Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pane, Julita Indiani
"ABSTRAK
Sejak 1 Juni 1983, Indonesia memasuki era baru dalam sistim perbankan yaitu dengan diberlakukannya Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan. Dengan dikeluarkannya Kebijaksanaan tersebut, maka bank di Indonesia berkompetisi secara gigih di pasaran untuk memobilisir dana masyarakat dan melahirkan nasabah-nasabah kuat sebagai sumber kekuatan bank serta memperluas daerah jangkauan bank. Untuk itu bank harus mengembangkan kegiatan pemasaran Namun setelah dikeluarkannya Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan 1 Juni 1983, perkembangan perbankan nasional swasta berlangsung lebih pesat daripada perbankan secara keseluruhan. Salah satu bank swasta yang mengalami perkembangan tersebut adalah Bank Central Asia. Bank Central Asia adalah sebuah Bank Umum Swasta Nasional yang bertujuan menghimpun dana dari masyarakat dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Sejak berdirinya pada tahun 1957 hingga tahun 1987 telah mengalami peningkatan-peningkatan dalam hal total asset, dana masyarakat yang dihimpun dan pinjaman yang diberikan serta telah menduduki peringkat pertama seluruh bank swasta di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kegiatan pemasaran yang dijalankan oleh bank Central Asia. Penelitian ini merupakan upaya untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi Bank Central Asia dalam memilih strategi pemasaran dalam era deregulasi perbankan yakni strategi produk, harga, distribusi dan promosi. Dalam upaya pengumpulan data, penulis mengadakan penelitian lapangan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan skripsi ini untuk memperoleh data primer dan mengadakan penelitian kepustakaan melalui bahan acuan dari berbagai buku teks, majalah dan terbitan-terbitan lainnya di bidang pemasaran dan perbankan. Dari penelitian ini diperoleh suatu gambaran bahwa dalam memilih strateginya, Bank Central Asia secara bertahap menganalisa lingkungan yang mempengaruhi perusahaan baik yang bersifat internal maupun eksternal, menentukan tujuan, memilih sasaran pasar yang ingin dilayani dan menetapkan strategi bauran pemasaran. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Bank Central Asia menggunakan hold strategy dalam melaksanakan kegiatan pemasarannya. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Central Asia mempunyai potensi kerjasama dan ancaman persaingan yang relatif rendah, sehingga perlu meneruskan program strategi yang telah ada. Dari strategi yang dijalankan terlihat adanya kelemahan-kelemahan dan disarankan meningkatkan strategi tersebut yang berupa strategi produk, harga, distribusi dan promosi."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Effendy
"ABSTRAK
Dengan adanya Deregulasi Perbankan 1 Juni 1983, setiap kebebasan sepenuhnya, berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas masing-masing bank untuk menetapkan tingkat bunga giro, deposito, dan tabungan serta dilain pihak bebas untuk menetapkan tingkat bunga kredit, sehingga dirasakan adanya persaingan dalam memasarkan produk atau jasa bank diberi juga perbankan. Sesuai dengan tugas pokoknya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat, maka permasalahan pokok yang dihadapi adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang dilakukan BNI 1946 cabang Menteng dalam memasarkan kredit dan produk untuk menarik sumber dana masyarakat dalam lingkungan pasar yang semakin kompetitif. Penelitian ini dilakukan secara studi kepustakaan dan studi lapangan melalui wawancara yang dilakukan mulai bulan Maret 1988 sampai dengan bulan Desember 1988. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa BNI 1946 cabang Menteng telah berusaha mengembangkan kegiatan pemasaran, yang pada dasarnya dibagi menjadi dua kegiatan pokok yaitu pertama, melakukan segmentasi pasar setelah mengetahui struktur pasarnya, dan kedua mengembangkan kegiatan yang menyangkut bauran pemasaran. BNI 1946 cabang Menteng menetapkan nasabah retail market sebagai segmen pasar utamanya, dengan tetap melayani segmen middle market dan whale sale market. Dengan demikian dalam mengelola bauran pemasaran BNI 1946 cabang Menteng cenderung menekankan pada nasabah retail market ini. Untuk mendukung kegiatan pemasaran produk atau jasa BNI 1946 cabang Menteng, maka usaha untuk mengembangkan dan menciptakan produk baru hendaknya diikuti dengan upaya un tuk menyesuaikan bahkan bila perlu mengubah produk yang telah ada agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Dalam menetapkan tingkat bunga kredit dan sumber dana masyarakat, BNI 1946 cabang Menteng agar menyesuaikan dengan penetapan tingkat bunga yang dilakukan oleh bank swasta nasional atau bank swasta asing lainnya. Mengingat bahwa peranan bagian pemasaran cukup besar dalam melaksanakan kegiatan promosi, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan jumlah petugas dan mutu bagian tersebut dengan mengirim mereka untuk belajar ke lembaga pendidikan agar dapat meningkatkan kemampuannya dai am menganalisa kredit maupun meningkatkan pengetahuan."
