Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiharto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius K. K. Darsono
"Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma dalam diri Polri dari pemolisian tradisional menjadi pemolisian modern yang berbasiskan kepada pendekatan kemasyarakatan yang oleh Polri disebut melalui program Perpolisian Masyarakat (Polmas), hal ini tentunya perlu untuk segera diketahui oleh seluruh personil anggota Polri dan perlu mendapat dukungan dari seluruh bagian-bagian yang ada dari Polri itu sendiri. Polmas saat ini dianggap sebagai suatu cara atau metode yang efektif dalam rangka mengajak peran serta aktif masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang mungkin timbul ditengah-tengah masyarakat. Polmas yang diangkat dalam tulisan tesis ini oleh peneliti adalah Polmas Cibatu Cikarang Bekasi, karena peneliti melihat peran dari Polmas Cibatu dalam membangun suatu komunitas yang mampu untuk survive terhadap adanya bentuk-bentuk kejahatan dalam satu lingkungan komunitas dianggap cukup berhasil. Komunitas yang dimaksudkan disini adalah komunitas perumahan Taman Cibiru Cikarang Bekasi. Dimana perumahan Taman Cibiru ini awal mulanya ketika belum adanya kehadiran dari petugas Polmas Cibatu merupakan suatu lokasi perumahan yang kerap terjadi kejahatan, ketidak tertiban dan permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Permasalahan-permasalahan sosial yang dapat berkembang menjadi kejahatan di perumahan Taman Cibiru dikarenakan di sekitar lokasi perumahan tersebut dekat dengan pusat-pusat hiburan dan pusat-pusat keramaian publik sehingga dimungkinkan terjadinya kejahatan dan permasalahan sosial di lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut. Disamping itu penyebab lainnya tidak adanya kepedulian atau terjadinya pembiaran oleh warga perumahan Taman Cibiru dan petugas Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) yang bertugas dalam lingkup areal tersebut untuk mau peduli dalam rangka meminimalisir dan mencegah kejahatan dan permasalahan sosial yang timbul. Memang cakupan wilayah seorang Babinkamtibmas demikian luas dan kompleks, areal lokasi yang menjadi tanggung jawab wilayah tugasnya tidak hanya lingkungan perumahan-perumahan saja namun juga meliputi areal publik seperti pasar, terminal, dan lain sebagainya. Memang terjadi perbedaan yang sangat signifikan sekali dalam hal cakupan wilyah antara Babinkamtibmas dengan Polmas yang ada saat ini. Dimana Polmas Cibatu memiliki cakupan wilayah cenderung lebih kecil dan pada komunitas masyarakat yang lebih teratur dan tertib. Hal tersebut diatas yang mendasari pemikiran penulis bahwa petugas Polri dalam hal ini Polmas Cibatu cenderung lebih berhasil karena cakupan wilayah yang tidak seberapa luas dan pada komunitas masyarakat yang cenderung teratur serta petugas Polmas tersebut tinggal menetap di lokasi tersebut beserta dengan keluarganya. Peran yang terbina antara petugas Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru disadari maupun tidak disadari, sengaja maupun tidak sengaja menjadikan lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut menerapkan desain lingkungan melalui pengamanan fisik dan kegiatan sosial yang ada menjadi suatu bentuk strategi pencegahan kejahatan yang mampu untuk meminimalisir bahkan mencegah kejahatan yang selama ini terjadi di wilayah tersebut. Bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya adanya lampu penerang disetiap tempat sehingga tidak ada satupun bagian di areal perumahan tersebut yang gelap pada malam hari, pemagaran keliling perumahan Taman Cibiru yang membatasi lingkungan dalam dan lingkungan luar, portal sebagai sarana penghalang bagi orang dan kendaraan yang akan masuk serta keluar perumahan Taman Cibiru dan lain sebaginya bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada di lokasi tersebut. Sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan yang muncul dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya arisan bulanan antara warga perumahan Taman Cibiru dan Polmas Cibatu dimana dalam pertemuan tersebut tidak sebatas arisan saja tetapi merupakan ajang pertemuan dalam rangka proses Bottom Up. Keluhan, masukan dan saran yang datangnya dari warga kepada pihak Polmas Cibatu, serta kegiatan pengaktifan sarana komunikasi dengan menggunakan pesawat RIG/HT guna mempercepat proses penyampaian informasi yang berkaitan dengan situasi keamanan di