Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151812 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indragini
"Telah dilakukan degradasi senyawa 4,4?-dikloro bifenil dengan kombinasi proses fotokatalis dan radiasi gamma menggunakan nanokomposit karbon aktif-zeolit alam dan TiO2 (KAZA-TiO2). Nanotitania pada komposit KAZA-TiO2 disintesis melalui metode sol gel menggunakan titanium tetraisopropoxide sebagai precursor. Karakterisasi nanokomposit dilakukan dengan BET, XRD, FT-IR dan SEM-EDX. Hasil karakterisasi menunjukkan nanokomposit KAZA-TiO2 memiliki ukuran pori 5 - 7 A dengan volum 0,15-0,21 cm3/g dan luas permukaan 79-107 m2/g.
Kristal TiO2 yang terbentuk terdiri dari anatase dan rutile, dengan ukuran kristal berturut-turut 15-22 nm dan 37-52 nm, yang terdistribusi secara merata pada adsorben. Degradasi 4,4?-dikloro bifenil dalam air dengan konsentrasi awal 10 ppm sebesar 88% dapat dicapai menggunakan nanokomposit KAZA-TiO2 dengan perbandingan awal 2:1:7 dan waktu reaksi 270 menit.

Degradation of 4,4?-dichloro biphenyl (4,4?-DCB) had been done by combination process of photocatalyst and gamma radiation using activated carbon, natural zeolite and TiO2 (KAZA-TiO2). The nanotitania on KAZA-TiO2 composite was synthesized by sol gel method using titanium tetraisopropoxide as precursor. Characterisation of nanocomposite was conducted by using BET, XRD, FT-IR dan SEM-EDX. Result showed that KAZA-TiO2 composite had mesopore with size range between 50 - 70 A and volume 0,15-0,21 cm3/g with surface area 79-107 m2/g.
TiO2 crystalite on KAZA-TiO2 nanocomposite consist of anatase and rutile type with crystal size range 14-22 nm for anatase and 37-52 nm for rutile, which was distribute uniformly on support. Degradation of 4,4?-DCB in water, with initial concentration of 10 ppm, achived as much as 88% using KAZA-TiO2 with initial ratio 2:1:7 and reaction time 270 minute.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Purwanto
"Ion Ca2+ merupakan sumber kesadahan dalam air. Kesadahan air mengakibatkan sabun sukar untuk membuih sehingga pakaian sulit untuk menjadi bersih. Kesadahan juga mengakibatkan timbulnya kerak dalam ketel. Kerak ini akan menghalangi transfer panas yang pada akhirnya akan memboroskan bahan bakar. Karena itulah ion Ca2+ harus dikurangi hingga ambang batas yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu maksimal 500 ppm.
Pada penelitlan ini digunakan zeolit alam Lampung sebagai adsorben untuk menyerap ion Ca2+. Ukuran zeolit yang digunakan adalah 20-10 mesh dan 30-20 mesh. Sebelum digunakan zeolit terlebih dahulu direndam dalam larutan NH4Cl 1,5M selama 50 jam. Selanjutnya dipanaskan dalam tungku dengan suhu 200°C selama lebih kurang 2 jam. Pemanasan ini akan melepaskan NH dan terbentuk H-zeolit. H-zeolit digunakan sebagai unggun dalam tangki filtrasi dengan variasi tinggi 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm.
Tangki filtrasi yang digunakan terbuat dari kaleng cat yang berdiameter 28,5 cm dan tinggi 37,5 cm. Air baku yang telah dimasukkan garam CaCl2 masuk melalui bagian bawah tangki filtrasi dan keluar melalui saluran keluar di bagian atas tangki. Lamanya waktu sejak keran masuk dibuka hingga air filtrat keluar pertama kali kurang lebih 20 menit. Menit tersebut adalah menit ke-0. Sampel diambil setiap 1 menit kemudian diuji dengan AAS di laboratorium AAS di Jurusan Fisika FMIPA UI.
