Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175398 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Rosihan
"ABSTRAK
Stereotip seringkali menjadi pemicu ketegangan antaretnis, khususnya di
masyarakat yang majemuk seperti Bangsa Indonesia, karena masih banyak orang
menilai stereotip hanya dipandang sebagai suatu yang langsung jadi (instant).
Salah satu tempat yang mempunyai tingkat interaksi yang tinggi dan terjadinya
pertukaran budaya yang berbeda diantara individu adalah sekolah. Oleh
karenanya, menarik untuk melihat bagaimana proses pembentukan stereotip yang
ada pada Etnis Komering sebagai etnis pribumi atas Etnis Jawa sebagai etnis
pendatang, khususnya di SMA N 1 Martapura, Sumatera Selatan. Penelitian
dalam Tesis ini bertujuan untuk membahas dan mendeskripsikan mengenai proses
pembentukan stereotip Etnis Komering (Etnis Pribumi) atas Etnis Jawa (Etnis
Pendatang). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kategorisasi
Diri (Self-Categorization Theory) berserta konsep stereotip, identitas, dan budaya.
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model
studi kasus (case study) sebagai strategy of inquiry, serta dengan menekankan
wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data penelitian. Secara umum,
penelitian ini menunjukkan bahwa pada siswa-siswi Etnis Komering di SMA N 1
Martapura terjadi proses pembentukan stereotip Etnis Jawa. Secara khusus, proses
pembentukan stereotip Etnis Jawa dalam diri Etnis Komering mempertimbangkan
tiga tema besar yaitu Interaksi, Perbedaan, dan Kepribadian, sedangkan informasi
yang bersifat ekternal dianggap kurang mendukung dalam pembentukan stereotip
Etnis Jawa.

Abstract
Stereotypes are often the trigger inter-ethnic tensions, especially between native
and migrant ethnic groups in a pluralistic society such as the Indonesian nation,
because many people considered stereotype is only viewed as instantly. One of the
places that have a high level of interaction and exchange of different cultures
among individuals is a school. Therefore, interesting to see how the formation of
ethnic stereotypes that exist in Komering as the native ethnic about Javanese as
migrant ethnic, particularly in SMA Negeri 1 Martapura, South Sumatra. Research
in this thesis aims to discuss and describe the process of Komering Ethnic
stereotype formation on Javanese. Theory used in this study was Self-
Categorization Theory along with the concept of stereotypes, identity, and culture.
The method in this study used a qualitative approach with a case study model as a
strategy of inquiry, and by emphasizing in-depth interviews as a research data
collection technique. In general, this study shows that a forming process of
Javanese stereotypes among Komering students in SMA Negeri 1 Martapura
occurred. In particular, the formation of Javanese stereotypes on Komering
students considers three major themes, interaction, distinction, and personality,
while the external information that is considered to be less supportive in the
establishment of Javanese stereotypes."
2012
T31402
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia
"Penelitian ini mengangkat permasalahan Palestina dan Israel khususnya mengenai kronologi pembersihan etnis Palestina pada 1948 atau Nakba dan dampaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Kronologi terjadinya pembersihan etnis terbagi menjadi tiga fase yaitu fase meneror masyarakat Palestina pada Desember 1947 sampai Maret 1948. Fase pendudukan wilayah Yahudi pada Maret sampai Mei 1948. Fase pendudukan wilayah Arab oleh Yahudi pada Juni sampai Desember 1948. Adapun dampak yang ditimbulkan Nakba berimbas pada umat Yahudi berupa tersedianya tempat tinggal bagi imigran. Sedangkan bagi masyarakat Palestina dampak Nakba adalah mengungsi ke negara-negara sekitar Israel dan bagi negara-negara Arab berupa menurunnya standar hidup penduduk negara yang bersangkutan.