1990
S9021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudarto
"ABSTRAK
Deregulasi di bidang moneter dan perbankan, khususnya
sejak Paket Oktober 1988 yang pada dasarnya menghilangkan entry
barriers industri perbankan, membuat kalangan usahawan
berlomba-lomba memasuki industri ini.
Dalam kurun waktu kurang dari 2 (dua) tahun, ratusan
cabang baru perbankan telah dibuka di seluruh Indonesia dan
jumlah itu akan terus membengkak.
Walaupun perekonomian Indonesia secara umum berkembang
relatif pesat, namun pertumbuhan industri perbankan membuat
situasi benar-benar menjadi buyers' market.
Dalam kondisi demikian, kalangan perbankan mudah sekali
diadu domba oleh para nasabah dalam seal suku bunga, apalagi
manajemen Bank pada umumnya sangat menekankan pada target
pertumbuhan yang pesat dari aktiva, sumber dana dan keuntungan
tanpa memberikan arah yang jelas tentang cara mencapainya.
Akibatnya setiap cabang sebuah Bank cenderung secara
membabi-buta menerima semua nasabah tanpa pandang bulu, bahkan
kalau perlu segera bersedia menderita kerugian. Akibatnya
keahlian pelayanan para personalia perbankan menjadi minimal.
Menghadapi situasi demikian, Bank Umum Nasional cabang
Warung Buncit, sebagai kasus dari studi ini, ternyata juga
cenderung mengikuti arus. Apalagi Bank Umum Nasional hanya
mengenal sistim pool rate berupa RPKP I RPKC dan prime rate
yang pada dasarnya tidak mungkin diterapkan untuk setiap dan
semua cabang mengingat masing-masing cabang memiliki
karakteristik cost dan revenue sendiri.
Dalam upaya menanggulangi masalah-masalah tersebut di
atas, diusulkan setiap cabang Bank Umum Nasional menghitung
Cost of Funds dan Prime Rate-nya sendiri-sendiri dengan
menggunakan metoda Historical Average Cost yang relatif mudah
dan murah digunakan.
Analisa Cost of Funds dan Prime Rate masing-masing
cabang ternyata merupakan alat yang ampuh untuk menyusun
strategi dalam upaya menanggulangi masalah yang muncul.
Dengan alat ini setiap cabang mampu menganalisa kelemahan dan
kekuatannya sendiri sehingga relatif dapat lebih mampu
mengendalikan bidang-bidang yang rawan melalui berbagai cara.
Sebagai contoh, Bank Umum Nasional cabang Warung
Buncit terbukti lemah dalam bidang pengembangan volume usaha
(loan) dan pengendalian Overhead Cost, tetapi kuat dalam hal
pengendalian kredit macet, pendanaan maupun Pendapatan Lain-
Lain.
Walaupun demikian, metoda Historical Average Cost dan
data yang dipakai memang mengandung beberapa kelemahan. Sebab
itu setiap cabang seyogyanya memahami kelemahan-kelemahan itu
dan tidak memakai basil perhitungan Cost of Funds dan Revenue
secara 'mati'.
