Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Handoko Utomo
"Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan gambaran kraniofasial pada masa pubertal yang sama yang dievaluasi
dengan metode cervical vertebral maturation (CVM) antara anak dengan celah
bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti
dibandingkan dengan anak tanpa celah bibir dan langit-langit.
Material dan metode: Subyek penelitian yang terdiri dari 14 anak dengan celah
bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dan 14
anak tanpa celah bibir dan langit-langit yang berada pada masa pubertal. Periode
pubertal dievaluasi menggunakan metode cervical vertebral maturation (CVM)
yang dikembangkan oleh Baccetti et al, 2002.Dilakukan pengukuran sefalometri
linier dan angular pada sefalogram lateral dari subyek penelitian meliputi 11
variabel. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk mengetahui perbedaan
gambaran kraniofasial antara kedua kelompok.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada: panjang basis kranium anterior
(p=.002), panjang keseluruhan basis kranium (p=.001), panjang maksila (p=.000),
panjang mandibula (p=.000), tinggi ramus mandibula (p=.000), panjang badan
mandibula (p=.002), tinggi wajah anterior atas (p=.004). Tidak terdapat perbedaan
bermakna pada: panjang basis kranium posterior (p=.051), tinggi wajah anterior
bawah (p=.206), tinggi wajah posterior (p=.865), pola pertumbuhan/tipe wajah
(p=.202).
Kesimpulan: Kompleks nasomaksila merupakan area yang paling terpengaruh
oleh adanya celah bibir dan langit-langit unilateral

Abstract
Introduction: The purpose of this study was to evaluate craniofacial morphology
of pubertal children with complete unilateral cleft lip and palate following
labioplasty and palatoplasty.
Materials and methods: A series of 14 consecutively treated subjects with
complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty
were compared with 14 pubertal stage-matched controls with normal craniofacial
structure. Pubertal stage was determined with cervical vertebral maturation
(CVM) method improved by Baccetti et al, 2002.Lateral cephalograms were used
for comparison. An unpaired t-test was run for 14 subjects with complete
unilateral cleft lip and palate and 14 normal subjects.
Results:: There were significant cephalometric differences in anterior cranial
base length (p=.002), cranial base length (p=.001), maxillary length (p=.000),
mandibular length (p=.000), mandibular ramus height (p=.000), mandibular body
length (p=.002), and upper anterior face height (p=.004). There was no significant
cephalometric difference in posterior cranial base length (p=.051), lower anterior
face height (p=.206), posterior face height (p=.865), growth pattern/ facial type
(p=.202).
Conclusion: The maxillary complex was most affected by cleft lip and palate but
growth disturbance in chidren with complete unilateral cleft lip and palate were
not restricted only at the maxilla."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyanti Saidah
"Panjang mandibula dapat diukur dari titik Kondilus ke titik Gnathion melalui gambaran sefalometri lateral. Panjang mandibula juga dapat diprediksi ukurannya menggunakan suatu rumusan, akan tetapi belum diketahui prediksi panjang mandibula pada anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Pada penelitian ini akan dibuat rumusan prediksi panjang mandibula melalui analisis vertebra servikalis 3 dan 4 yang terlihat dari gambaran sefalometri lateral.
Tujuan : Mengetahui kemungkinan penggunaan usia skeletal vertebra servikalis dalam memprediksi panjang mandibula anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit kelompok usia 9 sampai 13 tahun.
Material dan metode : Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok, masing-masing 20 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti pada usia 9-13 tahun. Kelompok pertama digunakan untuk membuat rumusan prediksi panjang mandibula. Kelompok kedua digunakan untuk menguji rumusan yang telah didapat pada kelompok pertama. Usia skeletal ditentukan dari analisis vertebra servikalis 3 dan 4 sesuai dengan metode Mito, 2003. Uji pada kelompok pertama menggunakan analisis regresi yang menghasilkan suatu persamaan linier, dan uji pada kelompok kedua digunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara pengukuran langsung dan penghitungan menggunakan rumusan.
Hasil : Dari kelompok pertama, diperoleh rumusan prediksi panjang mandibula 96,079 + 0,516 x usia skeletal (dalam satuan millimeter) dengan R2 sebesar 2,0%. Pada kelompok kedua, terdapat perbedaan bermakna antara sub kelompok pengukuran langsung dan sub kelompok penghitungan menggunakan dengan rumusan (p=0,001).