This research describe about Palestine-Israel problem especially about the process of Ethnic Cleansing in 1948 or Nakba and the impact of it. The research is using historical method. The Process of ethnic cleansing divided in three phases. The three phases are terror phase to frighten Palestinians in December 1947 until March 1948. Phase of occupation Jewish state territory is during March until May 1948 and the last phase is the occupation of Arab state territory by Jewish in June until December 1948. Moreover, the impact of Nakba affected Jewish in positive way because the Jewish immigrant have a place for live, but for Palestinians the Nakba affect their whole life because they become refugees in Israel neighbour countries and for Arab countries the Nakba affected their citizens living standard."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Endang Christine
"Penelitian ?Etnobotani Masyarakat Enis Karo di Kecamatan Merdeka, Sumatera Utara? bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan spesies tumbuhan berguna dan perbedaan pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tumbuhan berdasarkan gender dan umur oleh masyarakat etnis Karo di Kecamatan Merdeka. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui pendekatan etik dan emik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terbuka dan semi terstruktur, observasi partisipatif dan diskusi kelompok fokus (Focus Group Discussion--FGD). Data tentang keanekaragaman pemanfaatan spesies tumbuhan dianalisis dengan metode LUVI (Local User?s Value Index), ICS (Index of Cultural Significance); dan data tentang perbedaan pengetahuan pemanfaatan tumbuhan brdasar gender dan umur dianalisis dengan metode UVs (Use Values), dan statistik. Terdapat 158 spesies yang termasuk dalam 61 famili yang dikenal dan dimanfaatkan masyarakat etnis Karo di KecamatanMerdeka. Seratus lima puluh delapan spesies tumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk obat-obatan, pangan, sumber penghasilan, teknologi lokal, kayu bakar, adat/ritual/hiasan, racun/anti racun dan pewarna. Berdasarkan analisis LUVI diperoleh 60 spesies yang dianggap paling penting dan pangan sebagai kategori guna terpenting. Oryza sativa mendapat nilai ICS tertinggi yaitu 50, yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Berdasarkan umur dari kelompok responden, rata-rata jumlah spesies tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan dan nilai UVs pada responden umur lebih dari 50 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan umur 30--50 tahun. Sementara itu, berdasarkan gender, rata-rata jumlah spesies tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan dan nilai UVs pada responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

The purposes of this study are to identify the plant species perceived by Karonese of Merdeka District and determine whether gender and age have different local knowledge differences of use values of plant species. The ethnobotanical research and collection data were conducted by open and semistructured interview, observation, focus group discussion (FGD). The ethnonotanical information according to general categories of plant species uses analysed by LUVI (Local User?s Value Index), ICS (Index of Cultural Significance); and the differences in knowledge of plant based on age and gender was analysed by UVs (Use Values) dan statistic analysis. Karonese of Merdeka District use 158 plant spesies, 60 families for 8 general use categories, which in medicinal uses, food, economical plants, local technology, firewood, traditional celebration/ritual/ornaments, poisonous plants, and dye-colors. There are 60 species which considered as the most useful plants based on LUVI analysis. The ICS analysis indicated that Oryza sativa gained the highest value (50), which is used as staple food. Based on the age of respondents, the average number of plant species that are known and utilized; and value UVs on respondents aged more 50 years old higher than the age of 30--50 years old. Meanwhile, based on gender, men of Karo ethnic society in District Merdeka know more plant species than the women.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkiah Nurfiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh sumber kritik terhadap respons penerimaan kritik, ketika kritik berasal dari ingroup dibandingkan ketika kritik tersebut berasal dari outgroup. Penelitian ini juga ingin mengetahui perbedaan pengaruh stereotip etnis target terhadap respons dalam menerima kritik, ketika kritik yang disampaikan ditujukan langsung kepada kelompok, dibandingkan ketika ditujukan kepada individu yang merupakan bagian dari kelompok yang dilihat dari beberapa dimensi pengukuran intergroup sensitivity effect.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan respons penerimaan kritik berdasarkan sumber kritik pada dimensi likeability, agreement, dan jarak sosial. Dan, terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap respons penerimaan kritik berdasarkan stereotip etnis target pada dimensi likeability, constructiveness, dan negativity.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kritik yang berasal dari outgroup mendapat respon lebih sensitif dari kritik yang diberikan oleh ingroup untuk dimensi likeability, constructiveness, agreement, need for reform, dan jarak sosial. Dan, kritik yang ditujukan kepada kelompok mendapat respons yang lebih sensitif dibandingkan dengan kritik yang ditujukan kepada individu yang merupakan bagian dari kelompok pada dimensi likeability dan jarak sosial.