Dari hasi pengujian dengan AAS, diperoleh grafik konsentrasi ion Ca2+ terhadap waktu. Grafik tidak menunjukkan kondisi ideal adsorpsi di mana pada grafik hasil pengujian konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent terlihat fluktuatif. Idealnya pada beberapa waktu pertama konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent relatif konstan dalam jumlah di bawah konsentrasi awal. Kemudian setelah adsorben mulai jenuh, konsentrasi ion Ca2+ mulai naik mencapai konsentrasi awal. Kemungkinan hal ini disebabkan adanya ion-ion lain sehingga terjadi interferensi dalam embacaan AAS dan adanya ion Ca2+ dalam zeolit yang ikut terlepas masuk dalam filtrat.
Namun secara garis besar H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh jelas memiliki luas permukaan lebih besar daripada yang berukuran 20-10 mesh. H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh mampu menurunkan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent dengan lebih baik. Hingga menit ke-60, unggun zeolit dengan tinggi 5 cm bisa menurunkan sampai 689 ppm, ketinggian 7,5 cm bisa menurunkan sampai 496 ppm, dan ketinggian 10 cm bisa mengurangi sampai 522 ppm. Konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent cenderung terus turun. Jika waktu operasi diperpanjang kemungkinan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent bisa mencapai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 500 ppm bahkan bisa kurang dari itu.
Sedangkan zeolit alam Lampung ukuran 20-10 mesh dengan tinggi unggun 5 cm hanya mampu mengadsorp sampai menit ke-40 saja (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 634 ppm), ketinggian unggun 7,5 cm bisa mengadsorp sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 574 ppm), dan ketinggian unggun 10 cm bisa mengadsorp juga sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 412 ppm)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Radityo
"Penggunaan zeolit sebagai katalis terutama katalis ZSM-5 telah banyak diterapkan hampir di semua industri. Pengembangan akan sintesis ZSM-5 terus dilakukan. Pada penelitian terdahulu, sol-gel yang dihasilkan memerlukan waktu aging yang lama (5 hari), suhu pemanasan yang tinggi (160 oC), dan belum optimalnya pengamatan terhadap gel yang terbentuk yakni komposisi Si/Al, perolehan (yield), dan morfologi. Penelitian ini dititikberatkan pada pembentukan sol-gel dengan memvariasikan kondisi operasi menggunakan Jet Bubble Column serta tidak dilakukan pemanasan dengan hasil waktu pembentukan sol-gel selama 3 hari, persebaran Si-Al yang merata, dan perolehan yield sebesar 50.18 %.

Using zeolite as a catalyst especially ZSM-5 have already applied almost at all industry. Development of ZSM-5 synthesis have done continuously. In earlier research, sol-gel need a long aging period (5 days), high treatment temprature (160 oC) and have not observed yet some parameters such as Si/Al composition, yield, and morfology. In this research, we focus on sol-gel forming with different operating condition using Jet Bubble Column and without treatment. As a result is 3 days sol-gel forming time, homogeneous sol-gel, and 50.18% yield."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43418
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Yanti Christine
"Dalam penelitian ini, dilakukan preparasi dan karakterisasi zeolit mesopori dengan bahan awal zeolit alam Lampung dengan metode tandem acid-base treatments. Zeolit alam yang umumnya merupakan material dengan ukuran mikropori dimodifikasi dengan menyatukan dua metode yang biasa dilakukan untuk mengubah ukuran mikropori zeolit menjadi zeolit hierarki, yaitu dealuminasi dan desilikasi. Proses dealuminasi diharapkan dapat meningkatkan rasio Si:Al sehingga terjadi proses pengaturan ulang dalam kerangka zeolit kemudian dilakukan proses desilikasi yang bertujuan untuk melarutkan sebagian Si dalam kerangka zeolit dan mengarahkan pembentukan mesopori dalam zeolit. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan luas permukaan dari yang sebelumnya 4,795 m2/g menjadi 16,855 m2/g. Zeolit yang berhasil dimodifikasi memiliki sisi aktif yang cukup besar yang dapat berperan menjadi adsorben ion logam berat Cu2+ yang lebih baik daripada zeolit tanpa modifikasi. Terlihat dari data UV-Visibel larutan Cu2+ yang tersisa hanya sebesar 176 ppm pada waktu 60 menit sementara pada waktu yang sama zeolit tanpa modifikasi menyisakan larutan Cu2+ sebesar 200 ppm.