Misalnya, prime rate pada bulan n sebesar 20,0% per
tahun, tetapi trend suku bunga secara umum sedang melambung.
Untuk itu suku bunga pinjaman harus ditentukan relatif agak
tinggi, katakanlah 24,0% per tahun.
Dengan menggunakan alat yang sama untuk tahun 1989,
dalam hal revenue Bank Umum Nasional cabang Warung Buncit
dianjurkan untuk meningkatkan volume usaha terutama ke arah
target pasar KPR I KKB dan perusahaan-perusahaan kecil
menengah dengn tetap memprioritaskan kualitas kredit. Pricingnya
disarankan berkisar 2,0% - 2,5% di atas prime rate.
Peningkatan volume usaha juga dapat dilakukan dengan
cara antar cabang Bank Umum Nasional saling memperkenalkan para
nasabahnya.
Dalam hal cost, manajemen harus selalu
mengkomunikasikannya dengan para karyawan agar setiap karyawan
perusahaan mempunyai kultur 'sadar biaya'.
Dalam hal sumber daya manusia, dianjurkan untuk
merekrut team pemasaran dengan kualifikasi yang relatif
sederhana mengingat target market-nya, mengurangi 'middle
manager' sebanyak-banyaknya dan menerapkan semacam 'matrix
organization' khususnya bagi personalia dari Bagian Customer
Service dan Kasir untuk dimanfaatkan secara optimal. "
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francy Iriani Ekawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran pada Bank-Bank Swasta Nasional antara lain strategi produk, distribusi, penetapan harga dan promosi yang berpengaruh terhadap pemupukan dana dari masyarakat dan besarnya pengaruh masing-masing faktor tersebut.
Landasan teori penelitian ini adalah teori manajemen pemasaran yang telah diaplikasikan pada industri perbankan. Fokus teori manajemen pemasaran pada pembuatan keputusan strategik untuk penetapan harga, produk, saluran distribusi dan promosi. Menurut teori, Bank semakin banyak menyerap dana dari masyarakat apabila menerapkan strategi harga berupa tingkat bunga yang tepat, jumlah produk yang tepat dengan jenis produk yang sesuai kebutuhan konsurnen, biaya promosi yang cukup dan alat promosi yang tepat sasaran serta saluran distribusi berupa banyaknya kantor, adanya ATM, layanan on-line, home banking & telephone banking.
Metodologi penelitian ini termasuk ex post facto, yaitu mengkaji hubungan antara variabel strategi pemasaran yang diwakili oleh banyaknya kantor, adanya ATM sebagai variabel boneka, jumlah produk pendanaan, tingkat bunga tabungan, giro dan deposito dan jumlah biaya promosi dengan variabel jumlah dana yang dapat dihimpun oleh bank, jumlah observasi penelitian adalah 45, terdiri dari 9 bank, masing-masing bank 5 tahun. Teknik analisa data menggunakan metode analisis regresi berganda dan analisis korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bunga tabungan, jumlah kantor, adanya ATM dan besarnya promosi mempengaruhi jumlah dana yang dapat dihimpun oleh bank-bank swasta nasional. Adapun kontribusi tingkat bunga tabungan sebesar 0,44% , jumlah kantor sebesar 0,59 % dan biaya promosi sebesar 0,23 %. Secara bersama-sama variabel tersebut dapat menjelaskan sebesar 81,89 % pengaruhnya terhadap jumlah dana yang dapat dihimpun.
Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi bank-bank swasta nasional khususnya dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk menghimpun dana dari masyarakat. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Hermawan
"Peningkatan kesejahteraan karyawan tidak cukup hanya pada saat karyawan masih aktif bekerja di perusahaan tetapi juga perlu adanya jaminan kesejahteraan di hari tuanya berupa pensiun yang diberikan oleh perusahaan. Dana pensiun selain hams bisa mengamankan kekayaan yang dikelolanya, juga harus mengupayakan agar dana tersebut dapat memberikan hasil yang optimal tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian.
