Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Januarina Anggriani
"Suatu alat ukur menggunakan skala likert perlu diketahui reliabilitasnya. Adapun salah satu cara untuk menaksir reliabilitas suatu alat ukur adalah dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Biasanya alat ukur tidak hanya digunakan satu kali, melainkan beberapa kali dengan sampel yang berbeda-beda. Karena perbedaan sampel maka taksiran koefisien Alpha Cronbach yang didapatkan juga berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara untuk mencari koefisien Alpha Cronbach gabungan yang memperhatikan ukuran sampel dan variasi dalam dan antar sampel. Metode yang digunakan adalah metode Meta-Analisis. Tugas akhir ini membahas tentang meta-analisis untuk mencari inferensi statistik dari taksiran reliabilitas gabungan suatu alat ukur berdasarkan koefisien Alpha Cronbach.

In research, the variables which are usually used in measurement are latent variables. The latent variables are measured by likert scales. A measuring instrument using a likert scale necessary to know its reliability. As one way to assess the reliability of a measurement is using the Cronbach's Alpha coefficient. Measuring instrument are not typically used only once, but more with different samples. Because of differences in sample size, then the estimation of Cronbach's Alpha coefficient obtained are also different. Therefore, we need a way to find the Cronbach's Alpha coefficients combined by attention to sample size and variation within and between samples. The method used is a Meta-Analysis. The final task is about the meta-analysis to look for statistical inference of the estimated reliability of a composite measure based on Cronbach's Alpha coefficient."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42076
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam mengukur suatu karakteristik tertentu diperlukan alat tes. Suatu alat tes dikatakan baik untuk digunakan apabila alat tes tersebut memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Kekonsistenan alat tes ini ditunjukkan dengan reliabilitas alat tes tersebut. Dalam membandingkan reliabilitas dari dua buah alat tes, maka panjang tes kedua alat tes tersebut harus sama. Dua buah alat tes dikatakan memiliki panjang tes yang sama apabila alat tes tersebut dapat diselesaikan dalam waktu dan kecepatan yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu alat tes adalah koefisien alpha Cronbach. Dalam penulisan tugas akhir ini akan membahas metode untuk membandingkan koefisien alpha Cronbach dari dua buah alat tes di mana salah satu alat tes panjang tesnya telah disesuaikan. Metode ini akan diterapkan pada dua buah alat tes untuk mengukur Emotional Quotient. Hasil analisis data menunjukkan bahwa alat tes kedua yang tidak dimodifikasi lebih reliabel dibandingkan alat tes pertama yang telah dimodifikasi. Dengan demikian, apabila ingin memilih salah satu alat tes untuk mengukur Emotional Quotient, disarankan menggunakan alat tes "
Universitas Indonesia, 2007
S27757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Anggreny Doko
"Sebagian besar penelitian bidang psikologi membutuhkan adanya suatu alat ukur untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Suatu alat ukur yang menggunakan skala Likert perlu diketahui reliabilitas dan validitasnya. Akan tetapi, penggunaan suatu alat ukur belum tentu sesuai untuk diaplikasikan terhadap populasi tertentu. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya reliabilitas, validitas konstruk, validitas item, dan validitas isi dari alat ukur tersebut. Alat ukur yang tidak reliabel dan tidak valid disebabkan oleh perbedaan kultur dari populasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu modifikasi terhadap alat ukur sehingga akan diperoleh informasi yang lebih baik terhadap populasi terkait. Dikarenakan pada penelitian ini menggunakan data berskala ordinal, maka reliabilitasnya akan diukur dengan koefisien alpha ordinal dengan korelasi yang digunakan adalah korelasi polikhorik. Dalam penelitian ini, akan dilakukan modifikasi terhadap alat ukur tingkat empati dari Mark H. Davis yang terdiri dari 45 indikator menjadi suatu alat ukur yang hanya terdiri dari 15 indikator. Alat ukur yang sudah dimodifikasi terbukti reliabel, valid isi, valid konstruk, dan valid item. Metode yang akan digunakan adalah analisis faktor, korelasi Spearman, korelasi polikhorik, dan reliabilitas alpha ordinal.