This study examined the differences in the effect of sources of criticism to the response in accepting criticism when the criticism comes from ingroup than when it derived from outgroup. This study would also like to know the differences in the effect of ethnic stereotypes to the response against the target of criticism, when the criticism were addresed directly to the intended group, compared when it was addressed to an individual who was part of the group which is seen from several dimensions of measurement of intergroup sensitivity effect.
These findings show that, there is a significant difference of main effect on the response acceptance of criticism based on the sources of criticism on likeability, agreement, and social distance dimension. And, there is a significant difference of main effect on the response acceptance of criticism based on the target ethnic stereotype on likeability, constructiveness, and negativity dimension.
The results also show that criticism from outgroup received more sensitive response from criticisms given by ingroups for likeability, constructiveness, agreement, need for reform, and social distance dimensions. And, critics addressed to the group received more sensitive response compared when it was addressed to an individual who was part of the group on likeability and social distances dimension.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octiani Eka Hapsari
"Kawin lari merupakan suatu fenomena yang ada di kebudayaan Palembang. Istilah kawin lari dalam masyarakat Palembang sangat beragam ada yang menyebutnya sebagai larian, begujalan, atau kawin ketip. Umumnya kawin lan dilakukan oleh seseorang dikarenakan orangtua tidak menyetujui pasangan pilihannya. Ketidak setujuan orangtua ini disebabkan adanya perbedaan agama atau perbedaan etnis. Dalam diri orangtua akan terjadi permasalahan jika anaknya tetap memaksa ingin menikah. Ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan seseorang yang berbeda etnis dan agama dikarenakan adanya faktor prasangka. Orangtua cenderung menilai pasangan pilihan anaknya mempunyai sikap-sikap yang negatif.
Disini peneliti hendak melihat bagaimana dinamika disonansi kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian dengan menggunakan teori disonansi kognitif dari Leon Festinger (1957). Inti dari teori disonansi kognitif ini adalah terjadinya hubungan yang tidak pas (non-fitting relations) antara elemenelemen kognisi yang menimbulkan disonansi (ketidaknyamanan kognisi). Disonansi menimbulkan desakan untuk memgurangi disonansi dan menghindari peningkatannya. Hasil dari desakan ini terwujud dalam perubahan-perubahan dalam kognisi seseorang berupa perubahan tingkah laku dan keterbukaan akan informasi-informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus.
Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam dan mendetil tentang pengalaman dinamika kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian. Adapun alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat perekam untuk merekam hasil wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua subyek mengalami disonansi. Hal ini terlihat dari ekspresi ketidaknyamanan mereka berupa rasa ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan, dan kekecewaan. Disonansi yang dialami subyek bersumber pada inkonsistensi logis, generalisasi opini, nilai-nilai budaya, dan pengalaman masa lalu. Adapun cara yang dipilih subyek untuk mengurangi disonansi yang dialaminya adalah dengan merubah elemen perilaku, merubah elemen kognisi lingkungan, menambah elemen kognisi baru, dan melakukan penghindaran disonansi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan pilihannya dikarenakan adanya faktor prasangka. Prasangka ini bisa diketahui oleh orangtua berdasarkan pengalamannya sendiri, maupun dari orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinchi Andika Marry
"Skripsi ini menjelaskan tentang konflik etnis yang terjadi di Sampit. Kalimantan Tengah pada 18 Februari 2001 yang melibatkan dua kelompok etnis yaitu Suku Dayak dan Madura. Konflik antara dua kelompok etnis ini telah berulang kali terjadi pada masa Orde Baru, tetapi konflik terbuka baru meledak pada era Reformasi. Banyak faktor yang menjadi pemicu konflik diantaranya yang utama adalah sosial-budaya. Benturan antara kedua kelompok etnis ini telah menyebabkan banyak korban jiwa dari pihak Suku Madura dan membuat mereka harus meninggalkan Kalimantan Tengah. Mereka harus tinggal di tempat-tempat pengungsian di Jawa Timur. Pemerintah telah melakukan beberapa usaha rekonsiliasi untuk kedua pihak yang berkonflik. Setelah melakukan beberapa perjanjian perdamaian, warga dari suku Madura boleh kembali lagi ke Kalimantan Tengah dengan beberapa persyaratan. Mereka yang diijinkan kembali tersebut diantaranya haruslah yang tidak terlibat tindak kriminal dan telah lahir dan tinggal di Kalimantan Tengah dalam waktu yang lama.

