Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manullang, Chrisitine
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Christine
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S10705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emeraldina Darmidjas
"Secara hukum, wanita dan pria memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia. Partisipasi wanita di Iapangan pekerjaan telah banyak dijumpai dalam berbagai bidang pekerjaan baik yang secara tradisional dianggap sesuai dengan ciri-ciri feminin wanita maupun di bidang non tradisional yang Iebih banyak didominasi pria. Alasan mengapa wanita memutuskan untuk bekerja dan melakoni tugas sebagai ibu rumah tangga pada saat yang bersamaan juga sudah berbeda-beda. Banyak wanita memilih untuk berkarya di luar rumah atas dasar keinginan sendiri dan bukan karena terpaksa dengan tujuan yang beragam pula (mencari pengaIaman, memanfaatkan ilmu, memanfaatkan waktu luang, menambah rasa percaya diri dan Iain-lain). Namun demikian, bagi wanita yang telah menikah, peran ganda yang dilakoni seringkali menimbulkan masalah seperti stress dan konflik dalam perkawinan akibat kelebihan beban tanggung jawab yang harus dipikul. Di satu pihak wanita dituntut untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga sesuai dengan norma dan harapan masyarakat, dan pihak Iain ia juga dituntut untuk menampilkan unjuk kerja yang baik dan komit terhadap pekeriaan yang ditekuninya sesuai dengan tuntutan perusahaan dimana ia bekerja. Dapat dikatakan bahwa peran serta wanita dalam dunia kerja masih menimbulkan masalah dan diperdebatkan oleh berbagai pihak. Hal ini antara Iain disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat dan individu itu sendiri melepaskan diri dari sikap stereotip peran jenis kelamin tradisional yang menganggap wanita serba Iemah dan kurang bisa melibatkan diri dalam dunia yang penuh persaingan, membutuhkan rasa percaya diri atau kemampuan mengambil keputusan yang tepat seperti halnya daiam dunia kerja.
Hidupnya pandangan seperti di atas pada masyarakat Indonesia, membuat wanita terhambat untuk bekerja di Iuar rumah dan mengembangkan karirnya. Dibandingkan dengan wanita, dalam meniti karir pria tidak menghadapi masalah yang timbul sebagai akibat dari tuntutan peran seperti yang dihadapi wanita. Tuntutan peran ganda inilah yang dengan sendirinya mempengaruhi wanita bekerja karena tidak jarang ia terpaksa meninggalkan dunia kerja atau karir yang sudah dirintisnya karena menikah atau melahirkan anak, atau bahkan karena suaminya tidak mengizinkan bekerja di Iuar rumah.
Penelitian ini dikukan berkaitan dengan Iatar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan di atas untuk mengetahui apakah orientasi peran jenis kelamin dan penyesuaian perkawinan berhubungan secara signifikan dengan komitmen karir pada wanita menikah yang bekerja. Komitmen karir yang dimaksud di sini adalah keinginan individu untuk terus bekerja sepanjang hidupnya. Komitmen karir merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi berkarir pada seseorang. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa ternyata komitmen karir yang tinggi memiliki ciri-ciri motivasi kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi dan kecenderungan lebih rendah untuk menampilkan unjuk kerja yang tidak diharapkan. Dalam kaitannya dengan peran jenis kelamin, ditemukan bahwa karakteristik kepribadian maskulin mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap komitmen karir pada wanita bekerja. Suatu penelitian lain yang dilakukan di barat menemukan bahwa komitmen karir pada wanita sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di Iuar pekerjaan (extra-work variables) seperti kepuasan dan penyesuaian perkawinan. Mengacu pada temuan-temuan ini maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan yang ada di Indonesia.
Jumlah subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang dengan kriteria sudah menikah, sudah bekerja minimal selama 2 tahun, dan berpendidikan minimal akademi atau yang sederajat. Teknik pengampilan sampel adalah teknik insidental sampling, dimana subyek diambil berdasarkan kemudahan pengambilannya dan kebutuhan penelitian saja. Sedangkan alat yang dipakai untuk mangukur setiap variabel penelitian adalah berupa skala yaitu skala penyesuaian perkawinan (Dyadic Adjustment Scale), skala peran jenis kelamin dari Bem (Bem Sex Role Inventory) dan Career Commitment Scale untuk mengukur komitmen karir.