wilayah perumahan tersebut. Peran Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru sekali lagi disadari atau tidak disadari telah menunjukkan kemampuannya untuk melakukan survive dalam rangka menghadapi permasalahan-permasalahan sosial dan kejahatan-kejahatan yang timbul. Namun demikian, perlu diingat bahwa masih banyak harapan-harapan dari masyarakat terhadap program Polmas yang ada saat ini diantaranya masyarakat berharap program Polmas ini tetap terus berkesinambungan dan mendapat perhatian serius dari pimpinan Polri khususnya dalam hal masalah penyediaan anggaran guna kepentingan operasional dari Polmas tersebut. Peneliti juga menaruh harapan yang sangat besar terhadap program Polmas ini diantaranya dalam hal penempatan petugas Polmas jangan terlalu luas cakupan wilayahnya, petugas Polmas harus benar-benar dipilih secara selektif berdasarkan kemampuan dan hal-hal lainnya yang terkait dengan keberhasilan Polmas kedepan nantinya.

In accordance with the change in the paradigm of Indonesian Police from traditional Police to modern police with the basis on people approach which is called People Police (Polmas) program. Every police office must be aware of this new paradigm and every part of Indonesian Police (Polri) should give the pre-eminent support. Polmas is considered to be one of the effective methods to bring the active participation of the people in solving the social problems that may rise in the society. The Polmas presented in this thesis is Polmas in Cibatu Cikarang Bekasi, because the author believes the Cibatu Polmas has a successful role in creating a community is able to survive in facing criminal?s acts. The community mentioned here is Cibiru Cikarang Bekasi Par Resident. This community used to faces a high criminal rate, and social problems in the neighborhood before the presence of Cibatu polmas officers. The social problems that can lead to criminal acts in this community is caused by the location of the residence that is near entertainment centre and public places. The other reasons are the ignorance and lenience by the resident of Cibiru Park and the officers from Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babibkamtibmas) in this area. The area scope of this Babinkamtibmas is quite ample and complex; they are responsible not only for the residential area but also the public places such as markets, terminals, etc. they are a significant difference in the area scope between Babinkamtibmas and Polmas, which Polmas has a much smaller area and in a more relatively controlled society. This fact becomes the basis for this thesis, the author believes that police officer in this case, and Cibatu polmas has become more successful due to the relatively smaller area of scope and operated in a much ordered society. The fact the Polmas officer also lived in the same area also contributed to the success. This role that is created between the Cibatu Polmas and the Cibiru Park Resident considered the implementation of physical security and the social activities as a part of criminal prevention strategy that capable of diluting criminal action in the area. Some forms of physical security is the lights in every places in the area, so that the residence does not have a dark corner, the construction of fences around the area of residence which border the outside and inside area, the establishment of portal as a way of barricade the flow of vehicles in and out of the residential area are forms of physical security. Meanwhile, the social activities that arise from the Cibiru Park Residential area are monthly meetings (arisan) between the residents of Cibiru and Cibatu Polmas where these meetings do not serve the purpose of only arisan but also a means for bottom up process. Not only can they deliver their complains and inputs, but also with the activation of communication using RIG/HT devices, they can increase the speed of communication concerting the security condition in the neighborhood. The role of Cibatu Polmas and the Cibiru Park residence have show their ability to survive in order to face the criminal acts and social problems. But, we need to remember that the people still hope for the Polmas program remain sustainable and gain serious attention from Polri, specially in the budget allocation area. The author also give enormous expectation towards the Polmas program, so that the area of scope of the Polmas officers are not too wide-ranging, the Polmas officers should be selectively picked based on their competency, and also other matters that contributed to the success of the Polmas program in the future."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Arum Adinindyah
