Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112638 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1982
S6105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Umar
"Dalam melaksanakan suatu perjalanan, seorang pelaku perjalanan akan dihadapkan pada beberapa pertimbangan, seperti halnya destinasi tujuan perjalanan, jarak tempuh, serta kemampuan sang calon pelaku perjalanan tersebut dalam segi finansial serta berbagai pertimbangan lainnya agar dapat memilih suatu moda transportasi tertentu untuk mencapai destinasi atau tujuan perjalanan, di mana di antaranya termasuk perjalanan menuju tempat bekerja. Penelitian ini dilakukan di 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih di Kecamatan Ciputat Timur, yang merupakan wilayah perbatasan serta periphery dari dua core pusat kota sekaligus, yaitu Jakarta dan Tangerang Selatan. Wilayah ini didominasi oleh wilayah permukiman, baik teratur maupun tidak teratur yang memiliki perbedaan kualitas permukiman, dilihat dari pola permukiman, aksesibilitas, dan fasilitas yang ada yang akan menyebabkan perbedaan dalam pemilihan moda transportasi untuk bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi pemilihan moda transportasi oleh masyarakat di wilayah Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih di Kecamatan Ciputat Timur berdasarkan variable-variable yang mempengaruhinya. Variable yang diteliti adalah karakteristik perjalanan, seperti biaya perjalanan, waktu tempuh, dan jarak tempuh, serta karakteristik profil demografi pelaku perjalanan, yang mencakup faktor sosial seperti usia dan jenis kelamin, serta faktor kondisi ekonomi. Variable diolah dan dianalisis dengan metode analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden masyarakat di Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor pribadi. Hasil olahan data menunjukkan bahwa variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan moda transportasi adalah kondisi ekonomi para pelaku perjalanan

When undergoing a trip, one is confronted with several considerations relating to said trip, which includes the travel destination, travel distance, the would-be traveller’s ability to travel while taking into account his or her financial condition, as well as other considerations that would enable and compel the would-be traveller to choose a particular mode of transport, from among several available options, to use in order to reach the trip’s destination, this also applies when commuting to work. This research is conducted in 3 sub-districts, which are Cirendeu, Pisangan, and Cempaka Putih Sub-districts in Ciputat Timur District of Tangerang Selatan. The 3 sub-districts are simultaneously situated at the administrative border and in the peripheral regions of 2 urban cores, i.e. Jakarta and Tangerang Selatan. This region is predominantly occupied by sub-urban residential areas, e.g. regular and irregular settlements with differences in settlement quality, derived from settlement patterns, accessibility, and existing facilities, resulting in differences in the choice of transportation modes for work. This research aims to analyse the preference for transportation mode choice of the local inhabitants of Cirendeu, Pisangan, and Cempaka Putih Sub-districts in Ciputat Timur District based on several variables, which includes travel characteristics e.g. travel costs, travel distance, and travel time, as well as the traveller’s characteristics, which includes the traveller’s demographic profile e.g. age, gender, and economic condition, as well as the traveller’s residential characteristics, e.g. house location, number of floors, and type of settlement neighbourhood. The variables were processed and spatially analysed. The results show that the majority of the respondents from the study area have a greater tendency to opt for private transportation modes such as cars and motorcycles, and the traveller’s economic condition has shown to be the most significant factor in influencing transportation mode choice for travellers"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacky
"DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat, merupakan daerah administratif di Jakarta Pusat yang termasuk zona merah DBD pada bulan Maret 2009, sehingga diperlukan upaya pengendalian dan pemberantasan Ae.aegypti. Kepadatan dan distribusi Ae.aegypti dinilai dari container index, house index dan breteau index.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan distribusi Ae.aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat berdasarkan CI, HI dan BI. Penelitian menggunakan data primer yang diambil pada tanggal 28 Maret 2010. Penelitian ini berupa survei larva di 100 rumah RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Timur dan 100 rumah RW 03 Cempaka Putih Barat. Larva diambil dengan Single larva method dan di identifikasi di Laboratorium Parasitologi FKUI. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui hubungan larva Ae.aegypti dengan wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat.
Dari survei 100 rumah di RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Timur didapatkan CI 15.73%, HI 38%, dan BI 56 serta ditemukan 56 container positif larva dari 356 container. Sedangkan di RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Barat didapatkan CI 5.96%, HI 17%, dan BI 18 serta ditemukan 18 container positif larva dari 302 container. Pada uji chi square didapatkan p=0.000 (p<0.001) yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva Ae.aegypti dengan wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa kepadatan dan distribusi Ae.aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that caused by viral infection and transmitted by Aedes aegypti. Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts are administrative territories in Central Jakarta which have been classified into red zone of DHF disease at March 2009, in this situation it requires immediate disease control and prevention. Ae.aegypti’s density and distribution can be determined by the value of container index (CI), house index (HI) and breteau index (BI).
