Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dadang Sudiadi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S6199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiarto
"Kecelakaan lalulintas adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas transportasi. Di jalan tol kecelakaan lalulintas ternyata semakin meningkat terutama Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Selanjutnya untuk melihat persebaran kecelakaan lalulintas dilakukan studi literatur, mengumpulkan data kecelakaan, dan penyebab kecelakaan sebagai variabel pengaruh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan lalulintas tinggi pada RA2-RA4(RB3-RB5), sedang RAl,RA5,RA6(RBI,RB2, RB6,RB7), rendah RA7-RA10(RB8- RBIO). Atau dengan kata lain yaitu kecelakaan lalulintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dua arah tahun 1993, makin ke arah Cikampek cenderung rendah. Selanjutnya pada wilayah lalulintas padat, wilayah datar, dimana terjadi kemunduran perkerasan jalan, kendaraan berat tinggi, tercemar NOx, laka cenderung tinggi. Pada wilayah bising, rentan gerakan tanah, patahan, laka cenderung rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S33819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny H. Tjakranata
"Kelelahan adalah suatu kondisi fisik manusia yang menurun, dan berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan suatu tindakan refleks serta bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, atau suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh dapat menghindari kerusakan yang lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (Peraturan Pemerintah no. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Pasal 93).
Kecelakaan lalu lintas di jalan raya merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diduga seringkali diakibatkan oleh faktor manusia. Penyebab kecelakaan tersebut pada umumnya terdiri atas 4 (empat) faktor yaitu manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan. Pengemudi pada umumnya memacu kendaraannya dengan kecepatan yang tinggi di jalan tol, dan hal tersebut memerlukan suatu kondisi fisik yang cukup prima, karena pada kecepatan yang tinggi masalah waktu merupakan suatu hal yang sangat sensitif dan dapat berakibat fatal, apabila pengemudi tidak mempunyai daya refleks yang baik.
Kondisi fisik seseorang dalam pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kondisi pekerjaan yang monoton, beban dan lamanya bekerja, faktor kejiwaan dan sakit atau rasa sakit atau kurang gizi. Hal tersebut seringkali sangat mempengaruhi kondisi seseorang yang mengakibatkan kelelahan. Untuk mengatasi hal tersebut, agar didapat hasil yang produktif serta produktivitas kerja yang meningkat, maka diperlukan penyegaran seperti kepemimpinan yang memberikan motivasi dari semangat kerja, manajemen yang baik, perhatian perusahaan terhadap keluarga karyawan, peningkatan kesehatan dari kesejahteraan tenaga kerja termasuk upah serta gizi kerja, dan organisasi perusahaan yang menentukan waktu bekerja serta istirahatan yang diperlukan oleh suatu jenis pekerjaan tertentu. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi, maka pekerja pada umumnya akan dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan peningkatan produktivitas kerja, dan merekapun akan mempunyai dorongan untuk bekerja yang lebih baik daripada hari-hari sebelumnya.
Jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan tol Jakarta - Cikampek merupakan jumlah terbesar di antara semua jalan tol yang ada di Indonesia, dan dari data jumlah kecelakaan yang pernah terjadi, ternyata faktor pengemudi menduduki peringkat teratas yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Kurang antisipasi, lengah dan mengantuk merupakan bagian di dalam faktor kelelahan pada pengemudi yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan di jalan tol. Penelitian ini meninjau masalah hubungan antara kelelahan pengemudi kendaraan bus dengan frekuensi kecelakaan lalu lintas. Pada jalan tol ini jumlah kejadian kecelakaan pada jenis kendaraan bus cukup banyak, yaitu sebagai berikut, jumlah kecelakaan pada tahun 1993 sebanyak 87 kejadian; tahun 1994 sebanyak 132 kejadian; pada tahun 1995 sebanyak 153 kejadian. Jika rata-rata satu bus memuat 40 orang, maka jumlah orang yang dirugikan pada tahun 1995 ialah 6.120 orang, belum termasuk kemacetan dan kerugian harta benda akibat kecelakaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan, selain berdasarkan data sekunder yang didapat dari PT Jasa Marga (Persero) Cabang Jakarta - Cikampek, juga dilakukan pengumpulan data primer dengan Cara wawancara langsung kepada para pengemudi bus. Pertanyaan yang diajukan meliputi 3 (tiga) pokok permasalahan yaitu latar belakang pekerjaan, keadaan sekarang dan faktor yang berpengaruh dalam perjalanan. Dari data kuesioner yang diolah tersebut didapat hasil sebagai berikut :
1. Jumlah kecelakaan terbesar yang terjadi di jalan tol Jakarta - Cikampek disebabkan oleh faktor pengemudi, yaitu akibat faktor kelelahan karena masalah kurang antisipasi, lengah dan mengantuk adalah gejala kelelahan seseorang.
