Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beta Yulianita Gitaharie
"The economic crises attacking Asian regions in the mid of 1997 have brought depressing impacts to Indonesia'a economy. Indonesia experiences a declining share of investment it is even the lowest amongst neighboring countries. Indonesia also ranks the first position in the issue of inefficiency which further discourages investors to invest in indonesia. The study focuses on the issue of efficiency in the manufacturing industry whose shore in the economy tends to increase during 1983-2005 to a higher percentage than in the agriculture and services sectors.
The objectives of the study are two-folds, first is to measure the score of efficiency in the manufacturing industry in order to identify which in industries are classified as efficient, moderately efficient, or less efficient. Secondly is to identify whether there is on association between input factor or output degree of protection and the score of inefficiency of a 5-digit'-ISIC industry. The method employs in the study is the stochastic production frontier where efficiency is an explicit function of specifically determining factors.
The study finds that wood preservative industry has the highest efficiency score, while garment and textile industry has the lowest. The study also discovers there are more industries with less and moderately efficient classification. Sources of inefficiency are from the high output tariffs, which have potential contributions to high price and less competitive products in the market.
The study recommends that manufacturing industries with low scores of efficiency should improve their productivities through lower cost of production. The government has to snake effort to reduce tariff for finished goods. Taxes on luxurious goods and duty charges for export oriented industries should be eliminated as on alternative to increase efficiency in the manufacturing industry. Comparative advantages, particularly for linkage industries, should be improved."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
JEPI-8-1-Jul2007-91
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
"The economic crises attacking Asian regions in the mid of 1997 have brought depressing impacts to Indonesia?s economy. Indonesia experiences a declining share of investment? it is even the lowest amongst neighboring countries. Indonesia also ranks the first position in the issue of inefficiency which further discourages investors to invest in Indonesia. The study focuses on the issue of efficiency in the manufacturing industry whose share in the economy tends to increase during I988-2OO5 in a higher percentage than in the agriculture and services sectors. The objectives of the study are two-folds, first is to measure the score of efficiency in the manufacturing industry in order to identify which in industries are classified as efficient, moderately efficient, or less efficient. Secondly is to identify whether there is an association between input factor or output degree of protection and the score of in efficiency of a 5-digit-JSIC industry. The method employs in the study is the stochastic production frontier where efficiency is an explicit function of specifically determining factors. The study finds that wood preservative industry has the highest efficiency score, while garment and textile industry has the lowest. The study also discovers there are more industries with less and moderately efficient classification. Sources of inefficiency are from the high output tariffs, which have potential contributions to high price and less competitive products in the market. The study recommends that manufacturing industries with low scores of efficiency should improve their productivities through lower cost of production. The government has to make effort to reduce tariff for finished goods. Taxes on luxurious goods and duty charges for export oriented industries should be eliminated as an alternative to increase efficiency in the manufacturing industry. Comparative advantages, particularly for linkage industries, should be improved."
2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hariyanti
"ABSTRAK
Tujuan utama studi ini adalah untuk melihat dampak penurunan harga minyak bumi terhadap nilai tambah dan tingkat harga pada industri manufaktur di Indonesia selama periode 1974-1993. Studi ini diawali dengan deskripsi mengenai perkembangan industri manufaktur dengan melihat beberapa indikator yang berkaitan langsung dengan pentingnya industri manufaktur dalam perekonomian. Dalam bab selanjutnya akan dipaparkan mengenai teori yang digunakan untuk mendukung hipotesa serta hasil penelitian terdahulu yang secara tidak langsung dapat mendukung hipotesa yang ditetapkan.
Dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Cihan Bilginsoy (1992), yakni model persamaan simultan tingkat output dan tingkat harga yang diturunkan dari keseimbangan sisi permintaan dan sisi penawaran dan dengan menggunakan data-data nilai tambah, tingkat upah, tingkat harga impor, tingkat harga dan jumlah uang beredar pada industri manufaktur selama periode 1974-1993 maka model tersebut digunakan untuk melihat prilaku variabel-variabel yang mempengaruhi nilai tambah dan tingkat harga dan untuk mengetahui besarnya perbedaan elastisitas nilai tambah dan tingkat harga industri manufaktur pada periode penurunan tingkat harga minyak.
Seperti diketahui, kondisi perekonomian di Indonesia yang terikat pada naik dan jatuhnya harga minyak bumi sudah dibuktikan oleh beberapa peneliti di mana kenaikkan dan penurunan yang cepat dalam harga minyak telah menimbulkan sejumlah masalah penyesuaian yang berkaitan dengan harga minyak tersebut. Selanjutnya hasil studi menunjukkan ada perbedaan antara periode kenaikan harga minyak bumi dan periode harga minyak bumi rendah. Dalam hal ini, dampak penurunan harga minyak bumi meningkatkan industri manufaktur di Indonesia.
