Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
" This paper defines the informal sector (IS) as being self employed
persons assisted by family and other non-wage earners. It discusses some
theoretical aspects of the urban informal sector and presents some pertinent
findings in indonesia such as why persons enter the informal sector.
relationships of the informal sector to itself and the formal sector (FS),
factors affecting the competitiveness and potential of the informal sub-
sectors. and the interpretation of a change in the size of the informal sector
relative to the format sector. An analysis of Central Bureau of Statistics
data shows that the rate of growth of the informal sector from 1985 to 1990
was much tower than the formal sector and much lower than the informal
sector from 1980 to 1985, with the construction and transportation sectors
being exceptions and the female informal sector growth rate being 39 % that
of males.
"
Journal of Population, Vol. 3 No. 1 June 1997 : 37-66, 1997
JOPO-3-1-Jun1997-37
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This article is focused and the effect of economic development, especially urban development, upon informal activities and urban poor. The gist of this article is that although an impressive record of economic growth had been achieved during PJP I (the first long term development strategy), the urban informal activities and urban poor still seamed to experiences the same problems. Partly these as a result of the development implemented tend to be concentrated in urban areas of Java, especially around the primate city of Jakarta. This inequality of development not only affected the performance of development activities but has also hindered the spread of employment opportunities to other areas, both rural and urban. Consequently, most of the urban labour forces have forced to remain involved in the informal activities and therefore keep them stay in the poor conditions."
GEOUGM 29:73 (1997)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erica Harlin
"Aksara adalah sebuah NLP tool yang menuruti Universal Dependencies (UD) v2. Penelitian terakhir terkait pemrosesan bahasa informal pada Aksara adalah v1.2 yang berfokus pada kemampuan Aksara untuk memproses kata-kata dasar informal dan kata-kata dengan afiksasi informal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan Aksara dalam memproses noisy text. Dalam penelitian ini, terdapat 5 metode yang dipertimbangkan untuk menormalisasikan noisy text, yaitu: Levenshtein distance, Damerau-Levenshtein distance, perbandingan subsequence, longest common subsequence (LCS), dan SymSpell. Untuk menentukan metode mana yang paling cocok, kami membangun dataset sintetis berukuran 20.000 kata, lalu mengukur dan membandingkan performa metode yang satu dengan yang lain dalam menormalisasikan dataset sintetis tersebut. Metode yang akhirnya dipilih adalah SymSpell karena metode ini yang menghasilkan akurasi yang paling tinggi. Versi Aksara yang dihasilkan oleh penelitian ini adalah Aksara v1.4 (Aksara baru). Untuk mengevaluasi Aksara baru, dipakai gold standard yang terdiri dari 152 kalimat dan 1786 token. Hasil evaluasi menunjukkan lemmatizer Aksara baru memiliki akurasi senilai 90.99% dan 91.66% untuk kasus case-sensitive dan case-insensitive. Untuk POS tagger, Aksara baru memiliki akurasi senilai 83%, recall senilai 83%, dan F1 score senilai 83%.