The purpose of this research is to identify and calculate the density and distribution of Ae.aegypti in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts. The study used primary data which has been obtained previously at March 28th 2010. The study conducted larvae survey in 100 houses in RW 07 Cempaka Putih Timur and RW 03 Cempaka Putih Barat. The data was analyzed with chi square’s test to determine the association between the existence of Aedes aegypti’s larvae with Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts. From 100 surveyed houses in RW 07 Cempaka Putih Timur district, the CI value was 15.73%, the HI value was 38%, and the BI value was 56 and from all identified containers there were 56 containers larvae positive from total 356 containers.
From 100 surveyed houses in RW 03 Cempaka Putih Barat district, the CI value was 5.96%, the HI value was 17%, and the BI value was 18 and from all identified containers there were 18 containers larvae positive from total 302 containers. Chi square’s test revealed the p value of 0.000 (p < 0.001) which stated an association between the existence of Aedes aegypti’s larvae with Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts. The conclusion remarks that the larvae density and distribution in Cempaka Putih Timur district was higher than Cempaka Putih Barat district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Satria Rahmaditya
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan nasional yang walau angka kematiannya menurun, namun belum teratasi secara sempurna. DKI Jakarta adalah salah satu provinsi dengan prevalensi DBD tinggi, yang memiliki 10 kelurahan zona merah DBD dari total 44 kelurahan, diantaranya kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Untuk membantu program pemberantasan larva Ae.aegypti dan penyakit DBD, peneliti melakukan survei entomologi untuk mendapatkan data dasar mengenaikeberadaan Ae. aegypti di Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Penelitian menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di 100 rumah pada tanggal 28 Maret 2010 di RW 07 Cempaka Putih Timur dan RW 03 Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Data diambil dengan single-larvae method, kemudian larva diidentifikasi di laboratorium Parasitologi FKUI serta dianalisis dengan uji Chi-square.Penelitian menunjukkan keberadaan larva Ae.aegypti pada TPA lebih banyak di Cempaka Putih Timur (23 positif larva Ae. aegypti dari 196 TPA) daripada Cempaka Putih Barat (16 positif dari 231 TPA). namun uji Chi-square terhadap perbandingan jumlah total TPA menghasilkan nilai p = 0,094, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna. Selain itu, diteliti pula jenis permukaan TPA, salah satu faktor fisik yang memengaruhi keberadaan larva di TPA, dimana uji Chi-square menunjukkan perbedaan bermakna dari variabel tersebut (p = 0,0002). Dari penelitian tersebut, untuk kelurahan Cempaka Putih Timur didapatkan House Index (HI) 38,00%, Container Index (CI) 15,73%, dan Breteau Index (BI) 56. Sedangkan penelitian di Cempaka Putih Barat diperoleh HI 17,00%, CI 5,96%, dan BI 18. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Ae. aegypti pada TPA di Cempaka Putih Timur lebih tinggi daripada keberadaan di Cempaka Putih Barat, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa faktor fisik jenis permukaan TPA memiliki perbedaan bermakna di kedua kelurahan tersebut.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an national health problem in Indonesia, which remains uncompletely resolved until now, especially in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat. Those areas are 2 of 44 red zone areas in Jakarta, one of the most DHF high prevalence cities in Indonesia. In order to help the Government’s DHF and Aedes aegypti’s larvae eradication program, researcher conducted a cross-sectional study to obtain basic entomological data from those areas to determine the existence of Aedes aegypti in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat. This study conducted by obtaining data from 100 houses in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat on March 28th 2010. The data was collected using the single larvae method, then the larvaes identified in FKUI parasitology laboratory and the data analyzed by Chi-square test. From 100 houses observed in Cempaka Putih Timur and 100 from Cempaka Putih Barat, data obtained shows the existence of Aedes aegypti larvae was higher in Cempaka Putih Timur (23 positive in 196 total found) than Cempaka Putih Barat (16 positive in 231), means the existence is slightly higher in Cempaka Putih Timur although the Chi-square test showed that there was no significant difference of larvae’s existence (p = 0,094; p > 0,05). Another variable tested -the surface of container- shows there was significant difference between rough container surface and the smooth one (p = 0,0002)between those two areas. From this research, obtained the value of House Index (HI) of Cempaka Putih TImur was 38.00%, Container Index (CI) was 15,73%, and the Bruteau Index (BI) was 56. Whereas in Cempaka Putih Barat, the value of HI was 17,00%, CI 5,96%, and BI was 18. Although the data obtained shows that the existence was higher in Cempaka Putih Timur, there was no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiba Karlen
"Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta antara lain Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah. Untuk melakukan pengendalian vektor DBD, perlu diketahui penyebaran dan kepadatan vektor dalam suatu wilayah. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan House Index, yang merupakan ukuran penyebaran vektor pada wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat dalam upaya persiapan pengendalian vektor penyakit DBD.