Sejak pelita I tahun 1969 hingga saat ini (Repelita VI) proses industrialisasi di Indonesia menunjukkan adanya kemajuan. Industrialisasi yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup perkembangan dan pertumbuhan output disektor industri pengolahan tetapi khususnya industri pengolahan non migas (industri manufaktur). Indikator umum yang digunakan untuk mengukur tingkat industrialisasi suatu negara adalah rasio nilai tambah dari sektor manufaktur terhadap PDB dan persentase ekspor manufaktur dari jumlah ekspor non migas.
Dari hasil estimasi untuk persamaan nilai tambah industri manufaktur diperoleh hasil bahwa penurunan harga minyak bumi mempengaruhi tingkat upah yang berpengaruh secara positif terhadap nilai tambah, hal ini tidak sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan. Akan tetapi jika peningkatan upah dapat meningkatkan produktivitas pekerja maka secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai tambah disektor industri tersebut.
Pengaruh tingkat harga impor terhadap nilai tambah pada periode harga minyak bumi tinggi adalah negatif, tetapi pada periode sebelumnya (t-1) berpengaruh positif. Berarti perlu satu lagi waktu untuk menyesuaikan terhadap perubahan tingkat harga impor yang mana dampak dari tingkat harga impor pada tahun lalu akan mempengaruhi nilai tambah pada tahun ini. Selanjutnya, penurunan harga minyak telah menyebabkan tingkat industri manufaktur menjadi dominan dalam hal penerimaan devisa walaupun hasil yang diraih belum banyak menunjukkan. Ini karena sebagian besar dari bahan baku yang digunakan oleh industri manufaktur negara kita masih berasal dari impor.
Pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tambah pada periode harga minyak bumi tinggi adalah positif , berarti sesuai dengan hipotesa. Sedangkan pada periode harga minyak bumi rendah, jumlah uang beredar tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai tambah, berarti tidak ada perbedaan antara periode harga minyak bumi tinggi dan minyak bumi rendah pengaruh jumlah uang beredar terhadap nilai tambah.
Pengaruh tingkat harga pada periode tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap nilai tambah hal ini karena dengan tingginya tingkat harga menyebabkan permintaan akan hasil produksi akan turun sehingga produsen akan mengurangi produksinya sehingga nilai tambah yang akan diterima produsen akan berkurang.
Sedangkan hasil estimasi untuk tingkat harga industri manufaktur diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh tingkat upah pada periode minyak bumi rendah lebih besar dari pada periode minyak bumi tinggi dengan arah hubungan yang positif. Ini berarti sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan.
Pengaruh tingkat harga impor terhadap tingkat harga hanya signifikan pada periode harga minyak bumi rendah, sesuai dengan hipotesa yang ditetapkan, ini berarti tingkat harga impor dapat meningkatkan tingkat harga industri manufaktur hal ini dikarenakan masih banyaknya komponen bahan baku industri yang di impor.
Pengaruh jumlah uang beredar adaiah negatif terhadap tingkat harga yang mana pengaruh pada periode harga minyak bumi rendah lebih besar dari pada periode harga minyak bumi tinggi berarti jumlah uang beredar tidak mempengaruhi tingkat harga, secara teori jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar maka akan meningkatkan tingkat harga. Hubungan yang negatif ini diduga karena jumlah uang beredar hanya sebagai variabel antara yang pengaruhnya tidak langsung mempengaruhi tingkat harga. Penelitian yang dilakukan oleh Bilginsoy menghasilkan bahwa jumlah uang beredar akan meningkatkan inflasi jika adanya krisis devisa (foreign exchange bottleneck) dan akan meningkatkan tingkat output jika tidak ada krisis devisa (no foreign exchange bottleneck) .
Dari besaran elastisitasnya, pengaruh tingkat upah, tingkat harga impor jumlah uang beredar dan tingkat harga industri manufaktur adalah elastis terhadap nilai tambah, yang berearti kenaikan satu persen variabel yang mempengaruhi akan meningkatkan nilai tambah. Sedangkan elastisitas variabel yang mempengaruhi tingkat harga menunjukkan besaran yang inelastic.
