Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Hanna Dwisari
"Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) berpotensi sebagai salah satu sumber zat aktif untuk nutrasetika, terutama antioksidannya, juga berbagai asam lemak, tokoferol, fenol, dan β-karoten. Minyak biji jinten hitam diformulasikan dalam emulsi ganda tipe W/O/W kemudian diamati stabilitas fisik, aktivitas antioksidan dalam sediaan, dan uji kesukaan. Dua formula dibuat dalam variasi penambahan NaCl 0,05M (formula 1 dan 3), tetapi tidak untuk dua formul lain (formula 2 dan 4) kemudian setiap formula divariasikan dengan konsentrasi tween 80 yang berbeda pada fase eksternal yaitu 1% (b/b) (formula 1 dan 2) dan 2% (b/b) (formula 3 dan 4). Stabilitas fisik diamati dari penyimpanan suhu rendah (4±2°C), kamar (27-30°C), dan tinggi (40±2°C), serta uji mekanik dan cycling test. Keseluruhan formula stabil dalam suhu kamar dan suhu rendah. Pada suhu tinggi dan cycling test, formula 3 (NaCl 0,05 M dan tween 80 2% (b/b)) memiliki kestabilan yang lebih baik daripada formula lainnya. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan peredaman DPPH. Aktivitas antioksidan dalam sediaan lebih baik dibandingkan minyak karena penambahan protein kedelai berpotensi sebagai antioksidan juga. Penyimpanan sediaan akan menurunkan aktivitas antioksidan sediaan akibat autooksidasi. Formula emulsi ganda tipe W/O/W tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

Black cumin seed oil (Nigella sativa Linn.) is potential as one of active subtances for nutraceutical, especially antioxidant, it also contains various fatty acids, tocopherol, phenol, and β-carotene. Black cumin seed oil was formulated in W/O/W typed double emulsion to be observed physical stability, antioxidant activity, and hedonic test. Two formulas were made with the addition of NaCl 0,05M (formula 1 and 3) but not for the others (formula 2 and 4) then each formulas varied with different concentration of tween 80 in the external phase which is 1% (w/w) (formula 1 and 2) and 2% (w/w) (formula 3 and 4). Physical stability test including the storage in low (4±2°C), ambiance (27-30°C), and high temperature (40±2°C); mechanical test; and cycling test. All formulas were stable in ambiance and low temperature. Whereas, in high temperature and cycling test, formula 3 (NaCl 0,05 M with tween 80 2% (w/w)) had better stability than others. Antioxidant activity was determined by DPPH silencing methods. The entire formulas have better antioxidant activity than the oil itself because of soy protein which is potential as antioxidant. Storage would reduce antioxidant activity because of autooxidation in formulas. Formulation W/O/W typed double emulsion has been able to improve the odour and flavor of black cumin seed oil, but not for the appearance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42131
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayun Erwina Arifianti
"Stres pada tubuh manusia akan menghasilkan banyak radikal bebas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kondisi ini diperparah dengan adanya radikal bebas yang banyak dihasilkan dari luar tubuh. Walaupun tubuh memiliki beberapa mekanisme pertahanan diri terhadap radikal bebas, namun pertahanan tersebut belum cukup untuk melawan tingginya paparan radikal bebas yang ada sehingga dibutuhkan asupan antioksidan dari luar seperti nutrasetika. Oleh karena itu, dikembangkan nutrasetika dari minyak biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) dalam bentuk sediaan yang nanoemulsi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan dari nanoemulsi minyak biji jinten hitam. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan nanoemulsi yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu kamar (29±2°C), dan suhu tinggi (40±2°C); uji sentrifugasi; dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Hasil menunjukkan formula I memiliki stabilitas fisik terbaik dibandingkan dengan formula lainnya. Aktivitas antioksidan nanoemulsi minyak biji jinten hitam yang diformulasi lebih rendah daripada aktivitas minyak biji jinten hitam. Penyimpanan sediaan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan.

Human stress produce a lot of free radical causing various illness. This condition is worsened by exogenous free radical. Although human body has several defense mechanisms to free radical, but it is not sufficient to overcome high exposure of existing free radical so that intake of nutraceutical is needed. Therefore, nutraceutical dosage form from Black Cumin seed oil (Nigella sativa Linn.) in nano emulsion is developed.
