Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achraini Fezriana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S8890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S8853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Lili; Tufrida M. Hasyim
"ABSTRAK
Mutu produk merupakan salah satu kriteria pengukuran kinerja suatu
manufaktur. Dalam era industrialisasi, pengendalian mutu menjadi semakin
penting, terutama setelah adanya kebijakan full manufacturing yang digalakkan
oleh pemerintah akhir-akhir ini.
Pengendalian mutu terpadu adalah sistem manajemen yang
mengikutsertakan seluruh karyawan di perusahaan untuk mencapai kepuasan
pelanggan. Segala kegiatan yang dilakukan di perusahaan diarahkan untuk
kepuasan pelanggan.
P.T. Toyota-Astra Motor sebagai salah satu strategic business unit dan
P.T. Astra International telah menerapkan pengendalian mutu terpadu sejak tahun
1980. Beberapa penghargaan ?sehubungan dengan penerapan manajemen
kuantitas telah diperoIehnya baik di dalam negeri maupun internasional. Namun
perusahaan tidak dapat mengelak dari permasalahan dan hambatan untuk dapat
menerapkan manajemen kualitas dengan Iebih balk.
Keterilbatan sumber daya manusia menjadi sangat penting dalam
penerapan pengendalian mutu terpadu, dimana para karyawan tidak hanya
bekerja secara fisik untuk berkarya, akan tetapi juga dituntut untuk
menyumbangan pemikirannya demi peningkatan dirinya sendiri dan perusahaan.
Akan tetapi landasan utama yang tidak dapat diabaikan dalam menerapkan
pengendalian mutu terpadu ini adalah pendidikan. Teknologi canggih yang
dümpor dan negara maju tidak akan membenikan dampak positip yang sigriifikari
tanpa didukung oleh sumber daya mariusia yang memitiki pengetahuan. keahliafl.
keterampilan dan kemauan.
Kemampuan teknologi produk di Indonesia masih sangat rendah
dibanding kemampuan teknologi pembuatan. PT. Toyota-Astra Motor sebagai
salah satu industri otomotif yang besar di indonesia, layak untuk menjadi sarana
peningkatan teknologi produk yang selama ¡ni masih tertingga!. Pembinaan oleh
industri besar seperti P.T. Toyota-Astra Motor terhadap komuriitas industri kecil
yang rata-rata ditekuni para industriawan kecil akan memberikan hasil saling
menguntungkan.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Ester Sondang
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susilani
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Budi Prakarsa
"ABSTRAK
Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas, Indonesia menjadi
negara ketiga terbesar di dunia untuk pasar sepeda motor dan negara terbesar keempat
di dunia untuk jumlah produksì sepeda motornya. Pertumbuhan produksi sepeda motor
dari tahun ke tahun, kecuali ketika kñsis ekonomi melanda Indonesia di tahun 1998-
2000, terus meningkat dan diperkirakan akan tenis meningkat seiiring dengan
masuknya para pemain baru dari Cina.
Dies sebagai peralatan penunjang, untuk menghasilkan komponen-komponen
alumunium tentunya mengalami peningkatan yang sebanding dengan jumlah produksi
sepeda motor. Setiap tahunnya kebutuhan penggnban dies yang berproduksi dan
penambahan jumlah dies berbeda-beda bergantung kepada fcrecast produksi yang
akan dilakukan pada tahun tersebut untuk masing-masìng,jenis sepeda motor. Saat ¡ni
PT. Astra Honda Motor memiliki fasilitas dan teknologi yang memadai untuk membuat
sendiri dies yang dibutuhkan untuk berproduksi akan tetapi kapasitas yang ada
belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan dies seliap tahunnya, oleh karena itu
keterlibatan para sub-contractor masih sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan dies setiap tahunnya.
Karya akhir ini mempunyai tujuan utama untuk meminimalkan biaya yang hams
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan dies yang dLbutuhkan untuk berproduksi.
Permasalahan ini muncul ketika biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
membuat sendiri dies yang dibutuhkan berbeda derigan bìaya yang harus dikeluarkan
ketika perusahaan membuat dies tersebut di luar. Kapasitas yang ada sudah tentunys
harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena idle capacity sejauh ¡ni belum dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai tambah.
