Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widi Sukmana
"ABSTRAK
Organoclay Tapanuli (OCT) 1 KTK telah disintesis dengan memodifikasi montmorillonit (MMT) dari bentonit alam Tapanuli dengan surfaktan ODTMA-Br (Oktadesil Trimetilammonium Bromida) sebagai agen penginterkalasi, dimana kapasitas tukar kation diperoleh (KTK) Na-MMT sebesar 68,5 meq/gram dan konsentrasi ODTMA-Br yang ditambahkan adalah 1 KTK. Pengaruh interkalasi oleh surfaktan ODTMA-Br terhadap basal spacing organoclay diamati dengan XRD low angle menunjukkan nilai basal spacing sebesar 20,27 Å untuk OCT 1 KTK. Kemudian produk diuji kemampuan adsorpsinya terhadap senyawa Herbisida bahan aktif 2,4 dikloro etoksiasetat dimetil amina dengan variasi konsentrasi (10-100 ppm) sehingga didapat kapasitas adsorpsi optimum 3,88 mg/gram organoclay, kapasitas adsorpsi ini meningkat 77,5 % dari kapasitas bentonit alam yang memiliki kapasitas maksimum 0,87 mg/gram organoclay. Waktu optimum OCT 1 KTK untuk mengadsorpsi 2,4 D ? dimetil amina telah didapat setelah diuji dengan variasi waktu (6-18 jam) yaitu selama 18 jam didapat kapasitas adsorpsi optimum 4,39 mg/gram organoclay.

ABSTRACT
1 CEC organoclay from Tapanuli (OCT) has been synthesized by modified montmorillonite (MMT) from natural Tapanuli's bentonite using ODTMABr (Octadecyltrimethyl Ammonium Bromide) surfactant as an intercalation agent, where the cation exchange capacity (CEC) of Na-MMT was 68,5 meq/gram and the concentration of ODTMABr added is 1 CEC. Effect of intercalation by surfactan ODTMA-Br to basal spacing organoclay were identify using XRD low angle and given display of basal spacing 20,27 Å for OCT 1CEC. .Then the adsorption capability of the product tested by varying the concentration (10-100 ppm) of 2,4 D ? dimethyl amine with the result of optimum adsorption capacity is 3,88 mg/gram organoclay, the adsorption capacity was increased 77,5 % of the capacity of raw bentonite that has maximum capacity 0,83 mg/gram organoclay. The optimum time of OCT 1 CEC for the adsorption of phenol was obtained after tested with variation of time (6-18 hours) is for 18 hours and optimum adsorption capacity is 4,39 mg/gram organoclay.
"
2012
S42097
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Arif Marz
"Organoclay Tapanuli (OCT) 1 KTK telah disintesis dengan memodifikasi montmorillonit (MMT) dari bentonit alam asal Tapanuli dengan surfaktan ODTMABr (Oktadesil Trimetilammonium Bromida) sebagai agen penginterkalasi, dimana kapasitas tukar kation (KTK) Na-MMT adalah 65 mek/100 gram dan konsentrasi ODTMABr yang ditambahkan adalah 1 KTK. Kemudian produk diuji kemampuan adsorpsinya terhadap fenol dengan variasi konsentrasi (40-200 ppm) sehingga didapat kapasitas adsorpsi optimum 5,35 mg fenol/gram organoclay, kapasitas adsorpsi ini meningkat 267,5% dari kapasitas Na-MMT. Waktu optimum OCT 1 KTK untuk mengadsorpsi fenol telah didapat setelah diuji dengan variasi waktu (3-18 jam) yaitu selama 12 jam.
Pengaruh adsorpsi fenol terhadap basal spacing organoclay diamati dengan XRD low angle menunjukkan adanya peningkatan basal spacing dari 20,02 Å untuk OCT 1 KTK menjadi 20,53 Å untuk OCT 1 KTK setelah adsorpsi fenol. Kemudian kemampuan adsorpsi OCT 1 KTK diuji pada fenol yang terdapat pada air limbah demulsifikasi minyak bumi. Sebelum proses adsorpsi, sampel di preparasi dengan dilakukan penyaringan untuk mendapatkan fasa air yang bebas minyak dan aspal. Keberadaan dan kadar fenol diamati dengan spektrometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 269 nm. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa OCT 1 KTK lebih efektif dalam menyerap fenol yang berada pada air limbah demulsifikasi minyak bumi dengan waktu pengadukan selama 12 jam dibandingkan dengan 15 jam dan 18 jam, dengan jumlah fenol teradsorpsi 4,46 mg fenol/gram organoclay.