Aksara is an Indonesian NLP tool that conforms to Universal Dependencies (UD) v2. The latest work on Aksara pertaining to its informal language processing ability is Aksara v1.2, which is focused on Aksara’s ability to process informal root words and words with informal affixation. This work aims to enable Aksara to process noisy texts. In this research, there are 5 methods considered for normalizing noisy texts: Levenshtein distance, Damerau-Levenshtein distance, subsequence comparison, longest common subsequence (LCS), and SymSpell. To determine which method is best suited for this purpose, we built a synthetic dataset of 20,000 words, then measured and compared each method’s performance in normalizing the synthetic data. The chosen method is SymSpell as it yields the highest accuracy. This chosen method along with a context dictionary will be integrated into Aksara as a text normalizer. To evaluate new Aksara’s performance, a gold standard consisting of 152 sentences and 1786 tokens is used. The evaluation result shows that the new Aksara’s lemmatizer has an accuracy of 90.99% and 91.61% for case-sensitive and case-insensitive cases. For POS tagger, the new Aksara has an accuracy of 83%, a recall of 83%, and an F1 score of 83%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suva, Fiji: United Nations Development Programme, 1997
658.312 UNI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mayang Puti Seruni
"Penelitian ini berupaya menjelaskan relasi kekuasaan di antara aktor-aktor yang terlibat di dalam sistem lapak pemulung di perkotaan. Relasi tersebut terkait dengan proses produksi dan reproduksi praktik sosial di dalam sektor ekonomi informal. Kajian ini menggunakan perspektif dialektika dinamis antara agensi dan struktur yang selalu mengalir di dalam kerangka ruang dan waktu. Temuan penelitian menunjukkan bahwa agensi pemulung tidak hanya dipengaruhi oleh limitasi struktural, tetapi juga oleh pemantauan refleksif yang mereka lakukan. Ini menyebabkan terjadinya dua hal: Pertama, setiap relasi yang dibangun di dalam sistem lapak memiliki karakter yang berbeda-beda, sangat tergantung pada aspek spasial dan temporal; Kedua, sebagai implikasi, eksklusi sosial yang dialami pemulung terjadi secara dua arah, yaitu dari luar dan dari dalam dirinya sendiri. Untuk memahami proses yang demikian, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, diskusi terarah dan observasi, dengan disertai triangulasi data.

This research intends to explain the relations between actors involved in the system of waste picker shanties in the urban area. These relations are related to the process of production and reproduction of social practises in the informal economy. This study took the perspective of dynamic dialectics between agencies and structures, which always flow within the frame of space and time. Research findings show that waste-pickers agency is not only affected by structural limitations, but also by their reflexive monitoring. This leads to two things: first, each social relation built by waste-pickers has different characters, heavily dependent on spatial and temporal aspect; second, as an implication, the social exclusion experienced by waste-pickers happens in both ways, not only from the outside but also from within themselves. To understand the process, this research used qualitative method with exercising the technic of in-depth interview, directed discussion and observation, and by performing triangulation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dondick Wicaksono Wiroto
"Sektor informal yang ingin ingin dikaji melalui penelitian ini adalah sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL). Keberadaan PKL menjadi suatu permasalahan bagi pemerintah-pemerintah daerah yang ada di Indonesia dan menjadi suatu tantangan bagi pemerintah kotanya dalam rangka melakukan penataan PKL kembali. Namun untuk menghindari pendewaan terhadap peran pemerintah, maka perlu untuk meneliti praktik-praktik dalam interaksi antar kelompok kepentingan yang dapat dapat terlibat dalam situasi mendukung dan tidak mendukung para PKL, sehingga PKL selalu dapat mereproduksi keberadaan mereka. Konsepsi kesadaran praktis dan diskursif dan praktik kekuasaan dari teori strukturasi Giddens akan digunakan untuk menjelaskan bahwa resistensi PKL itu muncul bukan saja karena tekanan struktural tetapi juga karena terjadi interaksi antar kelompok kepentingan.

Informal sector which wish to study through this research are sidewalk vendors in the informal sector (street vendors or PKL). The exitence of street vendors becomes a problem for local governments in Indonesia and a challenge for city governments to make re-arrangement of street vendors. However, to avoid deification to the role of government, it is necessary to examine practices in the interaction between interest groups that may be involved in situations to support and not support the street vendors, so that street vendors always able to reproduce their existence. Conception of practical and discursive consciousness and power practice which is derived from Giddens structuration theory will be used to explain that PKL resistance arises not only because of the structural pressures but also because there is interaction between the actors of interest groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Cities are developing in to a gigantic human settlement. They represent serious sub-regional gaps in economic and welfare. This article reviews the consequences of over-urbanoization. ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Saherdi
"Berdasarkan pengertian Undang-Undang Nomer 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut. Kegiatan usaha kecil tersebut meliputi usaha informal dan usaha skala kecil tradisional. Kegiatan usaha kecil sektor informal tersebut antara lain mencakup berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Sedangkan pengertian usaha kecil tradisional menunjuk pada pengertian usaha kecil tradisional yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun menurun, dan atau berkaitan dengan produk barang kesenian.
Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UKM. Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia juga dianggap telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, rneningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.
Oleh sebab itu, keberadaan sektor informal di perkotaan, termasuk di Jakarta, secara ekonomi justru merupakan hal yang menguntungkan. Namun demikian, di kota Jakarta, tampaknya belum diimbangi dengan penataan yang optimal terhadap keberadaan usaha skala informal tersebut. Produk yang mereka jual ke pelanggan (masyarakat) cenderung kurang sesuai dengan perkembangan gaya dan sclera masyarakat sehingga potensi yang dimiliki oleh usaha skala informal tradisional menjadi tidak optimal. Kondisi tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap eksistensi usaha skala informal tradisional. Mereka menjadi kurang mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor lainnya. Padahal dari sejumlah produk yang dihasilkan oleh sektor usaha skala informal tradisional cukup banyak yang dapat dikembangkan menjadi produk unggulan, misalnya produk-produk berbahan dasar kayu, yang banyak diminati oleh masyarakat.
Untuk itu perlu dilakukan kajian yang komprehensif mengenai Strategi Pengembangan Produk Unggulan Usaha Skala Informal Tradisional di DKI Jakarta. Hasil kajian ini diharapkan dapat mendorong Usaha Skala Informal Tradisional menjadi lebih berdaya dan menjadi usaha formal yang tangguh dalam mengembangkan produk-produk unggulannya. Terkait dengan perrnasalahan tersebut maka tesis ini bertujuan untuk meneliti dan memberikan jawaban atas permasalahan pokok berikut :
1. Berdasarkan kriteria produk unggulan yang telah ditentukan, produk-produk dari usaha sektor informal apa saja yang termasuk unggulan?
2. Bagaimana strategi untuk rnengembangkan produk-produk yang dianggap unggulan tersebut?
Ruang lingkup penelitian dari tesis ini mencakup upaya penentuan kriteria unggulan, penentuan produk-produk unggulan dan penyusunan strategi pengembangan produk unggulan. Penentuan kriteria produk unggulan akan didasarkan pada teori, kajian yang telah ada sebelumnya maupun kriteria-kriteria yang telah terlebih dahulu dikembangkan oleh berbagai pihak. Sedangkan upaya penentuan produk unggulan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan akan dilakukan dengan bantuan model yaitu model AHP.
Selanjutnya, hasil penentuan kriteria dan produk unggulan akan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun strategi yang dipandang efektif untuk mengembangkan produk dari usaha sektor informal.
Obyek penelitian ini adalah produk yang dihasilkan oleh usaha kecil sektor informal. Penelitian ini meliputi 5 kotamadya di DKI Jakarta, dan mencakup 15 produk yang dihasilkan oleh 75 pengusaha kecil sektor informal, yaitu masing-masing 5 orang di setiap kotamadya untuk satu produk yang sama.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh kegiatan Usaha Sektor Informal di DKI Jakarta, sangat beragam, dan beberapa diantaranya memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Di berbagai negara lain, tidak jarang produk-produk hasil kegiatan Usaha Sektor Informal dapat dikembangkan menjadi produk unggulan yang bahkan akhirnya menjadi penggerak tumbuhnya sektor-sektor lain. Namun disayangkan, bahwa di DKI Jakarta belum terdapat data-data mengenai kegiatan Usaha Sektor Informal yang rinci dan memadai untuk menjadi dasar pengambilan keputusan mengenai upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Sektor Informal ini.