Analisis pertama yang dilakukan adalah dengan mencari tahu unit cost dan
masing-masing dies yang. dibutuhkan di tahun 2002. Unit cost ini didapat dari
komponen-komponen direct cost dan irdirect cost yang terlibat dalam peinbuatan dies
tersebut. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori di atas adalah biaya bahan
baku, biaya permesinan, biaya produksi tidak Iangsung dan biaya operasional tidak
Iangsung. Unit cost yang didapat dan hasil analisis tersebut dibandingkan dengan harga
pembelian dies yang pernah dilaku kan antara ta.huni 990 sampal dengan tahun 2000
untuk selanjutnya dilakukan optimalisasi pemilihan komposisi pengerjaan dies in-house
dan outplantdengan menggunakan aplikasi LINDO.
Temuan yang didapat menyimpulkan bahwa dan 33 unit dies yang dibutuhkan
pada tahun 2002 hanya 19 unit saja yang dapat diserap untuk dikerjakan sendiri.
Optimalisasi pemilihan komposisi pengerjaan dies in-house dan outplant menghasilkan
dies-dies mana saja yang harus dikerjakan in-house dan mana yang dikerjakan outplant
dengan memperhatikan beberapa kendala yang ada seperti pemanfaatan kapasitas
secara maksimal dan sedikitnya satu dan dies yang_berjenis sama dikerjakan in-house
untuk Iebih menjamin delivery dies tersebut.
Komposisi optimal yang dihasilkan dan perhitungan dengan menggunakan
aplikasi UNDO rnenghasilkan kesimpulan bahwa biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dies tahun 2002 adalah sebesar Rp.
8.796.638.556 yang terdiri dari Rp, 3.809.638.556 untuk biaya pengerjaan in-houae dan
Rp. 4.987.000.000 untuk pengerjaan outplant. Hasil ¡ni secara keseluruhan adalah
9,61 % lebih rendah dan biaya total yang harus dikeluarkan perusahaan jika perusahaan
memutuskan untuk membuat seluruh kebutuhannya di luar.
Simulasi jumìah dies yang dikerjakan in-house mempenlihatkan bahwa semakin
banyak jumlah dies yang dikerjakan, unit cost yang dibutuhkan untuk membuat sebuah
dies semakin rendah. Hal ¡ni ditunjukan dengan unit cost sebesar Rp. 290.165.530 jika
hanya I buah dies yang dikerjakan in-house dan Rp. 232.553.902 jika seluruh dies
dikerjakan in-house. Penurunan unit cost sebesar 19,95 ¡ni tidak terlepas dan
berlakunya Economies of Scale, yaitu menurunnya unit cost dan suatu produk karena
jumlah produksi yang meningkat sehìngga biaya-biaya tetap (fixed cast) dapat diserap
oleh Iebih banyak produk.
8.796.638.556 yang terdiri dan Rp, 3.809.638.556 untuk biay pengerjaan in-houae dan
Rp. 4.987.000.000 untuk pengerjaan outplant. Hash ¡ni secara keseluruhan adalah
9,61 % lebih rendah dan biaya total yang harus dikeluarkan perusahaan jika perusahaan
memutuskan untuk membuat seluruh kebutuhannya di luar.
Simulasi jumlah dies yang dikerjakan in-house memperlihatkan bahwa semakin
banyak jumlah dies yang dikerjakan, unit cost yang dibutuhkan untuk membuat sebuah
dies semakin rendah. Hal ¡ni ditunjukan dengan unit cost sebesar Rp. 290.165.530 jika
hanya I buah dies yang dikerjakan in-house dan Rp. 232.553.902 jika seluruh dies
dikerjakan in-house. Penurunan unit cost sebesar 19,95 ¡ni tidak terlepas dan
berlakunya Economies of Scale, yaitu menurunnya unit cost dan suatu produk karena
jumlah produksi yang meningkat sehìngga biaya-biaya tetap (fixed cast) dapat diserap
oteh lebih banyak produk."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S8858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berny Gomulya
"ABSTRAK
Environment, Health & Safety Division (ERS Division) adalah sebuah divisi di PT
Astra International yang memiliki role yaitu membuat policy, mendukung, serta memantau
Grup Astra dalam bidang lingkungan, kesehatan & keselamatan kerja. Dengan tuntutan pasar
yang selalu dinamis dan kondisi persaingan yang semakin ketat, mengharuskari EHS Division
senantiasa mempertajam dan membuat dinamis strateginya sesuai dengan perkembangan.