1 CEC organoclay from Tapanuli (OCT) has been synthesized by modified montmorillonite (MMT) from Tapanuli natural bentonite using ODTMABr (Octadecyltrimethyl Ammonium Bromide) surfactant as an internalization agent, where the cation exchange capacity (CEC) of Na-MMT was 65 meq/100 gram and the concentration of ODTMABr added is 1 CEC. Then the adsorption capability of the product tested by varying the concentration (40-200 ppm) of phenol with the result of optimum adsorption capacity is 5.35 mg phenol/gram organically, the adsorption capacity was increased 267.5% of the capacity of Na- MMT. The optimum time of OCT 1 CEC for the adsorption of phenol was obtained after tested with variation of time (3-18 hours) is for 12 hours.
Effect of phenol adsorption on organically basal spacing observed with low angle XRD shows an increase in basal spacing of initially 20.02 Å for OCT 1 CEC to 20.53 Å for OCT 1 CEC after adsorption of phenol. Then the adsorption capability of OCT 1 KTK was tested in the waste water from petroleum emulsification product. Before the adsorption process, prepare the sample by filtering the sample to get the free water phase of oil and asphalt. The presence and value of phenols were observed by spectrometry UV / Vis at λmax = 269 nm. The data obtained shows that the OCT 1 CEC is more effective in absorbing phenol which is at the waste water from petroleum d emulsification product with a time stirring for 12 hours compared with 15 hours and 18 hours, with the amount of phenol adsorbed 4.46 mg phenol/ gram organically.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1418
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdan Fadli
"Proses regenerasi adsorben dalam penelitian ini dilakukan secara kimia dengan menggunakan NaCl sebagai regeneran melalui mekanisme pertukaran kation, dimana kation dalam cairan dipertukarkan dengan kation dari suatu padatan.
Reaksi ini berlangsung reversibel dengan persamaan reaksi:
NH4-Zeolit + Na+ = Na-Zeolit + NH4+
Untuk mengetahui kemampuan NaCl sebagai regeneran, maka perlu diiakukan proses regenerasi pada berbagai kondisi operasi. Dalam penelitian ini menggunakan 5 siklus adsorpsi-regenerasi, yaitu terdiri dari dari 5 tahap adsorsi dan 5 tahap regenerasi.
Proses adsorpsi-regenerasi dilakukan dalam kolom adsorber dengan menggunakan unggun Zeolit Alam Lampung berukuran 20 ~ 10 mesh dan tinggi unggun 22 cm- Proses berlangsung secara kontinyu dengan mengalirkan umpan dari bawah kolom pada kecepatan 0,3 ml/detik. Regeneran yang digunakan adalah NaCl 5 g/L dengan variasi suhu 30 ° C, 40 ° C, dan 60 ° C.
Dari hasil penelitian didapat beberapa hal, yaitu:
1. Regeneran dengan temperatur 60 °C memiliki persentase penurunan daya desorpsi yang Iebih kecil.
2. Regeneran dengan temperatur 60 °C mampu menghasilkan ZAL yang memiliki daya adsorpsi yang lebih tinggi, sekitar 98 % dari tahap awal.