Oleh sebab itu, upaya untuk mengembangkan produk ini perlu didukung dengan strategi maupun taktik marketing yang benar. Salah satu upaya marketing yang cukup efektif adalah upaya penjualan produk melalui event event khusus yang diselenggarakan secara periodik. Hal ini selain dimaksudkan untuk mensosialisasikan produk kepada masyarakat, juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas produk. Oleh sebab itu, pihak pemerintah daerah DKI Jakarta perlu memikirkan cara-cara seperti ini, yang bagi kota-kota di negara lain sudah sangat biasa, dan benar-benar efektif untuk memasarkan produknya sekaligus meningkatkan sektor pariwisata.
Upaya pengembangan dan pemberdayaan kegiatan dan produk ini juga tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat, termasuk sektor swasta. Oleh sebab itu, Pemda DKI Jakarta perlu melibatkan pihak swasta, yaitu dengan menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya kemitraan, baik secara langsung antara swasta dengan pengusaha sektor informal yang bersangkutan atau secara tidak langsung melalui Badan Pengembangan Prnduk Sektor Informal yang dibentuk secara bersama antara Pemda DKI Jakarta dengan pihak swasta. Untuk itu, Pemda DKI Jakarta perlu merumuskan adanya insentif yang akan diterima oleh pihak swasta yang melakukan kemitraan mengembangkan produk sektor informal ini.

According to the 1995 Act Number 9 re Small Businesses; what is meant by this type of business is a small--scale core economic activity for achieving criteria of net assets or annual sales such as ownership as specified in the above mentioned Act. Small business activities include informal sector and traditional small business. The former involves, amongst other things, non-registered, non-licensed and non-incorporated businesses while the latter refers to the definition of traditional small businesses which employs simple production tools over times or related to the art works.
There are, at least, three reasons underlying a developing country or the Third World to assume importance of Small and Medium Scale Businesses (SMB). One is because the SMB's performance tends to be better producing productive workforce. Secondly, as part of its dynamics, the SMB frequently gains its productivity through investment and changing technology or technological advance, Thirdly, or finally, one assures that the SMB has strengths or advantages in lights of flexibility rather than that of large businesses. Small and traditional industries in
Indonesia is also deemed to play important roles in receiving or accommodating workforce, increasing business units and strengthening household income.
As a result, the extant informal sector in urban areas, Jakarta included, is economically beneficial. The City of Jakarta seems to main, however, not balanced off with an optimum master-plan against its existence. The products which they sell to customers (general public) are less adapted to the style progression and public tastes and that the potentials which traditional informal scale businesses are not optimum. Such a condition has indirect impacts on the informal traditional activities. They are no longer competitive with outputs of other sectors. Now the products as the outputs of the informal traditional activities are sufficient to be developed into profitable products such as those of wooden basic material which most people desire.
For that purpose, it needs a comprehensive analysis on the Development Strategies for Profitable products of Informal Traditional Business Sector in DKI. Jakarta. Results of the analysis are expected to support Informal Traditional Businesses to be more competitive and established formal businesses. Moreover, this thesis intends to search and respond the statement of problems:
1. According to the criteria of determined profitable products, what are products of the informal business sector which belong to excellent or profitable products?
2. How about strategies to develop the profitable products?
Scope of study for this thesis reveals determination of profitable criteria, profitable products and development strategic arrangement for the same products.
These criteria of profitable products will be based on theories; previously developed analysis of criteria. While determination of profitable products upon the established criteria will be made by means of AHP Model. Furthermore, results of determination of both criteria and profitable products will constitute a basis for preparing effective strategies to develop a product of the informal business sector.
This research object is any product produced by small informal sector. The research involves all the 5 municipalities in DKI Jakarta and includes 15 products produced by 75 small informal businesses; 5 employers of every municipality for one similar product.
The research indicates that products produced by the Informal Business Sector in DKI Jakarta are various or diversified and therefore, some have greater potentials to be developed. In other several countries, outputs of the Informal Business Sector are often developed to be profitable products which are anticipated, later on, to drive development and growth of other sectors. Unfortunately, DKI Jakarta has no data and details of sufficient Informal Business Sector for a basis to make decisions on development efforts and empowerment.