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
TA3736
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Datau, Ravita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiyoto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjuk Kuswartojo
Jakarta: Dikti , 1997
363.5 TJU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiarto
"Pembangunan perumahan sangat sederhana di Perumnas DV Karawaci yang berlokasi di Kelurahan Uwungjaya dan Cibodas, Kecamatan Jatiuwung, Kotamadya Dati II Tangerang dilaksanakan oleh Perum Perumnas pada tahun 1992. Pembangunan perumahan sangat sederhana tersebut sebagian besar diperuntukkan bagi relokasi permukiman kumuh Kampung Sawah, Kelurahan Tanjungduren dan Kemanggisan Jakarta Barat. Pembangunan perumahan sangat sederhana dengan luas bangunan 21 m2 dan luas tanah 54 m2 secara sepintas merupakan keberpihakan terhadap pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Karakteristik data di lapangan menunjukkan masih terdapat rumah sangat sederhana yang utuh (belum diubah) disingkat RSSUT dan rumah sangat sederhana yang telah diubah (direnovasi) disingkat RSS-RV. Ditinjau dari luas bangunan, bahan bangunan dan konstruksi diduga tidak layak huni, bahkan ada kesan memindahkan permukiman kumuh baru dan tidak manusiawi dan tidak memenuhi persyaratan lingkungan baik sosial, fisik maupun kesehatan.
Tujuan pertama penelitian ini adalah mencari hubungan antara aspek sosial ekonomi, aspek fisik dan aspek kesehatan/sanitasi lingkungan perumahan sangat sederhana dengan kesehatan penghuninya. Tujuan penelitian yang kedua untuk memperoleh gambaran bangunan tipe berapakah rumah sangat sederhana yang memperhatikan aspek sosial ekonomi, aspek fisik, aspek sanitasi lingkungan dan aspek kesehatan penghuni. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihakpihak terkait dalam merumuskan kebijaksanaan dan melaksanakan pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kondisi kesehatan antara penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) dengan penghuni rumah sangat sederhana telah direnovasi (RSS-RV).
2. Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi penghuni rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
3. Terdapat hubungan antara kondisi fisik rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
4. Terdapat hubungan antara kondisi kesehatan/sanitasi lingkungan rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
Penelitian yang dilakukan adalah ekspos faktor korelasi, dengan pengumpulan data primer dari 120 kepala keluarga penghuni rumah sangat sederhana sebagai responden, data sekunder, dan observasi langsung.
Responden ditentukan secara acak sederhana untuk memperoleh jumlah yang sama, karakteristik data rumah meliputi rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) berjumlah 518 unit dan rumah sangat sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) 675 unit, total 1193 unit RSS.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji analisis statistik non parametrik menggunakan rumus X2 (chi square) untuk menentukan adanya hubungan antar variabel yang diteliti. Uji koefisien kontinjensi untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian
1. Antara penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) dan rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) terdapat perbedaan kesehatan menurut tingkat kesehatan penghuni, jenis penyakit dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Tingkat kesehatan penghuni rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) lebih baik dibandingkan dengan penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT).
2. Kondisi sosial ekonomi penghuni rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuni. Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga (kepadatan hunian), pendidikan, dan pendapatan dengan kesehatan penghuni menunjukkan dua tabulasi silang pada derajat hubungan yang kuat dan enam tabulasi silang pada hubungan yang cukup kuat. Tujuh diantaranya mempunyai nilai kontinjensi di atas nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum dan satu dengan nilai kontinjensi di bawah nilai tengah kontinjensi maksimum.