Dalam usaha mempertahankan keunggulan, perusahaan perlu menetapkan strategi yang
akan dilaksanakan dan merumuskan rencana kegiatan tersebut serta melaksanakan proses
impiementasinya dengan seksama. Agar strategi dan rencana kerja yang telah ditetapkan dapat
terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan suatu sistem penilaian kinerja
perusahaan (company wide performance measurement) yang fleksibel dan mampu
mengintegrasikan seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan.
Sistem dan mekanisme penilaian kinerja perusahaan terus berkembang seiring dengan
perkembangan dunia usaha dan perkembangan teori manajemen itu sendiri. Sistem
pengukuran kinerja perusahaan yang tradisional Iebih banyak menekankan pada pengamatan
dan sudut keuangan saja dan sedikit sekali memberikan perhatian atas nilai perusahaan yang
lain seperti tingkat kepuasan pelanggan, tingkat kepuasan karyawan dan kapabilitas operasi
internal perusahaan.
Munculnya pendekatan Balanced Scorecard (BSC) didorong oleh semakin tajarnnya
persaingan usaha dan meningkatnya tuntutan pasar hahwa untuk meraih sukses sebuah
organisasi perlu mengelola seluruh sumber daya yang dimilikinya. Sistem penilaian kinerja
perusahaan yang ada saat ini sangat kental diwarnai oleh tolok ukur keuangan seperti Return
on Investment, Earning per share dan terakhir memakai Economic Value Added.. Maslahnya
sekarang adalah bahwa kinerja yang hendak diukur dalam suatu perusahaan ataupun dalam
satu bidang usaha tidak terbatas pada faktor keuangan saja melainkan juga meliputi kondisi llainnya seperti Vlsi, Strategi. Organisasi, tingkat pencapaìan operasi, kondisi persaingan,
pengembangan sumber daya manusia, tingkat kepuasan pelanngan dan sebagainya.
Dengan memanfaatkan konsep-konsep baru dalam manajemen seperti manajemen
strategi, akuntansi manajemen, pemasaran, analisa rantal nilai (value-chain analysis,
manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi, BSC mengetengahkan pendekatan baru
dalam pengukuran kinerja organisasi yang berupaya menjabarkan strategi unit bisnis ke dalam
tindakan operasional sehari-hari sekaligus menyeimhangkan aspek sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Cara penilaian kinerja EHS Division berdasarkan pada target-target pencapalan
aktifitas. Hal tersebut cukup bagus, hanya saja target-target tersebut masih bersifát jangka
pendek dan tidak mampu merefleksikan kondisi kinerja perusahaan secara jelas. Dengan
kondisi lingkungan yang terus berubah, EHS Dívision tidak dapat lagi mengukur kinerjanya
dengan cara lama. Perusahaan harus mampu melihat kinerjanya secara jelas, komprchensif
dan terukur.
Sebagai satu metode pengukuran yang strategís, USC mengetengahkan satu sistem
terintegrasi yang menggabungkan tolok ukur keuangan dan non keuangan. Penjabaran dan
penilaian kinerja melalui BSC membantu perusahaan melakukan integrasi seluruh rangkaian
strategi manajemen seperti rekayasa ulang proses bisnis, sistem manajemen terpadu dan
pemberrdayaan karyawan. Sistem yang dibangun melalui BSC memberikan gambaran strategis
serta analisa sebab akibat atas sekuruh kegiatan dan kinerja perusahaan sehingga proses
pelaksanaan strategi perusahaan dan kegiatan pembangunan kompetensi dasar tergambar
dengan jelas. Sistem penilaian kinerja ini sekaligus berfungsi sebagai acuan untuk mengevaluasi keanekaragaman kegiatan EHS Division agar ditentukan aktivitas yang perlu diperhatikan, diperbaiki ataupun dihilangkan agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien, terutama ukuran atas usaha dan keberhasilan membangun kompetensi dasar (core competence) sebagai kunci dalam mempertahankan dan mengembangkan keunggulan bersaing.
Dengan menerapkan BSC, perusahaan bukan saja memiliki tolok ukur kinerja yang komprehensif, tapi para karyawannya juga memahami keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dengan demikian, akan tumbuh semangat kebersamaan dan rasa tanggung jawab diantara
para karyawan terhadap maju-rnundurnya perusahaan. Untuk itu, seluruh karyawan
seharusnya mengetahuì dan memahami semua tolok ukur kinerja keempat perspektif, serta
mengetahui dan memaharni cara dan artì angka-angka tersebut.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>