Survei larva vektor DBD pada tanggal 28 maret 2010 di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah kasus DBD. Pengambilan data dilakukan pada 100 rumah dengan metode single larvae, yaitu mengambil satu larva di tiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Setelah itu, diidentifikasi rumah yang positif larva dan rumah yang negatif larva di kedua kelurahan tersebut. Dari data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi square untuk mengetahui perbedaan penyebaran larva pada kedua wilayah.
Dari 100 rumah yang diteliti pada masing-masing kelurahan, didapatkan house index di Kelurahan Cempaka Putih Timur sebesar 38 % dan di Kelurahan Cempaka Putih Barat 17 %. Tingkat penyebaran larva di kedua wilayah ini tergolong tinggi karena nilai house index > 10 %. Dari analisis menggunakan metode chi-square ditemukan perbedaan house index yang bermakna antara Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat, dengan nilai p sebesar 0,003. Kesimpulannya, penyebaran larva Aedes aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih luas daripada Kelurahan Cempaka Putih Barat

Dengue Hemoragic Fever (DHF) is a disease that cause public healt problem in Jakarta including Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts that have become red zone. To control DHF vector, it’s necessary to determine the distribution and density of the vector in the regions. The aim of this research is to determine the comparation of house index which’s a parameter of vector distribution in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat for preparation of DHF vector control.
DHF larvae survey was conducted at 28 March 2010 in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts that have been a red zone. The data was collected from 100 houses using single larvae method, ie. collect one larvae from each container found, then identify the larvae by microscope. After that, identification is done for both districts to determine which houses the larvae-positive are and which houses the larvae-negative are. Chi square’s test is used to analyze the data that’s collected from both districts.
From 100 house surveyed in each district, the house index was 38% for Cempaka Putih Timur, and 17% for Cempaka Putih Barat. The distributions of larvae in the districts are considered high because the house index > 10%. Based on chi square’s analysis, it’s found that there’s significant difference in house index between Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts, with p count was 0,003. In conclusion, the distribution of Aedes aegypti larvae in Cempaka Putih Timur district was higher than those in Cempaka Putih Barat district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rido Prama Eled
"Untuk Menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah dengan efektif, maka dibutuhkan data tentang keberadaan vektor pembawanya.Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian tentang keberadaan vektor pembawa penyakit DBD di wilayah tersebut. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti yang berada yang berada di dalam rumah di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat serta membandingkan keberadaan larva Aedes aegypti pada kedua wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional (potong lintang). Pengambilan data dilakukan pada hari Minggu, tanggal 28 Maret 2010 dengan memeriksa setiap container yang ada pada 100 rumah yang berada di wilayah RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Timur dan RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Barat. Pemilihan 100 rumah tersebut dilakukan dengan metode simple random sampling. Hasilnya, terdapat 23 container positif berisi larva Aedes aegypti dari 223 container yang berada di dalam rumah yang ditemukan di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan 15 container positif berisi larva Aedes aegypti dari 243 container yang ada di dalam rumah yang di temukan di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Barat. Pada uji chi-square di dapatkan p=0,256. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna keberadaan larva Aedes aegypti antara Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Reductionof disease Dengue Hemorrhagic Fever(DHF) in a region requires the presence of vector data. Therefore it is necessary to study the existence of dengue vector in the region. This study aims to determine the presence of Aedes aegypti larvae inside the house in Kelurahan Cempaka Putih Timur and Kelurahan Cempaka Putih Barat and comparing the presence of Aedes aegypti larvae in both regions. This study uses cross-sectional method. Data is collected on March 28, 2010 by checking every container that exist in each of the100 homes in the area of RW07 Kelurahan Cempaka Putih Timur and RW03 Kelurahan Cempaka Putih Barat. 100 houses were selected by simple random sampling method. The results,obtained 23 larvae ofAedes aegypti positive containersof 223containers inside the houses were foundin Kelurahan Cempaka Putih Timurarea and 15 larvae of Aedes aegypti positive containers of 243 containers in the houses are found in areas Kelurahan Cempaka Putih Barat. In the chi-square test p=0.256 in getting. Concluded that there was no significant difference in the presence of Aedes aegypti larvae between Cempaka Putih Village East and Village West Cempaka Putih."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardian Gunardi
"Salah satu upaya untuk memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan cara memberantas vektor, yaitu Aedes aegypti. Pemberantasan vektor dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya secara biologis seperti dengan menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Bti dalam memberantas Aedes di tempat penampungan air (TPA). Rancangan penelitian ini bersifat kwasi-eksperimental. Data diambil dua kali dengan single larval method untuk membandingkan keberadaan larva sebelum dan sesudah aplikasi Bti, yaitu tanggal 28 Maret dan 25 April 2010.