Hasil yang didapat antara Iain adalah bahwa ternyata sebagian besar subyek wanita menikah yang bekerja memiliki tingkat penyesuaian perkawinan dan komitmen karir yang tergolong tinggi, serta memiliki aspek maskulinitas dan femininitas yang sama-sama tinggi (memiliki orientasi peran jenis kelamin androgin). Tidak ada kontribusi yang signifikan dan penyesuaian perkawinan terhadap komitmen karir, namun terdapat adanya signifikansi dan orientasi peran jenis kelamin feminin terhadap komitmen karir. Selain itu, ditemukan juga bahwa ternyata ada total masa kerja subyek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komitmen karirnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratama Siantoro
"ABSTRAK
Hubungan antara keyakinan terhadap legitimizing myths, seperti ideologi peran gender, dan orientasi dominasi sosial pada anggota kelompok subordinat, seperti perempuan, berbeda dari anggota kelompok dominan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara ideologi peran gender dan orientasi dominasi sosial pada mahasiswi, serta peran keterpaparan pendidikan tinggi terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi peran gender tradisional berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang tinggi, sedangkan idelogi peran gender egaliter berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang rendah, r (120) = 0.184, p < 0.05. Selain itu, keterpaparan pendidikan tinggi tidak memoderasi hubungan kedua variabel tersebut, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi kurang dapat berfungsi sebagai faktor pendobrak hierarki gender.

ABSTRACT
The relationship between belief in legitimizing myths, such as gender role ideology, and social dominance orientation in subordinates, such as females, are different from dominants. This research was conducted to investigate the relationship between gender role ideology and social dominance orientation in female college students, also the role of higher educational exposure to that relationship. The result showed that traditional gender role ideology is related to higher social dominance orientation, and egalitarian gender role ideology is related to lower social dominance orientation, r (120) = 0.184, p < 0.05. Furthermore, higher educational exposure does not moderate the relationship between those two variables, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. These results implied that higher education is less able to be functioned as a gender hierarchy-attenuating factor."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Namita Harumsari
"Stereotipe Gender adalah perilaku atau kebiasaan dari 'tipe' laki-laki atau 'tipe' perempuan. Stereotipe Gender sendiri sering digambarkan dalam cara yang berbeda-beda di dalam film, beberapa bisa ditoleransi dan beberapa juga tidak. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana ide dari stereotipe gender membangun karakter dan emosi di dalam film berjudul Inside Out 2015 . Meskipun banyak ahli yang sudah membahas film ini dari sisi psikoanalisis, tidak banyak yang menganalisa film ini dari sisi stereotipe gender pada karakternya. Artikel ini mempunyai harapan agar pembacanya bisa melihat bahwa banyak elemen-elemen yang bisa dibuktikan kebenarannya bahwa stereotipe gender membangun karakter di dalam kehidupan nyata, dan emosi di dalam kepala para karakter-karakternya

Gender stereotype is an attitudes or behaviors of a 'typical' man or a 'typical' woman. Gender stereotype itself often depicted in movies in such different ways, some are tolerable and some are not. This article aims to discuss about how the idea of gender stereotype construct the characters and emotions in a film titled Inside Out 2015 Although there a lot of scholars who have discussed the movie from psychoanalytical point of view, not many have analyzed the movie based on the gender stereotype on the characters. This article expects to inform the reader that there are many elements that can be analyzed to prove that gender stereotype constructs the characters in the real life, and the emotions inside the characters' head."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erabudi Widyastuti
"ABSTRAK
Saat ini semakin banyak wanita yang menduduki posisi strategis dalam berbagai bidang
kerja termasuk mencapai posisi manajer. Untuk dapat berperan sebagai manajer diperlukan
sistem nilai yang menunjang pelaksanaan peran manajer. England (1973) menyatakan
sistem nilai yang tepat bagi pelaksanaan tugas manajer adalah orientasi nilai primer
Pragmatik. Orientasi nilai ini paling tepat karena sesuai dengan karakteristik peran manajer
yang cenderung MaskuIin. Sedangkan sebagai wanita, para manajer ini tentunya tidak lepas
dari peran jendernya sendiri. Powell dan Rokeach menyatakan adanya pengaruh peran
jender seseorang terhadap sistem nilai yang diyakininya. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer,
gambaran peran jender, serta hubungan antara sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai
primer dan peran jender pada manajer wanita.