This thesis describes about an ethnic conflict which occured in Sampit, Central Kalimantan on February 18th 2001, involving two ethnic groups which were Madurese and Dayaks. The conflict had been many times happened in the New Order era, but exploded in the Reformation era. There were motives on the conflict, including socio-culture. The clash between the two causing many victims from Madurese. They also had to leave Central Kalimantan. They had to live in evacuation areas in East Java. The government tried some efforts to do reconciliation for them. After some agreements they have done, the Madurese could come back to Central Kalimantan with conditions. They who were allowed to coming back were They who were not involved in crime and have born and lived in Central Kalimantan for a very long time.;"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Yulyana
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan mengenai permasalahan kewarganegaraan etnis Rusia di Estonia. Sebagai negara
pecahan Uni Soviet yang telah mendapatkan kemerdekaannya Estonia menjadi sebuah negara yang mempunyai
banyak persoalan yang harus di selesaikan salah satunya adalah permasalahan kewarganegaraan. Kebijakan migrasi
yang dilakukan Uni Soviet menyisakan banyak warga negara Rusia yang terjebak di negara pecahan Uni Soviet
yang telah merdeka. Sehingga sebagian besar etnis Rusia tersebut menjadi tidak memiliki kewarganegaraan atau
disebut juga gray passport.Pemerintah Estonia membuat kebijakan kebijakan untuk mengkualifikasi warga negara
yang akan mendapatkan kewarganegaraan Estonia. Permasalahan ini terus berlanjut selama bertahun tahun sejak
kemerdekaan Estonia, hingga saat ini Estonia telah bergabung menjadi bagian dari Uni Eropa. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menjelaskan mengapa etnis Rusia di Estonia mengalami permasalahan kewarganegaraan khususnya
pada tahun 2004. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
penelitian historis. Sejarah kelam Estonia berada dibawah Uni Soviet membuat pemerintah Estonia tidak
memberikan status kewarganegaraan Estonia dengan mudah. Bergabungnya Estonia kedalam Uni Eropa membawa
titik terang bagi permasalahan kewargaaan untuk non-penduduk di Estonia.

ABSTRACT
This study explains the citizenship problems of Russian ethnic in Estonia. After gaining independence from
Soviet, Estonia faced many problems related to citizenship. Migration policy of the Soviet Union left many Russian
citizens in the former Soviet Union and caused them to become stateless (sometimes called Gray Passport holder).
Moreover, Estonian government made strict policies to qualify the citizens who will obtain Estonian citizenship.
This problem continues for many years until Estonia has joined the European Union. Regarding the problems, this
study explained why Russian ethnics in Estonia experienced discrimination and faced citizenship problems,
especially in 2004. This study used a qualitative approach and historical methods.The dark history of Estonia under
Soviet Union made Estonian government not give Estonian citizenship status easily. However, Estonia joinned the
European Union brought a bright spot for the citizenship problems of non-citizen in Estonia."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Rahmawati
"Skripsi ini membahas keberbedaan stereotip etnis Tionghoa yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh utama dalam novel Gelang Giok Naga karya Leny Helena. Ketiga tokoh tersebut adalah A Lin, A Sui, dan Swanlin. Ketiganya merupakan etnis Tionghoa yang mewakili sifat-sifat stereotip yang selama ini dikenal oleh masyarakat Indonesia. A Lin merupakan seorang perempuan Tionghoa totok yang mewakili stereotip kaya, pelit, dan licik. Tokoh A Sui yang juga Tionghoa totok mewakili masyarakat Tionghoa yang miskin meskipun sudah bekerja keras. Tokoh peranakan, Swanlin, mewakili kaum muda Tionghoa yang sering dianggap eksklusif, dan tidak nasionalis. Selain memiliki sifat-sifat stereotip, ketiga tokoh ini menunjukkan sisi kemanusiaaan etnis Tionghoa yang belum banyak dibahas, yakni sifat baik dan buruk mereka yang muncul secara manusiawi, bukan stereotip yang dapat dikenakan ke semua anggota etnis.