Pada awal talmn 2002, Dana Pensiun PT. BCA, Tbk (DPBCA) mengelola dana sebesar Rp 295 milyar yang ditempatkan pada portofolio investasi yang hanya ditempatkan di Deposito Berjangka, Obligasi dan Bangtman. (pada semester ke dua tahun 2002, ditambah dengan investasi dalam saham). Penelitian ini dibuat untuk mencoba altematif portofolio investasi lain di pasar modal tennasuk reksadana yang memberikan tingkat hasil yang lebih besar dan resiko yang lebih kecil daripada portofolio DPBCA saat ini.
Pada karya akhir ini dibuat penelitian terhadap portofolio investasi simulasi di pasar modal dengan menggunakan teori portofolio investasi Single Index Model. Secara garis besar penelitian ini akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1 . Menghitung tingkat keunttmgan dan resiko dari saham dan reksadana yang ada di pasar untuk mencari portofolio yang merupakan altematif dari investasi DPBCA sekarang ini. Data yang dipergunakan adalah data semester 1 tahun 2002.
2. Membuat 4 buah portofolio dari saham a tau reksadana berdasarkan urutan return atau risk adjusted return terbaik dari saham atau rebadana tersebut.
3. Membuat suatu rancangan proporsi masing-masing jenis investasi dengan mengubah ubah bobotnya.
4. Mengevaluasi portofolio dari hasil rancangan proporsi investasi untuk mendapatkan altematif portofolio investasi yang optimal dengan kriteria Sharpe measurement yang terbesar.
5. Menghitung hasil return porto folio simulasi menggunakan data semester II tahun 2002.
6. Mernbandingkannya dengan hasil investasi DPBCAyang terjadi di tahun 2002.
Portofolio investasi simulasi yang didapat adalah portofolio yang terdiri atas reksadana pendapatan tetap yang merupakan 10 reksadana dengan return terbaik.
Kesimpulan, dari portofolio investasi DPBCA didapat return sebesar 7.28 % per 6 bulan dan angka pengukuran Sharpe sebesar 0.18. Sedangkan dari portofolio investasi simulasi dengan hasil rancangan yang optimal , yaitu 10 reksadana dengan return terbaik semester I tahun 2002, didapatkan return simulasi sebesar 6.63 % per 6 bulan dan angka pengukuran Sharpe sebesar 0.06. Hasil tersebut menunjukkan bahwa investasi DPBCA selama ini sudah dikelola dengan baik, karena memberikan tingkat return yang cukup baik, lebih tinggi cari portofolio simulasi investasi yang dibentuk dari reksadana."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simatupang, Patar
"Industri perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kebijakan pemerintah dibidang perbankan yang terkenal dengan pakto 88, merupakan deregulasi dibidang perbankan yang telah memberi kesempatan lahirnya bank baru sementara bank yang telah berdiri, secara ekspansif memperluas kantor cabangnya. Hal ini menimbulkan situasi kompetitif tinggi yang terjadi diantara bank dalam rangka menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Tulisan ini menganalisis strategi pemasaran produk tabungan bank oleh PT. Bank Rahastama, yang merupakan salah satu Bank Swasta Nasional Non Devisa. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankan, Bank Rahastama menghadapi berbagai masalah pemasaran diantaranya persaingan yang semakin kompetitif karena banyaknya peserta yang ikut didalam arus persaingan.
PT. Bank Rahastama mulai beroperasi pada tanggal 28 Januari 1994, lahir didalam era pasca booming dunia perbankan. Pada saat itu terjadi lonjakan kuantitas bank dari 111 bank pada tahun 1988 menjadi 220 bank pada akhir tahun 1994. Keseluruhan bank tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Perbankan No. 7/1992 melakukan aktivitas usaha perbankan dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Banyak bank yang bangkrut karena melakukan strategi yang tidak tepat dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Pada usia yang relatif muda Bank Rahastama menunjukkan prestasinya dengan berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar lebih dari 33,3 milyar sampai akhir tahun 1995. Namun demikian strategi pemasaran tabungan sebagai salah satu sumber dananya, harus terus ditingkatkan untuk menghadapi pesaing di industri yang sama dengan produk yang sama pula.