Kesimpulan : Usia skeletal hanya menyebabkan sebagian kecil variasi panjang mandibula (2%), sedangkan 98%-nya merupakan faktor-faktor risiko lain seperti faktor tumbuh kembang, faktor genetika dan faktor lingkungan. Sehingga persamaan yang diperoleh, tidak dapat digunakan dalam memprediksi panjang mandibula pada anak usia 9-13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit.

Introduction : The mandibular length can be measured from Condylus point to Gnathion point using lateral cephalograms. The mandibular length also can be predicted using a formula, but there are still no formulas for predicting the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate. In this study, the formula for predicting mandibular length will be derived by analyzing the third and fourth cervical vertebrae (CV 3 and CV 4).
Objective : The purpose of this study was to assess the possibility of using cervical vertebrae bone age to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty between 9 and 13 years of age.
Methods : The subjects were 2 groups of 40 children, one group to derive a formula for predicting mandibular length, the other to compare actual values and predicted values. The cervical vertebrae bone age was calculated from CV 3 and CV 4 according to the method of Mito, 2003. A regression analysis was used to determine a formula for predicting mandibular length in group one. In group two, an paired t-test was run for 10 subjects with actual values and 10 predicted values subjects.
Results : In group one, the formula for predicting mandibular length was 96,079 + 0,516 x bone age (in millimeters) with R2 of 2,0%. In the group two, there was significant mandibular length difference between actual and predicted values (p = 0,001).
Conclusion : Cervical vertebrae bone age affected only 2% of a mandibular length variation, while 98% were affected by other risk factors such as growth factors, genetic factors and environmental factors. The formula might not be used to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate between 9 and 13 years of age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Herdiana
"Patients with lip and palate cleft often have difficulties in articulation, mastication, swallowing and esthetic problems. In general, these patients have characteristics of malocclusion that need special treatment. Interdisciplinary approach should be done. It would need long term of healing period after total reconstruction which includes physical, mental, emotional, and social conditions. Orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft consist of several stages which are the periods of infant, deciduos dentition, mixed dentition, and permanent dentition. These periods could be followed by pre-orthognatic surgical treatment if it is necessary. The principal of orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft is to treated the malocclusion and to reduce the dysharmony that may happen due to surgical procedure which occured during growth and development periods."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Muslimov Sebastian Putra
"Latar Belakang: Whistle deformity merupakan deformitas yang paling sering terjadi pasca labioplasti.
Tujuan: untuk membandingkan ukuran tinggi cupid bow sisi non celah, midline dan cupid bow sisi celah pasca Labioplasti dengan teknik Cronin pada pasien UCLP bibir istirahat dan berfungsi dan mengevaluasi apakah terjadi whistle deformity atau tidak.
Metode: Penilaian whistle deformity berdasarkan skala antropometri dari data fotograf wajah, yaitu ukuran tinggi cupid bow sisi non celah, midline dan sisi celah pada 24 pasien UCLP pasca labioplasti dengan teknik Cronin, dan pada pasien whistle deformity dilakukan saat bibir istirahat dan berfungsi.
Hasil: Dari hasil statistik didapatkan P0,05.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada tinggi cupid bow sisi non celah dan sisi celah, tinggi cupid bow sisi non celah, sisi celah dan midline pasien whistle deformity bibir berfungsi dan istirahat, tinggi cupid bow sisi kanan dan kiri pada anak nomal bibir berfungsi dan istirahat, tinggi cupid bow anak normal dengan whistle deformity saat berfungsi. Sedangkan tinggi midline anak normal dan tinggi cupid rsquo;s bow anak normal dan whistle deformity saat bibir istirahat terdapat perbedaan bermakna.

Background: Whistle deformity is one of the lip deformities post labioplasty usually occurs.
Objectives: To compare the height of cupid bow in the normal side, midline and the cleft side post Cronin method labioplasty in the UCLP patient while the lips in function and rest and evaluate is there whistle deformity or not.
Method: Evaluation whistle deformity according to anthropometry scale from profile photograph, which are the height cupid bow normal side, midline and cleft side in 24 UCLP patients post Cronin method labioplasty, in the whistle deformity patients while lips function and rest.
Result: Base on statistic, the result showed P0,05.