Subyek dalam penelitian ini adalah 61 manajer wanita, yang dipilih melalui metode
nonprobability sampling, dengan teknik accidental sampling. Orientasi nilai primer diukur
melalui kuesioner Personal Value Questionaire dari England sedangkan peran jender
diukur dengan Skala MF dari Nurjanah Lubis yang merupakan adaptasi BSRI dari Sandra
Bern. Metode pengolahan data yang dipakai adalah teknik korelasi Point Biserial.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orientasi nilai primer para manajer para
manajer wanita adalah Pragmatik (67,2%), Moralistik (21,3%), Afektif (3,3%) dan Berbaur (8,2%). Sedangkan gambaran peran jender dari subyek penelitian, Androgini
36,1 %), Feminin (19,7%), Maskulin (s,2%) dan peran jender Tak Tergolongkan (36,1%).
Selain itu hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara
orientasi nilai primer dan peran jender para manajer wanita dalam penelitian ini. Hasil lain
yang di dapat dalam penelitian ini adalah adanya beberapa faktor yang tidak signifikan
terhadap sistem nilai, faktor tersebut adalah usia, agama, suku, golongan jabatan, masa
kerja, dan departemen. Sedangkan faktor lainnya seperti pendidikan, latar belakang
pendidikan, dan jenis perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan.
Gambaran orientasi nilai primer yang ditampilkan dalam penelitian ini sesuai dengan apa
yang dikatakan England, bahwa sistem nilai dalam bentuk orientasi nilai primer para
manajer yang dominan adalah orientasi nilai Pragmatis. Sedangkan peran jender yang
dominan dalam penelitian ini adalah Androgini, ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Powell. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan tampaknya dikarenakan jumlah sample
yang terlalu kecil, bentuk penyebaran responden yang cenderung skewed, dan juga karena
adanya pergantian peran dalam pelaksanaan tugas, artinya bahwa walau tampaknya peran
jender Androgini yang menonjol, dan yang lainnya menunjukkan peran jender yang
Maskulin atau Feminin ada kemungkinan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya terdapat
faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh, seperti misalnya pendidikan dan bentuk
perusahaan. Hal ini akan terkait dengan budaya kerja yang ada di perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahan mengenai sistem
nilai yang tepat bagi manajer, sehingga variabel ini dapat diperhatikan pada waktu seleksi
ataupun pelatihan manajer. Dalam penelitian yang sejenis hendaknya jumlah sampel harus
lebih besar agar didapat penyebaran yang lebih baik, dan perlu dilakukan kontrol terhadap
subyek penelitian.
"
1998
S2845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Yulia W. S.
"ABSTRAK
Keputusan karir remaja merupakan masalah penting dan perlu diperhatikan.
Erikson mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karir
pada masa remaja merupakan pemecahan masalah identitas remaja sehingga
ketidakmampuan memilih dan menentukan karir dapat menganggu perkembangan diri
remaja (dalam Seligman, 1994). Remaja yang mampu membuat keputusan karir pada
masa ini ternyata cenderung memiliki keberhasilan akademik yang lebih tinggi daripada
remaja yang tidak membuat keputusan karir (Seligman, 1994). Remaja yang tidak
mampu membuat keputusan karir dengan mantap dapat mengalami berbagai kesulitan
pada saat mereka terjun di dunia kerja antara lain: cemas dan tidak yakin menghadapi
dunia kerja, ketidakpuasan kerja bahkan mengalami kegagalan (Mappiare, 1992).
Untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi, potensi karir individu sebelum masuk ke dunia kerja perlu ditingkatkan
sejak awal antara lain sejak masa remaja. Masa remaja merupakan saat penting dalam
perkembangan karir karena merupakan masa persiapan terakhir individu sebelum
memasuki dunia kerja. Berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya, pada masa
ini remaja dituntut untuk membuat keputusan karir yang akan menentukan arah
kehidupan berikutnya. Bila remaja mampu membuat keputusan karir dengan baik, hal
ini dapat meningkatkan keberhasilan mereka dalam menghadapi dunia kerja dan
memperkecil kemungkinan mereka mengalami kegagalan. Penelitian Tumer & Helms
(1995), Zanden (1993), dan Grotevant & Durret (dalam Papalia & Olds, 1993)
menunjukkan gejala-gejala adanya remaja yang mengalami kesulitan dalam
menentukan keputusan karir. Banyak yang mengalami kebimbangan dan tidak mampu
memilih karir kemudian menunda keputusan karir mereka, sampai pada saatnya
mereka harus memilih mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memilih dengan baik.
Sampai saat ini tampaknya belum ada data yang sistematis mengenai status
keputusan karir remaja di Indonesia.
Untuk meningkatkan potensi remaja dalam memilih dan menentukan karir,
orangtua perlu meningkatkan keterlibatan mereka dalam perkembangan karir remaja
(Palmer & Cochran, 1991). Walaupun dalam kehidupan remaja orangtua tidak lagi
menjadi tokoh sentral, namun, sehubungan dengan merencanakan karir remaja masih
membutuhkan nasehat dan saran-saran dari orangtua khususnya mengenai masalahmasalah
keuangan, pendidikan, dan rencana karir (Papalia & Olds, 1992) Beberapa
penelitian terdahulu (Palmer & Cochran, 1988; Papalia & Olds 1993; Blustein, 1991)
mengungkapkan pendingnya dukungan orangtua terhadap perkembangan karir remaja
namun ada pula gejala-gejala yang menunjukkan bahwa keterlibatan (dukungan) orangtua dalam karir remaja justru mempersulit posisi remaja dalam menentukan
depan mereka. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat (a) gambaran status
keputusan karir remaja, (b) gambaran dukungan orangtua terhadap keputusan karir
remaja, (c) apakah ada hubungan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir
dengan status keputusan karir remaja, dan (d) bentuk dukungan yang paling berperan
terhadap status keputusan karir remaja.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 184 murid kelas III SMUK
III, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instumen pertama untuk mengukur status keputusan karir remaja
(Skala Keputusan Karir) dan instrumen yang kedua untuk mengukur dukungan
orangtua terhadap keputusan karir remaja (Skala Dukungan Orangtua).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian ini telah memiliki
keputusan karir dengan taraf keyakinan tergolong cukup yang berarti subyek penelitian
cukup yakin bahwa keputusan karir yang dipilih sesuai dengan keadaan dirinya. Secara
umum subyek menilai orangtua mereka telah memberikan dukungan terhadap
keputusan karir remaja dengan baik. Penelitian ini juga mengungkapkan adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir dengan
status keputusan karir remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua yang diterima
subyek maka semakin tinggi pui a status keputusan karir subyek, sebaliknya semakin
rendah dukungan orangtua yang diterima subyek maka semakin rendah pula status
keputusan karir subyek. Dukungan orangtua terdiri dari 6 bentuk yaitu bimbingan,
bantuan instrumental, keberadaan orangtua sebagai sekutu yang dapat diandalkan,
kelekatan orangtua-anak, pengakuan akan kemampuan subyek dan kesamaan minat
antara orangtua dan remaja. Dari keenam bentuk dukungan tersebut, ternyata
dukungan pengakuan paling berperan terhadap status keputusan karir remaja.
Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan agar pengukuran variabel
dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja juga dilakukan terhadap orangtua
subyek dan difokuskan pada seluruh tahap-tahap perkembangan subyek agar
didapatkan gambaran yang lebih terintegrasi yaitu sejak masa kanak-kanak awal
sampai masa remaja. Selain itu untuk mempertajam hasil penelitian, subyek penelitian
diambil berdasarkan asal sekolah yang lebih beragam (SMU Negeri) dengan jumlah
subyek yang berasal dari jurusan IPA/IPS yang seimbang, suku, pekerjaan dan
penghasilan orangtua yang lebih beragam. Dengan karakteristik responden yang lebih
beragam ini diharapkan hasil penelitian akan lebih kaya dan tajam mengungkapkan
jenis intervensi (dukungan orangtua) yang paling sesuai untuk meningkatkan
perkembangan karir remaja dengan kondisi-kondisi yang lebih beragam."
1998
S2952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S.N.N. Sulistyorini
"Sex dan gender kerap diidentifikasi sebagai hat yang sama. Kerancuan ini berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Secara biologis, manusia dibedakan menjadi dua sex, laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah aspek non-fisiologis dari sex yang memiliki harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas (Lips, 1988 dalam Stevenson 1994). Salah satu bidang yang terimbas oleh kerancuan sex dan gender adalah bidang kerja. Vianello et al. (1990) menggambarkan stereotip yang ada dalam masyarakat ikut mengimbas dunia kerja. Pada dasarnya dunia kerja Iebih dipengaruhi oleh peran gender, bukan perbedaan jenis kelamin. Sementara, bidang kerja terbagi menjadi bidang kerja tradisional (didominasi nilai femininitas) dan nontradisional (didominasi nilai maskulinitas). Di dalam sebuah pekerjaan, keberhasilannya menuntut adanya kedua peran gender disaat yang bersamaan (Parsons dan Bales, 1955 dalam Spence dan Buckner, 1995 dan Megawangi, 1999).
Salah satu karakteristik bidang kerja tradisional adalah tidak memerlukan komitmen jangka panjang (Van Dusen dan Sheldon, 1976, dalam Basow, 1980). Ini cukup menarik jika melihat mayoritas pekerja di bidang kerja tradisional bekerja dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk meneliti jenis komitmen apa yang mengikat mereka konsep Tiga Komponen Komitmen Kerja (Meyer, Allen, dan Smith, 1993) dirasa akan dapat menjawab.
Selain mempengaruhi bidang kerja, peran gender juga memiliki orientasi yang unik dalam diri tiap manusia. Orientasi peran gender adalah kepemilikan seseorang atas sifat-sifat kepribadian stereotip maskulin dan feminin yang diharapkan masyarakat (Tang dan Tang, 2001), karakteristik yang nampaknya memiliki harapan sosial yang berbeda pada tiap-tiap jenis kelamin (Spence dan Helmreich, 1978 dalam Robinson, 1995), atau persepsi seseorang tentang maskulinitas dan femininitas dalam dirinya (Raguz, 1991). Maka saat orientasi peran gender seseorang tidak memenuhi harapan sosial yang telah ditetapkan masyarakat atau dirinya sendiri, individu ini dapat mengalami stress akibat peran gender. Stress ini merupakan bentuk unik dari distress yang timbul akibat suatu situasi yang dipersepsikan sebagai pelanggaran terhadap peran gender tradisional (Eisler, 1995 dalam Efthim, Kenny, dan Mahalik, 2001).
Berdasarkan penjabaran ini timbullah beberapa pertanyaan, seperti: bagaimana jika seseorang memiliki orientasi peran gender yang berbeda dengan harapan yang telah terbentuk dalam masyarakat? Apakah ia akan mengalami suatu tekanan (stress)? Apakah orang yang orientasi peran gendernya sesuai dengan harapan masyarakat tidak mengalami stress? Bagaimana jika seseorang laki-laki dengan dominasi feminin yang tetap bekerja di bidang non-tradisional dan perempuan dengan dominasi maskulin yang tetap bekerja di bidang tradisional, karena menuruti kelaziman masyarakat? Apakah mereka akan mengalami stress? Akankah mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaannya tersebut? Bagaimana halnya dengan pekerja yang bekerja di bidang yang sesuai dengan orientasi peran gendemya? Apakah mereka tidak akan mengalami stress? Apakah komitmen mereka terhadap pekerjaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pertama? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu penelitian ini.
