Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erliza Erbaryanti
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh air formasi berinhibitor terhadap perilaku korosi dan laju korosi baja API 5L Grade B. Metode yang digunakan yaitu Weight loss dan Polarisasi Potensiodinamik. Uji celup dilakukan dengan variasi waktu 8, 11, dan 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi baja API 5L dalam larutan air formasi berinhibitor mengalami pemasifan dan laju korosi semakin menurun seiring pertambahan waktu. Hasil pengujian XRD menunjukkan bahwa produk korosi yang dihasilkan adalah Fe3O4.

A research has been conducted to know the influences formation water with presence of inhibitor to the corrosion behaviour and corrosion rate API 5L Grade B steel. Weight loss and Potentiodynamic Polarization methodology has been carried out. An immersion test with various time 8,11, and 14 days has been done. This research has show that passivity happened and the corrosion rate has decreased as the increased of time. The corrosion product of Fe3O4 has been known as the result of XRD test. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1548
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miska Rahmaniati
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu terhadap korosi mikrobiologi yang diaplikasikan pada material baja karbon API 5L grade B. Media lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air formasi yang berasal dari sistem injeksi salah satu perusahaan minyak dan gas di Indonesia. Air formasi itu sendiri adalah produk buangan yang berasal dari proses pengolahan minyak dan gas yang kemudian diinjeksikan kembali ke dalam tanah melalui sumur yang tidak lagi aktif berproduksi. Penelitian dilakukan melalui metode uji celup korosi dengan lima periode waktu yang berbeda yaitu 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu memiliki pengaruh terhadap korosi mikrobiologi yang terjadi. Laju korosi yang dihitung dengan metode kehilangan berat menunjukkan nilai yang terus mengalami penurunan dengan adanya pertambahan waktu dimana periode waktu tiga hari memiliki laju korosi terbesar yaitu 5.080 mpy dan laju korosi terkecil terjadi pada periode pencelupan selama lima belas hari dengan nilai sebesar 1.874 mpy. Fenomena ini memiliki kesesuaian dengan jumlah koloni bakteri yang juga mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu dengan jumlah koloni terbesar pada periode pencelupan selama tiga hari yaitu sebesar 329000 cfu dan terus menurun hingga mencapai titik terkecilnya pada periode uji selama lima belas hari yaitu sebanyak 61000 cfu. Berdasarkan pengamatan terhadap morfologi kerusakan, penelitian ini menunjukkan adanya korosi seragam dengan adanya pembentukan tubercle yang disebabkan oleh bakteri aerob dan korosi sumuran yang disebabkan oleh bakteri pereduksi sulfat.

The purpose of this research is to study the effect of time to microbiology influenced corrosion which applied to API 5L grade B carbon steel. Medium which used in this research is produced water disposal from one of oil and gas company?s water well injection system in Indonesia. Produced water disposal itself is by-product from oil and gas processing which re-injected to the earth through injection well which is no longer active in production. The research was conducted using immersion corrosion test method in five different time period i.e. 3, 6, 9, 12, and 15 days. Result of this research shows that time really has an effect to microbiology influenced corrosion which occured when the test conducted. Corrosion rate which counted using weight loss method shows gradually decreasing value to the increasing time period where three days period of immersing specimen has the highest corrosion rate in the amount of 5.080 mpy and fifteen days period has the lowest corrosion rate with the amount of 1.874 mpy. This phenomenon has consistency to the colony form unit which reduced to the increasing time which the most number of colonies is in three days period as many as 329000 cfu and gradually decrease to its fewest number of colonies in fifteen days period which has 61000 cfu. Based on specimen?s failure morphology, this research shows the developing corrosion is uniform corrosion through the establishment of tubercle which caused by aerobic bacteria and pitting corrosion which caused by sulfate reducing bacteria (SRB)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astary Mulandari
"Minyak mentah yang mengalir dalam pipa penyalur minyak mempunyai kandungan air kira-kira sehesar 90% dari volume total. Air tersebut mengandung unsur-unsur kimia yang dapat membentuk kerak. Kerak merupakan fenomena deposit kimia di bawah permukaan pipa yang terjadi karena konsentrasi garam terlarut melampaui batas jenuh dan biasanya meropakan hasil dari senyawa kimia yang berlebih dalam larutan yang bisa terjadi karena penguapan atau perubahan temperatur. Pembentukan kerak pada pipa menghambat lajunya aliran minyak, disamping tentu saja menyebabkan kerusakan pada pipa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kecenderungan pembentukan kerak berdasarkan hasil analisa kualitas air serta perbandinganya pada temperatur 25,5°C (78°F) dan 71°C 160°F).
