Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Cecep Sulaeman
"Masalah penyalahgunaan Napza merupakan persoalan yang banyak mendapat sorotan berbagai pihak, hal ini diantaranya disebabkan banyaknya remaja sebagai generasi penerus menjadi korban. Salah satu faktor yang menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan Napza adalah karena pengaruh negatif kelompok teman sebaya. Pengaruh kelompok teman sebaya bisa juga berdampak positif yaitu dengan mengarahkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam proses pemulihan. Oleh karena itu permasalahan pokok dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien residers pada remaja penyalahguna Napza dalam menunjang proses pemulihan.
Bedasarkan pokok permasalahan tersebut kemudian dilakukan studi kasus terhadap 4 empat orang remaja klien/residen pada Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional. Tujuannya adalah untuk: (1) Menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen pada remaja penyalahguna Napza dalam membantu merubah perilaku. (2) Menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen pada remaja penyalahguna Napza dalam membantu memecahkan masalah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam menunjang proses pemulihan. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan informan didasarkan pada pertimbangan tujuan penelitian. Informan penelitian ini terbagi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu empat orang remaja penyalahguna Napza yang menjadi klien di Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi dan kelompok kedua yaitu tiga orang petugas atau konselor pada Balai tersebut.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah indepth interview, observasi dan studi dokumentasi, sedangkan analisa data yang digunakan adalah sesuai dengan pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah mereduksi data, mengorganisasi data, dan menginterpretasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaruh kelompok sebaya sesama klien/residen dalam proses pemulihan remaja penyalahguna Napza sangat besar dan positif bagi perubahan perilaku, yaitu dari perilaku yang negatif sebagai akibat dari penyalahgunaan Napza seperti tidak disiplin, kurang tanggung jawab, malas dan manipulatif kepada perilaku positif seperti disiplin; bertanggung jawab terhadap diri, orang lain dan pekerjaan; jujur mengakui kesalahan, berani mengungkapan perasaan serta masalah secara terbuka. (2) pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen juga sangat besar dalam membantu residen memecahkan masalah. Mereka dapat melihat masalah dari pandangan dan pengalaman orang lain, serta dapat pula membimbing mereka dalam merumuskan rencana ke depan setelah keluar dari rehabilitasi. Dalam kaitan kedua hal itu setiap residen aktif berpartisipasi, memberikan kontribusi berupa saling memberikan perhatian, teguran mulai yang ringan sampai teguran keras, dorongan atau motivasi, hubungan dan kerja sama, nasihat, saling berbagi (sharing) dan menjadi panutan (role model).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dapat berdampak positif, menyediakan solusi bagi upaya pemulihan terhadap remaja penyalahguna Napza yaitu membantu merubah perilaku dan memecahkan masalah. Qleh karena itu disarankan Pertama, Departemen Sosial dalam upaya rehabilitasi dapat mengembangkan pedoman, juklak, juknis dan melakukan pelatihan bagi pelatih tingkat nasional tentang cara-cara pengelolaan kelompok teman sebaya bagi rehabilitasi korban Napza. Kedua, para petugas rehabilitasi korban penyalahgunaan Napza, diharapkan dapat mengoptimalkan peran kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam upaya pemulihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destarina Sari Indarti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S7730
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Santy Atmaja
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Efektifitas Program Aftercare Dalam Upaya Mengurangi Eks Residen Yang Relapse: Studi Kasus Di Rumah Dampingan Jakarta pada Direktorat Pasca Rehabilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi BNN serta mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi residen yang relapse pada Rumah Dampingan Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengandalkan analisis data deskriptif yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan para informan, pengamatan, studi kepustakaan dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Efektifitas Program Aftercare Dalam Upaya Mengurangi Eks Residen Yang Relapse sudah cukup efektif terbukti dengan adanya komunikasi dan hubungan kerja Rumah Damping terhadap masyarakat dan lembaga pemerintah/ masyarakat sudah terlaksana dengan baik dan efektif juga SDM yang dimiliki sudah cukup untuk memenuhi dan memfasilitasi residen dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pasca rehabilitasi selama mereka berada di Rumah Damping. Namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kendala/hambatan diantaranya capaian atas sasaran/ tujuan yang ingin dicapai belum sesuai yang diharapkan oleh karenanya dibutuhkan koordinasi yang baik antara pihak-pihak pelaksana, baik dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota juga terhadap orang tua klien (eks residen) demi keberlangsungan pelaksanaan kegiatan yang efektif. Peningkatan kualitas Rumah Damping agar lebih ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan serta terhadap pelatihan vokasional agar lebih variatif untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan minat bakat residen dan sebagai upaya pemulihan yang berkelanjutan.