Dari runtutan penjabaran dan pertanyaan diatas, dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh antara orientasi peran gender dan stress akibat peran gender secara bersama-sama terhadap komitmen kerja pada pekerja di bidang kerja tradisional. Walaupun pada hasil pengolahan data tidak ditemukan korelasi maupun pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, beberapa teori pendukung penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Diduga terdapat variabel perantara yang dapat menghubungkan variabel bebas ke variabel terikat sehingga terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Magdalena Theofanny
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan peran gender dan sikap terhadap perdamaian pada emerging adults. Penelitian didasarkan pada penelitian terdahulu yang menemukan adanya perbedaan dalam sikap terhadap perdamaian beserta faktornya tergantung pada jenis kelamin individu. Peran gender mengacu pada maskulin dan feminin yang merupakan dua dari empat tipe peran gender berdasarkan tipologi Bem (1974) dan diukur menggunakan Bem Sex Role Inventory (BSRI). Sementara itu, sikap terhadap perdamaian diukur menggunakan Peace Attitude Scale (PAS). Partisipan penelitian terdiri dari 158 emerging adults berkewarganegaraan Indonesia yang berada pada usia 18-25 tahun. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa baik peran gender maskulin maupun feminin sama-sama memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan sikap terhadap perdamaian. Sekalipun begitu, kedua peran gender memiliki perbedaan skor pada faktor-faktor sikap terhadap perdamaian yang terdiri dari sociopolitical, environmentalist attitudes, personal well-being, ease with diversity, dan caring—di mana peran gender feminin ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi daripada maskulin pada empat faktor dengan pengecualian pada faktor personal well-being. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun kedua peran berhubungan positif dan signifikan dengan sikap terhadap perdamaian, terdapat perbedaan berbasis gender pada faktor-faktor sikap terhadap perdamaiannya
This study aims to examine the relationship between gender roles and peace attitude in emerging adults. This research is based on previous studies which found differences in peace attitudes and its factors depending on an individual’s sex.. Gender roles refer to masculine and feminine, two out of four types of gender roles based on Bem’s typology (1974) and measured using the Bem Sex Role Inventory (BSRI), whereas peace attitudes were measured using the Peace Attitude Scale (PAS). Participants consisted of 158 Indonesian emerging aged 18-25 years. The Pearson correlation test shows that both masculine and feminine gender roles have significant and positive relationships with peace attitudes. However, the two gender roles have different scores on the peace attitude factors consisting of sociopolitical, environmentalist attitudes, personal well-being, ease with diversity, and caring—where femininity was found to have a higher score than masculinity in four factors with the exception of personal well-being. This shows that although masculine and feminine gender roles are both positively and significantly related to attitudes towards peace, there are gender-based differences in terms of the peace attitude factors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primayana Miranti
"Gie (1994) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk menjadi sarjana yang berkualitas adalah dengan menguasai seluk beluk belajar serta keterampilan belajar di perguruan tinggi. Berbagai pengamat pendidikan di Indonesia mengungkapkan pendapatnya tentang seluk beluk belajar di perguruan tinggi. Dengan memahami dan menguasai seluk beluk belajar di perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan untuk mengembangkan keterampilan belajar yang sesuai. Keterampilan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan belajar yang digunakan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya.
Biggs dan Moore (1993) mengungkapkan adanya 3 jenis pendekatan belajar, yaitu pendekatan belajar deep, surface dan achieving. Pendekatan belajar deep didasarkan oleh minat dan rasa ingin tahu terhadap apa yang dipelajari. Strategi yang dijalankan adalah dengan melakukan cara-cara yang menunjang pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Pendekatan belajar surface didasarkan pada keinginan untuk mendapat kualifikasi yang penting bagi masa depan atau untuk menghindari kegagalan dalam belajar. Strategi yang dijalankan adalah dengan menghafal materi pelajaran. Sedangkan pendekatan belajar achieving didasarkan oleh keinginan untuk berprestasi. Strategi yang dijalankan antara lain dengan menggunakan waktu dan tenaga secara efektif dalam belajar.