2. Jarak perjalanan yang telah ditempuh mempunyai asosiasi/hubungan dengan kelelahan pengemudi dengan tingkat kepercayaan atau probabilitas 90%.
3. Adanya supir pengganti atau cadangan seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah no. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi Pasal 240 seringkali tidak dipenuhi. Dari hasil perhitungan statistik didapat asosiasi/hubungan antara faktor adanya supir pengganti dengan kelelahan mempunyai tingkat kepercayaan atau probabilitas 80%.
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi P.T.Jasa Marga (Persero) dan P.T.Jasa Marga Cabang Jakarta - Cikampek, melalui Departemen Perhubungan c.q. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, agar memberikan surat edaran kepada perusahaan bus yang mempunyai trayek lebih dari 300 km atau 6 jam waktu perjalanan. Di samping itu, juga mengharuskan menyediakan pengemudi pengganti yang mempunyai ketrampilan minimum sama dengan pengemudi utama, karena menurut peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah no. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, Pasal 240 bahwa istirahat dilaksanakan setiap 4 jam bekerja, dan trayek dengan lama perjalanan 8 jam wajib mempunyai pengemudi pengganti.
2. Kepada pihakP.T.Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan pemeriksaan ban pada tempat-tempat tertentu, dapat dilaksanakan terus menerus secara berkala.
3. Mendisiplinkan para pengemudi kendaraan dan memberi sanksi kepada para pelanggar peraturan, terutama kepada kendaraan-kendaraan dengan kecepatan melebihi ketentuan dan melaju pada bahu jalan.
4. Menyebarluaskan data kecelakaan yang lebih lengkap secara luas, baik melalui media cetak (yang sudah dilakukan), selebaran maupun melalui media elek-tronik yaitu radio, televisi yang sangat banyak jumlahnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat secara tidak langsung dapat disadarkan bahwa betapa banyaknya kecelakaan yang telah terjadi karena kelelahan pengemudi (yang di dalamnya tercakup masalah kurang antisipasi, lengah dan mengantuk), ketidakdisiplinan pengemudi, ketidakprimaan kondisi kendaraan dan hal-hal lain yang dilakukan secara berkala dan terus menerus. Mudah mudahan pihak yang bersangkutan yaitu P.T.Jasa Marga cabang Jakarta - Cikampek tidak bosan melakukannya, yang memang untuk diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya.

Fatigue is a condition where the human physical went down, with a decreased ability of the tendons to do reflex reaction and it will take a longer period of time for the tendons to do contraction or relaxation. Fatigue is actually a body preventive mechanism to avoid any further damage to the body, and in turn will allow the recovering processes to take place.
Traffic accident is an unpredictable and unexpected event on the road that involves a vehicle, several vehicles or several vehicles with the other road users, which usually resulted in casualties and property losses (Government Regulation no. 43 of 1993 Article 93 re. Infrastructure and Road Traffic).
Traffic accidents are unpredicted events that usually caused by human factors. In general the cause of traffic accidents are the following factors: human factor, vehicle factor, road factor and the environmental factor. People usually driving at a very high speed when they are on a toll road. This behavior of speedy driving actually needs to be supported by excellent physical condition of the driver, because in high speed driving, time is a very dominant factor that can cause a fatal accidents if the driver doesn't have a good reflex reaction.