Secara umum, model persamaan simultan yang dikemukakan oleh Bilginsoy belum dapat menangkap beberapa dampak penurunan harga minyak terhadap industri manufaktur secara sektoral karena tidak bisa melihat beberapa variasi dari penurunan harga minyak. Selanjutnya ketergantungan industri manufaktur yang tinggi terhadap bahan baku impor menghasilkan industri yang tidak berbasis kuat. Hal ini karena produksi industri manufaktur Indonesia yang berorientasi ekspor mempunyai kandungan impor yang tetap tinggi (padat impor). Oleh karena itu secara makro, perkembangan industri manufaktur dinilai sangat baik tetapi masih banyak masalah yang harus dibenahi terutama pada industri yang berkaitan untuk orientasi ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Pantas
"Tesis ini merupakan studi ekspor coklat Indonesia ke luar negeri membahas faktor-faktor yang terkait dengan volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri. Faktor-faktor yang dilibatkan adalah : Produksi Coklat Dalam Negeri, Produksi Coklat Dalam Negeri Kuartal Sebelumnya, Harga Ekspor Coklat Indonesia, Harga Ekspor Coklat Indonesia Kuartal Sebelumnya, Harga Valuta Asing, dan Harga Valuta Asing Kuartal Sebelumnya, terhadap : Volume Ekspor Coklat Indonesia ke Luar Negeri. Beberapa data ditampilkan dalam bentuk tabel dan dibahas secara tersendiri.
Analisis Kualitatif, digunakan terhadap beberapa buah tabel data, dan analisis Kuantitatif (uji F, uji t, analisis korelasi dan analisis regresi) untuk melihat hubungan antar variable. Pendekatan Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama dari faktor-faktor terhadap volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri. Pendekatan Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (sendiri-sendiri) dari masing-masing faktor terhadap volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri. Pendekatan analisis korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara masing-masing faktor terhadap volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri. Dan pendekatan analisis koefisien regresi digunakan untuk melihat besarnya tingkat perubahan dari volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri apabila terjadi suatu perubahan pada faktor-faktor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa areal tanaman coklat tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera hingga MalukulPapua. Sama halnya dengan luas areal, produksi coklat dalam negeri juga menunjukkan trend yang semakin meningkat. Volume ekspor, walau berfluktuasi namun ada kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu. Dan hasil studi juga diperoleh suatu keadaan dimana harga ekspor coklat yang diterima oleh para eksportir umumnya di bawah harga standar, akibat rendahnya mutu coklat yang diekspor. Produksi coklat dalam negeri dan harga valuta asing kuartal sebelumnya (dolar AS) berpengaruh positif terhadap volume ekspor coklat Indonesia, sedangkan produksi coklat dalam negeri kuartal sebelumnya dan harga ekspor coklat Indonesia kuartal sebelumnya berpengaruh negatif terhadap volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri.
Untuk meningkatan volume ekspor coklat Indonesia ke luar negeri, perlu ditingkatkan produksi dalam negeri melalui perluasan areal tanaman coklat, peningkatan mutu coklat sehingga memenuhi standar intemasional melalui penanganan hama buah coklat (Conophomorpha cramerella) secara terpadu, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petanileksportir dan pencarian pasar baru yang menjadi negara tujuan ekspor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T 18871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntarto Purnomo
"Pelaku underground economy lebih menyukai penggunaan uang kartal dalam transaksinya karena lebih sukar dilacak oleh aparat negara dibanding jenis uang yang lain. Jika aktivitas underground economy meningkat, maka permintaan terhadap uang kartal pun semakin meningkat. Penelitian ini mencoba mengukur besarnya underground economy di Indonesia melalui analisis sensitivitas permintaan uang kartal terhadap adanya beban pajak. Besarnya underground economy di Indonesia periode 2000 ? 2009 sekitar 5,03% - 5,04% dari PDB. Potensi pajak atas aktivitas ekonomi tersebut mencapai sekitar Rp 18,76 Triliun - Rp 18,77 Triliun setiap tahunnya.

Economics agents in the underground economy prefer cash payments in their transaction because it is not easy to be tracked by the state apparatus than other types of money. If the underground economy activity increases, the demand for money (currency) also increasing. This study attempts to measure the underground economy in Indonesia use the currency demand method. The size of the underground economy in Indonesia during the period 2000 - 2009 is around 5.03 - 5.04 as a percentage of GDP. Meanwhile, the tax potential on the activity is around Rp 18.76 trillion - to Rp 18.77 trillion annually."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27931
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ma`ruf
"Skripsi ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetisi dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada periode 2009-2014. Kompetisi perbankan diukur dengan menggunakan proksi Lerner Index. Indikator kinerja perbankan yang digunakan yaitu efisiensi diproksikan oleh rasio BOPO, profitabilitas diproksikan oleh ROA, dan stabilitas diproksikan oleh Z-Score dan Non-performing loan NPL. Pertumbuhan industri manufaktur diukur dengan nilai tambah value added.