Product development should be, therefore, strengthened by actual marketing strategies and tactics. One of the effective marketing efforts is selling of product through regularly-held special events. This does not only socializes products but also has impacts on the product's quality improvement. As a consequence, the government of DKI Jakarta must consider this type of ways that may be common for other cities and effective for marketing tourism sector.
Business and product development and empowerment lie not only in the hands of government but also become the responsibility of all levels of community including private sector. The Provincial Government of DKI Jakarta should, therefore, involve private sectors; creating conducive circumstances for creating partnership either directly between private and informal businesses or indirectly through Badan Pengembangan Produk Sektor Informal ("Informal Sector Product Development Agency") established jointly between the Provincial Government of DKI Jakarta and private sector. For that purpose, the Provincial Government of DKI Jakarta should formulate incentives which private sector will gain in order to provide and maintain partnership for this informal sector's product development,
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Festinger, Leon, 1919-1989
California: Stanford University Press, 1950
362.042 FES s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Atsabita
"ABSTRAK
Sektor informal masih memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia, serta memiliki hubungan yang erat sebagai pendorong perekonomian sebagaimana kurang lebih 45 persen output di Indonesia diproduksi oleh usaha-usaha sektor informal dan hampir 90 persennya merupakan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di Indonesia. Kendati demikian, perhatian seringkali lebih ditekankan pada bagaimana cara membuat para pelaku sektor informal ini untuk berpindah menjadi formal alih-alih menargetkan secara langsung sektor informal tersebut untuk berbagai program pembangunan. Padahal, terdapat beberapa bukti empiris yang menemukan bahwa sektor informal di negara-negara berkembang seperti di Indonesia tidak mendukung model ekslusi exclusion model mdash;mereka ada karena pertimbangan rasional rrational exit model dan melayani pasar yang berbeda dengan sektor formal dual economy. Selain itu, kebijakan-kebijakan yang diterapkan seringkali tidak mengakumulasikan adanya heterogenitas dalam sektor informal yang meyebabkan implementasi kebijakan tidak tepat sasaran karena adanya perbedaan karakteristik. Penelitian ini mereplikasi peelitian yag dilakukan oleh Grimm, Knorringa, Lay 2012 di Afrika yang mencoba untuk membagi sektor informal di Indonesia menjadi tiga kelompok mdash;top performers, constrained gazelles, dan survivalists mdash;serta mencari tahu bagaimana heterogenitas sektor informal di Indonesia ini berpengaruh pada performa perusahaan yang diukur dari level profit perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga melihat pengaruh dari heterogenitas pada keinginan pengusaha untuk mengembangkan usahanya melalui pinjaman dari lembaga keuangan formal seperti bank.

ABSTRACT
The informal sector still plays a significant role in Indonesian economy, as well as associated with one of the growth factor as roughly 45 percent of total output is produced by informal Small and Micro Enterprises SMEs and more than 90 percent of them provide jobs for the labor force in Indonesia. However, many of the policy makers rsquo attention is placed on how to formalize these firms instead of targetting the informal sector directly for development programs, even though some evidences about the informal sector in dynamic developing countries like Indonesia say that their existence is more driven by the rational exit model and dual economy model instead of exclusion model. In other words, the informal sector exists toserve different market than that of formal sector, and their existence is a product of some rational cost benefit calculation. Moreover, the implemented policies, both policy about how to formalize these firms and financing policy for especially SMEs usually don rsquo t take into account the heterogeneity within the informal sector, which make such policies ineffective and inefficient due to diverse characteristics of groups in informal sector. This research tries to homogenize the informal sector in Indonesia into groups that are first introduced by Grimm, Knorringa, Lay 2012 which is the top performers, the constrained gazelles, and the survivalist, and also to further research whether the heterogeneity within Indonesian informal sector affects firms rsquo growths. This research also tries to see if heterogeneity, in any way, affects informal entrepreneurs rsquo willingness to expand their busniesses through the formal financial setors rsquo financing. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>