In this research, hierarchical zeolite is prepared from natural zeolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolite is occurred by nature to have micropore size modified with two familiar method that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite. They are dealumination and desilication. Extensive characterization of both natural and modified zeolite were conducted using XRD, BET, SEM-EDS, AAS. XRD Pattern of Raw Zeolite, Pre-treated Zeolite, Z-A1, Z-A2, and Z-A2-B1 shows that the process to modify this material does not change the crystallinity characteristic of this material. In this research, surface area increase from 4,795 m2/g to16,855 m2/g. Application of these material as adsorbent of heavy metal were carried out using solution of 300 ppm Cu2+. The UV-Vis result shows the modified zeolite (c.a. 10 mg) give better performance than natural zeolite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Wibowo
"Suatu konsep baru sistem penghilangan merkuri yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah merubah bentuk organomerkuri ke bentuk yang dapat di adsorp dengan cara impregnasi zeolit dengan senyawaan reduktor SnCl2. Adsorben Zeolit/SnCl2 di preparasi pada komposisi yang berbeda, mengandung 0,5 ? 10 % SnCl2 dalam adsorben. Hasil karakterisasi menunjukkan keberadaan Sn(II) pada permukaan zeolit dengan tidak merusak struktur zeolit. Hasil uji adsorpsi menunjukkan komposisi optimum adsorben adalah Zeolit/SnCl2 0,5 % wt dengan luas permukaan 15,72 m2/g. Zeolit klinoptilolit aktif tanpa impregnasi memberikan efisiensi adsorpsi 25,59 % dan pada Zeolit/SnCl2 0,5% wt efisiensi adsorpsinya sebesar 54,70 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa penambahan SnCl2 dalam zeolit klipnotilolit aktif mampu meningkatkan efisiensi kemampuan adsorpsi merkuri dalam minyak mentah.

A new concept of mercury removal system has been developed in this study is to change organomercury shape into a form that can be adsorp by impregnating clinoptilolite zeolite with SnCl2 as reductor. Preparation of clinoptilolite zeolite/SnCl2 adsorbent with different compositions, contain 0.5 - 10% SnCl2 in the adsorbent. Characterization results showed the presence of Sn(II) on the surface of the clinoptilolite zeolite with no damage to structure of clinoptilolite zeolite. Adsorption test carried out using a batch reactor to determine the ability of an adsorbent which has been in preparation. Test results showed the optimum adsorbent composition is 0.5 wt% Zeolit/SnCl2 with a surface area of 15.72 m2/g. Adsorption without impregnation of the actived clipnotilolite zeolite provided adsorption efficiency of 25.59 % and 0.5% wt Zeolit/SnCl2 adsorption efficiency of 54.70%. These results indicate that the addition of SnCl2 in the actived zeolite clinoptilolite be able to increase the efficiency of adsorption performance of mercury in crude oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43359
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Pratiwi
"Proses degradasi polutan organik diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dengan menggabungkan kedua proses fotokatalisis dan adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi TiO2 - karbon aktif sebagai fotokatalis dan adsorben untuk mengetahui komposisi yang memberikan hasil penyisihan terbaik.
