Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Rizky Amalia
"Pada penelitian ini kitosan digunakan sebagai bahan penyalut natrium diklofenak dalam bentuk mikrosfer, sehingga waktu pelepasan obat ini dapat diperlambat. Mikrosfer dari kitosan dan natrium diklofenak dibuat menggunakan metode taut silang dengan glutaraldehid sebagai senyawa penaut silang. Preparasi enkapsulasi natrium diklofenak dengan kitosan dalam bentuk mikrosfer mengikuti metode Dubey (2003). Metode analisis yang digunakan adalah Spektrofotometri UV untuk menganalisis konsentrasi obat natrium diklofenak yang terdapat dalam mikrosfer selama pelepasan berlangsung. Scanning Electron Microscope untuk memastikan mikrosfer terbentuk dan melihat bentuk dari mikrosfer tersebut. Konsentrasi natrium diklofenak dalam mikrosfer sebesar 0,35 ; 0,46 dan 0,51 mg natrium diklofenak dalam mikrosfer per mg natrium diklofenak yang ditambahkan pada pembuatan mikrosfer. Efisiensi penjeratan yang paling tinggi mikrosfer dengan konsentrasi obat natrium diklofenak 8 mg/mL sebesar 51 %. Pada penambahan obat 8 mg/mL memberikan profil pelepasan yang lebih lambat dengan rentang waktu yang sama, pada jam ke 12,5 profil pelepasan mulai stabil. Hal ini sesuai dengan waktu pencernaan manusia yaitu 8 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa kitosan dapat memperlambat pelepasan natrium diklofenak. Semakin tinggi konsentrasi obat maka semakin lambat pelepasan obat tersebut. Sebagai perbandingan dengan konsentrasi obat 2 mg/mL profil pelepasannya paling cepat dengan rentang waktu yang sama.

In this research, chitosan is used as a coating material in the form of sodium diclofenac microspheres, so the time of drug release can be slowed. Microspheres of chitosan and sodium diclofenac were made using the method of cross-link with glutaraldehyde as cross link compound. The preparation of encapsulation of sodium diclofenac with chitosan in the form of microspheres follows Dubey method (2003). Analytical methods used are UV spectrophotometer to analyze the concentration of sodium diclofenac drug contained in microspheres during the release takes place. The Scanning Electron Microscope is to ensure the formed microspheres and see the shape of the microspheres. The concentration of sodium diclofenac in the microspheres of 0.35, 0.46 and 0.51 mg of sodium diclofenac in microspheres per mg of sodium diclofenac is added in the manufacture of microspheres. The highest entrapment efficiency of microspheres with the concentration of the 8 mg / mL drug sodium diclofenac is 51%. In addition, the drug 8 mg / mL gives a slower release profile with the same time frame, while at the 12.5 release profile began to stabilize. This is consistent with human digestion time of 8 hours. These results suggest that chitosan can slow the release of sodium diclofenac. The higher concentration of the drug, the drug release is slower. As the comparison, the drug concentration of 2 mg/mL has the fastest release profiles with the same time frame."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1601
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Mochammad Mada Indra
"ABSTRAK
Ketidakmampuan obat untuk dapat menyesuaikan pelepasan dosisnya di dalam tubuh dapat mengakibatkan efek samping yang signifikan terhadap penggunanya. Pelepasan terkendali dengan mikrosfer kitosan adalah metode yang digunakan untuk mengatasi pelepasan yang tiba-tiba oleh obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan pengaruh pH saluran pencernaan terhadap profil pelepasan terkendali oleh mikrosfer kitosan. Analisis spektrofotometri digunakan untuk mengetahui penjerapan obat dan profil pelepasan oleh kitosan mikrosfer. Hasilnya, pelepasan pada pH 4,0 memiliki performa 10 kali lipat dibandingkan pelepasan pada pH 1,2 dan 7,4.

Abstract
Inability to adjust to the release of the drug dose in the body can result in significant adverse effects on users. Controlled release of the chitosan microspheres were the methods used to cope with the sudden release of the drug. This study aims to demonstrate the influence of pH on release profile of the digestive tract controlled by the chitosan microspheres. Spectrophotometric analysis is used to determine the drug adsorption and release profile of the chitosan microspheres. The result, release at pH 4.0 has 10 times the performance compared to release at pH 1.2 and 7.4.