This study aimed to analyze the Effectiveness of Aftercare Program Efforts to Reduce Ex-Resident in the Relapse : Case Study at Rumah Dampingan Jakarta on Direktorat Pasca Rehabilitasi Deputy of Rehabilitation BNN as well as identify efforts that have been made in overcoming relapse resident in Rumah Dampingan Jakarta. This study used a qualitative method that relies on the analysis of descriptive data obtained through in-depth interviews with informants, observation, literature study and review documents.
The results showed that the Effectiveness of Aftercare Program Efforts to Reduce Ex-Resident in the Relapse proved effective with an communication and working relationships of Rumah Dampingan Jakarta to the community and government agencies/ community already implemented properly and effectively also has sufficient human resources to fulfill and facilitate resident in a whole series of aftercare activities during their stay in Rumah Dampingan Jakarta. However, in practice there are still some obstacles and barriers including achievement of targets/ objectives have not been as expected therefore required good coordination between the implementing parties, both from the national level, provincial, district/ city as well as to the client`s parent (ex-resident) for the continuation of the implementation of effective activity. Half Way House quality improvement is enhanced in accordance with the needs and to be more varied vocational training to improve the skills according to their interests and talents resident as a sustainable recovery.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S7332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Rinaldi
"

Entrustable professional activities (EPA) adalah kerangka kerja asesmen dengan pemberian tanggung jawab dari staf pengajar kepada peserta didik untuk dilakukan tanpa supervisi setelah peserta didik memiliki kompetensi yang memadai. EPA diharapkan dapat menjembatani kinerja sehari-hari peserta didik, kompetensi yang dimiliki dan supervisi yang sesuai sehingga meningkatkan secara sinergis keselamatan pasien dan kualitas pendidikan. Tujuan penelitian adalah menetapkan aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam sebagai EPA dalam kurikulum pendidikan berbasis kompetensi program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain kualitatif yang meliputi telaah pustaka, panel ahli (expert panels) untuk menentukan daftar aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia yang dapat ditetapkan sebagai EPA menggunakan kuesioner Taylor dkk, serta pengambilan kesimpulan pendapat pemangku kepentingan melalui metode Delphi terhadap butir EPA yang telah disusun menggunakan kuesioner Hauer et al. Diskusi paneh ahli penelitian ini menghasilkan  28 EPA terbaru melalui penilaian kelayakan EPA sebagai unit kerja, esensi, dan peran menggunakan kuesioner Taylor dkk.  Metode Delphi menetapkan 28 butir EPA dapat diterima (Content Validity Index ≥ 80%). Pada analisis statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna. Akhir tahap pendidikan butir EPA menunjukkan sebagian besar variasi yang tidak berbeda bermakna antara keempat kelompok dalam menentukan akhir tahap pendidikan suatu butir EPA.

 


Entrustable professional activities (EPA) is an assessment framework where teaching staff gives students responsibility to be carried out without supervision after students have sufficient competence. EPA is expected to be able to bridge daily performance of students, their competencies, and appropriate supervision so as to synergistically improve patient safety and education quality. Objective of this study was to determine activities of internal medicine resident as EPA in the competency-based educational curriculum of Indonesian internal medicine specialist education program. The study used a qualitative design which included literature review, expert panels to determine list of resident activities in Indonesian internal medicine specialist education program that could be designated as EPA using questionnaire by Taylor et al and drawing conclusions on stakeholder opinions through Delphi method on EPA items. Expert panel discussion resulted in 28 new EPAs through assessment using questionnaire by Taylor et al. The Delphi method determines that 28 EPA items are acceptable (Content Validity Index ≥ 80%). In statistical analysis, there was no significant difference. At the end of the education stage, the EPA item shows most of the variations do not differ significantly between the four groups in determining the final stage of education for an EPA item.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jogiyanto H.M.
Yogyakarta: Andi, 1989
001.642 4 JOG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fernita Leo Soetjipto Soepodo
"[ABSTRAK
Latar Belakang Fiksasi Mandibulomaksila merupakan tindakan prosedur bedah yang harus dikuasai oleh residen bedah plastik untuk menjadi seorang ahli bedah plastik berhubungan dengan semakin bertambah banyaknya kasus kasus dibidang kraniofasial Dengan melakukan pelatihan pada model mandibulomaksila residen tersebut diharapkan akan memiliki kemampuan dan kompeten untuk melakukan prosedur tersebut sebelum berhadapan langsung dengan pasien yang sebenarnya Pelatihan ini berupa program pelatihan menggunakan model mandibulomaksila untuk mengevaluasi efeknya dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan residen bedah plastik dalam menghadapi kasus kasus di bidang kraniofasial Metoda Dua puluh dua orang residen bedah plastik diikutsertakan dalam pelatihan ini mereka dibagi menjadi dua grup grup pertama terdiri atas residen bedah plastik yang belum pernah mengerjakan prosedur fiksasi mandibulomaksila sebelumnya dan grup kedua terdiri atas residen bedah plastik yang sudah pernah mengerjakan prosedur ini sebelumnya Mereka menjalani satu set program pelatihan yang terdiri dari satu sesi pembekalan materi dan satu sesi pelatihan pada model Kemudian mereka dievaluasi dalam hal kemampuan keterampilan fiksasi mandibulomaksila Sesi pelatihan pada model direkam menggunakan video dan dinilai oleh dua orang ahli bedah plastik konsultan kraniofasial sebagai evaluator Hasil ABPAS dan IMFscrew placement Global Rating Scale menunjukkan peningkatan skor performa pada studi populasi yang lebih berpengalaman group 2 pada seluruh aspek termasuk the task specific work list 16 5 2 44 vs 18 1 57 P 0 19 global rating scale 17 5 2 63 vs 19 4 2 31 P 0 43 total ABPAS score 33 9 4 76 vs 37 4 3 82 P 0 34 dan juga untuk IMFscrew placement global rating scale 14 9 1 53 vs 15 9 0 95 P 0 38 walaupun hasil pengumumannya tidak menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan arch bar 48 min 17 s vs 41 min 8 s P 0 23 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan IMFscrew 9 min 25 s vs 6 min 32 s P 0 23 Waktu total untuk menyelesaikan seluruh tugas lebih singkat pada group 2 walaupun perbedaannya tidak bermakna secara statistik 57 min 24 s vs 47 min 17 s P 0 23 Kesimpulan Program pelatihan Fiksasi MandibuloMaksila telah terbukti dapat membantu residen bedah plastik untuk meningkatkan keterampilan kraniofasial mereka memberikan hasil berupa peningkatan skor performa ABPAS dan IMFscrew placement Global Rating Scale dan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan seluruh tugas Kata kunci pelatihan fiksasi mandibulomaksila test bedah plastik keterampilan kraniofasial arch bar.