Hasil menunjukkan, sebelum aplikasi Bti, keberadaan larva Aedes dalam TPA di Kelurahan Cempaka Putih Timur lebih tinggi secara bermakna (p = 0,01) dibandingkan di Cempaka Putih Barat. Sesudah aplikasi bti, keberadaan larva di TPA Kelurahan Cempaka Putih Barat tidak berubah, sedangkan di Cempaka Putih Timur, keberadaan larva menurun secara bermakna. Meskipun demikian, penurunan tersebut bukan disebabkan oleh Bti karena keberadaan larva di container yang mendapat Bti tidak menurun secara bermakna. Penurunan keberadaan larva disebabkan oleh penurunan larva di drum, ember, dan TPA lain yang tidak permanen. Disimpulkan bahwa Bti bentuk larutan tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Aedes di TPA.

A way to exterminate Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is to erradicate the vector of the disease itself, Aedes aegypti. Vector erradication could be done in several ways, one of them is with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The objective of this research was to know the influence of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) in erradicating Aedes in water containers. This research used quasi-experimental design. Data was collected two times with single larval method, at March 28 and April 25 2010, to compare the existence of Aedes before and after application of Bti in Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur.
The result showed that the existence of Aedes larvae before Bti application in water containers at Cempaka Putih Timur, was significantly higher (p = 0,01) than at Cempaka Putih Barat. After Bti application, the existence of Aedes larvae in containers at Cempaka Putih Barat did not change, while there was a reduction of Aedes larvae existence at Cempaka Putih Timur. However, the reduction was not caused by Bti application, because the existance of Aedes larva in the containers which had been given Bti were not reduced significantly. The reduction was significant in other non-permanent containers. It was concluded that Bti solution was not effective in reducing the existence of Aedes larvae in water containers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andro Sesario
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah utama di Jakarta. Untuk melakukan pemberantasan vektor DBD, perlu diketahui keberadaan larva aedes aegypti kontainer luar rumah dalam suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kontainer luar rumah yang positif larva di kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat dalam upaya persiapan pemberantasan vektor DBD. Survei larva vektor DBD dilakukan pada tanggal 28 maret 2010 di kelurahan Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat yang merupakan zona merah kasus DBD, pada 100 rumah dengan metode single larvae lalu diidentifikasi di laboratorium Parasitologi FKUI. Dari data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui perbedaan keberadaan larva pada kedua wilayah tersebut.
Dari 100 rumah pada masing-masing kelurahan didapatkan kontainer luar rumah positif larva di Cempaka Putih Timur sebesar 33 kontainer atau sekitar 24,8% dan di Cempaka Putih Barat 4 kontainer atau sekitar 6,67 %. Dari analisis menggunakan metode chi-square diperoleh perbedaan yang bermakna antara kontainer luar rumah positif larva di Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan Cempaka Putih Timur(p =0,00). Disimpulkan bahwa keberadaan larva Ae.aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat lebih rendah dibandingkan di kelurahan Cempaka Putih Timur.

Dengue Hemorgic Fever (DHF) is the major problem in Jakarta. To control DHF vector, it’s necessary to find out the existance of Aedes aegypti larvae in outdoor container in a regions. The aim of this research is to determine the comparation of containing positive larva outdoor container at Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. DHF larvae survey was conducted in 28 March 2010 Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat district have been a red zone at 100 house using single larvae method and identifying the larvae by microscope.We used Chi-square test to analyze the data that’s collected from both districts.