Pengujian komposisi kimia meliputi pengujian kation, yang dicari konsentrasinya dengan metode AAS, pengujian anion dengan metode titrimetric pengujian pH menggunakan pH meter dan indikator universal serta pengujian turbiditas air yang menggunakan metode spektrometri. Kemudian hasil pengujian didata dan dihitung untuk kemudian ditentukan indeks stabilitas karbonat, indeks stabilitas suljat serta indeks agresifitas air.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air mempunyai kecenderungan untuk membentuk kerak. Meningkatnya temperature akan memperbesar kemungkinan terbentuknya kerak, mengingat kelarutan senyawa rata-rata akan menurun pada temperatur tinggi (kondisi operasional kira-kira 100°C. Selain itu dari perhitungan indeks agresifitas, diketahui pula bahwa air berada pada taraf korosifitas medium pada pH 8,83 dan 9,00 serta berada pada taraf cenderung tidak korosif pada pH 10. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai pH air, semakin berkurang pula kecenderungan air untuk bersifat korosif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Isti Karna Sari
"Pipa baja API 5L Grade B merupakan jenis pipa yang banyak dipakai pada struktur anjungan untuk minyak bumi dan gas, dan umumnya banyak digunakan sebagai pipa penyalur gas, air, dan minyak. Instalasi sistem perpipaan dengan menggunakan pipa baja API 5L Grade B terutama di zona air laut perlu mendapatkan perhatian khusus karena instalasi sistem perpipaan pada zona ini rawan terhadap masalah korosi terutama di lingkungan air laut. Kandungan terbesar pada logam paduan API 5L Grade B adalah unsur besi (Fe) sebanyak 98,06 % berat sehingga paduan ini tergolong dalam kelompok baja carbon rendah. Dan komposisi utama penyebab korosi pada paduan baja API 5L Grade B ini sangat didominasi unsur  carbon (C), oksigen (O), dan unsur chlor (Cl) yang ada di zona air laut dengan produk korosi adalah fasa FeCl2 (lawrencite), FeO2 (lepidocrosite), Fe2O3 (hematite), dan Fe3O4 (magnetite). Laju korosi tertinggi diperoleh pada sampel API 5L Grade B yang diletakkan di dalam lingkungan pantai yaitu sebesar 20.84 mpy pada saat pasang, sedangkan laju korosi tertinggi pada saat surut terjadi pada sampel API 5L Grade B yaitu sebesar 12.14 mpy yang diletakkan di lingkungan air payau. Bentuk korosi yang terjadi meliputi tiga tahapan korosi, yaitu pada awalnya terjadi korosi seragam yaitu suatu bentuk korosi elektrokimia yang terjadi dengan tingkat ekuivalen tinggi pada seluruh bagian permukaan yang diuji dan sering kali meninggalkan suatu kerak dibalik permukaan atau endapan. Kemudian dengan meningkatnya laju korosi dan factor lingkungan korosi menyerang daerah celah, sehingga terbentuk korosi celah (crevice corrosion) dibatasi hanya untuk serangan terhadap paduan-paduan yang oksidanya terpasifkan oleh ion-ion agresif seperti klorida dalam celah-celah atau daerah-daerah permukaan logam yang tersembunyi dan pada akhirnya membentuk korosi sumuran (pitting corrosion).

