Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"This research aimed at understanding of housing location determination over the areas of Gedebage, Bandung City. The evaluation is based on physical conditions of the environment and socioeconomic conditions, by comparing existing conditions of the housing with established standards. The findings are: (i) Batununggal (B1) in Bandung Kidul Sub-District belongs to suitable category of housing location, (ii) Mengger (B3) in Bandung Kidul Sub-District belongs to unsuitable category of housing location, (iii) Sekejati (M3) in Margacinta Sub-District belongs to suitable category of housing location; (iv) Cisaranten Kidul (R4) at Rancasari Sub-District belongs to adequately suitable category of housing location; and (iv) Cisaranten Kidul (R2) at Rancasari Sub-District belongs to adequately suitable housing location."
710 JIAUPI 8:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Hermawan
"As with the development of the railway, the construction of the train station has an important role in the development of the rail transportation mode. The afford ability and alignment with other modes of transportation are important to consider in its placement in the layout of the city. The placement of Bandung’s railway station in the city of Bandung in spatial colonial times is the issue of this paper. The descriptive analytical research methods used to answer this issue. Data were collected through survey and literature studies. The result showed that the placement of Bandung’s railway station in the city is very strategic for its location is within easy reach from all parts of the city.
"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2013
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferhati Ashriyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S34521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai Perhimpoenan Beambte Spoor dan Tram (PBST) di Bandung pada tahun 1927 ? 1934 ini ditujukan untuk melengkapi penulisan tentang sejarah pergerakan nasional dan sejarah tentang perburuhan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian penulis hanya menggunakan sumber-sumber tertulis, karena penggunaan sumber lisan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan serikat pekerja setelah tahun 1927 tidak berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya. Pergerakan serikat pekerja pada awalnya berjalan secara radikal dan revolusioner dengan diwarnai oleh pemogokan-pemogokan yang dilakukan oleh para buruh. Aksi inilah yang digunakan untuk menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dirasa tidak adil oleh para pekerja. Aksi ini turut didukung oleh gerakan-gerakan politik yang kontra terhadap pemerintah kolonial di Hindia Belanda. Kondisi ini kemudian berubah setelah tahun 1927 dengan adanya pembatasan ruang gerak untuk pergerakan kaum pribumi di Hindia Belanda. Pergerakan serikat pekerja pun kemudian berubah menuju ke arah yang lebih lunak dengan jalan kooperatif dengan pemerintah, terutama untuk mereka yang bekerja di perusahaan negara. Kondisi yang seperti inilah yang kemudian menyulitkan para pekerja untuk memperjuangkan perbaikan hidupnya, ditambah lagi dengan situasi ekonomi malaise yang melanda di Hindia Belanda. Perhimpoenan Beambte Spoor dan Tram (PBST), serikat pekerja untuk kaum beambten --pekerja kelas II-- di dalam Staatsspoorwegen (SS), merupakan salah satunya yang melewati periode tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Elisa
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S23306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamdan Kautsar
"ABSTRAK
Pemerintah Kota Bandung membangun pusat kota baru dengan menetapkan konsep
Technopolis dalam penataan ruang Sub Wilayah Kota (SWK) Gedebage yang memiliki
fungsi sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK) Gedebage. Kebijakan pengembangan
Kawasan Teknopolis Gedebage memerlukan pendekatan berbeda karena terdapat
banyak faktor bersifat dinamis yang mempengaruhi keberlangsungannya. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis unsur-unsur dynamic capabilities (thinking ahead,
thinking again, dan thinking across) dalam kebijakan pengembangan Kawasan
Teknopolis Gedebage sebagai adaptive policy selama periode tahun 2013-2017.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan
pengembangan Kawasan Teknopolis Gedebage merupakan kebijakan yang adaptif,
sebagaimana dapat ditemukan proses-proses pembelajaran dan penyesuaian yang
dilakukan terus-menerus oleh Pemerintah Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan
unsur-unsur dalam proses thinking ahead dan thinking across dapat digambarkan secara
optimal, adapun unsur-unsur dalam proses thinking again tidak dapat digambarkan
secara optimal. Peran dan pengaruh dominan dari Walikota Ridwan Kamil sebagai
pemimpin yang dinamis, merupakan pengungkit terciptanya kebijakan pengembangan
Kawasan Teknopolis Gedebage sebagai kebijakan yang adaptif, yang disisi lain
merupakan penyebab belum ditemukannya empat dari lima aktivitas dalam proses
thinking again. Hasil penelitian menyarankan Pemerintah Kota Bandung perlu
melakukan strategi dan upaya untuk menciptakan proses regenerasi keterampilan
kepemimpinan, sehingga aktivitas-aktivitas dalam proses thinking again dapat berjalan
secara optimal.

