Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nevi Pahlevi
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan
kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun.
Untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas
sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Lebak sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Wanasalam dan Kabupaten Lebak Tahun 2005 - 2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Kiassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.
Hasil analisis Kiassen Tipology menunjukkan sektor yang maju dan
tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian dan sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor basis di Kecamatan Wanasalam. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.
Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan
bahwa sektor yang menipakan sektor unggulan di Kecamatan Wanasalam dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis, dan kompetitif adalah sektor pertanian.

ABSTRACT
Economic growth and its process are the main condition for the
sustainability of the regional economic development. Because of the continuing population growth means economic needs also increase so that additional revenue required each year. This can be obtained with the increase in aggregate output (goods and services) or the Gross Regional Domestic Product (GRDP) each year.
To carry out development with limited resources as a consequence should be focused to develop the sectors that provide great multiplier effect on other sectors or the whole economy.
This research is focused to determine the regional leading sector of Lebak Regency as the information and considerations in planning economic development. Secondary data such as time series of the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Wanasalam Sub-District and Lebak Regency in the period 2005 - 2008 are applied. Klassen Typology, Location Quotient (LQ) and Shift Share are tools of analysis.
Kiassen Typology indicates that the developed sectors are agriculture and sevices. Location Quotient analysis indicates agricultural and construction are base sectors in the Wanasalam Sub-District. Shjft Share analysis indicates that the competitive sectors are agricultural, construction, and bank and other financial institutions.
The results of the analysis based on three analysis tools indicate that the leading sector with the criteria ?s developed, base, and competitive is agricultural sector."
2011
T29919
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Taufiq Maulana Wicaksana Purstyadi
"Daerah potensi panas bumi Gunung Endut, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, merupakan daerah panas bumi yang terbentuk akibat pengaruh intrusi batuan dan struktur berupa horst dan graben berkembang di daerah tersebut. Penelitian ini berfokus dalam mengidentifikasi zona alterasi, yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui suhu bawah permukaan, dan keasaman fluida hidrotermal berdasarkan keterdapatan mineral alterasinya. Tujuan pada penelitian ini sebagai salah satu langkah awal ekplorasi panas bumi, khususnya salah satu data suhu mengenai suhu bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan data dari core hasil dua sumur pemboran dengan kode DUT_X yang memiliki kedalaman 108 m, dan DUT_Y dengan kedalaman 220 m. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi zona alterasi adalah dengan melakukan analisis petrografi, Analytical Spectral Device (ASD), dan X-Ray Difraction (XRD) pada batuan yang teralterasi. Analisis petraografi dilakukan untuk mengatahui mineral alterasi yang teridentifikasi melalui sayatan tipis, sedangkan analisi ASD dan XRD dilakukan untuk mengetahui mineral alterasi yang tidak dapat teridentifikasi dari hasil analisis petrografi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada sumur DUT_X dan DUT_Y termasuk kedalam zona alterasi argilik, dengan dominasi mineral lempung berupa smektit. Temperatur berdasarkan asosiasi mineral alterasinya memiliki rentang suhu 120 – 200 °C, dengan keasaman fluida hidrotermal yang netral.