3. Regeneran dengan temperatur 40 °C menghasilkan ZAL dengan umur pakai yang lebih tinggi, sekitar 4 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalidah Putri Ridha
"ABSTRAK
Bentonit asal Tapanuli telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan alam rarasaponin sebagai agen penginterkalasi. Sintesis dilakukan dengan memvariasikan berat surfaktan, 0,5 gram, 1 gram dan 2 gram. Hasil diperoleh bahwa organoclay dengan 2 gram surfaktan memberikan kenaikan nilai basal spasing yang tinggi dari 15.1 menjadi 16.1 . Uji FTIR memperlihatkan penurunan drastis pada pita ikatan hidrogen dan spektra molekul H2O yang menandakan bahwa H2O yang berada pada interlayer tergantikan dengan rarasaponin. Uji ketahanan termal dilakukan hingga suhu 500 oC dan diperoleh hasil pada suhu 274 oC terjadi degradasi surfaktan. Kemampuan adsorpsi organoclay diuji dengan menggunakan zat pewarna rhodamin-B dengan variasi konsentrasi 0,3 ; 0,5 ; 0,8 dan 1 ppm. Hasil adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi 1 mg/g dengan waktu optimal adsorpsi selama 30 menit.

ABSTRACT
Bentonite from Tapanuli has been modified into organoclay using natural surfactant rarasaponin as intercalation agent. Organoclay synthesis performed by varying the weight of surfactant, 0.5 gram, 1 gram and 2 gram. The results showed that 2 grams of organoclay with surfactant gives increase in basal spacing from 15.1 to 16.1 . FTIR test showed a drastic decrease in the band spectra of hydrogen bonds and H2O molecules indicating that H2O that located in interlayer replaced with rarasaponin Thermal endurance test carried out to a temperature of 500 oC and degradation of surfactant occurs in 274 oC. Organoclay adsorption capacity was tested using the dye rhodamine B with various concentrations of 0.3 0.5 0.8 and 1 ppm. Results adsorption follows the Langmuir isotherm with adsorption capacity 1 mg g with 30 minutes for optimal adsorption time. "
2016
T47123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"Model adsorpsi senyawa koordinasi Ni2+-H2O, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA dan Nit+-CN pada permukaan alumina digambarkan berdasarkan variasi variabelnya, yaitu pH, spesies ligan dan alumina serta kuat ion. Metode adsorpsi yang digunakan adalah pengguncangan. Pengujian juga dilakukan secara visual dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).
Alumina yang digunakan berasal dari AICI3 dengan variasi suhu kalsinasi 600°C dan 900°C. Alumina jenis 1 yang diperoleh dengan pemanasan 600°C merupakan campuran fasa x dan n-alumina, sedangkan alumina jenis 2 merupakan campuran fasa x, ri, 7, 0 dan rc-alumina.
Adsorpsi maksimum Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 pada kedua jenis alumina terjadi pada pH 3, sedangkan adsorpsi maksimum sistem yang mengandung Nit+ EDTA dan Ni2+-CN diperoleh pada pH 10. Pengujian dengan Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich pada pH maksimum menunjukkan bahwa proses adsorpsi mengikuti persamaan Langmuir yang membentuk lapisan monolayer pada permukaan homogen.
Percobaan menunjukkan bahwa adsorpsi Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 memiliki pola adsorpsi yang sarna dan keduanya lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 1 yang bersifat lebih asam. Tetapi pada sistem Ni2+-H2O pola adsorpsi tidak dipengaruhi oleh permukaan kuat ion sehingga diperkirakan adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz dalam akibat adanya interaksi antara ion logam Ni dengan sisi aktif Oksigen pada permukaan alumina. Sedangkan adsorpsi Nit+ NH3 dipengaruhi oleh kuat ion dan diperkirakan terjadi pada Bidang Helmholtz luar akibat terjadinya proses pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina.
Adsorpsi sistem campuran Ni2+-H2O dengan Nit+-EDTA dan Nit+ H2O dengan Ni2+-CN menunjukkan pola adsorpsi yang sama, lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 2 yang bersifat lebih basa dan dipengaruhi oleh kuat ion, sehingga disimpulkan bahwa proses adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz luar karena adanya interaksi elektrostatik antara ligan yang kaya akan elektron dengan pusat aktif Aluminium pada permukaan alumina, selain terjadinya pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina, pada kondisi pH tinggi.
Pengujian dengan Scanning Electron Microscope (SEM) tidak menunjukkan keberadaan Nikel di sekitar permukaan Aluminium yang diamati sehingga disimpulkan tidak ada interaksi langsung antara Nikel dengan Aluminium.