Steel pipe of API 5L Grade B is a type of pipe that is widely used in bridge structures for oil and gas, and generally widely used as gas, water, and oil pipelines. Installation of piping systems using steel pipe API 5L Grade B, especially in sea water zone needs special attention because of the installation of the piping system in this zone is prone to corrosion problems, especially in the marine environment. The content of the metal alloy largest API 5L Grade B is the element iron (Fe) around 98.06 wt% so that the alloy is classified in the group of low carbon steel. And the composition of the main causes of corrosion in steel alloys API 5L Grade B is dominated elements carbon (C), oxygen (O), and chlorine (Cl) in the zone of sea water with corrosion products are phases of FeCl2 (lawrencite), FeO2 (lepidocrosite), Fe2O3 (hematite) and Fe3O4 (magnetite). The highest corrosion rate was obtained on a sample of API 5L Grade B is placed in the beach environment is equal to 20.84 mpy at high tide, while the highest corrosion rate at low tide occurs in samples of API 5L Grade B is equal to 12:14 mpy placed in brackish water environments. Form of corrosion that occurs includes three stages of corrosion, the first is uniform corrosion namely a form of electrochemical corrosion that occurs with high equivalent level in all parts of the surface are tested and often leave behind a surface crust or sediment. Then by increasing the rate of corrosion and the environment factor, the corrosion attacked gap area, thus forming a crevice corrosion (crevice corrosion) which limited only to attacks on the oxide alloys by aggressive ions such as chloride in the gaps or areas of the metal surface hidden and eventually form the pitting corrosion (pitting corrosion)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T52497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Sofyan
"Perbedaan sifat suatu material dengan grade yang sama sering kali terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan proses manufaktur. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dimana ketahanan korosi menjadi atribut khusus yang diujikan pada penelitian kali ini. Pengujian polarisasi dilakukan pada dua material dengan grade yang sama, yaitu pipa API 5L Spesifikasi B jenis seamless dan ERW dalam larutan air formasi. Laju korosi material ERW dalam larutan formasi adalah sebesar 6,015 dan 18,879 mpy. Sedangkan laju korosi material seamless terlihat lebih stabil, yaitu sebesar 3,037 dan 4,883 mpy. Ketidakstabilan laju korosi material ERW disebabkan oleh adanya mikrostruktur pearlit band. Mikrostruktur pearlit band membentuk anoda dan katoda tersendiri dalam mikrostuktur, disamping mengurangi ketahanan scale yang terbentuk oleh air formasi. Meskipun tidak dihasilkan suatu persamaan yang merumuskan hubungan antara pearlit band dengan ketahanan korosi, namun datadata yang ada dapat dijadikan acuan mengenai pengaruh mikrostruktur pearlit band terhadap ketahanan korosi suatu material.

Variation in material properties within the same grade are a common occurance. The main factor that causing it is the differences in manufacturing process. This study is done to analyze that cases, especially in corrosion resistance attribute. Polarization test is done to two material within the same grade, it is API 5L Grade B seamless and ERW. It is found that the two sample have different corrosion rate. The corrosion rate of ERW material is 6.015 and 18.879 mpy. Whereas the seamless material tend to have more stable corrosion rate, it is 3.037 and 4.883. The instability of corrosion rate in ERW material caused by pearlite bands microstructure.. Pearlite bands as the main factor that causing the low corrosion resistance in ERW material is the main topic in this study. Although there are no quantitative relationship between pearlite band and corrosion resistance, from the data found, it is worth to claim that the pearlite bands microstructure has a great influence againts corrosion resistance of one material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51507
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Anthoputro
"Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pengaruh sifat air baku sedimen dalam kandungan minyak mentah terhadap laju korosi pipa penyalur minyak dengan cara perhitungan indeks korosifitas yang dikomparasikan dengan metode polarisasi. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan sistem pengendalian korosi pada produksi minyak mentah Sampel air sedimen baku yang digunakan sehanyak 5 buah dan sampel baja karbon, yang berasal dari pipa penyalur minyak. sebanyak 3 buah. Ketiga sampel baja karbon diuji dengan metode polarisasi terhadap lima sampel air sedimen baku. Selanjutnya dipilih masing-masing 1 buah sampel dari tiga sampel baja karbon untuk diuji dengan cara pengadukan pada pengujian polarisasi. Dilakukan pengamatan terhadap laju korosi yang dihasiikan oleh seluruh sampel baja karbon, baik yang tanpa atau dengan pengadukan, dan dikomparasikan dengan indek korosifitas masing-masing larutan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Setiawidiani
"Mekanisme inhibisi korosi pada ekstrak biji saga Abrus precatorius pada baja API 5L Grade B dalam larutan 1M HCl telah dipelajari menggunakan metode polarisasi potensiodinamik dan Electrochemical Impedance EIS pada variasi konsentrasi 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml. Kandungan flavonoid diidentifikasi terdapat pada ekstrak biji saga melalui pengujian FTIR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan laju korosi menurun seiring dengan penambahan ekstrak biji saga. Ekstrak biji saga dapat berperan sebagai inhibitor korosi dengan efisiensi maksimum 86 pada pengujian polarisasi potensiodinamik dan 66 pada pengujian EIS. Ekstrak biji saga tergolong ke dalam inhibitor campuran dengan dominan inhibitor katodik. Adsorpsi dari ekstrak biji saga pada permukaan logam sesuai isoterm adsorpsi Langmuir dengan mekanisme adsorpsi fisika.

