Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S7579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto
"
ABSTRAK
Para Seniman, Sastrawan, dan Akademisi budaya Jawa, selalu memberikan sumbangan yang tiada terkira untuk menegakkan kembali budaya Jawa, sebagai peninggalan para leluhur. Perlulah ditinjau kembali apa yang telah kita berikan kepada budaya kita sendiri, khususnya dalam bidang sastra Jawa. Sastra Jawa Modern khususnya seolah tidak mendapat tempat yang tentram didalam para penelili sastra. Memang beberapa pendapat bahwa Sastra Jawa Modern dianggap tidak berbobot, tidak berbau mistik bahkan adakalanya dijadikan sebagai bahan pembicaraan sebagai pengisi waktu luang.
Menghadapi situasi yang demikian, tentulah sangat diperlukan kajian khusus, tentang sastra Jawa Modern, bukan karena tidak ada bobot lantas ditinggalkan begitu saja, tetapi ada sisi lain dari sastra itu sendiri yang tentunya masih banyak menawarkan bentuk lahan untuk dikaji. Globalisasi tidak mungkin kita hindari dan semaunya terus-menerus mengikis rasa patriolisme sebuah kelompok tertentu, berjalan menuju kepada bentuk rasa umum. Hal inilah diperlukan ketahanan moril yang berpulang kepada ketahanan individu, untuk senantiasa menyaring dan mempergunakan manfaat yang ditawarkan.
Pada situasi yang seperli inilah sastra seharusnya menampakkan perannya, sebagai penyembuh moral yang makin lama semakin cenderung ke arah menyederhanakan bentuk suatu sistem. Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu dulce et utile, bermanfaat dan menghibur. Tetapi porsi untuk menghibur lcbih mendapat tempat dibanding dengan sastra serius. Tentulah bobot sastra yang demikian bukanlah menjadi tugas seseorang Sastrawan semata, tetapi juga tugas para Akademisi,dan Pembaca budiman untuk lebih mennelihara citarasa seni yang ada pada dirinya. untuk senantiasa mempertahankan keseriusan sebuah karya seni.
Pada penulisan skripsi ini, pada dasarnya berusaha untuk menguak tabir sebuah karya Sastra Jawa Modern yang berbentuk novel yang tampil dengan sangat bersahaja tetapi lebih mengena pada beberapa lapisan masyarakat, yang haus akan sebuah kenangan hiburan daerah, dan juga sebagai suatu alat untuk mengalihkan perhatian yang serius dari rutinitas sesaat.
Seni yang ditujukan untuk hiburan sekedar untuk bahan bacaan inilah yang akan dibahas lebih lanjut. Sementara hal yang berkenaan dengan seni yang sekedar untuk bacaan ringan inilah, yang dikatakan seni untuk hiburan, yang mengarah ke hal-hal yang telah menjadi konvensi masyarakat pendukungnya, dapat dinikmati tanpa persiapan yang matang. Pada dasamya seni seperti inilah, seni yang dapat mempertahankan kerendahan kwalitasnya, untuk menjaga kelanggengannya. Seni seperti inilah seni yang terdapat pada novel LSPG ini.
"
1997
S11460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamahsyari Rahman
"Skripsi ini membahas tentang Seni Bangunan dan Ragam Hias Mesjid Syahabuddin yang bertujuan untuk mengetahui gaya seni bangunan dan ragam hias mesjid tersebut. Metode yang di gunakan yaitu metode perbandingan, perbandingan antara bangunan Mesjid Syahabuddin dengan Istana Siak Sri Indrapura, Balai Kerapatan Tinggi, Tangsi Belanda dan Rumah Melayu. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa seni bangunan Mesjid Syahabuddin mengikuti seni bangunan Kolonial dan Islam sedangkan dalam segi ragam hias mengikuti seni ragam hias melayu.

