Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muryanto
"Proses sakarifikasi dan fermentasi serentak/SSF memberikan keunggulan dalam pembuatan bioetanol. Namun proses SSF masih menemui kendala berupa perbedaan suhu optimum proses sakarifikasi dan fermentasi. Pada penelitian ini dilakukan enkapsulasi Rhizopus oryzae dengan memberikan perlindungan menggunakan polimer kalsium-alginat sehingga sel dapat lebih tahan terhadap lingkungan dan suhu, kemudian digunakan pada proses SSF tandan kosong kelapa sawit. Enkapsulasi sel R. oryzae berhasil meningkatkan produksi bioetanol sampai 17% dibandingkan dengan penggunaan sel bebas R. oryzae pada proses SSF tandan kosong kelapa sawit yang telah dilakukan perlakuan awal (pret-TKKS) dengan variasi pH. Produksi etanol yang dihasilkan pada pH 4,5; 5,0; dan 5,5 berturut-turut adalah 33,99 g/l, 38,92 g/l, dan 37,66 g/l. Enkapsulasi sel R. oryzae dapat meningkatkan ketahanan terhadap suhu proses dengan perbedaan produksi etanol yang dihasilkan antara enkapsulasi dengan sel bebas sebesar 31.95 % pada suhu 40°C, dan sebesar 89,16 % pada suhu 45°C, dibandingkan dengan sel bebas R. oryzae. Yield etanol tertinggi yang dihasilkan adalah 0,43 g/g selulosa, dengan konversi sebesar 75,89 % dibandingkan konsentrasi etanol secara teoritis.

Simultaneous saccharification and fermentation process (SSF) was the promising technique for converting cellulose to bioethanol. However, the main problems in SSF process are difference the optimum temperature in saccharification and fermentation. The aim of this research is to encapsulation cell in natural polymer in order to increasing the cell tolerant from environment and high temperature. This research was conduct to encapsulation of Rhizopus oryzae with calcium alginate polymer then used for SSF process from pretreated oil palm empty fruit bunch (EFB). The adaptation ability of these capsules on high temperature and different pH of medium in SSF process oil palm EFB was examined. Encapsulated R. oryzae was increasing the bioethanol production from pretreated EFB in SSF process up to 17 % compared the use of free cell of R. oryzae. The bioethanol production by encapsulated R. oryzae on pH 4.5, 5.0 and 5.5 were 33,99 g/l, 38,92 g/l, and 37,66 g/l. Encapsulated R. oryzae was more resistant from increasing temperature with disparities ethanol production between encapsulated and free cell R.oryzae up to 31.95 % at a temperature of 40°C and up to 89.16% at 45°C.The highest ethanol yield was 0.43 g/g cellulose with maximal theoritical ethanol yield was 75.89 % from pretreated EFB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30615
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Febrina
"Bioetanol telah disepakati pemerintah sebagai bahan bakar alternatif yang perlu dikembangkan. Melalui PERMEN ESDM No. 32 tahun 2008, pemerintah menetapkan program jangka panjang 2016-2025 memfokuskan material lignoselulosa limbah pertanian memasok 4,99 juta kilo liter gasohol. Sorgum manis merupakan tanaman serealia yang mulai dibudidayakan sebagai salah satu penyokong swasembada pangan nasional. Budidaya sorgum kini tidak kurang menghasilkan 1.212.187,03 ton/hektar limbah.
Dari hasil analisis limbah sorgum mengandung 22,3184% air, 2,5312% ekstraktif, 6,2579% abu, 26,420% lignin, selulosa dan hemiselulosa. Hidrolisis selulosa limbah sorgum manis varietas unggul Numbu dengan katalis H2SO4 akan menghasilkan glukosa. Fermentasi glukosa oleh Saccharomyces cerevisiae menghasilkan etanol.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum hidrolisis asam limbah sorgum dan waktu fermentasi untuk menghasilkan yield bioetanol terbesar. Hidrolisis dilakukan pada suhu 121°C selama 30 menit menghasilkan kadar glukosa terbesar 2204,6014 ppm dari 1 gram sampel dengan konsentrasi H2SO4 3%. Perolehan etanol tertinggi dari fermentasi selama 24 jam sebesar 645,00 ppm atau 0,0817% (v/v).

Bioethanol has been compromised as most potential resource for alternative biofuel. Through PERMEN ESDM No.32/2008, government declared long term program for 2016-2025 focus on processing lignoselulotic materials from agricultural residues supply 4,99 billion liters national gasohol. Sweet sorghum is cerealia plant which is cultivated for supporting in national food self-sufficient program. Sorghum produces up to 1.212.187,03 tons/ha agricultural residues.
From chemical anlysis found that Numbu, the best variety of sweet sorghum consist of 22,184% water, 2,5132% extractive, 6,2579% ash, 26,420% lignin, cellulose and hemicellulose. Acid hydolysis with H2SO4 degrade cellulose in Numbu-waste materials to glucose. Glucose is converted to bioethanol by Saccharomyces cerevisiae fermentation.
This research was done to find optimum condition of acid hydolysis and fermentation time to produce higher bioethanol. Hydolisis run on condition 121°C for 30 minutes yield the highest glucose 2204,6014 ppm from 1 gram sample with 3% H2SO4 concentration.The highest ethanol yield is from 24 hours fermentation which is 645,00 ppm or 0,0816% (v/v)
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Okky Septi Dwiputra Zahir
"Pada penelitian ini, telah dibuat gemuk bio food grade berbasis turunan minyak kelapa sawit menggunakan thickener sabun kalsium kompleks. Pada penelitian ini, sebagai komponen sabun utama akan digunakan akan digunakan asam stearat dan asam oleat serta asam oleat yang telah terepoksidas sebagai pengganti asam 12- hidroksistearat yang lebih umum digunakan. Dibuat variasi perbandingan massa base oil dengan thickener dengan variasi thickener 15% -19%.Untuk mendapatkan komposisi gemuk terbaik, rasio mol sabun utama dengan sabun pengompleks akan dibuat 1:5. Gemuk ini dibuat dengan tahapan saponifikasi di reaktor batch tertutup dengan skala 1 kg, pendinginan di crystallizer dan homogenisasi di homogenizer.
Parameter uji pelumas gemuk yang dilakukan yaitu uji dropping point (ASTM D-566), uji penetrasi (ASTM D-217), dan uji anti aus four ball (ASTM D-4172). Hasil terbaik yang didapat yaitu gemuk pada komposisi 83% w/w base oil dan 17% w/w pengental dengan NLGI 2, dan dropping point 232 C untuk gemuk stearat dan 82% w/w base oil dengan NLGI 2 , dan dropping point 263 C untuk gemuk oleat terepoksidasi. Gemuk dengan menggunakan asam oleat setelah beberapa kali pembuatan, tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.

