid with a magnitude of 13,17%. The morphologies of kaolin and metakaolin differ in their microscopic form. The temperature of metakaolin forming varies in each natural kaolin because it is influenced by the purity of natural kaolin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>