Ti02 dipreparasi menggunakan Ti(Opr)4AcAc sebagai precursor dengan metode sol gel. Selanjutnya sol Ti02 dicampurkan dengan serbuk karbon aktif pada berbagai komposisi kemudian diuapkan dan dikalsinasi. Material fotokatalis adsorben (AFT) kemudian dikarakterisasi dengan BET dan XRF untuk mengetahui luas permukaan dan prosentase jumlah katalis di permukaan adsorben. Uji kinetika proses degradasi fenol oleh material fotokatalis adsorben dalam reaktor Air Sparged Tube Reactor dilakukan untuk menentukan parameter parameter kinetika yaitu konstanta laju reaksi (kr), konstanta kesetimbangan adsorpsi (Kc) dan energi aktifasi (EA) Dalam analisis data digunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood untuk menggambarkan pembentukan CO2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 kurang dan 50% penyisihan fenol terbanyak diperoleh pada komposisi 15% Ti02 dan 85% karbon aktif (AFT 15% TiO2) sedangkan pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 lebih besar dan 50% komposisi 65% TiO2 dan 35% karbon aktif (AFT 65% Ti02) memberikan hasil terbaik. Model persamaan Langmuir-Hinshelwood berlaku pada saat kesetimbangan adsorpsi karbon aktif tercapai dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah karbon aktif di dalam AFT. Pada penggunaan AFT 15% TiO2 diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi (=30 menit) daripada penggunaan AFT 65% TiO2(=5 menit).
Perbandingan parameter kinetika yang dilakukan terhadap dua kondisi optimum menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi AFT namun disis Iain menurunkan kemampuan AFT dalam mendegradasi fenol. Umur AFT 15% TiO2 diduga lebih pendek daripada AFT 65% TiO2 karena harga kr yang lebih kecil dan harga Kc yang leblh besar sehingga AFT 15% TiO2 akan lebih cepat jenuh dengan fenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah Azzahrah
"Limbah cair sintetis 4-klorofenol disisihkan dengan menggunakan ozonator yang dikombinasikan dengan filter GAC. Penelitian ini dilakukan dengan variasi konfigurasi sistem operasi ozonator dan ozonator dengan filter GAC dan kondisi pH limbah cair (asam = 4, 07, basa = 10, 8 dan netral 6, 6. Degradasi ini menghasilkan hasil akhir karbondioksida dan air Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk degradasi 4- klorofenol yaitu kondisi basa pH 10,8 dan sistem operasi yang merupakan kombinasi ozonator dan filter GAC. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 86,71% dengan konsentrasi akhir 6, 65 ppm.

Synthetic wastewater 4-chlorophenol was removed by using ozonator combined with GAC filter. The research was carried out with variations of operating system configurations (ozonator and ozonator with GAC filter) and effluent pH conditions (acidic = 4.07, base = 10.8, and neutral = 6.6). This degradation produces carbon dioxide and water outcomes. This research resulted in the best conditions for the degradation of 4-chlorophenol, which is 10.8 pH alkaline conditions and the operating system which is a combination ozonator and GAC filters. The resulting degradation percentage reached 86.71%, with a final concentration of 6.65 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Isholawati
"Penelitian ini memanfaatkan karbon aktif dan zeolit sebagai adsorben untuk proses disinfeksi alternatif Escherichia coli. Metode alternative disinfeksi bakteri Escherichia coli yang potensial salah satunya menggunakan proses kavitasi hidrodinamika water jet. Untuk mengoptimalkan penelitian ini digunakan adsorben karbon aktif dan zeolit dengan variasi dosis adsorben. Pada laju alir disinfeksi 9 liter/menit menunjukkan hasil yang terbaik untuk disinfeksi bakteri Escherichia coli.
Dosis adsorben terbaik untuk karbon aktif maupun zeolit aktif yaitu dosis 2 gram/liter. Pada dosis tersebut menunjukkan jumlah bakteri pada konsentrasi awal berkisar 1.106 CFU/mL dan jumlah bakteri yang didisinfeksi pada menit ke 60 menggunakan karbon aktif dan zeolit aktif adalah 0 CFU/mL dan 291 CFU/mL. Adsorben dianalisis menggunakan karakterisasi Brunauer-Emmett-Teller (BET) Autosorb sebelum dan setelah disinfeksi, hasil presentase mengecilnya luas permukaan karbon aktif dan zeolit aktif adalah 28 % dan 18%.