This study discusses the Arts Building and Ornamental Variety of Syahabuddin Mosque which aims to know the art of building and decoration of the mosque. Method used is the method of comparison, the comparison between the Syahabuddin Mosque building with the Palace of Siak Sri Indrapura, Balai Kerapatan Tinggi, Tangsi Belanda and Rumah Melayu. The final results of this study indicate that the architecture of Syahabuddin Mosque followed Colonial and Islamic architecture while in terms of decorative art followed Melayu's art decorative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11925
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Egga Pramuditya
"Skripsi ini membahas sejauh mana penerapan unsur-unsur bangunan Jawa yang diterapkan pada bangunan Masjid Kadilangu dan untuk membuktikan adanya akulturasi pada bangunan masjid tersebut. Dengan mengetahui sejauh mana unsur-unsur bangunan lokal itu dipertahankan dalam bangunan masjid dapat diketahui pengaruh apa saja dari unsur tradisi bangunan Jawa yang masuk kedalam bangunan Masjid Kadilangu. Penelitian dilakukan dengan membandingkan bentuk bangunan Masjid Kadilangu dengan konsep bangunan yang dikembangkan oleh masyarakat Jawa.

This graduate thesis talk about the elements of Javanese house that is applied on Kadilangu Mosque, to prove that there?s an acculturation wich is influence the construction of the mosque. We can find how far the influence of Javanese house design that exist on Kadilangu Mosque by observing the local element of Javanese culture that can be seen on it. This observation using method of comparism between Kadilangu Mosque and the concept of Javanese building that has been developed by Javanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11836
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ninuk Irawati Kleden Probonegoro
"Berbagai bentuk karya (seni) yang merupakan ekspresi dapat diperlakukan sebagai identitas atau 'identitas' (baca:representasi), karena dua hal. Pertama, para peneliti berhasil memasuki kandungan mental seniman yang melahirkan karya-karya otentik, seperti misalnya penelitian Kenneth George tentang kaligrafi Pirous. Kedua, proses pemaknaan suatu karya (seni) dianggap cukup penting sehingga pada gilirannya karya itu dapat menjadi ajang kontestasi untuk bisa menjadi representasi identitas. Contoh dari proses pemaknaan ekspresi seni itu, sangat jelas pada kajian Jennifer Santos tentang kerajinan tangan masyarakat desa Tegallalang, Bali, juga Juliana Wijaya tentang alih kode dalam tuturan dan Tito Imanda tentang Si Unyil anak Indonesia. Seperti telah dikatakan sebelumnya, makna suatu ekspresi maupun proses pemaknaannya sangat tergantung pada berbagai konteks di mana karya itu diekspresikan. Karya seniman seperti lukisan, teater, tari, seni kerajinan dan berbagai bentuk karya lain seperti film, surat kabar dan narasi, mempunyai makna yang lahir karena pengaruh persentuhan kebudayaan. Persentuhan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain, satu kebudayaan lokal dengan kebudayaan nasional atau dengan kebudayaan masyarakat global.""
2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dega Syamsu Nur Adhiyat
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai rekacipta kesenian Kuntulan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia, yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Tirto Arum. Pengertian rekacipta yang digunakan merujuk pada Hobsbawn 1987:1 , yakni sebuah upaya untuk memunculkan kembali suatu kesenian dengan wajah dan fungsi yang baru. Gambaran mengenai proses rekacipta yang terjadi pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara secara mendalam. Proses observasi dilakukan dengan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Kuntulan Tirto Arum dalam kurun waktu enam bulan, sedangkan wawancara secara mendalam dilakukan kepada dua informan kunci dan beberapa informan pendukung. Secara garis besar, proses rekacipta pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi dilakukan agar kesenian Kuntulan dapat tetap bertahan dan diterima masyarakat, walaupun proses rekacipta ini ternyata juga mengakibatkan adanya fungsi kesenian Kuntulan yang awalnya digunakan sebagai media dakwah berubah menjadi fungsi hiburan.