The geothermal potential area of Mount Endut, Lebak Regency, Banten Province, is a geothermal region formed due to the influence of rock intrusion and structures in the form of horsts and grabens that developed in the area. This research focuses on identifying alteration zones, which can be utilized to determine subsurface temperatures and the acidity of hydrothermal fluids based on the presence of alteration minerals. The aim of this research is to serve as an initial step in geothermal exploration, specifically focusing on subsurface temperature data. This research uses data from core samples of two drilling wells coded DUT_X, which has a depth of 108 m, and DUT_Y, with a depth of 220 m. The methods used to identify alteration zones involve conducting petrographic analysis, Analytical Spectral Device (ASD), and X-Ray Diffraction (XRD) on altered rocks. Petrographic analysis is performed to determine the alteration minerals identified through thin sections, while ASD and XRD analyses are carried out to identify alteration minerals that cannot be recognized from the petrographic analysis results. Based on the analysis conducted on wells DUT_X and DUT_Y, they fall into the argillic alteration zone, dominated by clay minerals such as smectite. The temperature based on the alteration mineral association ranges from 120 to 200 °C, with the acidity of the hydrothermal fluid being neutral."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Pramadhani Wali
"Daerah Wayang-Windu dan Daerah Gunung Endut berada dalam Zona Gunungapi Kuarter Jawa, dimana aktivitas vulkanisme dan magmatisme menandakan keduanya merupakan daerah potensial panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi panas bumi di masing-masing daerah penelitian berdasarkan karakteristik fisik wilayah-nya. Kemudian hasil potensi yang muncul dibandingkan satu sama lain untuk mempelajari persamaan dan perbedaan sistem panas bumi di kedua daerah penelitian. Dalam penelitian ini, wilayah prospek panas bumi di delineasi menggunakan model Fuzzy Logic. Model ini mengintegrasikan variabel penciri kehadiran sistem panas bumi di permukaan yang dikenali melalui aplikasi Penginderaan Jauh. Variabel penciri tersebut adalah tingkat permeabilitas batuan (Fault and Fracture Density), sebaran batuan alterasi lempung (Directed Principal Component Analysis) dan morfologi struktural.
Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktural seperti kaldera, tapal kuda, horst dan graben merupakan variabel penciri yang paling mempengaruhi potensi panas bumi di kedua daerah penelitian. Daerah Wayang-Windu memiliki luas wilayah prospek 58,6 km2, suhu reservoar 2200C-2700 C dengan potensi sumberdaya sebesar 707,6 MWe. Daerah Gunung Endut memiliki luas wilayah prospek 17,5 km2, suhu reservoar 1810 C dengan potensi sumberdaya sebesar 95 MWe. Berdasarkan karakteristik fisik wilayahnya, Daerah Wayang-Windu yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkanik Kompleks Gunungapi memiliki potensi panas bumi lebih besar dibandingkan dengan Daerah Gunung Endut yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkano-Tektonik (kerucut vulkanik-graben).

Wayang-Windu area and Mount Endut area included in the Quaternary Volcanic Zone of Java Island, where volcanism and magmatism activity indicate both an area of geothermal potential. This study aims to identify the potential of geothermal energy in each study area based on the physical characteristics of the region. Apparent of potential result over each area compared to find out the similarities and differentiation of geothermal systems that exist in the area. In this study, geothermal prospect areas were delineated using Fuzzy Logic model. This model integrate the surface identifier variables that identified through the Application of Remote Sensing. The identifier variables are the level of rock permeability (Fault and Fracture Density), the distribution of clay alteration (Directed Principal Component Analysis) and structural morphology.
The results showed that the structural morphology, such as caldera, sector collapse, horst and graben, is an identifier variables that most influence the geothermal potential in both areas of research. Wayang-Windu has an area of 58.6 km2 prospects, reservoir temperature of about 2200 C - 2700 C with a potential resource is calculated as about 707.6 MWe. Mount Endut has an area of 17.5 km2 prospects, reservoir temperature of about 1810 C with a potential resource is calculated as about 95 MWe. Based on the physical characteristics of the region, the Wayang Windu area which is a Volcanic Complex Geothermal System has geothermal potential is greater than area of Mount Endut area which is Volcano-Tectonic (volcanic cone-graben) Geothermal System.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Taruna
"Dalam pemasaran daerah ada tiga perubahan besar di tingkat global, regional, dan nasional yang Sangat mempengaruhi perkembangan di berbagai daerah di Indonesia, perubahan tersebut adalah : Arus globalisasi investasi di berbagai Negara; Pemberlakuan perdagangan bebas di wilayah ASEAN dalam kerangka Asean Free Trade Area (AFTA); Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.
Berbagai perubahan besar tersebut memaksa berbagai pemerintah daerah maupun instansi pemerintah di Indonesia untuk menlnjau ulang pendekatan dan cara pandang dalam mengelola daerah dan pemasaran potensi daerah.