The objective of this research was to identify physical stability and antioxidant activity of nanoemulsion from Black Cumin seed oil. Physical stability test was conducted through nanoemulsion observation in three different temperature, which are low (4±2°C), ambience (29±2°C), and high temperature (40±2°C); centrifugation test; and cycling test. Antioxidant activity was determined by DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical method.
The result of the study showed that Formula I has the best physical stability among others. In conclusion, antioxidant activity nanoemulsion from Black Cumin seed oil is low compared to Black Cumin seed oil itself. Storage can influence antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42151
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pambudi
"Minyak biji jinten hitam yang dikenal memiliki khasiat sebagai obat herbal mempunyai bau dan rasa yang khas. Oleh karena itu dibuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam tipe O/W. Penelitian ini bertujuan untuk menutupi bau dan rasa serta mengetahui stabilitas sediaan emulsi yang baik dari esktraksi Jinten hitam (Nigella sativa Linn) dengan emulgator Span 80 dan Tween 80 dengan variasi konsentrasi 20%,50% dan 70 % dari jumlah minyak biji jinten hitam dalam sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi volume sedimentasi, viskositas, ukuran partikel, uji stabilitas fisik, pH, dan penetapan kadar. Dari hasil pengujian, emulsi dengan konsentrasi emulgator 70% memiliki stabilitas yang baik. Formula emulsi tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

The black seeds cumin oil known to have efficacy as medicinal herbs having peculiar odor and taste. Hence preparation made emulsify oils black seeds cumin type O/W. This study aims to cover odor and taste and knowing stability emulsion preparation of black cumin esktract (nigella sativa linn) with emulgator span 80 and tween concentration with variations 20%, 50% and 70% of the oil of cumin black seeds in preparation. Evaluation volume discontinuous, conducted include viscosity, size of particles, the physical stability pH levels and determination. The evaluation of emulsion with concentration emulgator 70% having good stability. This formula could prove the odor and taste of black seeds cumin oil."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosiepin Mulyadi
"Deoksiarbutin merupakan derivat arbutin yang telah dimodifikasi serta dapat digunakan sebagai pencerah kulit yang aman digunakan Pada penelitian ini dibuat sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W O W yang mengandung deoksiarbutin niasinamid dan natrium askorbil fosfat Pembuatan sediaan mikroemulsi bertujuan untuk meningkatkan absorbsi dan penetrasi obat serta meningkatkan kelarutan obat yang sulit larut dalam air Sediaan emulsi ganda W O W yang dibuat dimaksudkan untuk menggabungkan bahan bahan dalam tiga kompartemen terpisah Pada formulasi mikroemulsi dilakukan variasi konsentrasi etanol 96 sebagai kosurfaktan sedangkan pada formulasi emulsi ganda W O W dilakukan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 mulai dari 2 5 hingga 3 5 Kemudian dilakukan evaluasi meliputi organoleptis pH viskositas ukuran globul dan uji kestabilan selama 8 minggu penyimpanan di berbagai suhu Sediaan mikroemulsi dengan konsentrasi etanol 96 sebanyak 10 terlihat paling stabil dengan ukuran globul sebesar 3 nm Pada sediaan emulsi ganda dengan konsentrasi Tween 80 3 5 dan Span 80 2 5 diperoleh sediaan yang paling stabil secara fisik Berdasarkan uji stabilitas baik sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda stabil pada penyimpanan di suhu rendah 4 2 C dan suhu kamar 28 2 C namun tidak stabil pada suhu tinggi 40 2 C

Deoxyarbutin is a derivative of arbutin that has been modified and also safe as skin whitening In this research microemulsion and W O W multiple emulsions containing deoxyarbutin niacinamide and sodium ascorbyl phosphate were made Formulation of microemulsion aims to increase the absorption and penetration of drugs and improve drug solubility in water Preparation of W O W multiple emulsions is made for combining ingredients in three separated compartments Microemulsion was formulated by varying the concentration of ethanol 96 as cosurfactant whereas W O W multiple emulsions was formulated by varying the concentration of surfactant Tween 80 and Span 80 from 2 5 to 3 5 Then some evaluation test consists of organoleptic pH viscosity globule size and stability testing during 8 weeks of storage at various temperatures were done Microemulsion with 10 concentration of ethanol 96 shows the most stable with 3 nm of globule size In W O W multiple emulsions with a concentration of 3 5 Tween 80 and Span 80 2 5 obtained the most stable form physically Based on testing stability both microemulsion and W O W multiple emulsions were stable at low temperature 4 2 C and room temperature 28 2 C but not stable at high temperature 40 2 C "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Marsetyo Putro Noto Negoro