Adsorption Models of Nickel (II) Coordination Complex Compounds on to the Alumina SurfaceAdsorption models of coordination complex compounds of Ni2+-H20, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA and Nit+-CN on to surface of alumina is described by variation of some variables; pH, types of alumina, and the ionic strength.
Sample of alumina synthesized from AIC13. More acidic alumina which is calculated in 6000C provides mixed of x-and n-alumina phase, whereas alumina which is treated in 900°C contains x,n,-y4 and rs-alumina.
Maximum adsorption of Ni2+-H2O and Nit+ NH3 on both type of alumina occurs in pH 3, but systems contain EDTA and CN ligand in pH 10. Test of Isotherm adsorption in the maximum pH give that adsorption process following Langmuir equation to form monolayer adsorbate on homogenous surface.
The result give that adsorption of Ni2+-H2O and Ni2+-NH3 have similar patterns. The difference is Ni2+-H2O adsorpted in Inner Helmholtz Plane by interaction beetwen Ni2+ with Oxygen site of alumina surface and system contains NH3 in Outer Helmholtz Plane by precipitation of Ni(OH)2 on to alumina surface. Adsorption system contains EDTA and CN have another similar patterns and adsorpted in Outer Helmholtz Plane because any electrostatic interaction between ligand and aluminum site of alumina.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Fata
"Sampai saat ini telah dipelajari tiga teknologi untuk menghilangkan olefin dalam gas i-C4 yaitu: hydrorreating, Disnlasi-Ekstraksi dan Distilasi Fraksionasi. Akan tetapi ketiga teknologi ini digunakan untuk konsentrasi kandunganan olefin yang tinggi dalam Lunpan aliran proses dan produk utama yang diinginkan adalah olefin dengan kapasitas produksi besar_ Teknologi ini tidak ekonomis jika dipakai pada Lunpan aliran proses yang konsentrasi oleiinnya rendah, 4 - 6% dalam LPG iso-butan.
Telcnologi (metode) yang paling, ekonomis dalam proses penghilangan kandungan olefin dalam iso-butan, altematiiimya adalah dengan menggunakan metode adsorpsi. Proses adsorpsi merupakan kcmampuan dari sualu adsorben unluk mengikat suatu zat tertentu dalam larutan (Huida) pada pemwkaannya sehingga zat tersebut dapat dipisahkan dari Iarutannya. Terikatnya zat tersbut dimungkinkan karena adanya gaya pada adsorben. Adsorben tertentu dapat mengadsorp oletin dan mendesorpsi iso-butan dengan baik. Untuk melakukan proses ini dikembangkan suatu kolom adsorpsi yang ditempatkan adsorben didalamnya.
Hasil penelitian dengan menggunakan molekuler-sieve SA, dan karbon aktif, pada kondisi temperatur yang berbeda diperoleh, masing-masing pola kurva terobosan oleiu cukup memadai karena membentuk S-shape, dimana molekulcrsieve marnpu menurunkan sampai i 0.3 pmol/cc pada temperatur 20 ?C dan karbon aktif sampai i 0.2 pmol/cc pada temperalur 20 °C. Kapasitas adsorben molekulersieve pada temperatur 20 °C ,dc 14317415 pmol/cc; karbon aktif 1 21530030 pmol/cc, ini cukup layak dipakai sebagai adsorben untuk mengadsorpsi Olefin dalam gas iso-butan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Subroto
"Pada penelitian ini digunakan H-Zeolit hasil preparasi menggunakan metode pertukaran ion dengan NH4NO3. H-Zeolit ini dipakai untuk mengadsorpsi gas NH; dalam campurannya dengan gas Nitrogen secara siklus yang terdiri atas tahap adsorpsi dan regenerasi. Uji pengaruh suhu terhadap kapasitas adsorpsi dilakukan pada rentang suhu 100-350°C. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 2,5 siklus dengan adsorpsi pada suhu 125°C dan regenerasi pada suhu 475°C. Untuk uji pengaruh air terhadap kapasitas adsorpsi, maka HZ dijenuhkan dengan air sebelum digunakan untuk mengadsorpsi NH; pada suhu 125 dan 100°C. Pada penentuan laju adsorpsi, dilakukan adsorpsi dengan variasi konsentrasi umpan pada temperatur adsorpsi 100°C.