Dalam proses pemasaran daerah meliputi 4 (empat) elemen pendekatan yang dikenal dengan istilah bauran pemasaran (marketing mix), mengintegrasikan dan kombinasi yang baik antara produk, harga, saluran distribusi dan promosi daerah; dan dalam promosi dilakukan Iangkah-Iangkah komunikasi pemasaran dengan strategi pengunaan bauran promosi untuk terciptanya kekuatan 'pemasaran daerah; maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian mengenai masalah ini.
Penulisan buku ini mengacu pada berbagai teori dl bidang pemasaran termasuk komunikasi pemasaran, juga teori komunikasi yang efektif meialui strategi / Iangkah-Iangkah komunikasi pemasaran. Tujuannya untuk mengetahui keterpaduan bauran pemasaran dan keterpaduan bauran promosi dalam pemasaran daerah Sukabumi. Metode penelitian melalui metode kasus dan bersifat deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data melalui daftar pertanyaan dan wawancara mendalam (depth interview), juga studi dokumentasi yaitu studi terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan topik yang diteiliti, dan Studi kepustakaan atau literature khususnya mengenai komunikasi pemasaran dari buku-buku, jurnal, buklet, leaflet, laporan tahunan.
Adapun dalam merancang strategi pemasaran daerah Sukabumi mencakup proses antara lain pemetaan llngkungan eksternal-Internal, kemudian melaksanakan marketing mix yaitu bauran atau kombinasl dari apa yang ditawarkan daerah dan bagaimana tawaran itu disampaikan kepada pelanggan melalui komunikasi promosi yang dilaksanakan, dalam implementasinya komunikasi promosi mengalami kendala dengan data/informasi yang ada belum mampu menjawab atau memberikan data secara lengkap keinginan audiens sasaran, disebabkan belum jelasnya kewenangan daerah dalam pelayanan perizinan bagi calon investor, dan belum optimalnya akses informasi dari pusat ke daerah dalam hal kebljakan mengenai investasi; elemen harga bauran pemasaran, belum dapat berintegrasi dalam pemasaran potensi daerah, yang diakibatkan dari berbagal faktor yang dialami Kabupaten Sukabumi.
Dalam mengintegrasikan promosi, BKPPU melakukan kombinasi bauran komunikasi promosi antara lain: menggunakan iklan, yaltu kerap membeli jam tayang TV, dan menggunakan radio UPT ?RSPD", juga media cetak majalah ?Tandang" yang mempakan majalah pemda Sukabumi; Personal selling, yang merupakan salah satu Contact point dalam saluran penjualan Iangsung, sales personnya adalah pejabat struktural BKPPU yang berkompeten, terutama dari bidang promosi; juga digunakan Direct marketing, Internet dan online marketing, Publikasi, dan Sala promotion. Selain media yang dipilih dan dipakai di atas, sebagal sarana promosi Kbupaten Sukabumi seringkali menggunakan sarana promosi pameran. Pameran merupakan salah satu sarana promosi penjualan, juga penjualan personal. Melalui pameran dilaksanakan kegiatan- kegiatan presentasi, lobbying, dan lain-lain yang berhubungan dengan pemasaran daerah.
