Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S7604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmi
"Salah satu tugas perkembangan pada masa prasekolah adalah berkembangnya kemampuan motorik kasar anak. Pada saat ini tubuh anak berkembang pesat, terutama perkernbangan otot-otot besar yang memungkinkan perkembangan motorik kasarnya. Anak juga sangat aktif dan energik, sehingga membutuhkan latihan kegiatan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar ini memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kognitif, emosi dan sosial pada anak. Pentingnya perkembangan motorik kasar sudah menjadi perhatian para pendidik sejak lama. Sayangnya, di Indonesia, perkembangan motorik kasar anak prasekolah belum mendapat perhatian yang sesuai. Penelitian pada 212 Taman Kanak-kanak (TK) di DKI Jakarta pada tahun 2002, ditemukan bahwa hanya 57,3 % sekolah yang memberi kesempatan bagi murid untuk melakukan kegiatan motorik kasar.
Program Pendidikan Rumah Bagi Orangtua Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Prasekolah ini disusun sebagai alternatif pendidikan untuk anak prasekolah. Pada masa prasekolah anak tidak harus mengikuti pendidikan di sekolah atau institusi tertentu di luar rumah. Kebutuhan anak adalah memperoleh Stimulasi yang kaya dan beragam, sehingga dapat mengembangkan dirinya dengan optimal. Stimulasi tersebut dapat diberikan sendiri oleh orangtua rnelalui pendidikan rumah. Dengan peran aktif orangtua sebagai guru di rumah dapat terjalin hubungan yang lebih akrab antara anak dengan orangtua.
Dengan demikian, program ini disusun agar anak dapat mencapai perkembangan motorik kasar yang optimal. Program ini menggunakan teori perkembangan motorik dari Gallahue dan Ozmun yang dirangkum dengan teori-teori dari ahli-ahli lainnya, seperti Berk, Miller dan Feldman. Perkembangan motorik kasar disebut juga perkembangan gerak, dibagi menjadi tiga aspek, yaitu stabilitas, lokomosi dan manipulasi. Masing-masing aspek terdiri dari beberapa kemampuan yang nantinya akan dilatihkan pada anak.
Di dalam program ini terdapat kegiatan-kegiatan yang sederhana, material yang mudah didapat Serta tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga aplikatif untuk digunakan oleh orangtua. Untuk penyempurnaan program ini selanjutnya dapat dilakukan dengan uji coba di lapangan serta evaluasi. Perbaikan terhadap hasil evaluasi akan menghasilkan program baru yang telah teruji. Kemudian diberikan pelatihan untuk orangtua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Haryati
"Kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah merupakan suatu hal yang alamiah bagi setiap anak. Mereka mulai memperluas pergaulannya dan terlibat dengan kegiatan bermain. Hal ini perlu mendapat dukungan dari orang tua untuk memfasilitasi perkembangan anak terutama perkembangan interpersonal dan kemampuan sosialnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap pentingnya kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah. Penelitian ini dilakukan di Rw. 05 kelurahan Rawasari pada tanggal 22-30 November 2001.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif sederhana dengan responden sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan rumus tendensi sentral, distribusi frekuensi, dan standar deviasi. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata orang tua di Rw. 05 kelurahan Rawasari mempunyai persepsi yang positif terhadap kegiatan bermain dengan teman sebaya pada anak prasekolah. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5010
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Nur Hidayati
"Penelitian ini bermaksud mengetahui dan memahami mediasi seperti apa
yang diterapkan oleh orangtua pada anak pengguna gadget. Teori Mediasi
Orangtua digunakan untuk melihat bagaimana orangtua menerapkan mediasi
aktif, restriktif dan co-viewing pada anak pengguna gadget. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan paradigma postpositivisme. Wawancara mendalam
dilakukan pada orangtua dari anak umur 3-5 tahun yang tinggal di daerah
perkotaan. Terkait dengan teori, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
media yang paling sering di konsumsi anak setelah televisi adalah gadget. Hal ini
terkait dengan kondisi sosial budaya serta status ekonomi masyarakat perkotaan.
Dalam penerapan strategi mediasi pada anak pengguna gadget, orangtua
melakukan kombinasi dari mediasi aktif, restriktif dan co-viewing yang
ditentukan oleh perhatian utama orangtua (parental concern). Selain itu,
ditemukan juga mediasi participatory learning dimana anak dan orangtua belajar
bersama mengenai konten media yang ada dalam gadget

ABSTRACT
This study is to find and understand what mediation adopted by parents in
children gadget users. Parental Mediation Theory used to see how parents
implement active mediation, restrictive and co-viewing in children gadget users.