From 100 house surveyed in both districts, there was 33 positive larvae outdoor containers or about 24,8% of total container found at Cempaka Putih Timur, and 4 positive larvae containers or about 6,67% of total container found at Cempaka Putih Barat. Based on chi-square analysis, it’s found that there’s significant difference in house index between Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat districts, with p count is 0,00. In Conclusion, the spreading of larvae in Cempaka Putih Timur district is wider than those in Cempaka Putih Barat district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suganda
"Aspek pengelolaan persampahan terdiri dari Teknis Operasional, Pembiayaan, Partisipasi Masyarakat, Hukurn, dan Kelembagaan. Sistem teknis operasional terdiri sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Berdasarkan pelakunya, sistem pengumpulan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat, sedangkan sistem pengangkutan dilakukan oleh pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan pada partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik yaitu kegiatan pengumpulan sampah dari sumber rumah mewah, menengah, dan sederhana di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi 1imur. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu 1) cakupan pelayanan sampah yang masih rendah yaitu Kecamatan Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, dan Bekasi Timur 35,2% sehingga sisa sampah yang belum terangkut untuk Kecamatan Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, dan Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) komposisi sampah domestik Kota Bekasi termasuk kecamatan tersebut mencapai 80%, sisanya 20% adalah sampah non domestik seperti industri, perkantoran, pertokoan, rumah sakit, dan pasar, 3) implementasi penegakan hukurn rendah dan lemah, dan 4) tidak adanya paradigma baru yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan sampah. Hal tersebut diduga, salah satunya adalah akibat rendahnya partiaipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah. Berdasarkan identifikasi tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adakah perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik ?. Hipotesisnya adalah terdapat perbedaan partisipasi masyarakat berdasarkan kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik. Tujuannya adalah mengetahui partisipasi masyarakat kategori rumah mewah, menengah, dan sederhana dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik, sehingga kebijakan pemerintah daerah yang diterapkan terhadap masyarakat tepat.Penelitian ini dilakukan terhadap responden rumah mewah, menengah, dan sederhana yang berjumlah 116 di Kecamatan Bantargebang, Rawa Lumbu, dan Bekasi Timur, serta wawancara terhadap Lurah Pedurenan di Bantargebang, Lurah Bojong Rawa Lumbu di Rawa Lumbu, dan Lurah Duren Jaya di Bekasi Timur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan signifikan dalam kelompok sampel, yaitui antara mewah/menengah dengan sederhana. Perbedaan tersebut terletak pada I) kesesuaian tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan, 2) kondisi tempat sampah, 3) keikutsertaan dalam penyuluhan, 4) kesediaan membayar retribusi, 5) keikutsertaan dalam go tong royong, dan 6) retribusi jika ditambah.
b. Terdapat perbedaan partisipasi masyarakat dalam operasionalisasi pengelolaan sampah domestik di ketiga kecamatan yaitu 1) ketidaksesuaian kapasitas tempat sampah dengan volume sampah yang dihasilkan rumah mewah di Kecamatan Bekasi Timur dan rumah sederhana di Kecamatan Rawa Lumbu, 2) kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur, 3) penyapuan halaman yang kurang frekuensinya pada rumah mewah di Kecamatan Bantargebang, dan 4) keikutsertaan dalam penyuluhan yang kurang di Kecamatan Bantargebang dan Bekasi Timur.
c. Adanya ketidaksesuaian kebijakan dengan kenyataan di masyarakat yaitu struktur retribusi sampah didasarkan pada kondisi bangunan tetapi pada kenyataannya di serahkan pada masyarakat, dan penenuan tarif progresif sampah didasarkan pada volume sampah yang dihasilkan tetapi kesulitan di pengukurannya.
d. Prioritas masyarakat terhadap kualitas kebersihan masih kurang dibandingkan dengan permasalahan lain seperti keamanan, air bersih, listrik, dan lain-lain. Pengeluaran masyarakat semua kategori rumah untuk masalah keamanan, air bersih, dan listrik lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas kebersihan.

The aspect of Solid waste Management System are consist of operational technic, community participation, regulation, and institution. Based on it's role, a large part collecting system was done by community, whereas transportation system was done by district government. The scope of the study is particularly focused to the community participation in the operation of solid waste management from categories of house i.e, luxury, middle, and plain as solid waste generators in sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur. There are more problems that identified namely : 1) the low of the services for solid waste i.e. sub-district Bantargebang 35%, Rawa Lumbu 34,7%, and Bekasi Timur 35,2%, so residu solid waste which hasn't transported for Bantargebang 241 m3/hari, Rawa Lumbu 250 m3/hari, and Bekasi Timur 393 m3/hari, 2) the composition of solid waste for Bekasi District conclude its sub-district are 80% and the residu are 20% namely non-domestic solid waste such as industries, office stores, hospitals, and market, 3) the implementation of the law is les and weak, and 4) there isn't new paradigm in solid waste management. Those are assumed as result of the low of the community participation in solid waste collecting system.