Most psychology research requires the existence of an instrument to obtain the required information. An instrument using Likert scale needs to know its reliability and validity. However, the use of an instrument is not necessarily suitable for particular population. This can be seen from the fulfillment of reliability, construct validity, item validity, and content validity of the instrument. Unreliable and invalid instruments due to cultural differences in the population. Therefore, a modification of the instrument is needed such that better information can be obtained to the relevant population. Because in this study using ordinal scale data, then the reliability will be measured by the coefficient ordinal alpha with polychoric correlation. In this study, modifications will be made to Mark H. Davis 39 rate empathy instrument consisting of 45 indicators into an instrument consisting of only 15 indicators. Modified measuring tools proved reliable, have valid content, valid constructs, and valid items. The methods to be used are factor analysis, Spearman correlation, polychoric correlation, and ordinal alpha reliability.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Amellia
"Reliabilitas suatu alat ukur yang menggunakan Skala Likert seringkali ditaksir dengan koefisien Alpha Cronbach. Tetapi ternyata dapat ditunjukkan bahwa Koefisien Alpha Cronbach akan memberikan taksiran yang underestimate jika asumsi 𝜏-equivalent tidak dipenuhi. Penaksir koefisien Koefisien Tarkkonen‟s Rho diperkenalkan dalam tugas akhir ini. Dapat dibuktikan bahwa Koefisien Tarkkonen‟s Rho memberikan nilai taksiran yang lebih besar dari Koefisien Alpha Cronbach jika asumsi𝜏-equivalent tidak dipenuhi dan akan bernilai sama dengan Alpha Cronbach jika asumsiτ-equivalent dipenuhi. Contoh penerapan diberikan untuk membandingkan taksiran reliabilitas dengan menggunakan Koefisien Alpha Cronbach dan Koefisien Tarkkonen‟s Rho.

Reliability of measurement which uses Likert Scale is usually estimated by Cronbach‟s Alpha coefficient. But it can be shown that Cronbach‟s Alpha coefficient will give an underestimate estimation if the 𝜏-equivalence assumption is not fulfilled. The reliability estimator, called Tarkkonen‟s Rho Coefficient, will be introduced in this mini thesis. It can be proved that Tarkkonen‟s Rho coefficient will give greater reliability estimation than Cronbach‟s Alpha Coefficient if the 𝜏-equivalence assumption is not fulfilled and will give same reliability estimation if the 𝜏-equivalence assumption is fulfilled. An example of application will be given to compare the reliability estimations which is gotten by using Cronbach‟s Alpha Coefficient and Tarkkonen‟s Rho Coefficient."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Emy Meylia
"Membandingkan probabilitas kesuksesan suatu perlakuan antara dua kelompok populasi sering dilakukan pada penelitian di dunia medis dengan menggunakan odds ratio. Penelitian yang sama seringkali dilakukan berulang kali oleh peneliti dan atau dengan sampel yang berbeda sehingga dalam kasus ini didapat nilai odds ratio yang belum tentu sama. Meta-analisis untuk odds ratio digunakan untuk mencari inferensi gabungan dari odds ratio dengan mempertimbangkan kontribusi yang beragam dari masing-masing penelitian, yaitu ukuran sampel. Inferensi gabungan untuk odds ratio yang dibahas dalam tugas akhir ini meliputi taksiran titik, taksiran interval, dan uji hipotesis.