ABSTRACT
Bandung city government is currently building a new city center by setting the concept
of Technopolis in the urban planning of Gedebage Sub-City Area that functions as a city
service center. Policy for the development of Gedebage Technopolis Area requires a
different approach as there are various dynamic factors that affect its execution. This
study aimed to analyze the elements of dynamic capabilities (comprising of thinking
ahead, thinking again, and thinking across) in the policy of Gedebage Technopolis Area
development as an adaptive policy for the periods of 2013-2017. This study is a
qualitative study. Results of this study proved that the policy of Gedebage Technopolis
Area development is in fact an adaptive policy as there are evidences of ongoing
research and adjustments done by Bandung city government. Results of this study also
showed that elements within thinking ahead and thinking across processes are depicted
optimally, whereas elements within thinking again process is not depicted as optimal as
the other two processes. The dominant role and influence of Mayor Ridwan Kamil as a
dynamic leader is a lever in the formation of policy for the development of Gedebage
Technopolis Area as an adaptive policy, while at the same time, forming as the reason
why there are still four out of five activities within thinking again process that have yet
to be done. For future recommendations, these results suggest Bandung city government
to urgently build and implement strategy and effort to be able to create regeneration for
leadership capabilities, which results in activities within thinking again process can be
done optimally."
2017
T49205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hadiawan
"Mantapnya ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan, ditentukan oleh tingkat keuletan dan ketangguhan dari masing--masing gatra yang menjadi sub-sub sistemnya, di dalam menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam negeri, maupun yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, meningkatnya ketahanan nasional di salah satu gatra secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, menurunnya keuletan dan ketangguhan dari salah satu gatra, dengan sendirinya akan berpengaruh pada penurunan kemantapan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.
Dalam kaitan dengan itu, GBHN menyebutkan bahwa antara pembangunan nasional dan ketahanan nasional terdapat hubungan timbal balik yang positif, dalam arti berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional sedangkan terpeliharanya kondisi ketahanan nasional yang tangguh akan menghasilkan pembangunan yang baik, yakni terciptanya pertumbuhan (kemajuan) yang terus menerus, pemerataan dan stabilitas dalam segala aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
Menurunnya penerimaan devisa yang berasal dari ekspor minyak bumi dan gas alam cair (migas) sebagai akibat penurunan harga di pasaran internasional yang dimulai pada tahun 1983, relatif telah menurunkan ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi, khususnya terhadap neraca pembayaran dan APBN. Hal ini ditandai dengan dilakukannya penundaan pembangunan beberapa proyek besar yang banyak mengandung komponen impor, terutama barang modal harus mengalami jadwal ulang. Selain itu, pemerintah juga melakukan pengetatan terhadap impor barang-barang lainya, antara lain dengan cara memberlakukan lisensi impor khusus untuk barangbarang tertentu, atau pemberian monopoli kepada satu atau beberapa importir tertentu untuk barang-barang tertentu. Sebagai subsistem dari sistem ketahanan nasional, melemahnya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi selanjutnya akan berinteraksi dengan sub-sub sistem ketahahan nasional lainnya sehingga akan berpengaruh pula pada ketangguhan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan.
Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk mengantisipasi semakin memburuknya ketangguhan ketahanan nasional di bidang ekonomi pada khususnya dan ketahanan nasional sebagai satu keseluruhan pada umumnya yang diakibatkan oleh berkurangnya ketersediaan devisa, ditempuh melalui pengembangan peranan ekspor nonmigas. Dengan kata lain ekspor nonmigas diharapkan akan mampu mensubstitusikan penerimaan devisa yang sebelumnya lebih mengandalkan pada ekspor migas. Dengan demikian kebutuhan devisa untuk melanjutkan pembiayaan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta berwawasan nusantara diharapkan tetap tersedia.
Upaya pengembangan ekspor nonmigas merupakan kebijaksanaan yang mengandung variabel strategis. Keberhasilan peningkatan kegiatan tersebut, selain akan lebih menjamin bagi ketersediaan devisa yang diperlukan untuk mengimpor bahan baku dan barang-barang modal keperluan pembangunan yang belum dapat diproduksikan di dalam negeri atau sudah diproduksikan akan tetapi masih belum cukup, juga berpengaruh positif pada pembukuan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, pengelolaan sumber kekayaan alam yang masih bersifat potensial, pemanfaatan posisi geografis, dan lain-lain. Oleh karena itu, keberhasilannya secara langsung akan meningkatkan ketahanan nasional. Namun demikian kebijaksanaan ini pun membawa keharusan pada pemerintah indonesia untuk lebih membuka diri. Strategi perdagangan Indonesia yang sebelumnya lebih bersifat "inward looking" atau substitusi impor yang berorientasi kepada pasar di dalam negeri, berubah menjadi strategi "outward looking" atau orientasi ekspor yang bercirikan perdagangan bebas dan perluasan ekspor. Hal ini dengan sendirinya membawa keharusan pada Indonesia untuk lebih meningkatkan peranannya dimasyarakat internasional. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ichyar Musa
"ABSTRAK
Transportasi laut merupakan sarana yang penting didalam
pengangkutan barang dan penumpang antar negara maupun dalam
satu negara, khususnya Indonesia yang secara geographis
merupakan negara kepulauan.
