Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ristianto
"ABSTRAK
Perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan global dapat mengakibatkan adanya ancaman gelombang ekstrim, yang pada gilirannya menimbulkan kerawanan wilayah pesisir terutama untuk wilayah pesisir utara Jawa yang relatif datar dan padat penduduknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerentanan wilayah pesisir utara Jawa Barat terhadap ancaman kenaikan muka laut berdasarkan variabel fisik dan sosial-ekonomi. Pengolahan data dan analisis spasial kerentanan dilakukan dengan menerapkan SIG dengan teknik tumpang
susun, yang digabungkan dengan analisis sensitivitas MRAS dan metode regresi linier untuk mengkaji kaitan variabel-variabel penyebab kerentanan wilayah.
Hasil analisis menunjukan bahwa distribusi kerentanan desa-desa di daerah penelitian sebagai berikut : 12 % berada pada tingkat kerentanan fisik sangat tinggi, 21 % dengan tingkat kerentanan tinggi, 31 % dengan tingkat kerentanan sedang, 26 % dengan tingkat
kerentanan rendah dan 9,3 % dengan tingkat kerentanan sangat rendah.
Dari 10 variabel kerentanan ternyata variabel gelombang memiliki kontribusi paling tinggi dan variabel kepadatan penduduk memiliki kontribusi paling rendah pada kerentanan wilayah. Sedangkan dari analisis statistik diperoleh model persamaan yang menunjukan
hubungan antara variabel IKF dan IKSE terhadap IKT, yaitu : IKT = 0,237 + 0,990 IKF + 0,996 IKSE.

ABSTRACT
Climate change triggered by global warming could lead to the threat of extreme waves, which in turn lead to vulnerability of coastal areas, especially to the north coast of Java are relatively flat and densely populated. This study aims to assess the vulnerability of
coastal areas of northern West Java to the threat of sea level rise based on physical variables and socio-economic. Processing of vulnerability data and spatial analysis carried out by applying GIS to overlapping stacking technique, which combined with MRAS sensitivity
analysis and linear regression methods to examines the link variables of the cause of vulnerability.
The analysis shows that the distribution of vulnerability in the study area as follows: 12% of the villages are at very high levels of physical vulnerability, 21% with a high degree of vulnerability, the vulnerability level of 31% with moderate, 26% with low susceptibility and 9.3 % with a degree of vulnerability very low. Of the 10 variables, wave variable has
highest contribution and variable population density has the lowest contribution to the vulnerability of the region.
From the statistical analysis obtained regression equation model that shows the vulnerability of the relationship between variables IKF and IKSE to IKT, the equation is IKT = 0.237 + 0.990 IKF + 0.996 IKSE."
2011
T30174
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayidah Sulma
"Penelitian kerentanan fisik pesisir Surabaya dan sekitarnya terhadap kenaikan muka air laut difokuskan pada perhitungan indeks kerentanan fisik dengan pendekatan metode coastal vulnerability index (CVI) yang distandarisasi dengan multi criteria analysis (MCA) sesuai daerah kajian. Nilai setiap variabel kerentanan fisik diperoleh dari data satelit penginderaan jauh serta hasil penelitian dan kajian yang sudah dilakukan berupa hasil pemodelan dan peta-peta tematik, kemudian diintegrasikan dalam sistem informasi geografis (SIG). Berdasarkan hasil analisis, daerah pesisir Kabupaten Gresik, Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo memiliki tingkat kerentanan fisik terhadap kenaikan muka air laut pada kategori sangat rendah hingga sangat tinggi. Wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi secara fisik merupakan wilayah dataran rendah dengan kondisi pantai langsung menghadap Laut Jawa. Di seluruh daerah penelitian diketahui berada pada kategori kerentanan tinggi hingga sangat tinggi sebesar 28,81% yang sebagian besar terdapat di bagian utara Selat Madura (Kabupaten Gresik). Sementara itu, Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo yang kondisi pantainya relatif lebih terlindung memiliki tingkat kerentanan sedang, rendah dan sangat rendah. Kondisi fisik yang paling berkontribusi terhadap tingginya tingkat kerentanan pesisir di daerah kajian adalah elevasi pantai.