Tulisan ini menguraikan strategi pemasaran tabungan yang sesuai dengan posisi perusahaan dalam situasi persaingannya. Untuk mengetahui posisi persaingannya digunakan pendekatan daur hidup produk dan analisis portofolio perusahaan.
Dalam menganalisis SWOT, digunakan perhitungan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dari hasil analisis strategi pemasaran dapat diketahui pilihan strategi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan posisi perusahaan diharapkan dapat mempertahankan produk tabungannya di pasaran, dan meningkatkannya secara bertahap. Kemungkinan untuk memperluas pasar dengan cara yang sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.
Disarankan perusahaan melakukan:
· Mempertahankan pasar
· Meningkatkan modal
· Melakukan program promosi yang maksimal
· Memperluas saluran pemasaran"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pertiwi Paridjo
"Dewasa ini lembaga perbankan ikut serta secara aktif dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Masing-masing Bank mempunyai sistem perbankan tersendiri yang intinya bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu sistem perbankan yang dikenal adalah masalah kredit seperti jenis Kredit Modal Usaha yang dipraktekan pada Bank Central Asia. Banyak tahapan yang harus dilaksanakan sebelum seseorang atau perusahaan dapat memperoleh fasilitas kredit ini. Bank juga memiliki cara tersendiri dalam menentukan kelayakan penerimaan Kredit Modal Usaha. Namun demikian pada prakteknya, pemerintah tetap melakukan pengawasan terhadap pelaksanaa fasilitas perbankan yaitu dengan mengeluarkan Undang-undang perbankan, UU No. 7 tahun 1992. Selain itu juga adanya Undangundang Nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang menyangkut dengan masalah jaminan yang merupakan syarat pokok pelaksanaan kredit, termasuk Kredit Modal Usaha."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
S20721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. Darmawan Sasongko
"ABSTRAK
Karena baru sebagian kecil masyarakat Indonesia yang menggunakan jasa-jasa perbankan, serta semakin berkembangnya Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKEB} bank-bank menga1ami persaingan yang cukup ketat da1am memasarkan produk dan jasa-jasanya, ter1ebih lagi setelah dikeluarkannya Kebijakan regu1asi Perbankan 1 Juni 1983. Menghadapi suasana persaingan ini, Overseas Express Bank tampak menga1ami masalah yang cukup serius dimana "market share" perkreditan mereka cenderung menurun dari tahun ke tahun. Hal ini telah mendorong penu1is untuk melakukan penelitian untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh Overseas Express Bank dalam mengatasi masalah tersebut, serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk menghimpun dana masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, ter1ihat bahwa Overseas Express Bank telah berusaha rnengenbangkan kegiatan pemasarannya; yang pada · dasarnya dibagi menjadi 2 kegiatan besar yaitu pertama, melakukan Segmentasi Pasar dan kedua, mengenbangkan kegiatan yang menyangkut Marketing Mix dari hasil penelitian terlihat bahwa Overseas Express Bank menetapkan nasabah Corporate sebagai segmen pasar utarnanya. demikian dalam mengelola marketing. Mix Overseas Express cenderung menekan (a.n pada nasabah Corporate ini. Dengan Bank Mengingat bahwa nasabah retail dan nasabah yang personal (consumer) ini pasarnya masih sangat luas, maka Overseas Express Bank harus mulai mengkonsolidasi diri untuk mulai memperhatikan serta berusaha menggeser orientasinya ke arah nasabah-nasabah retail dan nasabah individual ini. Sebagai perbandingan; bank-bank yang bonafide seperti City Bank dan Bank Niaga pun saat ini telah mulai secara agresif berusaha merebut pasar konsumen dan nasabah-nasabah retail ini dengan d1dukung oleh penggunaan alat-alat kamputer perbankan yang semakin canggih. usaha ke arah ini tampaknya harus segera dilakukan .oleh Overseas Express Bank bila tidak ingin ketinggalan oleh bank-bank lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Rio Grace Elisabeth
"Remittances adalah Layanan kiriman uang dalam valuta asing yang ditujukan kepada pihak penerima yang berdomisili baik di dalam maupun di luar negeri. Transaksi ini merupakan salah satu sumber pendapatan bank dari pendapatan biaya (fee based income).