This study utilizes activated carbon and zeolite as an adsorbent for alternative disinfection of Escherichia coli. Beside that to ability adsorbtion organic materials, theseadsorbents can also function as a disinfectant. Alternative method of disinfection of Escherichia coli bacteria that is potentially one of them using hydrodynamic cavitation process water jet.At a flow rate of disinfection 9 liters / min showed the best results for the disinfection of Escherichia coli bacteria.
The best dose ofadsorbent for activated carbon and active zeolite is2 grams / liter. In this study indicates that the number of bacteria in initial concentration range 1.106 CFU/mL and number of bacteria disinfected in 60 minutes uses activated carbon and zeolite active are 0 CFU / mL and 291 CFU / ml.Adsorbents were analyzed by Brunauer-Emmett-Teller (BET) Autosorb characterization before and after disinfection, the results of shrinking percentage of the surface area of activated carbon and zeolite active were 28% and 18%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tias Miranti
"Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari bambu ini digunakan metode aktivasi kimia dengan menggunakan variasi activating agent, yakni H3PO4 dan KOH dengan rasio massa activating agent/massa karbon 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700oC selama 1 jam. Luas permukaan tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iodin sebesar 772,08 mg/g diperoleh dengan aktivasi menggunakan H3PO4 dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1, sedangkan aktivasi menggunakan KOH diperoleh bilangan iodin tertinggi sebesar 744,92 mg/g dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1. Sebagai pembanding, juga dilakukan pembuatan karbon aktif dengan metode aktivasi fisika dan diperoleh bilangan iodin karbon aktif sebesar 283,38 mg/g.

This research aims to produce activated carbon from bamboo as the raw materials. In this research controlled by the activation method using variation of activating agent, H3PO4 and KOH with a mass ratio of activating agent/carbon mass are 1/1, 2/1, and 3/1. It also performed at 700°C activation temperature for 1 hour. The highest iodine number of 772.08 mg/g obtained by activation using H3PO4 with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1, whereas activation with KOH obtained the highest iodine number of 744.92 mg/g with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1. For comparison, the study was also carried out the manufacture of activated carbon by physical activation method and the iodine number of activated carbon obtained at 283.38 mg/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Silvia Ningsih
"Dalam penelitian ini telah berhasil dilakukan sintesis fotokatalis Ni2+-ZnO berbasis zeolit alam dengan teknik presiptasi. . Sampel fotokatalis Ni2+ZnO berbasis zeolit alam dikarakterisasi dengan melakukan serangkaian pengujian seperti X-ray Diffraction (XRD), ultraviolet-visible spectroscopy, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), energy-dispersive X-ray analysis (EDX). Larutan metal jingga digunakan sebagai katalis untuk mengetahui aktivitas fotokalisis dari sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit dapat meningkatkan aktivitas dan efisiensi fotokatalis ZnO, karena memiliki kemampuan absorbance yang tinggi karena memiliki struktur berpori. Ion doping yang diberikan juga dapat meningkatkan aktivitas fotokatalis karena akan menahan laju rekombinasi. Selain itu, semakin besar konsentrasi ion yang didoped, maka semakin kecil energi celah pita yang membuat semakin mudahnya eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi.

In the current research Ni2+-ZnO photocatalyst has been performed, using a precipitation technique. The as prepared materials were characterized by X-ray Diffraction (XRD), ultraviolet-visible spectroscopy, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), energy-dispersive X-ray analysis (EDX). Methyl Orange solution was used to estimate the photocatalytic activity of the samples. The research showed that zeolite enhance photocatalytic activity and efficiency of ZnO because of its high absorbance ability and its porous structure. Ion doped also enhance photocatalytic activity because inhibite the recombination rate. In addition, higher concentration of ion doped, lower band gap energy making electron easily excitate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1868
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>