Comparing the probability of success of a treatment between two groups of population has frequently been conducted in medical research by applying odds ratio. Although similar research is performed by different researchers and or different samples, but the odds ratio are not necessarily the same. Meta-analysis on odds ratio is used to find the inference combination by considering various contributions from each research, based on sampel size. The inference combination of odds ratio in this mini thesis consist of point estimation, interval estimation, and hypothesis test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S45040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Angela
"Salah satu contoh penelitian yang dilakukan di dunia medis adalah membandingkan mean suatu variabel pada dua treatment yang berbeda. Jika penelitian seperti itu dilakukan beberapa kali, baik oleh peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda, tempat yang berbeda, maupun menggunakan sampel yang berbeda, maka ada kemungkinan akan didapatkan kesimpulan yang berbeda pula. Bisa saja ada penelitian yang menghasilkan kesimpulan adanya perbedaan mean, ada pula penelitian yang menghasilkan kesimpulan tidak adanya perbedaan mean. Karenanya perlu dicari inferensi gabungan untuk beda mean. Metode yang digunakan adalah meta-analisis untuk beda mean. Tugas akhir ini membahas meta-analisis guna mencari inferensi gabungan untuk beda mean.

One kind of research which often done in medical field is to compare variable mean between two different treatments. If this kind of research is done for several times, observed by different researchers, time, place, and/or using different samples, then statistical inferences for ‘mean differences’ in each research are not necessarily the same. This research may lead us to the two types of conclusion: the difference in the mean and no differences mean. Therefore, it is necessary to find a joint statistical inference for mean differences. The method used was a meta-analysis of mean differences. This final project discussed the meta-analysis for mean differences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Arini Ekaputri
"Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan alat ukur baru untuk mengukur tingkat kepribadian extraversion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur baru tersebut. Alat ukur tersebut diujikan kepada 118 partisipan dengan rentang usia 19 hingga 50 tahun. Secara keseluruhan, alat ukur baru yang dirancang tergolong reliable dan valid. Semua alat ukur yang digunakan sebagai alat ukur validasi dalam penelitian ini juga tergolong reliable. Hasil dari Indeks Diskriminasi Item (IDI) menunjukan bahwa hanya 1 dari 10 item dalan alat ukur tersebut yang kurang efektif. Sedangkan, 9 item lainnya efektif dan berkontribusi dengan baik untuk alat ukur tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa alat ukur baru tersebut tergolong reliable. Selain itu, hasil menunjukan bahwa alat ukur baru ini berkolerasi positif dengan alat ukur personal wellbeing seperti prediksi. Hasil dalam penelitian ini juga menunjukan bahwa alat ukur ini berkorelasi negative dengan alat ukur neuroticismseperti prediksi. Maka dari itu, alat ukur baru tersebut tergolong valid.

The present study developed a new scale to measure the level of individual’s level of extraversion personality. The aim of the study was to measure the validity, reliability, and item discrimination indices of the new self-report scale for assessing extraversion. The scale was tested on 118 participants aged 19 to 50 years old. Overall, the new scale was found to be reliable, normally distributed, and valid. All the validating scales used in the present study were also found to be reliable and normally distributed. The Item Discrimination Indices (IDI) scores for the new extraversion scales showed that only 1 out of 10 items was less effective. The remaining 9 items were found to be effective and contributes well to the scale. The new scale also found to have a good internal consistency. Thus, the new scale was concluded to be reliable. The results showed that the new scale was positively correlated with personal wellbeing scale as predicted. Moreover, the new scale was found to be negatively correlated with neuroticism scale as predicted. Therefore, the new scale was concluded to be valid.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sherine Kamila Hassan
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan skala baru dalam mengukur grit dengan mengacu pada skala grit yang dikembangkan oleh Angela Lee Duckworth dan rekan-rekan nya 2007 . Pada tepatnya, penelitian ini akan menjawab apakah skala grit yang baru dapat memperoleh hasil yang sama dengan skala grit s-grit yang dikembangkan oleh Duckworth 2007 dan menghasilkan nilai validitas dan reliabilitas yang sesuai. Untuk menguji validitas skala tersebut, tiga hipotesis empiris digunakan untuk menganalisis korelasi antara hasil yang diperoleh skala baru dan s-grit dengan menguji internal consistency dan item discrimination index, yang hasilnya juga digunakan untuk menguji validitas skala baru. Hasil yang ditemukan dari analisis validitas dan reliabilitas konsisten dengan tiga hipotesis empiris adalah korelasi positif antara skor dari skala baru dan s-grit, korelasi positif antara skor conscientiousness dari skala baru dan s-grit, dan korelasi positif antara skor work-ethics profile dari skala baru dan s-grit. Ini menunjukkan bahwa skala grit yang baru memiliki validitas yang cukup tinggi karena kesesuaiannya dengan validitas skala s-grit. Namun, berdasarkan hasil penelitian ini, penelitian kedepannya dapat meningkatkan nilai item discrimination index untuk meningkatkan validitas dan keumuman skala grit baru.