3. Kondisi fisik rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya. Rumah sangat sederhana tipe RSS-21 m2 dengan jumlah penghuni rata-rata 6 orang untuk satu rumah menyebabkan kesehatan menurun. Analisis hubungan antara luas bangunan rumah, kondisi ventilasi udara, kondisi kenyamanan hawa, kondisi sinar matahari, jumlah kamar tidur, dan tats letak kerapatan mempunyai hubungan dengan kesehatan penghuninya, Hubungan tersebut pada derajat cukup kuat terdapat lima nilai kontinjensi di atas nilai tengah kontinjensi maksimum sedangkan tujuh di bawah nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum.
4. Sanitasi lingkungan perumahan sangat sederhana mempengaruhi terhadap kesehatan penghuni. Analisis hubungan antara pembuangan air limbah, pembuangan limbah padatlsampah, kondisi kebersihan halaman dan lingkungan dengan kesehatan penghuni secara keseluruhan mempunyai derajat hubungan yang cukup kuat berarti mempunyai hubungan yang bermakna. Pada derajat hubungan yang cukup kuat, lima hubungan dengan nilai kontinjensi di bawah nilai kontinjensi maksimum dan satu di atas nilai tengah kontinjensi maksimum.
Kesimpulannya bahwa tingkat kesehatan penghuni rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) lebih baik dibandingkan dengan penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT). Terdapat hubungan antara perumahan sangat sederhana dengan kesehatan penghuninya.
E. Daftar Kepustakaan : 47 (1982-1998)

The Relationship Between Very Low Cost Housing And The Health Of Its Inhabitant (A Case Study of the Very Low Cost Housing Environment in Tangerang Municipality)In 1992 Perum Perumnas (The National Urban Development Corporation) implemented the very low cost housing development at Uwungjaya and Cibodas, Jatiuwung, Tangerang Municipality. This development is mostly meant for relocation of the shanty settlement of Kampung Sawah Tanjungduren and Kemanggisan in West Jakarta. At first glance, the development of the very low cost housing of 54 square meters plot of land , 21 square meters out of which is allocated for housing, seems to take side to the people with lower income. There are some original very low cost housing and renovated houses. Based on the width of the building, the material used and construction, the houses can be considered improper to stay, even it appears to move the new shanty town and it is not human and unable to create a good and healthy environment.
The first purpose of this research is to find associations between the social economic aspect, physical aspect, sanitation and environmental health aspect of the very low cost housing and the health of its inhabitant. The second purpose is to get an answer to the question of what type of the very low cost housing which really observed the environmental aspects. The findings of this research are expected to become an input to the related institutions and policy makers in formulating policy and implementing the housing development that has great concern towards environmental aspects.
The hypothesis are as follows :
1. There are differences between the health condition of inhabitants of
2. There is a relationship between the social economic condition of the very low cost housing and the health of its inhabitant.
3. There is a relationship between the physical condition of the very low cost housing and the health of its inhabitant.
4. There is a relationship between the sanitary condition of the very" low cost housing and the health of its inhabitant.
The methodology of this research is expost facto correlation by collecting primary data from 120 respondents namely inhabitants of the very low cost housing, secondary data, and direct observation in the area. The respondents were taken by simple random sampling . The characteristic data of the houses are 518 units of the original very low cost houses and 675 units of similar type but already renovated ; the total number is 1193 units of very low cost houses.
Data analysis was carried out by non parametric statistical analysis examination, and formula X2 (chi square) was used to determine whether or not there is correlation among variables to be examined. The contingency coeficient test was used to know the degree of relationship among variables.
The findings of this research include :
1. Between the original very low cost housing inhabitant and the renovated very low cost housing inhabitant, there were health differences by the health level of its inhabitant, deseases and the usage of the health services. The health level of the renovated housing inhabitant was much better in comparison to the original housing inhabitant.