Dari ungkapan para pengamat pendidikan di Indonesia serta pendapat para ahli, disimpulkan bahwa pendekdtan yang idealhya digunakan mahasiswa adalah pendekatan belajar deep dan achieving. Namun dari ungkapan beberapa pengamat pendidikan mengenai kondisi mahasiswa Indonesia, dan dari hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa belum mengembangkan pendekatan deep dalam belajar. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan pendekatan belajar yang ideal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah orientasi tujuan akademik yang dimiliki mahasiswa. Orientasi tujuan akademik merupakan suatu pola keyakinan dan intensi berperilaku yang mengarahkan bagaimana individu mendekati dan terlibat dalam kegiatan belajar di bidang akademik. Ames dan Archer (1988) mengutarakan dua jenis orientasi tujuan akademik, yaitu orientasi tujuan penguasaan (mastery goal) dan orientasi tujuan performa (perfonvance goal).
Orientasi tujuan penguasaan merupakan orientasi motivasional yang menekankan diperolehnya pengetahuan dan perbaikan diri, sedangkan orientasi tujuan performa merupakan orientasi motivasional yang menekankan diperolehnya pengakuan dan penghargaan dari orang lain, serta mendapat nilai baik sebagai hal yang utama (Slavin, 1994).Dari ungkapan para ahli serta berbagai penelitian menunjukkan bahwa orientasi tujuan penguasaan berhubungan dengan pendekatan belajar deep, sedangkan orientasi tujuan performa berhubungan dengan pendekatan belajar surface. Namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Elliot, McGregor dan Gable pada studi kedua (1999) serta penelitian Wolters (1998).
Peneliti pertama memperoleh hasil bahwa performance-approach goal orientation bukan merupakan prediktor positif dan signifikan bagi pendekatan belajar surface. Peneliti kedua menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara orientasi tujuan performa dan strategi menghafal dalam belajar. Hasil penelitian yang belum konsisten ini mendorong peneliti untuk meneliti hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar.
Penelitian mengenai hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar dilakukan terhadap 262 mahasiswa Universitas Indonesia program Strata 1 reguler. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik nonprobability sampling yang berbentuk incidental sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner, yaitu kuesioner orientasi tujuan akademik dan kuesioner pendekatan belajar. Uji reliabilitas kedua kuesioner dilakukan dengan menggunakan tehnik coefficient alpha dari Cronbach. Dalam pengolahan data, digunakan tehnik korelasi Pearson Product Moment untuk mengungkap hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar pada mahasiswa.
Dari analisis data penelitian diperoleh hasil bahwa keempat hipotesis penelitian, diterima. Hal ini berarti penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi tujuan penguasaan dan pendekatan belajar deep, orientasi tujuan penguasaan dan pendekatan belajar achieving, orientasi tujuan performa dan pendekatan belajar surface serta antara orientasi tujuan performa dan pendekatan belajar achieving pada mahasiswa. Selain itu, dilakukan pula analisis tambahan mengenai perbedaan jenis kelamin dan bidang ilmu subyek terhadap orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar.
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran kepada pihak perguruan tinggi agar melakukan berbagai upaya yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan pendekatan belajar yang ideal. Upaya yang dimaksud adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan belajar sedemikian rupa, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengadopsi orientasi tujuan akademik yang berkaitan dengan pendekatan yang ideal dalam belajar. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti meny&rdnkan agar pada penelitian lanjutan mengenai pendekatan belajar pada mahasiswa, dilakukan pula tehnik wawancara sehingga dapat diketahui perbedaan manifestasi pendekatan belajar tertentu pada bidang ilmu yang berbeda. Di samping itu, peneliti menyarankan agar jumlah item kuesioner dikurangi dan pengambilan sampel dilakukan secara random, serta melibatkan pula mahasiswa dari perguruan tinggi swasta. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>