Pada saat ini bisnis jasa remittance ini berada pada tahap yang makin kompetitif. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah bank yang tertarik untuk memanfaatkan peluang bisnis di bidang jasa remittance ini. Selain itu konsumen yang teredukasi makin meningkat dan menuntut standar pelayanan yang makin tinggi. BCA melihat transaksi ini sebagai peluang bisnis yang harus ditangkap dan dikelola dengan baik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu membandingkan kinerja dari produk jasa remittance BCA dalam rangka mempertahankan posisi bersaing BCA. Untuk mengetahui posisi produk jasa remittance BCA maka dilakukan benchmarking dengan Bank DBS yang dipilih oleh penulis sebagai benchmark.
Hal-hal yang diperhitungkan oleh pengguna jasa remittance ini adalah sebagai berikut: biaya pengiriman yang murah, kecepatan waktu dalam pengiriman uang, jaminan keamanan, kenyamanan dalam melakukan transaksi, serta program-program berhadiah lainnya yang ditujukan untuk menarik minat jasa remittance ini.
Bank DBS yang dipilih penulis sebagai benchmark karena mempunyai keunggulan jaringan bank koresponden yang lebih luas dibandingkan Bank BCA. Hal ini memudahkan DBS dalam melakukan tansfer hampir ke seluruh dunia. Selain itu DBS telah memberikan pelayanan transfer dengan menggunakan sarana mobile banking bagi sesama nasabah DBS.
Dalam penelitian ini akan dicari fitur apa saja yang menjadi prioritas bagi kosumen dalam menggunakan jasa remittance. Kemudian dari fitur-fitur yang didapat maka dilakukan benchmarking antara jasa remittance BCA dengan jasa remittance Bank DBS. Dari hasil benchmarking tersebut akan didapat keunggulan dan kelemahan BCA Remittance.
Merujuk dari hasil penelitian yang didapat, maka penulis menyarankan agar BCA memperluas jaringan bank koresponden agar dapat mempermudah BCA dalam melayani pengguna BCA remittance, menambah sarana pelayanan BCA Remittance yaitu melalui mobile banking, serta menjalin kerjasama dengan Pengelola Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).

Benchmarking Analysis BCA Remittance Product Against And DBS Remittance Product Remittance is a service of money transfer in a foreign currency. This transaction is one of bank incomes from fee based income. Nowadays the remittance business is on the competitive phase. This is caused by a lot of banks are interested to take the opportunities in this remittance business. On the other hands, the number of educated consumer increased. They claimed high quality standard services. BCA have seen this business as the opportunity which has to be managed well.
In this research, the writer used the analytical descriptive method, that is compared the feature of BCA remittance. The objective of this comparison is to know the BCA competitive position. The writer has done benchmarking to know the position of BCA remittance. DBS Bank is chosen as benchmark.
There are some features that consumer considered when they want to use remittance service. The transfer expense, time delivery, security guaranteed by bank, the facilities transaction and reward programs. DBS Bank is selected by writer as benchmark because of its excellence broader correspondent bank network. Nowadays DBS can do money transfer almost to every nation in the world. DBS Bank has given many facilities to simplify the remittance process, such as phone banking, internet banking and mobile banking.
In this research the writer tried to find consumer priority while use the remittance service. And then the writer did the benchmarking between BCA and DBS Bank. The objective of benchmarking was to find the strength and weakness of BCA remittance.
In order to strengthen the competitive BCA Remittance, the writer suggested BCA broaden the network correspondent bank, add the facilities to remittance services, and also build a relationship with PJTKI (Pengelola Jasa Tenaga Kerja Indonesia).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>