"Arbutin merupakan salah satu zat pemutih yang aman bagi kulit. Selain arbutin, asam laktat dan natrium askorbil fosfat juga memiliki aktivitas pemutih. Kombinasi dari ketiga zat tersebut diharapkan dapat menurunkan konsentrasi tiap zat aktif dalam formula dengan efek pemutih yang optimal. Formulasi yang dibuat adalah mikroemulsi dan emulsi ganda yang mampu menjaga kestabilan zat aktif. Ketiga zat pemutih tersebut diformulasikan ke dalam mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator untuk mendapatkan formula yang stabil. Kemudian dilakukan uji stabilitas fisik selama 8 minggu pada tiga suhu berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), kamar (28±2°C), dan tinggi (40±2°C). Mikroemulsi yang mengandung Tween 80 25% menghasilkan sediaan yang jernih dengan ukuran globul 15,50 nm. Sediaan emulsi ganda yang mengandung Span 80 2% dan 2,5% menghasilkan globul emulsi ganda dan sifat alir pseudoplastis tiksotropik yang stabil. Semua formula mikroemulsi stabil pada suhu rendah (4+2°C) dan suhu kamar (28+2°C). Formula emulsi ganda W/O/W dengan konsentrasi Span 80 2% dan 2,5% stabil pada suhu kamar (28+2°C) dan suhu tinggi (40+2°C).

Arbutin is a safe whitening agent for skin. Besides arbutin, lactic acid and sodium ascorbyl phosphate are also has whitening effect. Combination of these three substances is expected to reduce the concentration of each of them in formula with optimal whitening effect. Microemulsion and W/O/W multiple emulsions were made because of its characteristics that can maintain the stability of active ingredients. All of active ingredients are formulated into a microemulsions and W/O/W multiple emulsion by using different concentration of Tween 80 and Span 80 as emulsifier in order to obtain a stable formula. Then physical stability test for 8 weeks were done towards every formulations at three different temperatures, low temperature (4±2°C), room (28±2°C), and high (40±2°C). Microemulsions with 25% Tween 80 produce a transparent emulsions with globule size of 15.50 nm. Multiple emulsions with 2.0 and 2.5 % Span 80 produce a stable pseudoplastic thixotropic flow properties and stable multiple emulsions system. All formulation of microemulsions stable at low temperature (4±2°C) and room temperature (28±2°C). W/O/W multiple emulsions with Span 80 2% and 2.5% stable at room (28±2°C) and high temperature (40±2°C)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Mellani
"Alfa arbutin merupakan bahan aktif penghambat enzim tirosinase pada proses melanogenesis. Efek mencerahkan kulit juga diperoleh dari asam laktat yang mengangkat sel-sel terpigmentasi pada epidermis dan niasinamid yang menghambat transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Kombinasi zat aktif tersebut dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 sebagai emulgator. Evaluasi dan uji stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu pada suhu 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C dan cycling test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi berhasil dibuat dengan Tween 80 (surfaktan) 25-35% dan etanol (kosurfaktan) 10% dengan karakteristik jernih, memiliki ukuran globul 2,397-16,8 nm, sifat alir pseudoplastis dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Mikroemulsi dengan Tween 80 35% merupakan formula mikroemulsi yang paling stabil karena memiliki ukuran globul paling kecil, viskositas paling tinggi dan profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan. Emulsi ganda W/O/W berhasil dibuat dengan Tween 80 (emulgator eksternal) 2,5-4,5% dan Span 80 (emulgator internal) 3% yang memiliki karakteristik sifat alir pseudoplastis thiksotropik dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Emulsi ganda dengan Tween 80 2,5% merupakan formula emulsi ganda yang paling stabil karena memiliki profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan.

Alpha arbutin is an active ingredient which inhibits tyrosinase in melanogenesis process. Skin lightening effect is also obtained from lactic acid that accelerates pigmented cells turnover in epidermis and niacinamide which inhibits the transfer of melanosoms from melanocytes to keratinocytes. Combination of those active ingredients were made in microemulsion and W/O/W multiple emulsions dosage forms in various concentrations of Tween 80 as emulsifier. Evaluation and physical stability test performed during 8 weeks of storage at 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C and cycling test.