Bidang Promosi Daerah BKPPU Kabupaten Sukabumi melaksanakan promosi dan baru menggunakan beberapa alat promosi secara terpadu seperti ada keterkaitan pesan ikian di majalah ?Tandang", radio RSPD, spanduk-spanduk, juga personal selling dan salespromotion dengan sarana promosi kegiatan pameran. Alat/media promosi lainnya seperti internet pemda, televisi, radio 81. majalah swasta, penggunaannya belum optimal. BKPPU lebih sering menggunakan bauran promosi dalam media pameran, pameran mempunyal efektllitas yang tinggi, jangkauan ke investor/pelanggan juga sangat tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Risyad Fadli
"Tulisan ini menyajikan penelitian secara doktrinal terhadap pengelolaan dana desa yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagaimana dana Desa Adat Baduy Kanekes. Persoalan yang muncul berupa ketika Desa Adat Baduy Kanekes menolak pemberian dana desa oleh pemerintah pusat, sehingga dana yang sudah diberikan mengendap dalam Rekening Kas Daerah Kabupaten Lebak yang kemudian dimanfaatkan untuk dikelola. Pengelolaan tersebut merupakan kewenangan pemerintah daerah berdasarkan otonomi daerah, dimana desa merupakan satuan pemerintahan di bawah daerah. Namun sejatinya desa pun memiliki otonominya sendiri yang berdasarkan hak asal usul dan istiadatnya terlebih lagi desa adat. Oleh karenanya, desa mempunyai kewenangan atas pengelolaan keuangannya termasuk dana desa, sehingga pola pertanggungjawaban atas keuangan desa berbeda dengan keuangan daerah secara yuridis maupun administratif. Kendati pun belum ada aspek yuridis untuk memayungi pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Meskipun demikian, aspek pengelolaan dana desa harus dipertanggungjawabkan berdasarkan tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah agar tidak terjadi penyimpangan terhadap keuangan negara dengan mempertimbangkan kewenangan pemerintah itu sendiri. Langkah yang ditempuh dalam pengelolaan tersebut dapat diwadahi diskresi dalam administrasi pemerintahan ataupun beranggapan bahwa pemerintahan desa masih sebagai sub pemerintahan daerah selama belum ada pengakuan secara administratif dari pemerintah pusat.

This paper presents doctrinal research on the management of village funds carried out by regional governments such as the Baduy Kanekes Traditional Village funds. The problem that arose was when the Baduy Kanekes Traditional Village refused to provide village funds from the central government, so that the funds that have been given are deposited in the Lebak Regency Regional Cash Account which is then used to be managed. This management is the authority of the regional government based on regional autonomy, where the village is a government unit under the region. However, in reality villages also have their own autonomy based on their rights of origin and tribes, especially traditional villages. Therefore, villages have authority over the management of their finances, including village funds, so that the pattern of accountability for village finances is different from regional finances, both juridically and administratively. Although there is no juridical aspect to cover the management of village funds carried out by the regional government. However, aspects of village fund management must be accounted for based on actions taken by the regional government so that there are no irregularities in state finances by considering the authority of the government itself. The steps taken in management can be accommodated by discretion in government administration or assume that the village government is still a regional sub-government as long as there is no administrative recognition from the central government."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman Aslam
"Kabupaten Lebak memiliki letak geografis unik yang dapat dijadikan kawasan pariwisata alam mulai dari bukit, sungai, gua, dan garis pantai yang panjang karena setiap objek alam dapat memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata alam dengan nilai yang  berbeda-beda. Bentang alam sebagai sumberdaya wisata menjadi penentu ada atau tidaknya kegiatan wisata alam tersebut (Dernoi dalam Burton, 1995). Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi pariwisata alam di Kabupaten Lebak dan mengetahui hubungan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan keruangan serta menggunakan Uji Statistik Chi Square untuk mencari hubungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi objek wisata alam di Kabupaten Lebak berdasarkan pembobotan menghasilkan sebagian besar nilai potensi objek wisata alam yang rendah. Secara spasial Kabupaten Lebak memiliki beragam objek wisata alam dan terdapat beberapa objek wisata alam yang memiliki keunikan sendiri yaitu objek wisata Pantai Langir dan objek wisata Karang Taraje, namun belum adanya pengelolaan yang baik pada fasilitas dan aksesibilitas membuat nilai potensi tetap rendah. Kedatangan wisatawan ke objek wisata alam disebabkan oleh nilai potensi objek wisata alam yang tinggi dan memiliki fasilitas yang baik. Melalui hasil uji statistik diketahui bahwa adanya hubungan yang signifikan antara potensi pariwisata alam dengan jumlah pengunjung objek wisata alam tahun 2017 di Kabupaten Lebak ditunjukan dengan objek wisata alam yang memiliki nilai tinggi mendatangkan jumlah pengunjung yang tinggi juga, dan begitu sebaliknya.