ABSTRACT
This study is a qualitative research with ethnography approach that aims to describe about the reinvention of Kuntulan art in Banyuwangi, East Java, Indonesia, spesifically who conducted by Tirto Arum Kuntulan Art Group. The definition used is referred to Hobsbawn 1987 1 , an attempt to bring back an art with a new face and function. The description of Kuntulan art reinvention in Banyuwangi is obtained by using the method of observation and indepth interview. The observation process was done by observing various activities from Tirto Arum Kuntulan Arts Group within six months, while indepth interviews were conducted to two key informants and some supporting informants. In general, this study suggest that the process of Kuntulan art reinvention is done for get the accepted from society, so Kuntulan art can be survive, although the process of this invention of tradition also resulted in a Kuntulan art function that was originally used as a medium of da 39 wah turned into a function of entertainment."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Zaky Shahab
"This article illuminates the author's concern that policies of multiculturalism which reverberated around the euphoria of the reformasi era appears to be in fact a response of the New Order government policy which emphasize on 'mono-culture' policy. The author sees that is not an impossible thing that policies of multiculturalism will be trapped on primordialism and certain ethnic domination. The author builds the argument from empirical data collected from art inventions of several ethnic groups in Indonesia that illustrate there is a tight relationship between art inventions and ethnic existence identity/solidarity. Arts invention brings toward identity reinforcement, existence, and finally authority from the ethnic group. This empirical data demonstrates that arts invention brings ethnic authority not only arts authority, but also authority in political life. Studying from the data raises the concern that multicultural policies which gives freedom to culture will bring to authority formation and concentration among ethnic groups with the strong potential in creating their arts. When this happens, Indonesia will return to certain ethnic domination. Is the government ready for the possible implication of such multicultural policies?"
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astrianto Adianggoro
"Karya seni merupakan sebuah fenomena sosial yang keberadaannya dapat dijumpai daiam kehidupan sehari-hari. Sebagai subjek yang berkesadaran, manusia harus kritis terhadap fenomena-fenomena yang melingkupinya. Mengapa sebuah predikat karya seni dapat ditempelkan kepada objek tertentu yang membuatnya menjadi lama sekali berbeda dengan objek-objek biasa? Hal ini merupakan pertanyaan yang sangat mendasar yang berusaha untuk dijawab oleh para filsuf. Penulisan ini mencoba untuk mengangkat sebuah usaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebuah usaha untuk mendefinisikan seni. Berawal dari sebuah kritik, dan pada akhirnya sampai pada sebuah formulasi dari definisi seni. Arthur Danto merupakan filsuf yang menjadi fokus dalam penulisan skripsi ini. Usahanya dalam membuat sebuah definisi berawal dari kritiknya terhadap Wittgenstein. Wittgenstein memang lebih akrab dibicarakan dalam ruang lingkup filsafat bahasa, namun pemikirannya berimplikasi juga terhadap pembicaraan etika dan estetika. Dalam analisis bahasanya, Wittgenstein mencoba untuk ikut dalam praktik bahasa itu sendiri. Ternyata, sesuatu yang menjadi menarik baginya adalah adanya kebudayaan yang selalu melekat dalam diri tiap-tiap individu dalam berbahasa. Dengan adanya latar belakang kebudayaan ini, bagi Wittgenstein, bahasa menjadi plural sifatnya dan tidak bisa berada dibawah sebuah teori yang tunggal. Begitu juga dengan seni, seni menjadi tidak bisa didefinisikan. Tetapi, bila masing-masing kebudayaan memiliki pengertiannya masing_masing tentang apa itu seni, bukankah artinya mereka telah membuat sebuah pembedaan antara karya seni (artwork) dan benda belaka (mere thing)? Dari sini, Arthur Danto melihat sebuah benang merah tentang perbedaan yang akan dirnunculkan antara karya seni (artwork) dan benda belaka (mere thing). Sebuah pintu masuk yang dipilih oleh Danto untuk memulai pendefinisian seni dan sebagai kritik terhadap pemikiran Wittgenstein."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S15995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>