Mechanism of corrosion inhibition on saga Abrus precatorius seed extract on API 5L Grade B in 1M HCl solution has been studied using potentiodynamic polarization and electrochemical impedance spectroscopy EIS with variation concentration of 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, and 10 ml. Flavonoid content in saga seed was identified by FTIR.
The results showed corrosion rate increased with a decrease inhibitor concentration of saga seed extract. Saga seed extract acts as a corrosion inhibitor with maximum efficiency 86 using potentiodynamic polarization and 66 using EIS. Saga seed extract acts as mixed type inhibitor with cathodic inhibitor dominant. Adsorption of saga seed extract on metal surface obeyed Langmuir adsorption isotherm by physical adsorption mechanism.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Indrafusa
"Kemampuan inhibisi korosi senyawa fenolik minyak zaitun pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 % diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Tafel polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Senyawa fenolik minyak zaitun yang berperan dalam menginhibisi korosi diinvestigasi dengan pengujian FTIR. Senyawa oleuropein dalam minyak zaitun berperan dalam menginhibisi korosi pada sistem dengan tipe mixed inhibitor. Efisiensi inhibisi optimal terjadi pada konsentrasi 1 ml minyak zaitun/100 ml NaCl. Efisiensi inhibisi akan menurun seiring dengan kenaikan temperatur. Senyawa oleuropein menginhibisi korosi dengan cara adsorpsi fisika (interaksi elektrostatis) pada permukaan logam membentuk lapisan tunggal yang akan menghambat transfer muatan dan massa. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun pada permukaan logam terjadi spontan mengikuti Langmuir adsorpsi isoterm. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun akan meningkatkan energi aktivasi proses korosi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa fenolik minyak zaitun dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor ramah lingkungan pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 %.

Corrosion inhibition ability of olive oil phenolic compounds on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment was investigated using Tafel polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) test. Olive oil phenolic compounds that acts for inhibit corrosion process was investigated by FTIR test. Oleuropein compounds in olive oil acts for inhibit corrosion process in the system with mixed type inhibitors. Optimal inhibition efficiency occurs at a concentration 1 ml olive oil/100 ml NaCl. Inhibition efficiency decreases with increasing temperature. Oleuropein compounds inhibit corrosion by physisorption (electrostatic interactions) on the metal surface to form a single layer that will inhibit the charge and mass transfer. Adsorption of olive oil phenolic compounds on the metal surface occurs spontaneously follow the Langmuir adsorption isotherm. Adsorption of olive oil phenolic compounds will increase the activation energy of the corrosion process. The results showed that olive oil phenolic compounds can be used as an alternative green corrosion inhibitor on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo Wibisono
"Indonesia kaya akan sumber daya alam, terutama daun salam dan cengkeh yang telah terbukti memiliki memiliki sifat antioksidant yang tinggi. Sifat antioksidan ini dapat dimanfaatkan juga sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan. Tujuan penelitian mempelajari dan menganalisa pengaruh penambahan ekstrak daun salam dan minyak cengkeh serta campuran keduanya sebagai inhibitor ramah lingkungan pada baja karbon API 5L grade B di larutan HCl 1M. Metode pengujian adalah uji polarisasi dan EIS dengan konsentrasi penambahan ekstrak berbeda, yaitu 13 ml/L, 26 ml/L, 40 ml/L dan 53 ml/L untuk tiap ekstrak dan konsentrasi ekstrak campuran 13 ml/L dengan perbandingan komposisi yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 2:1 dan 3:1. Pengujian FTIR juga dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa aktif pada lapisan pelindung yang terbentuk.
Hasil pengujian Polarisasi didapatkan efisiensi inhibitor tertinggi yang dari ekstrak daun salam adalah EI = 86.27 pada konsentrasi 53 ml/L dan dari minyak cengkeh adalah EI = 82.15 dengan laju pada konsentrasi 53 ml/L. Sementara itu pada ekstrak campuran dari daun salam dan minyak cengkeh didapat efisiensi inhibitor tertinggi EI = 91.51 dengan rasio pencampuran 1:2. Mekanisme inhibisinya diperkirakan secara fisik dan chemisorption. Pengujian FTIR diperkirakan lapisan senyawa aktif yang berperan sebagai lapisan pelindung pada permukaan sampel adalah Flavanoid dan Eugenol.