Someone's physical condition in carrying out his/her duties is influenced by several factors: i.e. monotonous nature of work, the load and time period of the work, mental condition, health condition or suffering pains at parts of his/her body, or he/she is in a malnutrition condition. In most cases those are the main factors influenced someone's physical condition caused fatigue. To overcome this fatigue issue and in order to increase the productivity of the workers, there should be refreshing actions, such as good leadership that can give motivation and working spirit, good management, employer's attention to the worker's family, better health facilities and benefits. That includes the salaries, the nutrition, and the company's organization that decides on the working hour and the resting time required for certain type of job activity. If all the above have been fulfilled, the workers should be able to work more productively and that will also motivate them to perform better in the future.
The total traffic accidents that happened along the Jakarta - Cikampek Toll road was the highest in number amongst all toll roads in Indonesia, and it turned out that the driver factor was the main caused of those accidents. Lack of anticipation, carelessness and sleepiness are indications of the fatigue experienced by the bus drivers that have caused the traffic accidents_ This study looked into the relationship between the driver's fatigue condition and the frequency of traffic accidents. The number of traffic accidents that involved busses on the toll road is quite excessive. The records collected are as follows: 87 cases in 1993, 132 cases in 1994 and 153 cases in 1995. If each of the bus carried an average of 40 passengers, that means during 1995 alone there were 6,120 people have suffered, doesn't count traffic disruptions and material losses have been resulted by those accidents.
This study has been conducted based on the secondary data available from PT Jasa Marga (Persero), the Jakarta - Cikampek Branch, as well as the primary data that have been collected through direct interview to the bus drivers by asking three (3) basic questions: 1) The working background, 2) Current employment status and 3) The affecting factors on the trip. I have processed data collected, and the result is as follows:
1. Most of the accidents happened on the Jakarta - Cikampek toll road were because of the driver's factor. The driver's fatigue has caused lack of anticipation, carelessness and sleepiness.
2. The distance that has been travelled has an association/connection with the driver's fatigue, with a probability factor of 90%.
3. The provision for an alternate driver as required under the Government Regulation No. 44' Chapter 240, Year 1993, re. Vehicles and Drivers, in most cases were not followed, and based on statistical calculation the association! connection of the provision of an alternate driver with the driver's fatigue has a probability factor of 80%.
In accordance with the above study, the following recommendations are suggested:
1. P.T. Jasa Marga (Persero) and P.T. Jasa Marga Jakarta - Cikampek Branch, through the Department of Transportation, c.q. the Directorate General of Land Transportation, to issue a Circular Letter to all the bus companies that have designated routes exceeding 300 km or more than 6 hours travel time, to require them to provide alternate drivers with minimum qualification similar to the main drivers. Because, in, accordance with the Government Regulation No. 44 Chapter 240, Year 1993, re. Vehicles and Drivers, that the drivers should take rest every 4 hours work, and for the designated routes with more than 8 hours travel must be provided with alternate drivers.
2. P.T, Jasa Marga Jakarta - Cikampek Branch that has done their best effort through the tire checking at certain location will continue this effort intermittently.
3. To take disciplinary actions to the drivers by sanctioning the violators, especially they who drove faster than the allowable speed and drove on they who drove on the road shoulder,
4. To disseminate the accidents data more widely and complete, through the newspaper (has been done), hand outs or through electronic medias such as the radios and television, in order that people can be informed of how many accidents have happened due to the driver's fatigue (which has caused the lack of anticipation, carelessness and sleepiness), the indisciplinary actions of the drivers, poor condition of the vehicles and other factors, and this can be done intermittently or continuously-. We hope that P.T. Jasa Marga Jakarta - Cikampek Branch will not be tired of taking this action, as this action will need quite an amount of financial resources.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Guntur Ariadi
"Pada tahun 1995 - 1997, setiap 3 hari rata-rata terjadi 12 kasus kecelakaan lalu lintas (laka lantas), dengan 4 orang luka berat, dan 1 orang meninggal dunia. Keadaan ini mencerminkan kurangnya kualitas pelayanan lalulintas jalan tol Jakarta-Cikampek.
