Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S7098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Lolly Kasuma Dewi
"Masyarakat terus menerus berubah berkat berbagai pengaruh globalisasi yang mendunia, sehingga petugas humas harus selalu menyesuaikan bentuk, isi, susunan, arah dan hasil komunikasi demi mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati. Sebagai sebuah pesantren yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan, Daarut Tauhiid sangat didukung oleh sumber daya manusia yang memadai baik dari segi ilmu pengetahuan serta dari segi akhlak. Keberhasilan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan dakwah didukung oleh kerjasama seluruh elemen organisasi. Dimana setiap elemen atau anggota organisasi menjalankan tugas dan perannya masing-masing dengan maksimal. Termasuk di dalamnya adalah departemen / divisi humas yang tentu saja memiliki peran besar dalam menginformasikan Daarut Tauhiid ke masyarakat luas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah Humas DT melakukan program perencanaan untuk kegiatan komunikasi humas yang mereka lakukan? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kegiatan komunikasi yang dilakukan Humas DT dalam usahanya untuk menjalin komunikasi dua arah yang timbal balik dengan seluruh khalayak organisasinya. Sehingga dengan mengacu pada pokok permasalahan dan tujuan penelitian tersebut, digunakan model komunikasi menurut Harold Lasswell dan teori-teori kehumasan Frank Jefkins. Pendekatan penelitian yang digunakan pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan data secara sistematis, faktual dan akurat dalam bentuk kalimat, pernyataan dan konsep. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi serta pengamatan di lapangan. Nara sumber pada penelitian ini adalah Divisi Humas Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dan beberapa °rang jamaah DT sebagai informan. Kegiatan komunikasi yang dilakukan Divisi Humas Yayasan Daarut Tauhiid ditujukan untuk menjalin komunikasi dua arah secara timbal balik dengan khalayak internal maupun eksternalnya. Kegiatan komunikasi internal maupun eksternal yang dilakukan oleh Humas ini lebih mengarah pada upaya menciptakan suasana yang kondusif yang hangat dan kekeluargaan dengan seluruh khalayaknya. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa informasi yang disampaikan akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Sehingga akan berdampak pada meningkatnya motivasi kerja para santri karya dan usaha untuk memajukan Divisi Humas DT ini. Yang tujuan akhirnya adalah terciptanya citra yang positif terhadap organisasi Daarut Tauhiid sendiri. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan secara kualitatif terhadap informaninforman yang berkompeten, diperoleh hasil bahwa kegiatan komunikasi internal dan eksternal yang dilakukan Humas DT mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan harmonis dengan seluruh khalayaknya. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa Humas DT kurang berperan dalam menciptakan citra yang positif mengenai DT karena peran tersebut telah diambil oleh pimpinan organisasinya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Development has been done for more than six decades in Indesia.Netherlands,it is important to underline thst the development process could not solve some basic problems of human being....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Ril Ellys
"Buruh anak termasuk dalam kelompok yang perlu diberdayakan karena mereka mengalami eksploitasi dari perusahaan dan keluarganya. Pemberdayaan buruh anak yang dilakukan oleh pekerja sosial bertujuan agar anak mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalahnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peran pekerja sosial dalam memberdayakan buruh anak, serta gambaran tentang hambatan pelaksanaan pemberdayaan buruh anak yang dilakukan oleh Yayasan Kompak Indonesia. Penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif Pemilihan subjek penelitian dilakukan berdasarkan tujuan penelitian. Pihakpihak yang diteliti adalah pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pemberdayaan buruh anak, terdiri atas Lurah Desa Mekarsari, Tangerang, Direktur Yayasan Kompak, buruh anak dampingan Yayasan Kompak, orangtua buruh anak, dan pekerja sosial Yayasan Kompak untuk mengetahui peran yang dijalankannya dalam melakukan kegiatan pemberdayaan buruh anak. Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam observasi, dan studi dokumentasi yang gunanya untuk melengkapi data yang didapat. Ketiga cara pengumpulan data ini saling melengkapi dalam menghasilkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka pemikiran tentang ketidakberdayaan, pemberdayaan, kegiatan pemberdayaan, dan peran pekerja sosial dalam upaya pemberdayaan menurut pendapat para ahli, diuraikan dalam penulisan ini sebagai indikator dalam melakukan pembahasan hasil temuan penelitian. Pekerja sosial mernpunyai banyak pilihan peran dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan, yaitu sebagai enabler, pendidik, fasilitator, mediator, advokat, dan lain-lain. Berdasarkan temuan lapangan, terdapat buruh anak usia 12-15 tahun yang bekerja di pabrik. Buruh anak bekerja dengan jam kerja yang panjang, upah rendah, di dalam ruangan yang pengap dan tidak mempunyai fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja. Terhadap buruh anak yang mengalami masalah ini, Yayasan Kompak mengadakan program kegiatan yang dapat memberdayakan buruh anak. Kegiatan pemberdayaan buruh anak dilakukan dalam bentuk pendidikan dan penyadaran akan hak-hak anak sebagai buruh, pendidikan program paket A dan B, diskusi, dan pelatihan tentang hal-hal yang berkaitan dengan buruh anak hingga dilaksanakan kegiatan kesenian, rekreasi, dan keterampilan yang berguna untuk mengembangkan kreativitas buruh anak. Peran yang dijalankan oleh pekerja sosial Yayasan Kompak dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap buruh anak adalah peran sebagai pendidik, fasilitator, dan advokat. Terjadi hambatan dalam melaksanakan pemberdayaan buruh anak yaitu adanya kecurigaan orangtua buruh anak terhadap program Yayasan Kompak dan tidak adanya tanggapan perusahaan tempat buruh anak bekerja atas usul pekerja sosial agar anak diberi kesempatan belajar di Yayasan Kompak. Adapun kesimpulan yang didapat dari temuan lapangan adalah bahwa kegiatan pemberdayaan buruh anak yang dilakukan oleh pekerja sosial Yayasan Kompak melalui kegiatan pendidikan, pelatihan dan penyadaran, dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran buruh anak akan haknya sebagai buruh dan sebagai anak. Akan tetapi tidak sampai membuat buruh anak dapat menyelesaikan sendiri permasalahan yang terjadi pada dirinya sehubungan dengan pekerjaan dan kehidupannya. Kegiatan keterampilan dan rekreasi yang dilaksanakan oleh pekerja sosial Yayasan Kompak masih bersifat rekreatif semata, belum merupakan kegiatan yang memberdayakan buruh anak. Peran pekerja sosial Yayasan Kompak adalah sebagai fasilitator, advokat, dan pendidik. Peran sebagai enabler belum dijalankan. Diberikan saran agar dilakukan pelatihan terhadap pekerja sosial Yayasan Kompak. Kegiatan rekreasi yang dilaksanakan oleh buruh anak sebaiknya kegiatan rekreasi ke museum atau tempat peninggalan bersejarah. Kegiatan keterampilan yang dilaksanakan sebaiknya kegiatan yang dapat digunakan buruh anak untuk meningkatkan kehidupannya sehingga is dapat alih profesi, tidak lagi sebagai buruh anak. Peran pekerja sosial Yayasan Kompak sebaiknya ditingkatkan ke peran enabler yang membantu buruh anak agar mampu mandiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
"
2005
T14095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyah
"ABSTRAK
Organisasi Sosial yang bekerjasama dengan Christian Children's Fund, pada umumnya mempekerjakan tenaga pekerja sosial yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan dan atau pengalaman di bidang kesejahteraan sosial. Untuk itu kepada mereka perlu diberikan supervisi sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam memberikan pelayanan kepada keluarga-keluarga miskin dalam rangka mengentaskan masalah kemiskinan.
Dalam penlitian ini dicoba untuk dilihat apakah supervisi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi sosial kepada para pekerja sosial telah dilaksanakan dalam organisasi sosial tersebut dan bagaimana gaya kepemimpinan supervisi dari para pimpinan organisasi sosial. Dari gaya kepemimpinan supervisi tersebut kemudian dicoba untuk dilihat pola supervisi yang diterapkan oleh pimpinan organisasi sosial tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif - analitis terhadap 4 organisasi sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara yang tidak berstruktur baik terhadap pimpinan organisasi sosial maupun pekerja sosial serta pihak CCF sendiri.