Lebak Regency has a unique geographical location that can be used as a natural tourism area starting from long hills, rivers, caves and coastlines because each natural object can have the potential to be a natural tourist attraction with different values. Landscapes as tourism resources are a determinant of the presence or absence of natural tourism activities (Dernoi in Burton, 1995). The purpose of this research is to find out the potential of natural tourism in Lebak Regency and find out the relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors. The analytical method used is descriptive method with spatial approach and using the Chi Square Statistic Test to find relationships. The results of the study showed that the potential of natural tourism objects in Lebak Regency based on weighting produced most of the potential value of low natural tourism objects. Spatially, Lebak Regency has a variety of natural attractions and there are several natural attractions that have their own uniqueness, namely the Langir Beach tourist attraction and Karang Taraje tourist attraction, but the lack of good management of facilities and accessibility makes the potential value remains low. The arrival of tourists to natural attractions is due to the potential value of high natural tourism objects and good facilities. Through the results of statistical tests, it is known that the existence of a significant relationship between the potential of natural tourism and the number of visitors to natural attractions in 2017 in Lebak Regency is indicated by natural attractions that have high scores, bringing high numbers of visitors, and vice versa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat Chusnul Chotimah
"Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan multiplier effect dalam pengembangan industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Kebumen. Penelitian ini berfokus pada efek yang ditimbulkan di bidang ekonomi dan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan positivis dengan metode penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data dan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri kerajinan anyaman pandan di Kabupaten Kebumen memberi efek positif dan efek negatif di bidang ekonomi dan sosial. Efek positif Di bidang ekonomi industri kerajinan anyaman pandan telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat, memberikan nilai tambah terhadap Produk Domestik Regional Bruto, peningkatan pendapatan masyarakat dan menggerakkan sektor lain untuk tumbuh. Efek positif di bidang sosial berkontribusi dalam mempererat solidaritas antar warga, pengadaan sarana prasarana infrastruktur daerah dan penurunan angka kemiskinan. Sementara efek negatif di bidang ekonomi adalah ketatnya persaingan usaha, dan efek negatif di bidang sosial yaitu penurunan kualitas lingkungan hidup dan perilaku konsumtif masyarakat.

This research aims to explain the multiplier effect on the development of pandanus handicraft in Kebumen Regency. The research focused on two effects, they are economic and social effect. This research used positivist paradigm with qualitative method to get the data and information. The result shows that the development of pandanus handicraft in Kebumen gave the positive effect to social and economic sector. From the economic sector, the result shows that pandanus handicraft development brought some effect. They are increased number of job to civil society, value added of Gross Domestic Regional Product, increased personal income and mobilized other sector. On the other hand, that development also brought some social effects. They are gave strengthen to solidarities of civil society, improved local infrastructure, and reduced poverty. Meanwhile pandanus handicraft also gave negative effects in economic sector such as strength competition and from the social sector such as decreased quality of environment and increased consumerism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Fathoni
"Pantai Bagedur berada di Kabupaten Lebak, Banten memiliki karakteristik sedimen yang diduga terendapkannya endapan tsunami purba. Daerah penelitian termasuk ke dalam Endapan Aluvium (Qa) dan Endapan Undak Pantai (Qc) pada Peta Regional Lembar Cikarang (Sudana & Santoso, 1992). Sampel sedimen lepas bawah permukaan diambil menggunakan metode lubang bor tangan pada delapan stasisun penelitian dengan kedalaman yang bervariasi. Penelitian kali ini berfokus terhadap studi provenance dari endapan tsunami purba dan juga karakteristiknya berdasarkan geokimia. Metode analisis yang digunakan berupa analisis petrografi, X-Ray Diffraction (XRD), dan X-Ray Fluorescence (XRF). Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa tipe provenance utama dari daerah penelitian menurut diagram Q-F-L dan Qm-F-Lt (Dickinson & Suzcek, 1979) adalah recycled orogen. Kerangka tektonik yang mempengaruhi dari tipe provenance recyceled orogen merupakan zona subduksi dan diinterpretasikan ada kaitannya dengan subduksi di selatan Pulau Jawa. Berdasarkan analisis XRD dan XRF, didapatkan bahwa didominasi oleh senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 dan pada stasiun BG 06 memiliki unsur yang dominanas berasal dari Laut. Endapan tsunami mengalami erosi dan pelapukan yang cukup tinggi.