;"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Istiyani
"Dengan semakin banyak jumlah penderita penyakit diabetes melitus, maka perlu dikembangkan sediaan insulin yang baru untuk memperbaiki kekurangan dari sifat sediaan yang ada sekarang. Insulin umumnya tidak diberikan secara oral karena masalah bioavabilitas, degradasi oleh asam lambung, inaktivasi dan penghancuran oleh enzim proteolitik di usus, dan permeabilitas insulin yang rendah melewati epitel usus. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan mikrokapsul insulin untuk sediaan oral, terutama untuk pengobatan pada penderita diabetes melitus tipe I. Mikrokapsul dibuat menggunakan metode emulsifikasi dengan penyalut natrium alginat dan kitosan. Parameter fisika dan kimia digunakan dalam mengevaluasi sediaan mikrokapsul, yaitu morfologi mikrokapsul, ukuran partikel, perolehan berat mikrokapsul, kadar air, efisiensi enkapsulasi dan profil pelepasan in vitro mikrokapsul. Penelitian menunjukan mikrokapsul yang dihasilkan pada metode ini tidak berbentuk bulat dan tidak sferis. Mikrokapsul alginat insulin yang dibuat memberikan kadar efisiensi antara 53,3 - 91,0%. Mikrokapsul alginat-kitosan insulin yang dibuat memberikan kadar efisiensi antara 61,9 - 93,4%. Mikrokapsul dengan penggunaan konsentrasi alginat yang 4% dan kitosan pada konsentrasi 0,3% memberikan hasil optimum pada formulasi yang menggunakan insulin 46,88 IU dalam efisiensi dan profil pelepasan secara in vitro karena tidak melepaskan insulin sampai jam ke 2 dalam larutan asam klorida pH 1,2 dan pelepasannya yang hampir 100 persen pada jam ke 1 dalam larutan buffer fosfat pH 6,8.

With the increase of the diabetes mellitus patients, it is necessary to develop a new dosage form of insulin for overcoming the disadvantage of the product available in the market now. Insulin is generally not delivered orally as they are poor bioavability, degradation by acidic environment of the stomach, inactivate and degradation by proteolytic enzymes in the gastrointestinal, low of permeation cross the intestinal epithelium intact. The purpose of this study is to develop an oral dosage form of insulin, especially for diabetes mellitus type I patients. Dosage form made by using microencapsulation technique. Insulin was encapsulated in alginate and chitosan microcapsule which prepare by emulsification method. Physical and chemical parameters used for the microcapsule evaluation were microcapsule morphology, partikel size, microcapsule mass, water content, encapsulation efficiency and in vitro release profile. The result for insulin encapsulation was obtained amorphous and non spherical shape, alginate microcapsule of insulin have efficiency between 53,3 - 91,0%, and alginatechitosan microcapsule of insulin have efficiency between 61,9 - 93,4%. Insulin encapsulation when sodium alginate 3% and chitosan 0,4% were used as coating material, have optimal result in formulation using 46,88 IU insulin in efficiency and in vitro release profile, because insulin not release until two hours in chlorida acid solution pH 1,2 and the release almost 100% in first hour in buffer phosphate solution pH 6,8."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32728
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mikrokapsul adalah sediaan obat yang dapat memberikan pola pelepasan obat secara lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelepasan propranolol hidroklorida dari mikrokapsul yang dibuat dengan menggunakan pati singkong suksinat sebagai bahan penyalut. Mikroenkapsulasi dilakukan menggunakan metode penguapan pelarut dengan perbandingan zat aktif-penyalut 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul yang dihasilkan dievaluasi ukuran partikel, kandungan zat aktif tersalut, dan pola pelepasan obatnya. Pola pelepasan obat diamati dengan uji disolusi menggunakan alat Tipe I (keranjang) dengan medium dapar klorida pH 1,2 selama 2 jam dan dapar fosfat pH 6,8 selama 6 jam. Mikrokapsul yang dihasilkan tidak menunjukan pola pelepasan obat secara lambat, pada jam ke-2 propranolol hidroklorida yang telah dilepas sebanyak 85-91% dan pada jam ke-8 telah dilepas sebanyak 92-95%. Pelepasan obat dari mikrokapsul terjadi secara cepat karena propanolol hidroklorida tidak tersalut dengan baik sehingga tidak dihasilkan mikrokapsul yang bagus. Hal ini diperkirakan karena pati singkong suksinat tidak cocok sebagai bahan penyalut mikrokapsul, atau metode yang dipergunakan tidak cocok untuk melakukan mikroenkapsulasi menggunakan pati singkong suksinat."