Results showed that microemulsion could be made in 25-35% of Tween 80 (surfactant) and 10% of ethanol (cosurfactant) which had globule sizes 2.397-16.8 nm, transparent, pseudoplastic flow and most stable at 28°±2°C storage. Microemulsion with 35% of Tween 80 was the most stable microemulsion formula because it had smallest globule sizes, the most stable distribution profiles of globule sizes and highest viscosity. W/O/W multiple emulsions could be made with 2.5-4.5% of Tween 80 (external emulsifier) and 3% of Span 80 (internal emulsifier) which had pseudoplastic-thixotropic flow and most stable at 28°±2°C storage. Multiple emulsions with 2.5% of Tween 80 was the most stable formula because it had stable distribution profile of globul sizes during 8 weeks of storage at temperature 28°±2°C, 4°±2°C and 40°±2°C.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Indah Sofiyani
"Emulsi ganda merupakan sistem yang dikenal dengan nama emulsi dalam emulsi yang mengandung droplet kecil dalam fase terdispersinya. Sistem ini dapat menggabungkan bahan yang tidak bercampur dan melindungi zat aktif dari pengaruh luar. Akan tetapi, emulsi ganda memiliki beberapa kekurangan seperti kesulitan dalam formulasi, berukuran besar, dan rentan terhadap berbagai degradasi fisik dan kimia. Pada penelitian ini digunakan tokotrienol dan natrium askorbil fosfat yang merupakan antioksidan pada kulit. Tokotrienol yang larut dalam minyak dan natrium askorbil fosfat yang larut dalam air diformulasikan dalam bentuk emulsi ganda tipe w/o/w dengan memvariasikan konsentrasi tween 80 sebagai emulgator. Kemudian dilakukan evaluasi fisik yang diamati dari penyimpanan pada 2 suhu berbeda, yaitu suhu kamar 30°±2°C dan suhu 40°±2°C; uji sentrifugasi; dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa droplet kecil yang terbentuk dalam fase terdispersi masih sangat sedikit. Emulsi ganda dengan konsentrasi tween 80 2% memiliki ukuran globul eksternal lebih kecil, viskositas yang lebih tinggi dan stabilitas yang lebih baik. Emulsi ganda stabil selama cycling test dan penyimpanan 3 minggu pada suhu kamar (30°±2°C) dan suhu 40°±2°C.

Multiple emulsion is a system known as emulsion of emulsion which contain small droplets in dispersed phase. The system can incorporate substances that are not immiscible and protect the active substance from external influences. However, the multiple emulsions has some shortcomings such as difficulties in formulation, large size, and susceptible to various physical and chemical degradation. In this research, tocotrienols and sodium askorbyl phosphate which are a skin antioxidant were used. Oil-soluble tocotrienol and water-soluble sodium ascorbyl phosphate were formulated in W/O/W multiple emulsions by varying the concentrations of Tween 80 as an emulsifier. Then, the multiple emulsions were physically evaluated at two different temperatures which were 30°±2°C and 40°±2°C, centrifugation test, and cycling test. The results showed that the small droplets formed in the dispersed phase were still less in quantity. Multiple emulsions with a concentration of 2% Tween 80 had smaller external globule sizes, higher viscosity and better stability. Multiple emulsions were stable during cycling test and 3 weeks of storage at room temperature (30°±2°C) and 40°±2°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Namirah
"Minyak biji jintan hitam merupakan minyak yang berasal dari hasil ekstraksi biji tanaman Nigella sativa L. yang kaya akan aktivitas farmakologi yang berasal dari komponen bioaktif utamanya yaitu timokuinon. Aroma menyengat serta rasa yang kurang enak merupakan salah satu faktor kurang nyamannya minyak ini dikonsumsi secara oral. Untuk membuat minyak tersebut nyaman dikonsumsi secara oral, maka pada penelitian ini dilakukan modifikasi minyak sebagai emulsi dengan menambahkan sukrosa palmitat sebagai emulgator oral serta mengevaluasi secara fisik dan kimia dari kestabilan emulsi. Kestabilan emulsi diperoleh dari penggunaan 3% sukrosa palmitat dengan konsentrasi minyak sebesar 5% (F1) dan 7,5% (F2) yang telihat dari penampilan fisik yang menunjukkan tidak terjadinya pemisahan fase selama penyimpanan, cycling test dan uji sentrifugasi. Formulasi F1 memiliki kestabilan fisik yang lebih baik daripada formulasi F2. Uji hedonik pada 30 panelis menunjukkan bahwa kedua formulasi diterima. Formulasi F1 (mean = 3,1667) lebih diterima daripada formulasi F2 (mean = 3,) dari skala hedonik pada rentang 1-5. Nilai signifikansi (P < 0,05) menunjukkan bahwa formulasi emulsi berbeda nyata dengan minyak biji jintan hitam, dan dinyatakan mampu menutupi aroma serta rasa dari minyak biji jintan hitam. Penurunan pH terjadi selama 12 minggu penyimpanan. Formulasi dengan konsentrasi minyak 5% memiliki kestabilan fisik yang lebih baik dan pada penetapan kadar, komponen bioaktif timokuinon dalam minyak mengalami sedikit penurunan kadar setelah di formulasi, dan mengalami penurunan kadar secara drastis setelah 60 hari penyimpanan. Dapat disimpulkan bahwa formulasi F1 lebih baik daripada formulasi F2.