ABSTRACT
BACKGROUND Mandibulomaxillary fixation MMF is one of the surgery skill a plastic surgery resident have to master to become a plastic surgeon as craniofacial cases increase rapidly By doing training on a non living model one will be competent to do the skill prior to face the real patient This study implement a training program using cranial model to evaluate the increasing learning curve in craniofacial cases among residents in training METHODS Twenty two plastic surgery residents were enrolled in this study they were divided into two groups the first group consists of residents who never perform this skill before and the second group were the ones who have performed this skill previously They performed a set of training consisting of one knowledge based session followed by one skill based session Afterwards they were evaluated in terms of maxillomandibular fixation skills ability using ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale which assessed by two senior craniofacial surgeons using video recording RESULTS The ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale demonstrated an increase of performance score in the more experienced study population group 2 in all aspect including the task specific work list 16 5 2 44 vs 18 1 57 P 0 19 global rating scale 17 5 2 63 vs 19 4 2 31 P 0 43 total ABPAS score 33 9 4 76 vs 37 4 3 82 P 0 34 and also for IMFscrew placement global rating scale 14 9 1 53 vs 15 9 0 95 P 0 38 although the measurement did not show statistically significant results Time needed for arch bar completion 48 min 17 s vs 41 min 8 s P 0 23 Time needed for IMFscrew placement completion 9 min 25 s vs 6 min 32 s P 0 23 Total time to task completion was shorter in group 2 although the difference was not statistically significant 57 min 24 s vs 47 min 17 s P 0 23 CONCLUSION The MandibulloMaxillary Fixation training program have proven to help plastic surgery residents in training to increase their craniofacial skills give an increase in ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale performance score and shorter time to task completion KEYWORDS mandibulomaxillary fixation MMF training plastic surgery testing learning curve for craniofacial arch bar, BACKGROUND Mandibulomaxillary fixation MMF is one of the surgery skill a plastic surgery resident have to master to become a plastic surgeon as craniofacial cases increase rapidly By doing training on a non living model one will be competent to do the skill prior to face the real patient This study implement a training program using cranial model to evaluate the increasing learning curve in craniofacial cases among residents in training METHODS Twenty two plastic surgery residents were enrolled in this study they were divided into two groups the first group consists of residents who never perform this skill before and the second group were the ones who have performed this skill previously They performed a set of training consisting of one knowledge based session followed by one skill based session Afterwards they were evaluated in terms of maxillomandibular fixation skills ability using ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale which assessed by two senior craniofacial surgeons using video recording RESULTS The ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale demonstrated an increase of performance score in the more experienced study population group 2 in all aspect including the task specific work list 16 5 2 44 vs 18 1 57 P 0 19 global rating scale 17 5 2 63 vs 19 4 2 31 P 0 43 total ABPAS score 33 9 4 76 vs 37 4 3 82 P 0 34 and also for IMFscrew placement global rating scale 14 9 1 53 vs 15 9 0 95 P 0 38 although the measurement did not show statistically significant results Time needed for arch bar completion 48 min 17 s vs 41 min 8 s P 0 23 Time needed for IMFscrew placement completion 9 min 25 s vs 6 min 32 s P 0 23 Total time to task completion was shorter in group 2 although the difference was not statistically significant 57 min 24 s vs 47 min 17 s P 0 23 CONCLUSION The MandibulloMaxillary Fixation training program have proven to help plastic surgery residents in training to increase their craniofacial skills give an increase in ABPAS and IMFscrew placement Global Rating Scale performance score and shorter time to task completion KEYWORDS mandibulomaxillary fixation MMF training plastic surgery testing learning curve for craniofacial arch bar]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>