Universitas Indonesia, 2006
S32576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christiane Budiman
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang hanya larut pada suasana asam encer sehingga tidak dapat digunakan sebagai penyalut enterik. Salah satu turunan kitosan, N-(2-karboksibenzil)kitosan (KBKS), telah disintesis dengan tujuan memperoleh polimer yang larut dalam suasana basa namun tidak larut dalam suasana asam. Struktur kimia KBKS_ dikarakterisasi dengan spektroskopi
inframerah dan UV-Vis. Derajat substitusi KBKS ditentukan dengan titrimetri. Berdasarkan hasil kelarutannya, KBKS memiliki kelarutan yang berbeda dalam larutan berbagai pH. KBKS dapat larut dalam larutan pH 1,2 dan larutan pH =9,
sedangkan kitosan hanya dapat larut pada pH <3. KBKS kemudian diaplikasikan sebagai bahan penyalut sediaan enterik dengan menggunakan teofilin sebagai model obat. Uji pelepasan teofilin in vitro menunjukkan bahwa obat masih dapat lepas dalam suasana asam sehingga hasil modifikasi kimia yang telah dilakukan telah berhasil meningkatkan kelarutan kitosan, namun belum dapat dijadikan sebagai bahan penyalut sediaan enterik.
ABSTRACT
Chitosan is a natural polymer that soluble only in dilute acid. Therefore, it can not use as an enteric coating. A chitosan derivative, N-(2 carboxybenzyl)chitosan (CBCS), was synthesized to get an alkaline soluble polymer but insoluble in acidic solution. The chemical structure of CBCS was characterized by FTIR and UV spectroscopies. The degree of substitution was determined by titrimetry. In different pH solutions, solubility of CBCS was different. CBCS was soluble in solution at pH 1,2 and pH 29. On the other hand, chitosan was only soluble at pH<3. CBCS was used as enteric coating with theophylline as model drug. Release profile of theophylline was studied under both simulated gastric and intestinal pH conditions. Result indicated that CBCS was not suitable to be a potential enteric coating material although the solubility of chitosan was increase.
"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2010
S32726
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yessyca Harliansah
"ABSTRAK
Kitosan adalah polimer yang larut dalam suasana asam namun tidak larut dalam suasana basa, untuk memperlebar kelarutan kitosan maka kitosan dimodifikasi menjadi kitosan ftalat yang larut dalam suasana basa namun tidak larut dalam suasana asam. Kitosan direaksikan dengan ftalat anhidrida untuk menghasilkan kitosan ftalat. Struktur kimia kitosan ftalat dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah dan spektroskopi UV. Spektroskopi UV juga digunakan untuk menentukan derajat subtitusi. Melalui uji kelarutan, diketahui bahwa kitosan ftalat tidak larut pada larutan dengan pH 1,2 namun larut dalam larutan dengan pH 7. Kitosan fialat diaplikasikan sebagai bahan salut enterik dengan teofilin sebagai model obat. Uji pelepasan zat aktif teofilin dari sediaan menggunakan larutan dengan pH 1,2.dan 7,4. Hasil uji pelepasan obat menunjukkan bahwa kitosan ftalat dapat digunakan sebagai bahan penyalut untuk sediaan enterik.