Black cumin seed oil is one of vegetable oil that was extracted from the seed of Nigella sativa L. plant. Its bioactive component, thymoquinones, has a wide pharmacological activity such as antioxidant and antiinflamatory. Its smell and bitter taste make it so uneasy to consume it directly in its original form. A modification was made to make this oil more comfortable to consume. An emulsion based on this oil using orally safe surfactant, sucrose palmitate, was inspected. Its physical and chemical stability was evaluated. A 3% concentration of sucrose palmitate was used to emulsify 5% (F1) and 7,5% (F2) black cumin seed oil, and were studied to be stable with no phase seperation during storage, cycling test, and centrifugation test judging from their physical appearance. Hedonic test was applied to 30 panelists, and it showed that both formulation was accepted. The F1 formula (mean = 3,1667) is more accepted than the F2 formula (mean = 3) of 1-5 hedonic scale, with the significance score (P) valued less than 0,05 and considered to be significantly different from its origin form. The pH value of each formulation degraded during 12 weeks of storage. The formula of 5% oil (F1) has a better physical stability, and Its bioactive component, thymoquinone, showed small degradation after being formulated but it showed a rapid degradation during 60 days of storage due to its instability in a solution. In conclusion, the F1 formula was better than the F2 formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merrie Natalia
"Minyak jintan hitam merupakan salah satu produk herbal yang berpotensi dalam bidang pengobatan. Salah satu manfaatnya adalah sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan minyak ini menjadi sediaan nanoemulsi gel, kemudian diuji stabilitas fisik dan aktivitas antibakterinya. Minyak diformulasikan menjadi sediaan nanoemulsi gel dalam beberapa konsentrasi, yaitu 5, 7, dan 9%. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada temperatur ruang (25°C + 2°C), temperatur tinggi (40°C + 2°C), temperatur rendah (4°C + 2°C), uji sentrifugasi, dan cycling test. Uji aktivitas antibakterinya menggunakan metode cakram dan hasilnya dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA, kemudian dilanjutkan uji BNT bila ada perbedaan bermakna dengan bantuan software PASW® Statistics 18.
Hasil yang diperoleh berupa nanoemulsi gel berwarna kuning jingga, translusen, tidak terjadi pemisahan fase, dan memiliki ukuran globul di bawah 1 mikrometer. Sediaan ini stabil pada penyimpanan temperatur ruang (25°C + 2°C) dan temperatur rendah (4°C + 2°C). Sediaan ini memiliki zona hambatan yang lebih kecil dibandingkan minyak jintan hitam (ada perbedaan bermakna atau P < 0,01). Selain itu, ada perbedaan bermakna antara zona hambatan sediaan blanko negatif dengan sediaan yang mengandung minyak jintan hitam (P < 0,01).

Black cumin oil is one of the herb products that have potential treatment. One of the benefit is it has an antibacterial activity. The purpose of this research was to formulate this oil into nanoemulsion gels dosage forms, and then tested the physical stability and antibacterial activity. Black cumin oil was formulated into nanoemulsion gels in various concentrations, which were 5, 7, and 9%. Physical stability test was conducted by storage at room temperature (25°C + 2°C), high temperature (40°C + 2°C), and low temperature (4°C + 2°C), centrifugation test, and cycling test. Antibacterial activity assay uses disk method and the results were statistically analyzed using ANOVA and if there were significant differences among inhibiting zones, followed by LSD test with PASW® Statistics 18 software.