Conclusion: There is no significant difference between height cupid bow in the normal side and cleft side, height cupid bow in the normal side, cleft side and midline in the whistle deformity while lips function and rest, height cupid bow of the right and left side in the normal children while lips function and rest, height cupid bow in the normal children and whistle deformity while lips function. On the other side, there is significant difference between height midline in the normal children and height cupid bow in the normal children and whistle deformity while lips rest.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada saat orang tua mendapatkan anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit, reaksi orang tua pada anak tersebut mengikuti respon dari kehilangan pada suatu nilai atau objek yang berharga. Orang tua akan mengalami shock atau kaget, frustasi dan marah terhadap apa yang sudah terjadi padanya. Saat orang tua tidak dapat menerima kenyataan mereka akan menarik diri dari situasi secara fisik atau emosi. Mereka mungkin akan menolak untuk kontak dengan lingkungan sampai pada tahap penerimaan dan mau merawat anaknya. Banyak faktor yang mempengaruhi orangtua dalam penerimaan pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal yang terdiri dari pengalaman, status emosi, spiritual, kesehatan status ekonomi dan kemampuan adaptasi. Faktor eksternal yang terdiri dari dukungan dari keluarga atau teman dan orang lain (petugas kesehatan). Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut, penulis ingin rneneliti Faktor apa saja yang dominan didalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan jumlah sampel 19 orang tua yang memiliki anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan, yang datang ke poliklinik khusus celah bibir dan langit-langit di RSAB Harapan Kita.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua tersebut dibuat nilai / skoring tertinggi dari jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner.
Faktor yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan adalah kemampuan adaptasi individu (84%) dan dukungan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan (63%) masing-masing dari faktor internal dan eksternal. Sedangkan factor-faktor lain adalah kesehatan fisik (74%) ,spiritual (63%), pengalaman (47%), status emosi (31%), status ekonomi (21%).
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sampai disini, tetapi dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lain yang dapat dilakukan di tempat lain dan dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5084
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Widya Utami
"Latar Belakang: Keseimbangan dan harmoni gambaran wajah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan bedah pada pasien dengan celah bibir. Berbagai metode operasi untuk celah bibir unilateral telah tersedia. Labioplasti metode Cronin pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral menghasilkan bibir yang simetris dengan jaringan parut seminimal mungkin.
Tujuan: Evaluasi kesimetrisan bibir pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral pasca labioplasti metode Cronin sesuai protap yang berlaku di Unit Celah Bibir dan Langit-langit Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.
Metode: Pasien celah bibir dan langit-langit unilateral 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun pasca labioplasti dengan metode Cronin sebanyak 36 orang dinilai kesimetrisan bibir secara antropometri dengan fotograf yang telah terstandarisasi dari 2 aspek, yaitu anterior dan lateral. Bibir pada sisi celah diukur dan dibandingkan dengan sisi non celah.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jarak ac ke komisura ipsilateral (p = 0.387) dan jarak puncak cupid?s bow ke komisura ipsilateral (p = 0.933) pada sisi celah dan non celah. Terdapat perbedaan bermakna jarak sbal ke puncak cupid?s bow (p = 0.007) antara sisi celah dan non celah pada 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan pasca labioplasti.
Kesimpulan: Kesimetrisan bibir pada sisi celah dan non celah pasca labioplasti dengan metode Cronin berdasarkan rasio pengukuran antropometri dengan fotograf yang telah terstandarisasi dapat dicapai sempurna pada 1 tahun pasca labioplasti.

Background: Balance and harmony of facial features are the goal of surgical treatment for patients with cleft lip. Various methods of surgery for unilateral cleft lip had been provided. Labioplasty Cronin method in patients with unilateral cleft lip and palate produce symmetrical lips with minimal scarring.
Objective: Evaluation lip symmetry post labioplasty Cronin method in patients with unilateral cleft lip and palate based on standard operating procedure in Cleft Center Harapan Kita General Hospital.
Material and Methods: Thirty-six patients with unilateral cleft lip and palate after performing labioplasty Cronin method were photographed on anterior and lateral side by a standardized method 2 weeks, 1 month, 3 months, 6 months, and 1 year after surgery. Lips on the cleft side were measured and compared with the opposite side.
Results: There were no significant differences the length of ac to ipsilateral commissure (p = 0.387) and the distance of the peak cupid's bow to the ipsilateral commissure (p = 0.933) on cleft and norm side. There are significant differences the length of sbal to the Cupid's bow peak (p = 0.007) between cleft and norm side at 2 weeks, 1 month, 3 months, and 6 months post labioplasty.