ABSTRACT
Chitosan is a polymer soluble in acid solution but insoluble in alkaline solution, to extent the solubility of chitosan, chitosan modified into chitosan phthalate soluble in alkaline solution but insoluble in acid solution. The naturally occuring polymer chitosan was reacted with phthalic anhydrides to get chitosan phthalate. The chemical structure of chitosan phthalate was characterized by FTIR and UV spectroscopy. UV spectroscopy also used to determine the degree of substitution. This chitosan phthalate insoluble in solution at pH 1,2 and soluble in solution at pH 7,4. Chitosan was applicated as enteric coting with theophylline as model drug. The evaluation studied the release profile of theophylline under simulated gastrointestinal conditions of pH. The result suggest the suitability of chitosan phthalate as enteric coting material."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2010
S33099
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Merdekawati
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kitosan-N-asetil sistein dari kitosan dengan N-asetil sistein. Kitosan merupakan polimer alam yang biokompatibel dan hanya larut dalam suasana asam. Derajat modifikasi konjugat kitosan-N-asetil sistein ditunjukkan dengan jumlah gugus tiol total yang terbentuk. Kitosan-N-asetil sistein yang diperoleh digunakan sebagai polimer penyalut pada sediaan tablet salut lapis tipis dengan konsentrasi 0,92% dan 1,5% dengan menggunakan ranitidin sebagai model obat.
Hasil sintesis menunjukkan bahwa jumlah gugus tiol bebas dan gugus tiol total berturut-turut adalah 721,22 ± 16,31μmol dan 850,95 ± 29,25 μmol per gram polimer. Kitosan-N-asetil sistein dapat larut dalam medium berair pH 1,2 - pH 9; dan tidak larut pada pH 11 - pH 14. Kitosan-N-asetil sistein dengan konsentrasi 0,92% dapat digunakan sebagai polimer penyalut pada sediaan tablet salut lapis tipis yang mengandung ranitidin.

In this research, chitosan-N-acetyl cysteine was shynthesized from chitosan, a natural and biodegradable polymer, with N-acetyl cysteine; and then the obtained chitosan-N-acetyl cysteine was characterized. The modification degree of chitosan-N-acetyl cysteine conjugate was shown by the amount of the formed total thiol groups. The obtained chitosan-N-acetyl cysteine was applied as the coating polymer on concentration of 0,92 and 1,5 % w/v for film coated-tablet containing ranitidine as the drug model.
The results showed that the amount of the free thiol groups and the total thiol groups of the obtained chitosan-N-acetyl cysteine were 721,22 ± 16,31 and 850,95 ± 29,25 μmol per gram polymer respectively. Moreover, the obtained chitosan-N-acetyl cystein could be dissolved in aqueous medium pH 1.2 - pH 9, where as not dissolved in pH 11 - pH 14. Furthermore, the results from the formulation study showed that the obtained chitosan-N-acetyl cysteine on concentration 0,92% is able to use as coating polymer on the film coated-tablet containing ranitidine.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koko Prakoso
"Kitosan merupakan polimer alam bersifat biodegradabel dan biokompatibel yang berpotensi sebagai eksipien farmasetika. Namun, kitosan memiliki batasan penggunaan, yaitu kitosan hanya larut dalam medium asam. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi kimia terhadap kitosan dengan reaksi subtitusi gugus suksinat ke dalam gugus amin kitosan. Modifikasi menggunakan metode pelarut air dan menghasilkan kitosan suksinat. Kitosan suksinat yang dihasilkan dikarakterisasi dan digunakan sebagai bahan penyalut pada sediaan tablet salut enterik natrium diklofenak. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi fisik (organoleptis, morfologi, sifat termal, kelarutan), kimia (derajat subtitusi, pengenalan gugus suksinat, pH), dan fungsional (viskositas, daya mengembang).
Hasil karakterisasi tersebut diperoleh bentuk polimer yang tidak beraturan dan permukaan kasar. Kelarutan kitosan suksinat mengalami perluasan pada medium basa dan memiliki derajat subtitusi sebesar 3,65 mol/g. Kitosan suksinat selanjutnya digunakan sebagai penyalut dengan konsentrasi 3% dan 4%, serta dikombinasikan dengan HPMCP perbandingan (3:1) dan (2:1) dengan konsentrasi 3%. Tablet salut enterik dievaluasi meliputi penampilan fisik, keseragaman bobot dan ukuran, ketebalan salut, kenaikan bobot, uji waktu hancur pada medium asam selama 2 jam, dan uji disolusi.