Dengan asumsi bahwa tingkat pelayanan akan semakin baik; pertama, jika kuantitas dan kualitas kecelakaan dan korban yang terjadi semakin rendah; kedua, jika petugas semakin cepat datang memberikan pertolongan. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan kepada kedua hal tersebut, dengan harapan dapat ditemukan ide untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, data dikumpulkan melalui pengamatan terlibat pasif, dilengkapi wawancara dengan pedoman, dilaksanakan di kantor PT Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek dan instansi terkait, dari akhir Desember 1997 hingga Mei 1998.
Penyebab laka lantas dapat digolongkan faktor manusia sebagai pengemudi yang melanggar aturan lalu lintas, misalnya melanggar batas kecepatan, mengemudi dalam keadaan lelah dan kemudian mengalami laka lantas. Faktor berikutnya kendaraan bermotor yang tidak memenuhi kelaikan jalan dan faktor jalan tol serta lingkungannya. Pemantapan pelayanan keselamatan lalu lintas pencegahan laka lantas dilakukan dengan menangani faktor penyebab tersebut secara terpadu dan maksimal oleh instansi terkait, sehingga merupakan suatu sistem keselamatan lalu lintas.
Dari penelitian diperoleh gambaran antara lain: PT Jasa Marga melaksanakan program pembangunan dan pemeliharaan jalan tol, perbaikan dan pemeliharaan serta penambahan kelengkapan jalan dan manajemenjalan termasuk program manajemen lalu lintas secara maksimal, dengan hasil faktor jalan dan lingkungannya menjadi faktor penyebab yang relatif kecil yaitu 2% atau 6 kejadian (selama penelitian dari Januari - April 1998).
Kegiatan penegakan hukum belum dapat menangani semua pelanggaran penyebab laka lantas di semua ruas jalan pada sepanjang waktu, menyebabkan faktor pengemudi sebagai penyebab laka lantas sebanyak 62 % atau 210 kejadian (Januari - April 1998). Kelemahan lainnya adanya kendaraan bermotor yang memasuki jalan tol dalam kondisi tidak laik jalan menyebabkan laka lantas sebanyak 36 % atau 124 kejadian (Januari - April 1998).
Upaya untuk meningkatkan pelayanan lalu lintas khususnya pemantapan pelayanan keselamatan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Cikampek diarahkan pertama, meningkatkan keterpaduan instansi terkait yang dimulai dengan melakukan pengumpulan dan penganalisaan terhadap kasus laka lantas yang terjadi untuk memperoleh faktor penyebabnya, dan menjadikan hasil analisis tersebut sebagai bahan koordinasi. Kedua, setiap instansi terkait menggunakan hasil analisis tersebut sebagai umpan balik untuk meningkatkan kinerjanya. Ketiga, masing-masing instansi terkait menangani faktor penyebab secara maksimal sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, sehingga semua kegiatan terpadu sebagai suatu sistem.
Sebagai contoh adalah khusus untuk Polri dalam rangka mengatasi ketidak mampuannya untuk menindak semua jenis pelanggaran penyebab laka lantas, serta dalam rangka meningkatkan frekuensi kehadiran dengan maksud dapat menimbulkan faktor pencegahan pengemudi untuk melanggar penyebab laka lantas, perlu melakukan kegiatan antara lain: peningkatan frekwensi patroli PRC dan pengawasan menetap dilokasi rawan, melengkapi petugas dengan alat pemantau kecepatan, berita Acara Cepat atau melakukan revisi terhadap tilang agar PRC dapat menindak pelanggaran penyebab kecelakaan diluar pasal tilang, melaksanakan pemeriksaan terhadap pengemudi yang beresiko mengakibatkan kecelakaan karena lelah atau mengantuk saat dinihari memasuki gerbang tol Cikampek."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Dewiyanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S33776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darmawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S33682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S34435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Krisna Yasa Putra
"Kecelakaan lalu lintas jalan pada umumnya terjadi karena berbagai faktor penyebab secara bersama-sama antara faktor manusia dengan parameter lengah, mengantuk, mabuk, tidak trampil, tidak tertib, faktor kendaraan dengan parameter rem, ban, kemudi, Iampu, dan faktor jalan dengan parameter lobang, rusak, licin, dan bergelombang.