The study for coastal vulnerability to sea level rise was carried out in Surabaya and its surrounding area, it has focused on calculations of the physical vulnerability index were used coastal vulnerability index (CVI) methods. It was standardized by the multi criteria analysis (MCA) approach according to the study area. The score of each physical variable derived from remote sensing satellite data and the results of studies that have been done, such as modeling results and thematic maps, and then integrated into geographic information systems (GIS). Result of this study shows that the coastal areas of Gresik, Surabaya , and Sidoarjo in the very low to very high vulnerability level. Physically, the low land areas with open and slightly open coastal have a high vulnerability category. The high level vulnerability was found located in the northern of Madura Strait (Gresik Regency) that overlooks to the Java Sea is about 28.81% from the entire of study areas. Meanwhile, the moderate, low and very low levels of vulnerability were located on Surabaya and Sidoarjo Regency that have more protected coastal area, relatively. According to the physical condition, the coastal elevation is the most variable that contributes to the high of vulnerability index in the coastal of Surabaya City and Sidoarjo Regency."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanin Anggraini
"ABSTRAK
Wilayah pesisir Jakarta Utara terancam bencana akibat fenomena kenaikan muka air laut dan penurunan permukaan tanah. Dampak kerusakan yang ditimbulkan dari kedua fenomena ini sangat merugikan bagi masyarakat di wilayah tersebut. Tujuan penelitian adalah menganalisis kerentanan wilayah pesisir dan memprediksi kerusakan lingkungan akibat kenaikan muka air laut di Jakarta Utara. Informasi kerentanan adalah hasil integrasi kondisi fisik (informasi pasang surut, gelombang, penggunaan lahan, ketinggian pantai, skenario B2 SRES IPCC, penurunan permukaan tanah) dengan sosial ekonomi (usia balita, usia lanjut, penduduk wanita, kepadatan penduduk, dan penduduk miskin) dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Penelitian menggunakan data QuickBird dan DEM SRTM X-C band tahun 2000 untuk menghasilkan informasi penggunaan lahan dan ketinggian pantai. Hasil integrasi menunjukkan willayah pesisir yang sangat rentan pada kenaikan muka air laut adalah Penjaringan, Warakas, Kalibaru, Kebon Bawang, dan Rawabadak Utara. Prediksi total kenaikan muka air laut hingga tahun 2030 mencapai 6,45 m sehingga diprediksikan 1054 ha pemukiman, 551 ha industri, 181 ha tambak, dan 66 ha lahan sawah akan tergenang dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai Rp 277.270.766.595,00. Diketahuinya tingkat kerentanan serta prediksi kerugian akibat kenaikan muka air laut, diharapkan perencanaan pembangunan di wilayah pesisir akan lebih memperhatikan hal tersebut.

ABSTRACT
The coastal areas in North Jakarta threatened disaster due to sea level rise and land subsidance phenomenon. The aims of this study is to analyze the coastal vulnerability due to sea level rise as part as adaptation to reduce the inundation impact in North Jakarta. Vulnerability information obtained from the integration between the physical conditions (tidal, wave, land use, coastal elevation, IPCC SRES B2 scenario, land subsidence) and socioeconomic (age of the children, elderly, female population, population density, and the poor) using Geographic Information System (GIS). This study using remote sensing information from DEM SRTM X-C band in year 2000 with spasial resolution 30 m to generate coastal elevation and QuickBird satellite data for generate land use information. The result show that the coastal areas with very high vulnerability to sea level rise is Penjaringan, Warakas, Kalibaru, Kebon Bawang, and Rawabadak Utara. Besides vulnerability analysis, the study also predicted total sea level rise in 2030 which reached 6.45 m, causing a lot of damage, especially in the settlement and industrial areas. The prediction of settlement areas that stagnant is 1054 ha, industrial 551 ha, fishpond 181 ha, and field 66 ha. According to economic analyze, the extent damage will cause losses of Rp 277,270,766,595.00. Therefore, the knowledge level of vulnerability as well as losses due to sea level rise, expected development planning in coastal areas will pay more attention to it."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayidah Sulma
"ABSTRAK
Penelitian kerentanan pesisir Surabaya dan sekitarnya terhadap kenaikan muka air
laut difokuskan pada perhitungan indeks kerentanan fisik dan sosek dengan
pendekatan metode Coastal Vulnerability Index (CVI) dan Social Vulnerability
Index (SoVI) yang distandarisasi dengan Multi Criteria Analysis (MCA) sesuai
daerah kajian, serta menganalisis variabel yang paling berkontribusi terhadap
variasi indeks kerentanan dengan menggunakan Map Removal Sensitivity Analysis
(MRSA). Berdasarkan hasil analisis, daerah pesisir Kabupaten Gresik, Kota
Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo memiliki tingkat kerentanan pesisir terhadap
kenaikan muka air laut pada kategori sangat rendah hingga tinggi. Wilayah
dengan tingkat kerentanan tinggi secara fisik merupakan wilayah dataran rendah
dengan kondisi pantai langsung menghadap Laut Jawa dan merupakan wilayah
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup besar. Di seluruh
daerah penelitian diketahui berada pada kategori kerentanan tinggi sebesar 11,86
% yang sebagian besar terdapat di bagian utara Selat Madura (Kabupaten Gresik).