Tablet salut enterik dengan konsentrasi kitosan suksinat 3% dan 4% hancur setelah 1 jam dalam medium asam dan belum dapat menahan pelepasan obat dalam medium asam dibawah 10%. Kombinasi kitosan suksinat dengan HPMCP perbandingan (3:1) 3% tidak hancur setelah 1 jam dalam medium asam dan mampu menahan pelepasan obat dalam medium asam sampai 8,53%. Kombinasi kitosan suksinat-HPMCP (3:1) 3% sudah memenuhi persyaratan sebagai penyalut pada sediaan tablet salut enterik.

Chitosan, a natural polymer with biodegradable and biocompatible characteristics, has the potential to be developed as a pharmaceutic excipient. Nevertheless, chitosan has constraint in its use in which chitosan can only soluble in acid. In this study, chemical modification was carried out of chitosan by subtituting succinate group into chitosan amine group. This reaction use water solvent method obtaining chitosan succinate. Chitosan succinate were then characterized and used as coating agent in enteric coated tablet dosage forms containing sodium diclofenac as drug model. Characterizations of chitosan succinate includes physical characterizations (organoleptic, morphology, thermal, solubility), chemical (subtitution degree, succinate group introduction, pH), and functional (viscosity, swelling).
The results, chitosan succinate had irregular shape and rough surface. It was soluble in a wider pH range compared to chitosan. The chitosan succinate also had subtitution degree at 3,65 mole/g. Chitosan succinate was used as coating agent with consentration 3%, 4%, and combined with HPMCP in (3:1) and (2:1) 3%. The obtained tablets were evaluated by its physical appearance, uniformity of weight and size, thickness film, disintegration time for an hour in acid and dissolution.
The result revealed that enteric coated tablet with 3% and 4% of chitosan succinate dissolved after 1 hour in acid yet can not hold drugs release in acid medium under 10%. Enteric coated tablet with combination of chitosan succinate and HPMCP (3:1) and (2:1) 3% did not dissolve after 1 hour in acid medium and can hold drugs release up to 8,53% in acid. This combination has filled requirement as coated in enteric coated tablet dosage forms.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1074
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Natrium diklofenak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dibuat dalam
sediaan mikroemulsi yang berfungsi sebagai pembawa karena ukuran
partikelnya yang kecil dan adanya fase air dan minyak yang membantu
menembus barrier kulit. Mikroemulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari
fase air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil menggunakan minyak
kelapa sawit yang dibandingkan terhadap isopropil palmitat dengan natrium
diklofenak sebagai model obat. Hasilnya menunjukkan formula dengan
minyak kelapa sawit lebih stabil secara fisik selama 2 bulan penyimpanan
pada suhu kamar dibandingkan formula dengan isopropil palmitat. Pengujian
penetrasi melalui kulit tikus dengan alat franz difussion cell selama 8 jam
menunjukkan bahwa formula dengan isopropil palmitat memberikan hasil
penetrasi natrium diklofenak sebesar 706,63 ± 32,73 μg/cm2 dan minyak
kelapa sawit sebesar 1058,67 ± 73,12 μg/cm2 ."
Universitas Indonesia, 2007
S32608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah Widiatuti
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang agak sukar larut dalam air, dapat mengiritasi lambung, dan mengalami metabolisme lintas pertama, untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi topikal.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil, serta diharapkan dapat meningkatkan kelarutan zat aktif dan diabsorbsi dengan baik di kulit. Formulasi menggunakan dua jenis fase minyak, yaitu Virgin Coconut Oil (formula A) yang dibandingkan dengan isopropil laurat (formula B) dengan natrium diklofenak sebagai model obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi yang menggunakan isopropil laurat sebagai fase minyak lebih stabil secara fisik selama penyimpanan 2 bulan pada suhu kamar dibandingkan form.

Diclofenac sodium is poorly soluble anti-inflammatory drug, that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass effect, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in topical microemulsion dosage form.
The aim of this study was to make a good microemulsion, increase the solubility of diclofenac sodium, and can be absorbed through the skin. Formulation using two types of oil phase, Virgin Coconut Oil (VCO) and isopropyl laurat with diclofenac sodium as a model of drug.
The result showed that the microemulsion with isopropyl laurat as oil phase was more physically stable during two months in room temperature than formulation using isopropyl laurat. The penetration test using franz diffusion cell for 8 hour, showed 969,6822 ± 5,3533 to formulation A and 929,8052 ± 1,6524 to formulation B.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33160
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>