Data kecelakaan lalu lintas dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari pengukuran atas kejadian kecelakaan yang terjadi selama kurun waktu 141 bulan (mulai bulan Januari tahun 1990 sampai dengan bulan September tahun 2001) dengan wilayah studi adalah yang meliputi Polresta Bekasi, Polresta Bogor, Polresta Depok, Polresta Jakarta Barat, Polresta Jakarta Pusat, Polresta Jakarta Selatan, Polresta Jakarta Timur, Polresta Jakarta Utara, dan Polresta Tangerang. Angka kecelakaan lalu lintas jalan pada masing-masing wilayah studi dengan parameter faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan dibuat suatu analisa deret berkala (Time Series Analysis) dengan menggunakan pendekatan Box-Jenkins (ARIMA) yang merupakan salah satu metode analisis deret berkala (Time Series Analysis).
Model yang dihasilkan dari sebaran data tiap parameter faktor penyebab kecelakaan sebagian besar bersifat Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan beberapa model bersifat Autoregressive (AR) dan Moving Average (MA).
Model yang dihasilkan untuk semua wilayah berjumlah 120 model dimana sebagian besar dari model memiliki tingkat keberartian (significant) yang cukup baik dalam mewakili sebaran data. Hal ini ditunjukkan dengan dua pengujian yang dilakukan yaitu uji -t dan uji Box- Ljung dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Faktor penyebab kecelakaan yang paling dominan terjadi pada masing-masing wilayah dengan nilai korelasi Pearson diatas 0,6 adalah didominasi oleh faktor manusia dengan modus operandi berturut-turut akibat pengemudi tidak tertib, lengah dan tidak terampil. Pala kecenderungan total kecelakaan yang terjadi pada masing-masing wilayah menunjukkan pola kecenderungan rata-rata meningkat (naik) secara landai kecuali untuk wilayah Depok, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur mengalami penurunan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya penanggulangan (counter measures) untuk meminimalkan dampak-dampak negatif yang mungkin timbul sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas jalan di wilayah Jabodetabek."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemodelan deret berkala (time series) kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia dapat membantu pengamatan variasi data, proyeksi ke depan, maupun evaluasi target penurunan kecelakaan. Dari pengamatan data kecelakaan selama 20 tahun antara tahun 1992 sampai dengan tahun 2011, diperoleh model peramalan dengan suai terbaik (best fitted model). Dalam penelitian ini dikaji 5 (lima) kelompok data, meliputi: jumlah kejadian kecelakaan, jumlah korban meninggal, jumlah korban luka berat, jumlah korban luka ringan, dan jumlah kerugian material akibat kecelakaan. Data deret berkala diolah dengan menggunakan piranti lunak SPSS 19.0. Dengan mempertimbangkan pola data pada tiap kelompok, maka metode pemutusan (smoothing) eksponensial digunakan, baik tunggal (Simple) maupun ganda (Brown)). Melalui model uji, dihasilkan nilai parameter a = 0,998, 0,434, 1,000, 0,405, dan 0,656 untuk proyeksi atas jumlah kejadian kecelakaan, korban meninggal, korban luka berat, korban luka ringan, dan kerugian material akibat kecelakaan. Model eksponensial ganda diterapkan untuk proyeksi jumlah korban meninggal, korban luka ringan, dan nilai kerugian material, sedangkan model eksponensial tunggal diterapkan untuk sisanya. Uji kesesuaian model dan perbandingan dengan model ARIMA (1,1,0) dan ARIMA (1,1,1) dengan menggunakan MAPE memperlihatkan model eksponensial adalah yang terbaik diterapkan. Dengan mengkaji indeks fatalitas kecelakaan pada tahun dengan data terbaru yang tersedia dengan data dasar dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK), model mengindikasikan diperlukannya upaya pengelolaan keselamatan jalan yang mampu menurunkan fatalitas kecelakaan secara signifikan."