This study is a qualitative research with a postpositivism paradigm. In-depth
interviews were conducted with parents of children aged 3-5 years who live in
urban areas. Associated with the theory, the results of this study indicate that the
media most often in children after television consumption is gadgets. It is related
to the socio-cultural conditions and economic status of urban communities. In the
application of mediation strategies in children gadget users, parents do a
combination of active mediation, restrictive and co-viewing is determined by the
primary concern of parents (parental concern). In addition there are also mediating
participatory learning where children and parents learn together about the existing
media content in the gadget."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widuri Adi Rukmini
"Penelitian kualitatif ini berusaha mengetahui persepsi anak mengenai acara anak yang ada di televisi, khususnya anak yang termasuk dalam middle childhood. Faktor-faktor apa saja yang mendukung persepsi tersebut dan pengaruhnya terhadap pemilihan acara anak yang akan mereka saksikan di televisi. Secara lebih khusus, penelitian ini ingin melihat persepsi anak terhadap acara hiburan yang mengandung unsur pendidikan, yaitu Tralala trilili dan Towet towet. Apakah benar acara yang dipersepsikan sebagai acara hiburan dapat memberikan pengetahuan yang lebih dibandingkan acara yang mereka persepsikan sebagai acara pendidikan. Untuk mengumpulkan data, digunakan Focus Group Discussion, suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan diskusi kelompok. Diskusi ini dilakukan di SD Rimba Putra dan SD Regina Pacis Bogor, dengan total sampel 48 orang yang dibagi dalam 8 sesi yang dipandu oleh seorang moderator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata walaupun acara yang dipersepsikan sebagai acara hiburan, yang mengandung pendidikan, memang disukai anak, namun pengetahuan yang terdapat dalam acara tersebut kurang dapat diserap oleh anak. Anak lebih dapat menyerap dan mengingat pengetahuan yang ada pada acara yang mereka persepsikan sebagai acara pendidikan, seperti kuis. Penelitian menunjukkan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan ternyata lebih memiliki minat pada pengetahuan, sehingga mereka lebih banyak mengingat pengetahuan yang ada dalam acara tertentu dibanding anak laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S4219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1980
S6505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suarta
"Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja di Kelurahan kapuk Muara, (2) bagaimanakah pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak, (3) apakah ada kaitan antara pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan para remaja, (4) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja, (5) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja ? dan (6) apakah ada perbedaan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan antara remaja laki-laki - perempuan dari etnis Jawa dengan etnis Betawi.
Subyek penelitian dari penelitian ini adalah para remaja usia 13-16 tahun dan berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang berada di Kelurahan Kapuk Muara. Jumlah responden penelitian ini adalah 140 orang yang terdiri dari 70 orang remaja dari etnis Jawa dan 70 orang dari etnis Betawi, beserta orangtuanya. Instrumen yang digunakan untuk menggali data adalah skala aspirasi pendidikan, skala aspirasi pekerjaan, skala harapan orangtua terhadap pendidikan anak, dan skala harapan orangtua terhadap pekerjaan anak.
Dengan menggunakan tehnik analisis Faktor, Multipel Regressi, uji signifikansi T-Test dan Pairs T-Test, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) bidang pendidikan yang diharapakan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pendidikan dibidang pendidikan sosial & komputer, dan bidang pendidikan administrasi & keuangan, sedangkan bidang pekerjaan yang diharapkan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pelayanan umum & jasa tehnik komputer, (2) bidang pendidikan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pendidikan di bidang administrasi & keuangan, sedangkan pekerjaan / bidang pekerjaan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pekerjaan di bidang jasa komputer, (3) pola harapan orangtua terhadap pendidikan anak ada sedikit kesesuaiannya dengan pola aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara demikian juga dalam bidang pekerjaan yang diharapkan. (4) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara, (5) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja, sedangkan harapan orangtua terhadap pendidikan anak tidak berhubungan signifikan dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja. (6) ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja dari etnis Betawi dengan remaja dari etnis Jawa, sedangkan dilihat dari dari jenis kelaminnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja laki-laki dengan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja perempuan. Berdasarkan penemuan tersebut diajukan saran kepada Lurah Kapuk Muara beserta staf, pemuka masyarakat di kelurahan Kapuk Muara, kelompok motivator, karang teruna Kelurahan Kapuk Muara, dan para peneliti lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T7980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guritnaningsih A. Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tindakan orangtua di pedesaan melanjutkan pendidikan anak mereka yang berusia 13-15 tahun ke tingkat SLTP. Menurut penulis penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya angka partisipasi pendidikan di tingkat SLTP dan dalam rangka pelaksanaan wajib belajar 9 tahun yang meliputi SD 6 tahun ditambah SLTP 3 tahun.
Untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia yang sebagian besar tinggal di pedesaan, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat menjelaskan tindakan orangtua menyekolahkan anak dalam masyarakat tersebut.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah; apakah variabel-variabel distal (sosial-ekonomis dan sosial-demografis) dan proksimal (psikologis) berpengaruh terhadap tindakan orangtua di pedesaan untuk menyekolahkan anaknya ke SLTP? Manakah di antara variabel-variabel tersebut yang lebih berpengaruh terhadap tindakan orangtua?
Yang dimaksud variabel distal dalam penelitian ini adalah variabel status sosial, variabel status ekonomi orangtua, dan terpaan informasi. Sedangkan variabel proksimal meliputi persepsi orangtua tentang biaya bersekolah di SLTP, persepsi tentang kaitan antara pendidikan dan kesempatan kerja, gender belief, target belief, sikap terhadap tindakan menyekolahkan anak ke SLTP, norma subyektif dan aspirasi orangtua tentang pendidikan bagi anaknya.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang peran variabel-variabel distal dan proksimal tersebut terhadap tindakan orangtua, dilakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan structural, dengan program LISREL (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog, dick.
Penelitian dilakukan di pedesaan Jawa Barat dengan memilih daerah yang memiliki fasilitas pendidikan yang cukup memadai, namun memiliki angka partisipasi pendidikan SLTP yang rendah. Daerah yang terpilih adalah Kecamatan Surade dan Sagaranten di Kabupaten Sukabumi, serta Kecamatan Mande dan Cikalong Kulon di Kabupaten Cianjur.
Responden seluruhnya 403 orangtua dengan proporsi yang seimbang antara yang menyekolahkan dan yang tidak menyekolahkan anaknya ke SLTP. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara secara individual dan metode observasi.
Sasaran penelitian adalah orangtua yang memiliki anak dalam batas usia SLTP, 13-15 tahun, dengan alasan pada usia tersebut peran orangtua masih cukup besar dalam menentukan kehidupan anak, khususnya dalam pendidikan dan karir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan orangtua menyekolahkan anak ke SLTP sangat dipengaruhi oleh tingginya aspirasi mereka tentang pendidikan anak. Faktor status ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap tindakan orangtua melanjutkan pendidikan anak ke SLTP. Status ekonomi bersama-sama dengan status sosial orangtua. berpengaruh terhadap kesempatan orangtua memperoleh terpaan informasi, yang kemudian berpengaruh terhadap terbentuknya aspirasi orangtua tentang pendidikan anak. Aspirasi orangtua inilah yang kemudian mempengaruhi tindakan orangtua. Maka pandangan yang seringkali muncul bahwa rendahnya angka partisipasi pendidikan, atau tindakan melanjutkan sekolah ke SLTP itu terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dalam penelitian ini tidak terbukti.
Peran terpaan informasi tampak cukup berpengaruh terhadap masyarakat pedesaan yang umumnya berpendidikan rendah. Maka terpaan informasi dapat mengisi kekurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. oleh karena itu penyampaian informasi pendidikan melalui sarana komunikasi seperti media massa, media tradisional (pertunjukkan rakyat) maupun tokoh-tokoh masyarakat perlu lebih memperhatikan mengenai isi informasi, bentuk dan frekuensi penyajiannya dengan menekankan tentang pentingnya menyekolahkan anak ke sekolah lanjutan.
Meningkatnya frekuensi dan kualitas bentuk penyajian informasi tentang pendidikan akan dapat meningkatkan kesadaran dan pengenalan mengenai pentingnya melanjutkan pendidikan anak ke tingkatan yang lebih tinggi. Selanjutnya manakala orangtua meyakini akan pentingnya pendidikan lan-jutan bagi anaknya, mereka akan berusaha keras untuk mewujudkan keinginannya."
1993
D296
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>