Bay leaf and clove oil are very abundant in Indonesia, and have been proven that they have antioxindant and anti aging effect. The antioxidant properties can be utilized as well as environmentall friendly corrosion inhibitor. The aim of this research is to study and analyze the effect of bay leaf extract and cloves oil and a mixture of both as an corrosion inhibitor. Electrochemical polarization test and EIS test were used ini measuring the inhibitor efficiency at a different concentration of extract i.e 13 ml L, 26 ml L, 40 ml L and 53 ml for each extracts, and 13 ml L for their mixture with a composition ratio of bay leaf extract to clove oil, 1 1, 1 2, 1 3, 2 1 and 3 1.
The highest efficiency inhibitor of indonesian bay leaf extract was 86.27 at concentration 53 ml L and for clove oil extract obtained 82.15 at concentration 40 ml L. The addition of their mixture showed good interaction with efficiency inhibitor 91.51 at composition ratio 1 2. FTIR test result on sample which was immersed in HCl 1 M solution had identified primarily the presence of phenolic compound group tannin, flavanoid with bay leaf extract and eugenol compound on clove oil extract.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amaniah Al Hayat
"Peningkatan kebutuhan bahan penghambat korosi yang aman dan ramah lingkungan menjadi perhatian utama, terutama dalam industri berbasis baja karbon rendah. Salah satu penyebab utama kerusakan pada material ini adalah korosi yang dipercepat oleh penggunaan larutan asam seperti H2SO4. Salah satu cara untuk mengurangi laju korosi dari material adalah dengan menambahkan inhibitor organik dari ekstrak tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif. Pada penelitian ini, dilakukan penambahan variasi konsentrasi inhibitor dari ekstrak akar pepaya (Carica papaya L.) dengan melarutkan ke dalam larutan 1M asam sulfat (H2SO4), dimana asam sulfat merupakan senyawa yang digunakan untuk acid pickling pada baja. Dilakukan uji Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui komposisi kimia dari material uji sesuai dengan spesifikasi material API 5L dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak akar pepaya yang akan digunakan sebagai inhibitor pada baja karbon rendah API 5L grade B. Dilakukan juga pengujian Linear polarisasi untuk mengetahui efisiensi laju korosi pada penambahan variasi ekstrak inhibitor akar pepaya. Kemudian, dilakukan pengujian Electrochemical impedance spectroscopy (EIS) untuk menginterpretasikan sistem variasi konsentrasi inhibitor akar pepaya pada rangkaian listrik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa material uji sesuai dengan spesifikasi API 5L grade B, ekstrak akar pepaya mengandung senyawa bio aktif flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin yang terbukti menurunkan laju korosi dengan variasi konsentrasi dari 4 ml sampai 20 ml terbukti menurunkan laju korosi dari 1,172 mm/year menjadi 0,074 mm/year dengan efisiensi maksimum 93,68% pada konsentrasi 20 ml.

The increasing need for safe and environmentally friendly corrosion inhibiting materials is a major concern, especially in low carbon steel-based industries. One of the main causes of damage to these materials is accelerated corrosion by the use of acidic solutions such as H2SO4. One way to reduce the corrosion rate of the material is to add organic inhibitors from plant extracts containing bioactive compounds. In this study, the addition of various concentrations of inhibitors from Akar Pepaya extract (Carica papaya L.) was carried out by dissolving it in 1M sulfuric acid (H2SO4) solution, where sulfuric acid is a compound used for acid pickling on steel. Optical Emission Spectroscopy (OES) test was conducted to determine the chemical composition of the test material in accordance with API 5L material specifications and Fourier Transform Infra Red (FTIR) test to determine the compounds contained in Akar Pepaya extract which will be used as an inhibitor on API 5L grade B low carbon steel. Linear polarization testing was also carried out to determine the efficiency of the corrosion rate in the addition of akar pepaya inhibitor extract variations. Then, Electrochemical impedance spectroscopy (EIS) testing was carried out to interpret the system of variations in Akar Pepaya inhibitor concentration in electrical circuits. The test results show that the test material is in accordance with API 5L grade B specifications, Akar Pepaya extract contains bioactive compounds flavonoids, saponins, alkaloids, and tannins which are proven to reduce the corrosion rate with a concentration variation from 4 ml to 20 ml which is proven to reduce the corrosion rate from 1,172 mm/year to 0,074 mm/year with a maximum efficiency of 93,68% at a concentration of 20 ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>