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Generalized Least Square GLS. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi perbankan berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri, kinerja perbankan yaitu efisiensi berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, dan stabilitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri.Kata kunci:Value added, kompetisi, efisiensi, profitabilitas, dan stabilitas.

This thesis aims to examine the effect of banking competition and performance on growth of manufacturing industry in Indonesia for period 2009 2014. Banking competition is measured by using proxy Lerner Index. Indicators of banking performance were used are efficiency is proxied by BOPO, profitability is proxied by ROA, and stability is proxied by Z Score and Non performing loan NPL. The growth of manufacturing industry measured by value added.
Research is conducted with quantitative methods and hypothesis testing using the Generalized Least Square GLS. Overall, the results showed that competition affect negatively significant on the growth of the industry, efficiency affect positively significant on the growth of the industry, profitability affect positively significant on the growth of the industry, and stability affect significant on the growth of the industry.Keywords Value added, competition, efficiency, profitability, and stability.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Sofilda
"Tesis ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kinerja ekspor manufaktur padat sumberdaya pertanian dengan tiga pendekatan, yaitu Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage, dan Trade Specialization Ratio. Periode penelitian yang digunakan mulai dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1998. Hasil perhitungan constant market share (CMS) menunjukkan bahwa pada tahun 1986 sannpai dengan tahun 1993 nilai ekspor Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumberdaya pertanian (SITC 611, 612, 613, 634, dan 635) masih mengalami peningkatan, walaupun peningkatan nilai ekspor ini mengalami penurunan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor yang bernilai positif ini lebih disebabkan karena positifnya efek pertumbuhan dunia dan efek Jaya saing. Pada saat negatifnya efek daya saing di pasar internasional, mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998 terjadi penurunan yang sangat tajam untuk nilai ekspor-Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumber daya pertanian.
Krisis ekonomi yang dimulai pada awal 1997 yang disebabkan depresiasi rupiah ternyata membawa dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Depresisasi rupiah yang terjadi seharusnya mampu meningkatkan nilai ekspor ternyata tidak terjadi, hal ini menunjukkan bahwa daya saing Indonesia untuk komoditas ini sangat lemah di dunia Internasional. Oleh karena itu negara kita harus meningkatkan kualitas dari komoditas yang di ekspor dan memperhatikan aspek-aspek lainnya yang menjadi penyebab lemahnya daya saing Indonesia di pasar Internasional. Perlunya perhatian Pemerintah yang lebih dalam menjalankan roda perekonomian sehingga produksi menjadi lebih efisien dan perlu ditingkatkan peran ekspor komoditas yang padat sumberdaya pertanian karena basis Indonesia dalam produksi ada pada sumberdaya pertanian.

This thesis is made to know how export working heavy agriculture with three approaches, which is Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage and Trade Specialization Ratio. Period of research which is in use start from 1986 until 1998. The result of constant market share (CMS) calculation shown that in the year of 1986 until 1993 Indonesian value of export for the commodity of heavy agriculture resources manufacture (SITC 611, 612, 613, 634 and 635) still continuing to improvement, although this value of improvement still decline to reduction from year to year. The value of export which has positive mark is causes more of the positive effect of the world growth and competitive effect. By the time that competitive effect at the International market which have negative, from 1994 until 1998 become decline that so hard of Indonesia export value for the commodity of heavy manufacture agriculture resources.
Economic crisis which is began at the earlier 1997 causes by rupiah depreciation bring the huge side effect of Indonesian economic. Rupiah depreciation should capable to improve export value in fact not happened. This is shown that Indonesian competitive for these commodity very weak at the International world. Because of that our country have to improvement the quality from commodity which is going to export and give full attention of another aspect which is causes weakness of lndonesian competitive at the International market. The government should to give lull attention to continuing economic cycling that production more efficient and to improve commodity of export which is have heavy agriculture because Indonesian base on production exist on agriculture resources."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T 8030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Tattya Lokhita Adnyaswari Kartika
"Sustainability pada industri manufaktur sedang menjadi pusat perhatian. Diperlukan usaha untuk mengukur sustainability sehingga perlu adanya penilaian untuk pengembangan yang berkelanjutan di suatu Negara, khusunya Negara berkembang. Indonesia memiliki dua program penilaian yaitu PROPER dan Industri Hijau. Bockstaller (2009) menjelaskan apabila terdapat penilaian indikator keberlanjutan antara dua atau lebih, yang memiliki tujuan serta lingkup yang sama atau tidak jauh berbeda, namun memiliki hasil penilaian yang berbeda, maka validitas dari penilaian tersebut dapat diragukan, diperlukan penelitian yang dapat menggabungkan kriteria penilaian yang direkomendasikan.