Conclusion: Symmetrical lip post labioplasty with Cronin method at cleft and non cleft side based on the ratio of anthropometric measurements with standardized photographs can be accomplished perfectly in 1 year after labioplasty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Inunu
"Latar Belakang: Pertumbuhan nasofaring merupakan hal penting dalam evaluasi keseimbangan komponen velofaringeal dan dapat dievaluasi menggunakan titik acuan sefalometri pada tulang-tulang penyusun struktur nasofaring. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik pertumbuhan nasofaring pada kasus celah bibir dan langit-langit pasca pembedahan Metode: pada sefalogram pasien UCLP pasca pembedahan ditentukan titik PMP (maksila posterior), Ho (hormion) dan At (atlas), dan dihubungkan menjadi segitiga nasofaring. Segitiga tersebut diproyeksikan terhadap sumbu vertikal dan horizontal. Hasil proyeksi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan secara longitudinal pada usia 5-7 dan 10-12 tahun. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon. Hasil: titik PMP pada pasien UCLP terletak lebih superoposterior meskipun segitiga tetap tumbuh harmonis Kesimpulan: pasien UCLP memiliki pola pertumbuhan yang harmonis meskipun bagian posterior maksila terletak lebih superoposterior

Background: Nasopharyngeal growth is essential to the functional balance of velopharyngeal component, and could be evaluated from the bony nasopharynx landmark on a lateral cephalogram Purpose: To evaluate the nasopharyngeal growth’s characteristics on the operated UCLP cases Method: The bony nasopharynx landmarks were traced on the cephalogram as PMP (posterior maxillary points), Ho (hormion) and At (atlas), and being interconnected as a nasopharyngeal triangle, and being projected on the vertical and horizontal axis. The projection results were compared between UCLP and control groups and longitudinally at the age of 5-7 and 10-12. The results were analyzed statistically with Mann-Whitney and Wilcoxon tests. Result: PMP points on the UCLP cases were located more superoposteriorly with a harmonious growth of the triangle Conclusion: the operated UCLP patient has a harmonious nasopharyngeal growth despite from the superoposteriorly located PMP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rum
"LatarBelakang: Struktur dentokraniofasial pada anak dengan celah bibir dan langit-langit yang ditangani dengan prosedur bedah, akan mempengaruhi pertumbuhan maksila, namun tidak mempengaruhi struktur dan posisi mandibula. Disproporsional atau kelainan dentofasial dapat terjadi apabila pertumbuhan maksila tidak sejalan dengan pertumbuhan mandibula sehingga untuk mencapai keberhasilan perawatan perlu memperhatikan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada kasus yang diindikasikan perawatan orthodonti disertai bedah orthognatik, dimana waktu dilakukan bedah pada saat pertumbuhan telah selesai. Dalam mengidentifikasi tahap pertumbuhan dapat digunakan beberapa indikator seperti usia kronologis, tinggi dan berat badan, perkembangan gigi geligi dan karakteristik maturasi seksual yaitu menstruasi pada wanita dan perubahan suara pada pria. Indikator lainnya adalah perkembangan skeletal yang umumnya dilakukan melalui pemeriksaan foto radiografik. Penentuan maturasi skeletal dengan mengevaluasi marurasi tulang karpal, sangat membantu untuk menetapkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat.
Tujuan: Untuk menilai tahap maturasi tulang karpal penderita celah bibir dan/atau langitlangit usia 15 - 20 tahun.
Bahan dan Cara : Dilakukan pengambilan rontgen foto karpal tangan kiri pada 25 sampel, hasil radiografi dilakukan analisa dengan maturasi skeletal indeks. Dari data yang didapat dilakukan uji statistik chi-squere.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tahap maturasi tulang karpal pada penderita celah bibir dan langit-langit pada kelompok umur 15-17 tahun, sangat bervariasi. Pada kelompok umur 18-20 tahun, baik lakilaki dan perempuan tahap maturasi skeletal telah selesai. Hasil uji statistik memperlihatkan perbedaan maturasi skeletal yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.
Kesimpulan :.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara maturasi skeletal kelompok laki-laki dibandingkan kelompok perempuan pada penderita celah bibir dan/atau langit-langit.

Background : Dentocraniofacial structure in children with cleft lip and palate treated with surgical procedures, will affect the growth of the maxilla, but does not affect the structure and position of the mandible. Disproportionate or dentofacial abnormalities can occur when the growth of the maxilla is not in line with the growth of the mandible so as to achieve treatment success should pay attention to the state of growth and development of children, especially in the case of the indicated treatment with surgical orthodontic orthognatic, where surgery is the time when growth has been completed. In the growth stage can be used to identify some indicators such as chronological age, height and weight, the development of teeth and characteristics of sexual maturation that menstruation in women and in men the sound changes. Another indicator is the skeletal development which is generally done through radiographic examination. Determination of skeletal maturation by evaluating marurasi carpal bones, is helpful to establish the diagnosis and appropriate treatment plan.
Objectives : To assess patients with carpal bone maturation stage cleft lip and/or palate aged 15-20 years.