Sementara itu, Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo yang kondisi pantainya
relatif lebih terlindung memiliki tingkat kerentanan sedang, rendah dan sangat
rendah. Kondisi fisik yang paling berkontribusi terhadap tingginya variasi indeks
kerentanan di pesisir Gresik, Surabaya dan Sidoarjo adalah kondisi elevasi pantai,
sedangkan berdasarkan faktor sosial ekonominya adalah persentase penduduk
miskin. Kondisi fisik yang paling berkontribusi terhadap tingginya tingkat
kerentanan pesisir di daerah kajian adalah elevasi pantai sedangkan berdasarkan
kondisi sosial ekonomi adalah penggunaan lahan.

Abstract
The study for coastal vulnerability to sea level rise was carried out in Surabaya
and its surrounding area, it has focused on calculations of the physical and socioeconomic
vulnerability index based on Coastal Vulnerability Index (CVI) and
Social Vulnerability Index (SoVI) methods. It was standardized by the Multi
Criteria Analysis (MCA) approach according to the study area. The Map Removal
Sensitivity Analysis (MRSA) was applied to the most contribute variables of
vulnerability index variations as well. Result of this study shows that the coastal
vulnerability of Gresik, Surabaya and Sidoarjo is very low to the high level.
Physically, the lowland areas that direct look out on the Java Sea, as well as
settlements with high density population have a high vulnerability category. The
high level vulnerability was found located in the northern of Madura Strait
(Gresik Distract) that overlooks to the Java Sea is about 11, 86% from the entire
of study area. Meanwhile, the moderate, low and very low levels of vulnerability
were located on Surabaya and Sidoarjo District that have more protected coastal
area, relatively. According to physical condition, the coastal elevation is the most
variable that contributes to the high variations of vulnerability index in the coastal
of Surabaya and Sidoarjo District, while the percentage of population poverty is a
socio-economic factor that caused the high variations of vulnerability index in the
coastal too. Respectively, both the coastal elevation and land use coverage are
most variables that contribute to the high of coastal vulnerability level."