ABSTRACT
The aim of this study is to develop a new grit scale with reference to the established grit scale by Duckworth and colleagues 2007 . Specifically, the purpose of this study is to discover whether the redeveloped grit scale will yield the same outcome as the previous grit scale while maintaining validity and reliability. To establish the validity of the new grit scale, three empirical hypotheses are generated to examine the relationship between the scores on the new scale and scores on other measures, as well as identifying the sample characteristics of grit. Additionally, reliability analyses such as Internal Consistency and Item Discrimination Index were also conducted to strengthen the new scale rsquo;s validity. The new grit scale was high in internal consistency and most items had reasonable item discrimination indices. Results showed that that all hypotheses were supported such that a positive correlation was found between the scores of the new grit scale and short grit scale, scores of the new grit scale positively correlate to scores on conscientiousness and scores of the new grit scale positively correlate to scores on work ethics profile. This indicated that the new measurement scale has decent validity. However, further research should focus on improving item discrimination index to strengthen validity of the new grit scale and increase generalizability. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Hifzhi
"Difusi yang terjadi di antara dua buah cairan dengan konsentrasi berbeda akan menghasilkan gradien indeks bias yang beragam. Sebuah alat untuk mengamati difusi antar dua cairan tersebut telah dibuat dengan menggunakan metode defleksi sinar laser. Pola defleksi sinar laser terjadi akibat adanya pembiasan cahaya ketika memasuki daerah perbatasan antara dua cairan dengan indeks bias yang berbeda. Koefisien difusi dapat ditentukan dengan mengamati gradien indeks bias yang terjadi pada area batas kedua cairan. Dalam fenomena ini, transfer massa yang ditunjukkan oleh nilai koefisien difusi dari satu cairan menuju cairan lain memiliki peranan penting dan dapat dijelaskan dengan menggunakan hukum Fick. Eksperimen difusi telah dilakukan menggunakan cairan NaCl dan Aquades. Menariknya, dalam penelitian ini ditemukan bahwa nilai koefisien difusi dari NaCl dengan Aquades kesesuaian yang cukup bagus dengan koefisien difusi yang tertera pada literatur. Karakterisasi alat telah dilakukan untuk mendapatkan metode pengukuran yang baik. Dengan susunan alat yang simpel, penggunaan yang baik, dan analisa data, sistem ini dapat digunakan untuk mengamati proses transfer massa antara dua cairan berbeda konsentrasi dengan cukup akurat.