The results showed that orange yellow and translucent nanoemulsion gels, which no phase separation occurs, and they have globule size below 1 micrometer. Nanoemulsion gels are stable at room temperature (25°C + 2°C) and low temperature (4°C + 2°C). Nanoemulsion gels have inhibiting zone was smaller than the black cumin oil (P < 0,01). In addition, there were significant differences between the inhibiting zone of blank negative and the inhibiting zone of preparations containing black cumin oil (P < 0,01).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Anung Nugraheni
"Biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) termasuk dalam suku Ranunculaceae yang memiliki efek farmakologi, seperti efek analgesik, antiinflamasi, antibakteri, anti tumor, serta anti diabetes. Untuk memelihara keseragaman mutu, keamanan, dan khasiat ekstrak biji jinten hitam yang berasal dari Madura, Tawangmangu, Dieng, dan Mesir, maka perlu dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik, sehingga didapatkan nilai parameter yang konstan. Ekstrak dibuat secara maserasi menggunakan etanol 70%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman, berbau spesifik, dan berasa pahit. Rendemen ekstrak berkisar antara 15,44%-17,40%; kadar senyawa larut dalam air 7,34%-11,59%; dan kadar senyawa larut dalam etanol 11,27%-12,92%. Susut pengeringan berkisar antara 22,98%-35,20%; kadar air 21,87%-34,66%; kadar abu total 1,48%-2,38%; kadar abu tidak larut asam 0,53%-0,86%; kadar sisa pelarut kurang dari 0,1%. Ekstrak mengandung alkaloid, terpen (sterol), gula, saponin, flavonoid, dan tanin.
Pola kromatogram dihasilkan dengan fase gerak n-butanol-asam asetat glasial-air (40:10:50) pada lempeng kromatografi lapis tipis. Setelah disemprot dengan asam sulfat 5% dalam metanol, terlihat sembilan bercak pada ekstrak Madura dan Tawangmangu, serta sepuluh bercak pada ekstrak Dieng dan Mesir dengan fluoresensi jingga hingga kuning kehijauan pada sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pengamatan dengan densitometer pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dihasilkan pola spektrum serapan yang hampir sama dengan intensitas yang berbeda. Intensitas ekstrak Madura hampir sama dengan Tawangmangu, dan ekstrak Dieng hampir sama dengan Mesir. Kadar flavonoid total dalam ekstrak berkisar antara 0,36%-0,89%.

The seeds of Nigella sativa Linn. (black cumin) is a member of Ranunculaceae family which have pharmacological effects, such as analgesic, anti-inflammatory, antibacterial, anti tumour, and anti diabetic effect. To get maintain the same quality, safety, and efficacy of black cumin extracts from Madura, Tawangmangu, Dieng, and Egypt, there should be a determination of some specific and non specific parameters, to give constant parameters. The extract was made by maceration method using ethanol 70%.
The result of research showed that the extract is viscous, tanly, specific smelled, and bitter tasted. The value of the rendement is between 15,44%-17,40%; the water soluble extract is 7,97%-12,72%; and the ethanol soluble extract is 11,27%-12,92%. The lost of drying is 22,98%-35,20%; the water content is 21,87%-34,66%; the total ash content is 1,48%-2,38%; the acid insoluble ash is 0,53%-0,86%; the solvent residue is less than 0,1%. The extract contains alkaloid, terpene (sterol), sugar, saponin, flavonoid, and tannin.
The chromatograms profile was developed using mobile phase of n-butanol-acetate glacial acid-water (40:10:50) at thin layer chromatography plate. After sprayed with sulphuric acid 5% in methanol, it showed nine spot at Madura and Tawangmangu extract, and ten spot at Dieng and Egypt with orange to greeny yellow under UV 254 nm and 366 nm. An observation using densitometer at 254 nm and 366 nm showed almost the same absorption spectrum profile in different intensity. The Madura's extract intensity is similar with Tawangmangu's, while the Dieng's extract is similar with the Egypt's. Total flavonoid between 0,36%-0,89%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>