2. The social economic conditions of the very low cost housing have influence upon the health of its inhabitants. The relationship analysis between the housing density, education, income and the health of its inhabitants have two cross tables of relationship at the strong level and six tables at the slightly less strong level of relationship. Seven (7) out of eight (8) tables have contingency value above the middle maksimum coeficient contingency value and only one is below the middle maksimum coeficient contingency value.
3. The physical condition of the very low cost housing has influence upon the health of its inhabitant. The type of the very low cost houses of 21 square meters building occupied by an average of six inhabitants tend to cause the health level to decline. The relationship analysis of house floorspace, ventilation condition, pleasant air condition, sunray condition, the a number of bedrooms, the housing design and density has relationships with the health of its inhabitants. The relationship at the sufficiently strong degrees relationship has, five contingency above the middle maksimum coeficient contingency whereas seven below are the middle maksimum coeficient contingency.
4. Very low cost housing sanitation influenced the health of its inhabitant. The relationship analysis between the sewage, garbage dump, and the and clean condition of the yard of houses environment and the health of its inhabitant showed that there is a significant relationship. The strong degree relationship has, five significant contingency value under the middle maksimum coeficient contingency, only one is above the middle maksimum coeficient contingency.
5. The conclusion is the health level of the renovated housing inhabitant is much better compared to the original housing inhabitant. There is relationship between the very low cost housing and the health of its inhabitant.
E References: 47 (1982-1998)
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soedjono Dirdjosisworo
Bandung: Alumni, 1979
344.046 32 SOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Harun
"Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan sprituil, serta telah di laksanakan baik di desa maupun di kota. Pelaksanaan pembangunan tersebut seyogianya tidak hanya bersifat fisik saja tetapi harus dilaksanakan juga pembangunan yang bersifat non fisik dalam hat ini adalah bahwa setiap program pembangunan tersebut harus dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat.
Dalam pelaksanaan Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu yang ada di Kota Pontianak, peran Community Worker sebagai kader pembangunan sangat panting untuk menggantikan peran kader pembangunan yang ada di Kelurahan, pelaksanaan peran tersebut tidak dapat dilakukan secara efektif.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas peran Community Worker yang terdiri dari faktor internal 'Community Worker yaitu motivasi dan niat, faktor kemampuan dan keterampilan Community Worker, faktor kerjasama (masyarakat), serta faktor kebijakan Pemerintah yang meliputi faktor sosialisasi program yang bersamaan dengan turunnya bantuan dan kebijakan Pemerintah yang bersifat top down menempatkan masyarakat hanya sebagai penerima pembangunan. Ada dua aspek yang diteliti, yaitu efektifitas peran Tenaga Penggerak Masyarakat dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa terpadu, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas peran Community Worker. Pada efektifitas Peran Community Worker penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan peran Community Worker di dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu, sedangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran Community Worker.
Penelitian yang dilaksanakan di Kota Pontianak merupakan penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi serta melalui wawancara terhadap 13 informan, selain itu juga di dukung oleh pendekatan kuantitatif dengan penyebaran kuesioner kepada 30 responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peran Community Worker di dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu tidak dapat dilakukan secara efektif, Community Worker yang ada ditunjuk oleh Pemerintah Kota dan bukan pilihan masyarakat, selain itu tidak disediakannya dana operasional bagi mereka untuk melaksanakan perannya, yang mengakibatkan belum terlaksananya peran dengan baik dan lancar.
Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah agar tidak mengabaikan upaya pemberdayaan masyarakat, selain itu dalam pelaksanaan pembangunan hendaknya melalui pendekatan partisipatoris artinya dimulai dari masyarakat yang mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri dengan menganut sistem pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).
Selanjutnya agar peran Community Worker dapat dilaksanakan secara efektif Pemerintah Kota seharusnya menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan pilihannya terhadap Community Worker yang sesuai dengan keinginannya, disamping itu perlu dukungan dana bagi kegiatan operasional Community Worker."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Topo Santoso
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
TA3546
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>