Hasil penelitian menunjukkan kapasitas adsorpsi NH3, pada temperatur operasi 100, 125, 200, 300 dan 350°C adalah sebesar 1.72, 1.35, 0.90, 0.47 dan 0.33 mmol/gr H-Zeolit. Kapasitas adsorpsi pada suhu rendah lebih besar dibandingkan suhu yang lebih tinggi karena terjadi adsorpsi fisika dan kimia secara simultan.
Dari basil uji stabilitas diperoleh kapasitas adsorpsi siklus ke 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 1.35, 1.26 dan 1.16 mmol NH3/gr HZ. Kapasitas adsorpsi karena adanya pengaruh air untuk temperatur operasi 100 dan 125°C adalah sebesar 1.56 dan 1.26 mmol NH3/gr HZ atau mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan kapasitas 'fresh' HZ. Persamaan laju awal adsorpsi pada temperatur 100°C dan W/F=0.03 g.menit/ml adalah r = 1.06x10-2 [NH3]0.82 mol NH3/g HZ. menit.
Studi kasus untuk konsentrasi gas buang NH3 3000 ppm dengan Iaju total gas buang 12 ton/jam., membutuhkan HZ sebanyak 11.98 ton atau 21.89 m3 dengan waktu tahap adsorpsi 2 jam 30 menit dan regenerasi 40 menit. Temperatur operasi yang digunakan adalah 125 ºC, yang merupakan temperatur keluaran stripper dan untuk meregenerasinya digunakan steam HP pada temperatur 475°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Sudibandriyo
Jakarta: UI-Press, 2013
PGB 0324
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Akhata
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Wibowo
"Penelitian adsorpsi amonia fasa cair pada kolom adsorpsi unggun tetap zeolit dilakukan deugan menggunakan adsorben zeolit alam Lampung jenis Klinoptilolit yang mengalami perlakuan pemanasan pada 150º C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan adsorpsi amonia oleh zeolit alam Lampung berbentuk granular dengan melihat pengaruh waktu adsorpsi, ukuran butiran zeolit, perbandingan berat unggun terhadap laju alir (W/F), pengaruh regenerasi serta jatuh tekanan (pressure drop) yang ditimbulkan.
Adsorpsi amonia dilakukan dengan menggunakan partikel zeolit berukuran 20-10 mesh dan 10-8 mesh serta laju alir fluida sebesar 0,3 ml/detik. Konsentrasi amonia yang digunakan sekitar 1 gr/L dengan kondisi operasi adsorpsi pada suhu dan tekanan ruang. Konsentrasi amonia keluaran reaktor dianalisa dengan metode distilasi-titrasi, sedangkan zeolitaya dikarakterisasi dengan metode spektroskopi sinar tampak.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk proses adsorpsi selama 240 menit, ukuran partikel 20-10 mesh memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik dibandingkan dengan 10-8 mesh. Untuk W/F 1347 g.detik/mL, 20-10 mesh, waktu pencapaian melampaui baku mutu berlangsung selama 50 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2902 meqNH3/grZAL dengan breakpoint sekitar menit ke-60. Sedangkan W/F 1347 g.detik/mL, 10-8 mesh, waktu pencapaian sekitar 10 menit dengan kapasitas adsorpsi sebesar 0,2198 meqNH3/gZAL.
Regenerasi kimiawi dengan larutan NaCl 5 g/L dapat meningkatkan umur pakai adsorben ZAL, tetapi terjadi penurunan kemampuan adsorpsi tahap 2 dan 3 terhadap tahap I. Untuk ZAL 10-8 mesh dengan W/F1397 g.dtk/mL (tinggi 22 cm) perbandingannya 87,00% dan 74,81%.
Pada pengukuran jauh tekanan, perbedaan ukuran partikel tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Jatuh tekanan hasil pengukuran pada kolom adsorpsi untuk tinggi unggun 22 cm dengan ukuran partikel 20-10 mesh dan 10-8 mesh adalah sekitar 2548 N/m²."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>