Based on identification, the problem that was described in this reseach namely are there are community participation based on categories of house that are luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management ?, the hypothesa namely there are some differences in The community participation base on the categories of house; luxury, middle, and plain in the operation of solid waste management, so that policy of district government which are implemented to community exactly true.The research was done to responden of luxury, middle, and simple which were amounts 116 at Sub-district Bantargebang, Rawa Lumbu, and Bekasi Timur, also depth interview to Lurah of Pedurenan at Bantargebang, Lurah of Bojong Rawa Lumbu at Rawa Lumbu, and Lurah Duren Jaya at Bekasi Timur.
Based on result of research has got conclusion as follow:
a. There are different in sample group, between luxury/middle with plain. The different in: 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced, 2) condition of solid waste bin, 3) participation in information, 4) participation in pay retribution, 5) participation in mutual assistance, and 6) retribution if be increased.
b. There are different community participation in the operation of solid waste management at three sub-district, 1) those are not suitable between capacity of solid waste bin with soiti waste volume that be produced luxury houses at sub district Bekasi Timur and simple houses at sub district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place rub district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury houses at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. There aren't suitable policy with fact in community those are structure of solid waste retribution based on building condition but in fact delivered over at community, and appointment of progresif retribution based on solid waste volume be produced but difficult at measurment.
d. Prority of community on cleanness quality less be compared with other problem like security, water, electricity, etc. expenseas of community all house categories for security, water, electricity problem more than cleanness quality.
Based on the result of research could he recommended as:
a. Based on house categories, need socialization cleanness with different information according to its social condition.
b. According to every sub-district, need informatin about 1) suitable between capacity of solid waste bin with solid waste volume that be produced luxury houses at sub-district Bekasi Timur and simple houses at sub-district Rawa Lumbu, 2) habit of dumping solid waste not in right place sub.-district Bantargebang and Bekasi Timur, 3) swept yard on luxury house at sub-district Bantargebang, and 4) participation in information at sub-district Bantargebang and Bekasi Timur.
c. To engineer socialization of cleanness/ solid waste on community need involvement of social people like psychologist, communicant, sosiologist, etc.
d. About policy, district government need to 1) appoinment right and community obligation, 2) extending servant area which has reached only 35%, 3) considering the old approaching namely collecting, transportation, treatment, and dumping to the new approach like 3R (reduce, Reuse, Recycle) and 4) considering institutional changing that is SubDin Kebersihan.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundiri
"Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dikembangkan oleh pemerintah mengacu pada gagasan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Partisipasi masyarakat diakomodir dalam suatu organisasi yang bernama Dewan Pendidikan pada tingkat Nasional sampai dengan Kabupaten/ Kota dan Komite Sekolah pada tingkat satuan pendidikan. Dalam tesis ini mendeskripsikan implementasi MBS pada dua satuan pendidikan di Kecamatan Cempaka Putih, Kota Jakarta Pusat (SDSN Cempaka Putih Barat 05 Pagi dan SDN Cempaka Putih Timur 05 Pagi).
Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor implementasi MBS masih kurang, terutama komunikasi. Demikian juga sumber daya di kedua satuan pendidikan kondisi cukup kontras. Sumber daya yang dimiliki oleh SDN Cempaka Putih Timur 05 Pagi kurang memadai, sedangkan sumber daya di SDSN Cempaka Putih Barat 05 Pagi relatif lebih memadai.

School Based Management (SBM) which developed by Government comes to the idea to provide school larger autonomy to manage its resources and to stimulate community?s participation under the educational board in national to county/ city level also school comittee on every schools. This thesis describes the SBM implemented on two school in Cempaka Putih Subdistrict, Central Jakarta (SDN Cempaka Putih Timur 05 Pagi and SDSN Cempaka Putih Barat 05 Pagi).
The result of this research indicates less implementation on some SBM factors, communication, also resources in each school which are contrastly different, SDN Cempaka Putih Timur 05 Pagi less adequate on resources than SDSN Cempaka Putih Barat 05 Pagi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T28085
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>