Bagedur Coast in Lebak Districts, Banten has sediment characteristic that assumed as deposit of paleotsunami deposit. The Research area consisted of Alluvium Deposit (Qa) and Beach Terrace Deposit (Qc) from Geological Map of Cikarang (Sudana & Santoso, 1992). Loose Sediment sample have collected using Hand Auger drilling methods from eight observation stations with various depth. This research is focused in provenance study from paleotsunami deposit and geochemistry characteristics. The method that used is petrography analysis, X-Ray Diffraction (XRD), and X-Ray Fluorescence (XRF). The result of petrography analysis show the type of provenance from research area according to Q-F-L dan Qm-F-Lt diagram (Dickinson & Suzcek, 1979) is recycled orogen. Geological setting that control provenance type of recycled orogen is subduction tectonic regime and interpreted to be related with subduction in South of Java. Based on XRD and XRF analysis, SiO2, Al2O3, and Fe2O3 are the dominating compound and from BG 06 station can be concluded the dominant deposit is originate from marine environment. Paleotsunami deposit have been undergone extreme erosion and weathering.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidyawati
"Dalam tesis ini, penulis memfokuskan penelitian pada usaha pertambangan di Kabupaten Lebak melalui kajian terhadap implementasi kebijakannya. Dalam penelitian ini juga dibahas berbagai aspek terkait yakni peran serta masyarakat / lembaga swadaya masyarakat dan tingkat peran serta lembaga keuangan dan investasi dalam usaha pertambangan di Kabupaten Lebak.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan normatif dan empirik terhadap usaha pertambangan di Kabupaten Lebak yang hingga sekarang masih mengacu pada UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan yang juga dterapkan pada masa sebelum era otonomi daerah. Kajian terhadap kebijakan tersebut dilakukan dengan metode analisis kualitatif dengan studi kasus di Kabupaten Lebak. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan dan pengantar usaha pertambangan di Kabupaten Lebak Serta wawancara kepada Wakil Ketua DPRD Kabupaten Lebak dan pejabat dan Dinas Pertambangan Kabupaten Lebak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pertambangan di Kabupaten Lebak belum dilakukan secara maksimal sehingga belum mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Sementara potensi sektor ini di Kabupaten tersebut cukup besar dan dapat dikelola melalui peran serta lembaga keuangan dan kegiatan investasi sehingga usaha pertambangan dapat dilakukan secara professional.
Berdasarkan potensi pertambangan di daerah Kabupaten Lebak, sektor ini seharusnya dapat menjadi potensi unggulan wilayah yang dapat memberi kontribusi besar terhadap penerimaan PAD. Namun karena beberapa faktor kelemahan, sektor ini belum dapat diberdayakan secara maksimal.
Adanya kebijakan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah membuka mata perangkat daerah dan stakeholder lainnya di Kabupaten Lebak untuk memberdayakan potensi pertambangannya secara maksimal. Upaya tersebut tergambar dari rencana kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Lebak untuk memacu peran lembaga keuangan dan investasi bagi usaha pertambangan di samping peran Serta masyarakatnya.
Agar dapat mempercepat pemberdayaan sektor pertambangan di Kabupaten Lebak maka perlu dilakukan berbagai kegiatan promosi potensi sektor pertambangan untuk dikembangkan investasinya. Upaya tersebut harus didukung dengan produk kebijakan daerah di sektor pertambangan yang mampu menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif. Pembentukan kebijakan tersebut harus dilakukan dengan melibatkan stake holder di Kabupaten Lebak (good governance) serta memperhatikan prinsip organisasi pembelajaran sehingga dapat berdampak pada peningkatan kualitas SDM setempat.
Berbagai upaya dan kebijakan tersebut dilakukan atas dasar ketetapan pasal 10 (1), Bab IV, UU No. 22 / 1999 yang memberi kewenangan kepada daerah untuk mengelola sumber daya nasional (sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia) yang tersedia diwilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarìannya. Sejalan dengan amanat ini, diperlukan political will pemerintah pusat untuk merubah dan menyesuaikan kebijakan pertambangan yang termaktub dalam UU No. 11/1967."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>