620 JTJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Uri Hermariza
"Jalan tol sebagai jalan bebas hambatan memberikan perbedaan yang nyata dengan jalan biasa. Perbedaan ini diharapkan mampu memberikan kualitas yang lebih mengingat tingkat mobilitas masyarakat yang semakin meningkat. Namun dengan statusnya yang bebas hambatan bukan berarti masalah kecelakaan lalu lintas juga dapat teratasi. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki terkadang justru membuat para pengemudi lengah dan beresiko membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk meminimalisir kemungkinan terjadi kecelakaan.
Ruas jalan tol Jakarta - Cikampek merupakan salah satu ruas yang sering mengalami kecelakaan. Jumlah dan tingkat kecelakaan yang terjadi di ruas ini cukup tinggi. Faktor pengemudi menjadi faktor yang mendominasi penyebab kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan seringkali terjadi karena ketidaksiapan dan kurangnya antisipasi dari pengemudi. Upaya-upaya dalam mereduksi kecelakaan harus disesuaikan dengan karakteristik kecelakaan yang terjadi. Salah satu upaya awal yang dapat dilakukan dalam rangka penanganan kecelakaan adalah dengan melakukan identifikasi lokasi titik rawan kecelakaan. Dengan mengidentifikasi lokasi rawan yang terdapat di ruas tol Jakarta-Cikampek dan menganalisa faktor penyebabnya diharapkan tercipta upaya penanganan yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi lokasi rawan antara lain metode frekuensi, penentuan Upper Control Limit dan penentuan berdasarkan sebaran data kecelakaan. Hasil akhir diperoleh bahwa pada ruas tol Jakarta-Cikampek memang terdapat beberapa segmen yang menjadi titik rawan. Hal ini terbukti dari uji hipotesis yang dilakukan untuk data kecelakaan selama 11 tahun. Segmen yang menjadi titik rawan antara lain adalah km 12 - km 14 untuk jalur Jakarta menuju Cikampek dan km 10 - km 14, km 25 - km 27, dan km 29 - km 30 untuk arah sebaliknya. Faktor penyebab yang mendominasi di lokasi titik rawan tersebut antara lain pengemudi kurang antisipasi, pengemudi mengantuk dan ban pecah. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat disusun upaya penanganan yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Toll road as a free way has significant difference with urban road. Hopefully the differences could give better quality. But with the freeway status, it doesn't means accident problem will reduce. The advantages of toll road instead make the driver careless and caused an accident that can damage themselves and other people. Because of that, it's necessary to do some action minimize an accident.
Jakarta-Cikampek Toll Road is one of road that has an accident in big number. This road has a high severity level. Driver was the first factor that caused an accident happened. There is a lot of way to make accident level decrease. One method that can we do is identified black spot area in that road. Hopefully with analyze factor that caused an accident in that spot, it could created more effective action to reduce an accident level.
There are several methods to identified black spot area, among other things frequency method, Upper Control Limit method, and identified accident data distribution. The result is there are black spot areas in Jakarta-Cikampek Toll Road. The area identified as black spot is different for each direction. For Jakarta to Cikampek direction, the area identified as black spot is km 12-14. Otherwise, for Cikampek to Jakarta direction, the area identified as black spot are km 10 - km 14, km 25 - km 27, and km 29 - km 30. Main factor caused an accident in that spots are lack of driver's anticipation, fall a sleep, and tire burst.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35266
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>