Dari hasil penelitian lapangan dapatlah diketahui bahwa gaya kepemimpinan supervisi dari pimpinan organisasi sosial dipengaruhi oleh asumsi para pimpinan organisasi sosial mengenai manusia dan situasi kerja di dalam organisasi sosial itu sendiri. Sedangkan untuk tingkat kematangan pekerja sosial, dari hasil penelitian ternyata hanyalah mempengaruhi gaya kepemimpinan dari pimpinan proyek PRA.
Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka gaya kepemimpinan supervisi yang diterapkan oleh pimpinan proyek Bina Remaja, Marga Sejahtera dan Pelita Harapan adalah participating dan supporting. Sedangkan pimpinan proyek PRA menerapkan gaya kepemimpinan supervise participating dan supporting untuk pekerja sosial yang cepat tanggap dan coaching dan selling untuk pekerja sosial yang lamban.
Dari gambaran mengenai gaya kepemimpinan supervisi dari pimpinan organisasi sosial terhadap pekerja sosial serta mekanisme komunikasi yang bersifat dua arah, maka dapat diketahui bahwa pola/model supervisi yang diterapkan oleh pimpinan organisasi sosial adalah model konfrontatif untuk proyek Bina Remaja, Marga Sejahtera dan Pelita Harapan. Sedangkan pimpinan proyek PKA menerapkan model konfrontatif dan diagnostik secara bergantian tergantung pada tingkat kematangan pekerja sosial.
Implikasi dari pola supervisi yang bersifat konfrontatif terhadap pekerja sosial , terlihat bahwa pekerja social lebih mampu untuk mengembangkan kemampuannya serta lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sedangkan untuk pola supervisi diagnostik nampaknya membuat inisiatif dari pekerja sosial menjadi kurang berkembang."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Sani Soniawan
"Upaya menanggulangi kemiskinan telah dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan yang terencana dan bertahap, akan tetapi tidak jarang upaya yang dilaksanakan tidak dapat membuahkan hasil sesuai dengan harapan. Para ahli telah mengemukakan berbagai konsep pembangunan ideal untuk diterapkan guna mencapai hasil yang diharapkan termasuk keberadaan modal sosial (Social Capital) sebagai salah satu potensi yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan menggambarkan peran modal sosial dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan melalui proyek pemerintah yaitu Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Lokasi penelitian yang dipilih adalah tingkat kelurahan dengan pertimbangan bahwa kelurahan merupakan salah satu wilayah terkecil yang memiliki kewenangan formal menyelenggarakan pemerintahan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Untuk mengungkap maksud penelitian, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif melalui tehnik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan penyebaran angket kepada anggota KSM secara acak yang dianggap mewakili anggota KSM lainnya.
Berdasarkan data dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini, diketahui bahwa pada masyarakat kelurahan Sudimara Jaya telah terbangun kemampuan untuk melakukan kerjasama diantara masyarakat melalui sarana interaksi (komunikasi) berupa paguyuban. Interaksi sosial yang terdapat dalam paguyuban mampu membangun kepercayaan diantara masyarakat untuk menentukan komitmen dan aturan yang harus dijalankan guna mencapai tujuan bersama secara swadaya.
Interaksi dan kepercayaan diantara masyarakat secara jelas terlihat pada kemampuan masyarakat untuk menentukan aturan dan sanksi informal yang diterapkan dalam pelaksanaan proyek dan hasilnya masyarakat terutama KSM mampu melaksanakan aturan tersebut secara konsekuen. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat telah terbangun modal sosial sebagai perekat hubungan masyarakat yang dapat mempermudah upaya mewujudkan tujuan bersama. Keberadaan modal sosial dalam masyarakat cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan dan pencapaian tujuan P2KP terutama dari aspek keberhasilan pengelolaan dan perguliran dana bantuan masyarakat.
Atas hasil analisa tersebut maka untuk medorong tercapainya tujuan pembangunan, aspek modal sosial perlu dikembangkan dalam masyarakat. Oleh karena itu program pembangunan yang akan dilaksanakan perlu memperhatikan potensi modal sosial dalam masyarakat sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat meningkat. Dengan demikian program pembangunan yang akan diterapkan harus sejalan dengan pengembangan modal sosial dalam masyarakat melalui pemberian kebebasan masyarakat untuk turut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pembangunan di wilayahnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitta Alawiyah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S7201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>