This thesis talks about the differentness of Chinese stereotype shown by the main characters in the novel "Gelang Giok Naga", a works from Leny Helena. Those characters are A Lin, A Sui and Swanlin. All three are Chinese that represents stereotyped personality, which is widely known by Indonesian people. A Lin, a full blooded (totok) Chinese woman represents the stereotypical rich, stingy and cunning. Also a full blooded (totok) Chinese character, A Sui, a poor Chinese despite working hard. A half-blood figures (peranakan), Swanlin, representing the Chinese youth who are often considered exclusive and not nationalist. Besides having the stereotyped personality, all three figures also shows their humanitarian side of Chinese people who have not been widely discussed, the nature of good and bad which appears humanely, not a stereotype that can be charged to all members of the ethnic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Putera Perdana Ginting
"Arus desentralisasi memicu terjadinya pemekaran daerah di seluruh wilayah Indonesia. Alasan dan pertimbangan pemekaran ini tidak hanya dari sisi politis seperti; keinginan mendapatkan jabatan pemerintahan di DOB baru, atau alasan administratif seperti; upaya mendekatkan pemerintahan kepada masyarakatnya, ada juga pemekaran daerah yang dilandasi oleh semangat kolektivitas etnis. Salah satunya adalah Kabupaten Pakpak Bharat yang terbentuk pada tahun 2003. Pemekaran itu menjadikan Kabupaten Pakpak Bharat daerah dengan etnis yang homogen (etnis Pakpak), meskipun harus melepaskan sebagian besar tanah ulayatnya kepada kabupaten induk yang telah didominasi oleh etnis lain.
Penelitian menggunakan teori etnis (Kanchan Chandra), politik etnis (Kellas, McCarthy, Fearon, dan Caselli & Coleman), dan koalisi vertikal (Kimura) dalam menganalisis dan memahami fenomena pembentukan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pakpak Bharat yang bermotivasi etnis. Tesis ini berusaha memahami bagaimana tahapan politik yang dilalui oleh aktor-aktor dalam pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat dan bagaimana eksistensi aktor-aktor tersebut setelah terwujudnya pemekaran.
Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara baik dengan aktor politik yang terlibat, juga dengan akademisi yang pernah meneliti kajian terkait. Studi literatur mengenai Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi dari skripsi, tesis dan disertasi juga digunakan untuk memperkaya data dan informasi.
Laporan-laporan mengenai daerah pemekaran didominasi oleh kegagalan DOB dalam mencapai target-target desentralisasi politik dan ekonominya. Banyak terjadi pembajakan oleh elit (elit capture) pada daerah otonom baru, elit lokal terutama dalam birokrasi dan parlemen menyalahgunakan jabatan untuk memperkaya diri. Pakpak Bharat termasuk dalam kabupaten hasil pemekaran yang dianggap belum berhasil mensejahterakan rakyatnya. Namun berbeda dengan daerah lain, tujuan awal dan motivasi homogenitas etnis dalam memekarkan daerahnya membuat persoalan kesejahteraan dan infrastruktur menjadi kurang berarti di Pakpak Bharat. Elit lokal yang terlibat sejak awal rencana pendirian Pakpak Bharat pun tidak ada yang menjadi pejabat di kabupaten baru tersebut, mereka bekerja karena semangat kolektivitas etnis.
Implikasi teoritis yang didapat adalah, bahwa etnis adalah suatu identitas yang dapat dikonstruksikan sesuai dengan situasi dan kepentingan tertentu. Dalam kasus DOB Kabupaten Pakpak Bharat, etnis Pakpak merekonstruksi ulang identitas etnis mereka yang sebelumnya telah memudar karena banyak orang Pakpak berpindah identitas menjadi orang Toba. Dalam hal koalisi vertikal, koalisi politik dalam pembentukan DOB, identitas etnis Pakpak adalah perekat antar level administrasi setiap aktornya. Namun koalisi ini hanya eksis sampai pada terwujudnya DOB, setelah itu koalisi vertikal ini bubar dengan sendirinya seperti terbentuk juga dengan sendirinya.

The decentralization streaming caused massive territorial proliferation in entire of Indonesia. Apparently the reason and consideration in the discourse of the proliferation is not only from the political side like; the desire of getting the position at the new government, or administrative reasons such as; the efforts to get the government closer to the citizens, there is also a proliferation based on ethnic collectivity. One of them is formed in Pakpak Bharat Regency in 2003. The proliferation made the Pakpak Bharat District an area with a homogeneous ethnic (ethnic Pakpak), although they have to detach a large extent of their traditional land to the main region that has been dominated by another ethnic group.