Penelitian ini bertujuan membandingkan dan mengevaluasi hasil yang didapat dari penilaian PROPER dan Industri Hiijau dengan menggunakan metode Coverage Analysis serta merancang program penilaian yang direkomendasikan dengan mendapatkan kriteria dan subkriteria berbobot dengan metode AHP yang dapat digunakan sebagai dasar program penilaian yang direkomendasikan dengan memasukan aspek ekonomi secara lebih jelas.
Berdasarkan hasil penelitian, PROPER dan Industri Hijau memiliki kesamaan pada ruang lingkup. Telah diambil studi kasus terhadap tiga perusahaan manufaktur yang melaksanakan PROPER dan Industri Hijau namun memiliki hasil yang berbeda. Terdapat delapan kriteria dan 15 subkriteria yang dapat digunakan sebagai program penilaian keberlanjutan yang direkomendasikan.

Business sustainability is one of the most critical issues facing manufacturers today. It is necessary to have sustainability assessment in a country. especially developing countries. Indonesia has two sustainability assessment namely PROPER and Industri Hijau. Bockstaller (2009) explains that if there is an assessment of sustainability indicators between two or more, which have the same objectives and scope, but have different results, then the validity of the assessment may be in doubt, research is needed that may incorporate the assessment.
This study aims to compare and evaluate the results obtained from the assessment of PROPER and Indstri Hijau by using the Coverage Analysis method and proposing a new sustainability assessment tools by obtaining weighted criteria and subcriteria that can be used as the basis of the recommended sustainability assessment by incorporating the economic aspects more clearly.
Based on the results of the research, PROPER and Green Industry have similarity in scope. There have been case studies of three manufacturing companies implementing PROPER and the Green Industry but have different results. There are eight criteria and 15 subcriteria that can be used as the recommended sustainability assessment program.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Wahid Rahmatulah
"ABSTRAK
Turunnya harga minyak dunia sepanjang periode tahun 2015 mengakibatkan
berkurangnya keuntungan yang didapatkan oleh Perusahaan-perusahaan Migas, sehingga memaksa Perusahaan Migas untuk melakukan pengurangan biaya (cost reduction). Melalui study literature didapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan penerapan cost reduction di luar industri hulu Migas. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mencari nilai bobot prioritas dari faktor, dan menentukan faktor apa yang paling berpengaruh pada kesuksesan penerapan program cost reduction di industri hulu migas serta Metode AHP kembali digunakan untuk memilih Program terbaik dalam rangka penerapan cost reduction. Pada Penelitian ini berhasil didapatkan nilai bobot prioritas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan cost reduction di Industri Hulu Migas, dan juga didapat faktor paling penting yaitu: Top Management Commitment, Maintain the Production, Raw Material Alternative, Productivity, Personel Knowledge, Employee Contribution. Selanjutnya melalui metode AHP dipilih program terbaik dengan memperhitungkan faktor paling penting untuk cost reduction. Hasilnya program Pengurangan Biaya Support Operasi adalah program terbaik dalam rangka penerapan cost reduction di industri hulu Migas.

ABSTRACT
World Oil prices decrease over the 2015 period resulted in reduced profits earned by oil and gas companies, thus forcing the Oil and Gas Company to undertake cost reduction. From study literature it is obtained the factors that affect the successful application of cost reduction beyond the upstream oil and gas industry. Analytical Hierarchy Process (AHP) is used to find the value of the weighting priority factors, and determine what factors most influence on the successful application of cost reduction programs in upstream oil and gas industry, also AHP method used to select best program in order to implement cost reduction. The result from this research are: value of the weighting priority factors that affect the successful implementation of cost reduction in Upstream Oil and Gas, and also obtained the most important factors: Top Management Commitment, Maintain the Production, Raw Material Alternative, Productivity, Personel Knowledge, and Employee Contribution. Furthermore, through the AHP method selected best program to take into account the most important factor for cost reduction application. The result is a program "Operational Support Cost Reduction" is the best program in order to implement cost reduction in the upstream oil and gas industry."
2016
T45768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Prastowo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S9768
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>