In this research, we make bio food grade grease based palm-kernel oil that use complex calcium soap as thickener. In this research, as main soap component used stearate acid and oleic acid as well as epoxidized oleic acid as substitute of 12-hidroxy stearate acid that commonly used. Made variations of mass ratio of base oil and thickener with thickener variations are 15% - 19%. To get the best grease composition, mol ratio of main soap and complexing soap made 1:5. This grease made with stage of saponification on closed batch reactor with scale of 1 kg, cooling on crystallizer and homogenization on homogenizer.
As lubricating grease test parameters are dropping point test (ASTM D-566), penetration test (ASTM D-217), and four ball anti-wear test (ASTM D-4172). The best result obtained is grease with composition of 83% w/w base oil and 17% w/w thickener with NLGI 2, and 232 C dropping point for stearat grease and 82% base oil with NLGI 2, and 263 C dropping point for epoxidized oleat grease. Grease using oleat acid not showing any good result after several experiments.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43067
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianti Komala Sari
"ABSTRAK
Maraknya kegiatan industri dan perdagangan minyak sawit di dunia menjadikan tanaman kelapa sawit sebagai sorotan dalam agroindustri global saat ini. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai wajar biological asset tanaman kelapa sawit serta mengetahui besarnya nilai wajar biological asset tanaman kelapa sawit tersebut. Hal ini dilakukan dalam upaya persiapan adopsi International Accounting Standard 41 (IAS 41) sebagai rangakaian konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia.
Pengukuran nilai wajar biological asset menurut IAS 41 masih terbentur oleh absennya pasar aktif dan benchmark sector dari tanaman perkebunan kelapa sawit, akhirnya penggunaan metode alternatif lain digunakan untuk bisa mengukur nilai wajar biological asset tanaman kelapa sawit tersebut yaitu dengan menggunakan DCF Model dan Cost Approach.

ABSTRACT
The rise of industrial activity and trade of palm oil in the world, make oil palm plantations as highlighted in today's global agro-industry. This thesis aims to determine the method used to obtain the fair value of biological assets of oil palm plantations as well as knowing the amount of the fair value of biological assets of the oil palm plantations. This is done in order to prepare the adoption of International Accounting Standard 41 (IAS 41) as the set of International Financial Reporting Standard (IFRS) convergence in Indonesia.
Measuring the fair value of biological assets under IAS 41 was hit by the absence of an active market and sector benchmark of oil palm plantations, eventually use other alternative methods can be used to measure the fair value of the palm trees biological assets by using DCF model and the Cost Approach."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Tatiani Hartanti Adriantini
"ABSTRAK
Sejak awal tahun 196O, masalah kontaminasi minyak bumi
oleh mikroorganisme telah menarik perhatian para peneliti.
Jenis kapang yang paling sering dijurapai pada bahan tersebut
adalah Cladogporium resinae (Lindau) de Vries. Kapang ini dikenal sebagai perusak bahan bakar, dan menyebabkan korosi pada tangki-tanki penyimpanan serta menyumbat filter pada saluran bahan bakar pesawat terbang.
Sampai saat ini belum ditemukan cara yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh kapang tarsebut. Penelitian mengenai aspek-aspek biologis dari C. resinae
seringkali menemui hauibatan, karena kapang ini biasanya kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia setelah dibiakkan beberapa kali. Karena itu perlu dicari medium yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kapang ini.
Dalara.penelitian ini, C. resinae ditumbuhkan pada medium
PDA (Potato Dextrose Agsu») dan MEA (Malt Extract Agar) dengan
sembilan variasi pH, yaitu: pH 3,0 - pH 7,0 dengan rentang 0,5. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang {- 30°C) selama 6 hari. Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur diameter koloni\menggunakan jangka sorong.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa C. resinae
tumbToh baik pada medium PDA dengan pH 3,5 atau medium MEAdengan
pH 3,5.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto, 1944-
Yogyakarta: Andi, 2017
620.82 SUH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shahrul Hisam Zainal Ariffin
Selangor Darul Ehsan: Universiti Kebangsaaan Malaysia, 2011
660.6 SHA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Berita tentang masih perlunya impor beras,adanya konsep raskin operasi pasar,dijumpainya anak-anak kurang gizi dan kejadian keracunan makanan pada sekelompok orang setelah mendapat pembagian makanan atau hidangan di berbagai daerah di tanah air merupakan bukti adanya hal yang kurang beres dalam masalah pangan
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sardjoko
Jakarta: Gramedia, 1991
620.8 SAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>