Biaya operasi dan biaya angkut tnenggunakan kapal peti kemas
yang lebih murah dibandingkan kapal konvensional dan manfaat
ekonomi peti kemas yang lain, mendorong peningkatan penggunaan
peti kemas untuk pengiriman barang. Meskipun demikian
keuntungan penggunaan peti kemas ini akan kurang bermanfaat
jika pelayanan Pelabuhan Peti Remas kurang efisien dan
efektif.
Untuk memberikan pelayanan yang baik, Pelabuhan Tanjung Priok,
khususnya Divisi Usaha Terminal Peti Kemas (DUTPK), telah
menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Adapun
salah satu diantaranya adalah Sistem Informasi Peti Kemas atau
Sistem Informasi Manajemen Divisi Usaha Terminal Peti Kemas
(SIM DUTPK).
SIM DUTPK yang seperti halnya struktur organisasi DUTPK,
merupakan bagian dari SIM Perum Pelabuhan II. 3ika dilaniut
kan ke tingkat yang lebih atas, SIM Perum Pelabuhan II tidak
dapat dilepaskan dari SIM subsektor perhubungan Laut dan SIM
Sektor Perhubungan. Oleh karena itu pengembangan SIM DUTPK
selain ditujukan untuk mendukung pengoperasian dan pengusahaan
pelabuhan Peti Kemas, juga untuk mendukung kebutuhan /
permintaan data dan SIM tingkat yang lebih atas.
SIM DUTPK pada dasarnya digunakan untuk menjejaki peti
kemas selama berada di pelabuhan, yang pada gilirannya kan
digunakan sebagai data untuk menghitung biaya jasa peti kemas
selama di Pelabuhan. Pembayaran jasa oleh pemilik Peti Kernas
merupakan pendapatan utama Pelabuhan disamping pernbayaran jasa
kapal selama di Pelabuhan.
Selain dari pada itu, SIM DUTPK juge diperlukan untuk membantu
perencanaan operasi seperti perencanaan lapangan penumpukan,
perencanaan kapal, perencanaan penggunaan alat, perencanaan
penggunaan tenaga manusia dan lain?lainnnya. Dengan adanya
perencanaan operasi yang baik, dapat diharapkan pelayanan jasa
pelabuhan akan lebih efisien dan efektif.
Meskipun SIM - DUTPK dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasi pelabuhan, bukan berarti bahwa SIM DUTPK
dapat memecahkan seluruh permasalahan operasional.
Hasil temuan menunjukkan beberapa masalah operasional yang
terjadi dan perlu diatasi dengan cara operasional. Demikian
juga ditemukannya masalah keuangan yang berkaitan dengan
masalah operasi perlu diatasi dengan alternatif prosedur
keuangan.
Adapun masalah yang berkaitan dengan SIM - DUTPK pada umumnya
berkaitan dengan perancangan sistem yang perlu ditingkatkan
dan perlu dibuatnya beberapa aplikasi sistem tambahan.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa masalah operasional yang
berkaitan dengan tingginya jumlah peti kernas yang ditumpuk dan
lamanya rata?rata waktu penurnpukan telah diatasi dengan adanya
Surat Keputusan Direksi Perum Pelabuhan II dan pemindahan ke
lokasi penumpukan di luar area Pelabuhan.
Masalah keuangan yang berkaitan dengan keharusan untuk
membayar secara tunai, sehingga diperkirakan merupakan salah
satu penghambat kelancaran pelayanan, telah diusulkan
alternatif kemungkinan penggunaan mekanisme piutang (account
receivable) terutama untuk perusahaan besar dan bonafid.
Ada 3 alternatif usulan yang diberikan dalam rangka mengatasi
permasalahan SIM-DUTPK, dimana setelah dilakukan pembahasan
dipilih satu alternatif usulan.
Alternatif usulan yang dipilih ialah Perancangan kembali
sietem yang ada dengan menggunakan teknologi yang baru, dan
tetap memanfaatkan peralatan yang ada.
Sebagai tindak lanjut dan usulan tersebut telah
diberikan beberapa saran yang diharapkan dapet mempercepat dan
mengamankan pengembangan SIM-DUTPK.
Saran-saran tersebut antara lain meliputi aspek legalitas yang
mendorong keberhasilan operasi DUTPK, penataan struktur
pengelola SIM, penyetaraan keperangkatan pelaksana SIM dengan
pejabat fungsional Pranata Komputer, dan pembuatan rencana
investasi jangka pendek dan jangka panjang yang berkaitan
dengan pembangunan SIM-DUTPK.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>