2012
T31816
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Nur R. Nugroho
"Pantai utara Pulau Jawa terus mengalami dinamika pesisir yang mengakibatkan mundurnya garis pantai secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dari 100 lokasi pantai yang tergerus di 17 provinsi, pantai utara Pulau Jawa mengalami erosi terparah, mencapai 745 km atau 44 persen total panjang garis pantainya. Kemunduran garis pantai dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu kenaikan muka air laut, erosi dan penurunan tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kesetimbangan sedimen pada sel pantai terhadap hipotesa awal adanya penurunan tanah yang menyebabkan kemunduran garis pantai. Metode perhitungan kesetimbangan sedimen menggunakan model hipotetikal kesetimbangan sedimen. Pemodelan dilakukan di sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pemodelan hipotetikal kesetimbangan sedimen menggunakan LITDRIFT model Longshore Sediment Drift. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa terdapat anomali yaitu kondisi sedimen bernilai surplus namun kondisi dilapangan garis pantainya mengalami mundur. Beberapa lokasi yang
mengalami surplus sedimen namun mengalami kemunduran garis pantai, dan setelah dibandingkan dengan pengamatan lapangan dan data sekunder terdapat bukti penurunan tanah yaitu Pantai Pondok Bali, Pantai Randusongo, Pantai Muara Reja, Pantai Depok, Pantai Slamaran, Pantai Jeruksari-Mulyorejo dan Pantai Sriwulan. Hasil pemodelan ini dapat digunakan sebagai indikator awal adanya penurunan tanah yang menyebabkan garis pantai mundur. Dalam penanganan erosi sedimentasi, studi detail perlu dilakukan secara lebih komprehensif"
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
551 JSDA 15:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Nur R. Nugroho
"ABSTRAK
North Coast of Java Island continues to experience coastal dynamics which resulted significant coastline erosion problems. According to the Ministry of Marine and Fisheries data (KKP), from 100 locations of coastline erosion in 17 provinces of Indonesia, North Coast of Java Island suffered the worst erosion, reaching 745 km or 44 percent of total coastline length. The shoreline retreat can be caused by three factors: sea level rise, erosion and land subsidence. The aim of this research was to determine the correlation between sediment equilibrium in coastal cells and the initial hypothesis of land subsidence which caused a coastline retreat. The method to calculate sediment equilibrium uses hypothetical sediment budget model. Modeling itself is done along the North Coast of Java. LITDRIFT model of Longshore Sediment Drift is employed to assess the coastline profile. The result of the research shows that there is anomalous model that is the condition of sediment is surplus but the condition of the field is backward. Several locations experienced a sediment surplus but experienced a coastline retreat, and after comparison with field observations and secondary data there was evidence of land subsidence: Pondok Bali Beach, Randusongo Beach, Muara Reja Beach, Depok Beach, Slamaran Beach, Jeruksari-Mulyorejo Beach and Sriwulan Beach. This models result can be used as an initial indicator of the land subsidence causing the coastline to retreat. In order to solve the erosion and sedimentation problem, the detail study with more comprehensive parameter needs to be conducted"
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
551 JSDA 15:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andrian Libriyono
"ABSTRAK
Analisis perubahan garis pantai merupakan hal yang fundamental dalam melakukan investigasi di daerah pesisir baik oleh peneliti, perekayasa, maupun pengambil kebijakan. Strategi yang efektif dalam pengelolaan daerah pantai bergantung adanya tingkat ketelitian dalam pola dan rata-rata perubahan dalam jangka waktu yang lama atas perubahan garis pantai. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi dan kuantifikasi berdasarkan kronologi perubahan garis pantai yang telah terjadi dan prediksi posisi garis pantai berkaitan dengan adanya rencana reklamasi dan pembangunan tanggul laut di kawasan Teluk Jakarta.
Hasil pemodelan untuk merepresentasikan kurun waktu 1972 ? 2015 menunjukkan rata-rata laju perubahan -2,24 meter/tahun. Secara umum menunjukkan sebagian besar garis pantai mengalami pergeseran atau perubahan ke arah daratan (erosi) untuk bagian barat dan selatan, sedangkan kejadian akresi/penambahan terjadi sebagian besar di bagian timur Teluk Jakarta. Prediksi posisi garis pantai di tahun 2035 dengan kondisi area rencana RTRW di Teluk Jakarta direalisasikan, maka beberapa pulau reklamasi akan mengalami deposisi sedimen dan terjadi penggabungan pulau-pulau tersebut, baik antar pulau reklamasi maupun dengan daratan utama (Pulau Jawa). Rata-rata pergeseran adalah -79.08 meter/tahun (Zona 1), -56.46 meter/tahun (Zona 2), dan 16.70 meter/tahun (Zona 3).

ABSTRACT
Analysis of shoreline change is fundamental in conducting investigations in the coastal area both by researchers, engineers, and policy makers. An effective strategy in the management of coastal areas depend the level of accuracy in the pattern and the average change in the long term on shoreline change.This study was conducted to obtain the form of spatial models of shoreline change through the identification and quantification based on the chronology of shoreline change has occured and the prediction of shoreline position with regard to the planned reclamation and construction of sea dikes in the Jakarta Bay.