Material and Method : Hand wrist x-ray image of the left hand on 25 sample, result of radiograph performed analysis with Skeletal Maturation Index (SMI). The data was performed statistical analysis chi-squere test.
Results : The results showed carpal bone maturation stage in patients with cleft lip and palate in the age group 15-17 years, are very varied. In the age group 18-20 years, both male and female skeletal maturation stage has been completed. The test result showed statistically differences in skeletal maturation between male and female with cleft lip and palate on Skeletal Maturation Index (SMI).
Conclusion: From this study it can be conclude that there significant differences male skeletal maturation compared to female of children with cleft lip and palate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Eka Asdiana Warti
"Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang sering dilanda bencana alam, kecelakaan dan kejahatan menyebabkan korban jiwa sehingga tidak jarang ditemukan jenazah yang hanya menyisakan tulang belulangnya. Observasi sifat anatomis dan morfologis adalah metode paling popular untuk menghubungkan ras terhadap tulang belulang. Tengkorak adalah bagian tubuh yang dipelajari secara luas dan bagian tengkorak hidung serta mulut adalah bagian terbaik untuk identifikasi ras. Tujuan: Mengetahui parameter morfologi dan morfometri pada orokraniofasial untuk menentukan ras. Metode: Sampel terdiri dari 20 tengkorak yang berasal dari pemakaman Sema Wayah di Desa Trunyan, Bali dan 7 tengkorak yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pengukuran pada setiap tengkorak berdasarkan parameter morfologi dan morfometri. Analisis data untuk membandingkan antara kelompok Trunyan dan Bukan Trunyan menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Kemampuan parameter morfologi yakni Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth dalam menjelaskan ras sebesar 56,8%. Nilai rata-rata morfometri untuk total probability sebesar 2,0778 dan pada kategori sebesar 8,6296 sebagai ambang batas penentuan identifikasi ras. Apabila hasil perhitungan tersebut bernilai <0,5 artinya Trunyan >0,5 artinya Bukan Trunyan. Secara keseluruhan, model ini mampu mengidentifikasi ras Trunyan dan Bukan Trunyan sebesar 81,48%.

Background: Indonesia is a country that is often hit by natural disasters, accidents and crimes that cause fatalities, so it is not uncommon to find bodies that only leave their bones. Observation of anatomical and morphological properties is the most popular method for relating race to bones. The skull is the most widely studied body part and the nose and mouth parts of the skull are the best parts for racial identification. Objective: To know the morphological and morphometric parameters on orocraniofacial to determine race. Methods: The sample consisted of 20 skulls from the Sema Wayah cemetery in Trunyan Village, Bali and 7 skulls from the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. In this study, measurements were made on each skull based on morphological and morphometric parameters. Data analysis to compare between the Trunyan and Non Trunyan groups used univariate, bivariate and multivariate tests. Results: The ability of morphological parameters namely Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth in explaining race is 56.8%. The morphometric average value for the total probability is 2.0778 and in the category is 8.6296 as the threshold for determining racial identification. If the result of the calculation is <0.5, it means Trunyan > 0.5, it means Not Trunyan. Overall, this model is able to identify the Trunyan and Non-Trunyan races by 81.48%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farid Ratman
"Tesis ini membahas tentang pengaruh labioplasti dan palatoplasti terhadap morfologi mandibula sisi cleft dan sisi normal pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral di RSAB Harapan Kita yang berusia 13 tahun atau lebih. Penelitian ini adalah penelitian observasi krosseksional dengan mengukur morfologi dari data CBCT dan membandingkan sisi cleft dan sisi normal. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan signifikan secara statistik pada panjang korpus dan inklinasi frontal ramus antara sisi cleft dan sisi normal. Sisi cleft biasanya lebih kecil daripada sisi normal. Evaluasi CBCT sangat penting untuk dilakukan terutama pada pasien celah bibir dan langit-langit untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya, contohnya osteodistraksi atau orthognatik.

This thesis will discuss about the effect of labioplasty and palatoplasty on Morphology of Mandible on cleft side and non-cleft side in more than 13 years old cleft lip and palate patient at Harapan Kita Hospital. Using Cross sectional observation study by measuring and comparing morphological anatomy on cleft side and non-cleft side with CBCT. Based on statistical analysis showed there is a significant different in corpus length and frontal ramus inclination on cleft side and non-cleft side. it showed that the size is smaller on the cleft side than non-cleft side. CBCT evaluation is important as diagnostic tools for cleft lip and palate patient in order to make further treatment plan, as in osteodistraction or orthognatic surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>