Interdiffusion between two liquids with different concentration produce diverse refractive index gradient. A measurement system to observe this phenomena has been carefully constructed using laser beam deflection method. The laser beam deflection pattern come from refraction of the beam when entering the interface of two different refractive index liquid. Diffusion coefficient value can be determined by observing the refractive index gradient of liquid liquid on the interface. In this phenomenon, mass transfer which shown by diffusion coefficient value of liquid liquid take an important role and can be described using Fick rsquo s law. The diffusion experiment have been performed with NaCl Aqueous solution. Interistingly, we have found the diffusion coefficient of NaCl Aqueous has reasonably good agreement with coefficient values specified in literature. The system characterization has been done to get a good measurement method. With simple setup, good method, and data analysis, this system can be used to observe mass transfer between two liquids with different concentration accurately."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitt Akbar
"Latar belakang: Frailty merupakan sindrom biologis yang dapat menyebabkan kerentanan terhadap hasil yang lebih buruk terhadap pasien. Penilaian frailty saat ini berkembang pada populasi penyakit lainnya antara lain pada populasi pasien sirosis hati. Modalitas yang dikembangkan dan sudah divalidasi untuk menilai frailty pada populasi sirosis hati adalah dengan Liver Frailty Index (LFI). Prevalensi pasien sirosis hati yang mengalami frail ternyata cukup tinggi. Dipikirkan pasien yang mengalami frail akan meningkatkan mortalitas pada pasien sirosis hati. Tujuan: Menilai apakah frailty berdasarkan Liver Frailty Index dapat menjadi prediktor mortalitas pada pasien sirosis hati Metode: Penelusuran literatur dilakukan melalui basis data daring: PubMed/ MEDLINE, EMBASE, ProQuest, dan EBSCOhost dengan menggunakan kata kunci “sirosis hati” dan “liver frailty index” dalam Bahasa Inggris dan Indonesia. Pencarian manual dilakukan melalui portal data nasional, e-library fakultas kedokteran, dan snowballing. Studi yang dimasukkan ke dalam penelitian adalah studi kohort prospektif dan retrospektif yang mengikutsertakan pasien sirosis hati tanpa keganasan hati dan melaporkan mortalitas pasien berdasarkan status frailty. Hasil: Sebanyak 7 artikel diikutsertakan dalam telaah sistematis ini, 3 diantaranya diikutkan dalam meta-analisis untuk menilai hubungan dengan mortalitas dan 2 studi menilai hubungan dengan kejadian dekompensasi. Risiko mortalitas lebih tinggi pada pasien sirosis dengan frailty (HR 1,68; IK 95% 1,36-2,08; p<0,00001). Frailty berhubungan dengan kejadian asites (OR 1,84 IK 95% 1,41-2,40; p<0,00001). Tidak didapatkan adanya hubungan antara frailty dengan kejadian EH pada pasien sirosis hati (OR 1,57 IK 95% 0,65-3,80; p=0,31). Kesimpulan: Frailty merupakan prediktor mortalitas pada pasien sirosis hati. Pasien sirosis hati dengan frailty memiliki risiko kematian lebih besar dibandingkan pasien sirosis hati tanpa frailty.

Background: Frailty is a biologic syndrome that can lead to susceptibility to poorer outcomes for patients. Frailty assessment is currently developing in other disease populations, including the population of patients with liver cirrhosis. The developed and validated modality to assess frailty in the liver cirrhosis population is the Liver Frailty Index (LFI). The prevalence of liver cirrhosis patients who experience frail is quite high. It is thought that patients who experience frail will increase mortality in patients with liver cirrhosis.
Objective: Assessing whether frailty based on the Liver Frailty Index can be a predictor of mortality in patients with liver cirrhosis.
Methods: Literature search was conducted through online databases: PubMed/MEDLINE, EMBASE, ProQuest, and EBSCOhost using the keywords “cirrhosis of the liver” and “liver frailty index” in English and Indonesian. Manual searches were carried out through national data portals, medical faculty e-libraries, and snowballing. The studies included in the study were prospective and retrospective cohort studies that included patients with liver cirrhosis without liver malignancy and reported patient mortality based on frailty status.
Results: A total of 7 articles were included in this systematic review, 3 of which were included in a meta-analysis to assess the association with mortality and 2 studies assessed the association with the incidence of decompensation. There was a higher risk of mortality in cirrhotic patients with frailty (HR 1.68; 95% CI 1.36-2.08; p<0.00001). Frailty was found to be associated with the incidence of ascites (OR 1.84 95% CI 1.41-2.40; p<0.00001). There was no association between frailty and the incidence of HE in patients with liver cirrhosis (OR 1.57 95% CI 0.65-3.80; p=0.31).
Conclusion: Frailty is a predictor of mortality in patients with liver cirrhosis. Liver cirrhosis patients with frailty have a greater risk of death than patients with liver cirrhosis without frailty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>