Modeling results coastline changes in the period 1972 - 2015 shows the dominance of erosion in most parts of the study area with an average rate of change of -2.24 meters/year. Most of the coastline experienced a shift or change in inland (erosion), whereas the incidence of accretion occurs mostly in the eastern part of Jakarta Bay. Prediction shoreline position in 2035 with condition of the plan area in Jakarta Bay realized, the reclaimed island will experience some sediment deposition and merger of these island, both inter-island reclamation and to the mainland (Java island). The average shift is equal to -79.08 meters/year (Zone 1), -56.46 meters/year (Zone 2), and 16.70 meters/year (Zone 3)."
2016
T46191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibi Hanif Wibowo
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Banjir rob merupakan salah satu ancaman bagi wilayah pesisir terutama pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang sendiri memiliki riwayat tentang kejadian banjir rob yang setiap tahun terjadi. Tingkat bahaya banjir rob dapat diukur berdasarkan karakteristik banjir yang meliputi tinggi banjir, lama banjir, dan frekuensi banjir. Tingkat kerentanan didapatkan berdasarkan tingkat bahaya banjir rob dan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi suatu wilayah. Kondisi tersebut meliputi kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase penduduk usia balita, persentase penduduk usia tua, persentase penduduk wanita, dan persentase lahan produktif. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan metode overlay dan metode rata-rata setimbang untuk menentukan tingkat bahaya pada setiap desa/kelurahan. Kemudian tingkat kerentanan diperoleh dengan metode pengelompokan K-Means Clustering. Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat bahaya kelas tidak bahaya dengan luas 9.727 hektar atau 75 % dari luas total wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Tingkat bahaya tinggi dapat diindikasikan dengan wilayah dengan adanya sungai yang ada di dekat laut beserta ketinggian yang rendah. Berdasarkan analisis menggunakan K-Means Clustering, kerentanan wilayah terhadap banjir rob pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat kerentanan kelas rendah dengan jumlah 15 desa/kelurahan atau 65 % dari jumlah total desa/kelurahan pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Tidal flood is one of the threats to the coastal areas, especially the north coast of Java. The coastal area of ​​Tangerang Regency itself has a history of tidal flood events that occur every year. The level of tidal flood hazard can be measured based on the flood characteristic which includes flood height, flood duration, and flood frequency. The level of vulnerability is obtained based on the level of tidal flood hazard and the physical, social and economic conditions of it’s area. These conditions include building density, population density, percentage of under-five population, percentage of old-age population, percentage of female population, and percentage of productive land area. In determining the level of flood hazard, an overlay method and a balanced average formula are used to determine the level of hazard in each village. Then the level of vulnerability is obtained by the K-Means Clustering clustering method. The level of tidal flood hazard in the coastal area of ​​Tangerang Regency is dominated by the level of tidal flood hazard with a non-hazard class. Based on the analysis using K-Means Clustering, the vulnerability of the area to tidal floods in the coastal area of Tangerang Regency is dominated by the level of low-class vulnerability with 15 villages 65 % of the total number of village in the coastal area of ​​Tangerang Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid
"Artikel ini bertujuan mengkaji keberadaan kota-kota pesisir berdasarkan teori strukturalisme guna memahami urgensinya terhadap kajian sejarah maritim di Nusantara. Nusantara memiliki bentang lautan yang luas sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antarindividu dalam berbagai aktivitas maritim, yaitu pelayaran dan perdagangan. Di sisi lain, keberadaan kotakota pesisir tersebut juga memberikan konsekuensi dengan hadirnya orang-orang asing ke Nusantara, yang pada gilirannya turut memberikan dampak signifikan terhadap kondisi kemaritiman, terutama dalam hal pembentukan struktur kota pesisir dan beberapa elemen pendukung lainnya. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri atas tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Berangkat dari semua itu, artikel ini membahas tiga gagasan strukturalisme Fernand Braundel yang meliputi longue durée (periodisasi), conjoncture (kondisi ekonomi), dan evenementiel (keberlangsungan), serta kaitannya dengan kajian sejarah maritim di Nusantara."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2023
900 HAN 6:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>