This study using the theory of ethnicity (Kanchan Chandra), political ethnic (Kellas, McCarthy, Fearon, and Caselli & Coleman), and vertically coalition (Kimura) in analyzing and understanding the phenomenon of establishment of New Autonomous Region of Pakpak Bharat which is has an ethnic motivation. This thesis seeks to understand how the political stages traversed by actors in the establishment of Pakpak Bharat and how the existence of the actors after the realization of the proliferation.
This research is a case study with a qualitative approach; data collection was done with interviews both with political actors who involved, as well as with academics who once examined the related studies. To enrich the data and information, the author also uses the study of literature concerning Pakpak Bharat and Dairi District.
Reports about proliferation dominated by the failure of the new autonomous region in achieving targets of political and economic decentralization. There are elite captures in the new autonomous region, the local elite, especially in the bureaucracy and parliament abusing their power to enrich themselves. Pakpak Bharat Regency is also included in the results of the extraction are deemed to have not managed to prosper his people. But in contrast to other areas, the original purpose and motivation of its homogeneity in ethnic regions, making the extract issues of welfare, infrastructure and others became less meaningful in Pakpak Bharat.
The theoretical implication is, that is an ethnic identity can be constructed in accordance with the situation and particular interests. In the case of Pakpak Bharat Regency, Pakpak ethnic reconstruct their ethnic identity which had been fading because many people of Pakpak switch their identities became Tobanese. In terms of vertical coalition, coalition politics in the establishment of new autonomous region, ethnic identity of Pakpak is adhesive between each level of administration actors. However this coalition existed only until the attainment of new autonomous region, after that this vertical coalition broke up on its own as it is formed also by itself
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Budi
"Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan sensus penduduk sejak 2010, penelitian ini menguji pengaruh keragaman etnis terhadap ketimpangan pengeluaran di Indonesia. Ini dicapai dengan menggunakan estimasi OLS menggunakan ethnic fractionalization index (efi) dan ethnic polarization index (epoi) sebagai proksi keanekaragaman etnis. Tanpa variabel kontrol, ethnic fractionalization index adalah positif dan signifikan dalam mempengaruhi ketimpangan pengeluaran di Indonesia. Tidak seperti ethnic fractionalization index, ethnic polarization index dan ketimpangan pengeluaran memiliki hubungan berbentuk U terbalik. Namun, pengaruh keragaman etnis kurang signifikan ketika variabel kontrol ditambahkan ke estimasi. Selain itu, efek keanekaragaman etnis kehilangan signifikansinya ketika memasukkan dummy wilayah ke dalam estimasi. Kami menemukan bahwa semua dummy wilayah secara signifikan mempengaruhi ketimpangan dan mengurangi efek keragaman etnis. Akhirnya, dimasukkannya interaksi antara proxy keragaman etnis dan dummy wilayah mengungkapkan hasil yang tidak terduga. Meskipun tidak signifikan, baik interaksi ethnic fractionalization index atau ethnic polarization index dengan dummy wilayah menunjukkan hubungan negatif.

Based on the National Socio-Economic Survey (Susenas) and population census from 2010, this study examines the effect of ethnic diversity on expenditure inequality in Indonesia. This is achieved using the OLS estimation using ethnic fractionalization index (efi) and ethnic polarization index (epoi) as the proxy of ethnic diversity. Without the control variable, the ethnic fractionalization index is positive and significant in affecting expenditure inequality in Indonesia. Unlike the ethnic fractionalization index, the ethnic polarization index and expenditure inequality have an inverted U-shaped relationship. However, the effect of ethnic diversity is less significant when control variables are added to the estimation. Additionally, the effect of ethnic diversity loses its significance when incorporating regional dummies into the estimation. We found that all regional dummies significantly affect inequality and diminish the ethnic diversity effect. Finally, the inclusion of the interaction term between ethnic diversity proxy and regional dummies reveals an unexpected result. Though not significant, both interactions of the ethnic fractionalization index or the ethnic polarization index with regional dummies show a negative relationship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>