Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asih Fatriansari
"ABSTRAK
Komunikasi terapeutik perawat anak dan tingkat kepuasan keluarga merupakan
variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan komunikasi terapeutik perawat anak dan tingkat
kepuasan keluarga yang anaknya menjalani hospitalisasi di RSUD Provinsi Al
Ihsan Jawa Barat. Desain penelitian ini Cross-Sectional. Kelompok sampel dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu perawat anak dan keluarga, dengan jumlah 23 orang
pada tiap kelompoknya. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat anak dengan tingkat
kepuasan keluarga (p=0,0005). Rekomendasi penelitian ini, komunikasi terapeutik
disadari perawat anak sebagai suatu metoda dalam peningkatan kepuasan klien
anak dan keluarga.

ABSTRACT
The focus in this study was on the pediatric nurse`s communication and the
family`s level of satisfaction. This study aimed to identify the relationship
between the pediatric nurse?s therapeutic communication and the level of
satisfaction of the family with hospitalized child in Al Ihsan Hospital, West Java.
In this cross-sectional study, the sample was divided into two groups consisting
23 participants each. The result found a significant relationship between the
pediatric nurse?s therapeutic communication and the family?s level of satisfaction
(p=0,0005). This study recommends the nurses to increase the awareness of
applying therapeutic communication to increase the level of satisfaction of the
family and the patient."
2012
T31039
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriasari Oktora
"Studi ini memfokuskan pada komunikasi dokter pasien dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Dugaan malpraktek yang kerap muncul akhir-akhir ini mengisyaratkan akan semakin kritisnya masyarakat kita dalam memandang masalah kesehatan.
Komunikasi yang diperlukan disetiap aspek kehidupan, mulai diperhatikan oleh para ahli medis, dan dianggap sebagai salah satu cara menyembuhkan pasien dari sisi psikologis. Jarak yang terbentang antara dokter dengan pasien dulunya dikarenakan penguasaan ilmu yang tidak seimbang kini akan diperdekat dengan cara berkomunikasi dan menjalin hubungan baik. Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan, anlara lain yaitu tentang bagaimana komunikasi dokter pasien yang terjadi?, bagaimana komunikasi yang diinginkan dokter dan pasien?, bagaimana komunikasi menjadi faktor yang membantu proses penyembuhan pasien, bagaimana komunikasi menjadi faktor yang membantu menghindari dugaan malpraktek. Pola hubungan dilihat dengan menggunakan teori penetrasi sosial, sedangkan kemampuan berkomunikasi dapat dilihat dengan ketrampilan mengirimkan informasi kepada pasien (Informed Consent).
Penelitian ini dilakukan di 2 bagian Penyakit Dalam yaitu bagian Geriatri dan bagian Alergi Imunologi. Pihak yang menjadi nara sumber adalah para dokter dan pasien yang terlibat di bagian tersebut. Diambil masing-masing satu kasus namun dengan hasil yang dianalisa secara holistik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Dari penelitian dapat dilihat bahwa para dokter maupun pasien sadar bahwa komunikasi merupakan hal yang penting dalam proses penyembuhan pasien, dan dapat menjadi salah satu cara untuk menghindari isu dugaan malpraktek.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa, dokter dan pasien di Indonesia perlu membina dan mengembangkan hubungan yang baik dengan mensosialisaslkan komunikasi dikalangan kedokteran maupun pasien. Dokter harus mengerti kewajiban dan haknya begitu juga dengan pasien. Dokter yang dinilai memiliki kemampuan yang baik adalah selain mampu mengobati pasien dengan baik, juga mengembangkan kemampuan komunikasinya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Novia Sari
"Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik yang kejadiannya terus meningkat sehingga menjadi salah satu ancaman serius bagi dunia kesehatan di Indonesia bahkan dunia. Penanganan diabetes melitus yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada organ lain. Sehingga diperlukan penanganan yang tepat dari berbagai pihak seperti tim medis dan juga dukungan dari orang sekitar seperti keluarga untuk mendorong dan mendukung keberhasilan dari program kesehatan yang dijalankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku perawatan keluarga dengan status diabetes mellitus di Puskesmas Pancoran Mas Depok.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 pada 97 klien diabetes melitus yang melakukan rawat jalan. Status diabetes melitus klien 84,5% dalam keadaan tidak terkontrol. Terdapat hubungan antara perilaku perawatan keluarga dan status diabetes melitus dengan p=0,013 (95% CI, OR=2,06). Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan, kepercayaan, tradisi, dan nilai keluarga dengan status diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a metabolic disorder that the incidence continues to increase. It becomes one of the serious threat to Indonesian health status and even the world. Improper practice can cause complications or damage to other organs. Proper practiceis required by various parties such as the medical team and from relatives to encourage and support the success of health programs. The purpose of this study was to determine the relationships between family care behavior and diabetes mellitus status at Puskesmas Pancoran Mas, Depok.
This study used a correlative descriptive design with cross-sectional study conducted between May and June 2016, involving 97 diabetes mellitus clients that outpatient care. Diabetes mellitus status of the clients is 84.5% uncontrolled. The result shows that there is a relationship between family care behavior and diabetes mellitus status (95% CI, p=0.013, OR=2,06). It is necessary to conduct further research about the relationship between knowledge, trust, tradition, and the value of the family with diabetes mellitus status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baso Yulistir
"Nyeri merupakan masalah utama pada pasien post operasi laparatomi. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 76 pasien post operasi laparatomi yang diambil dengan cara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi p=0,002. Semakin baik kemampuan komunikasi terapeutik perawat maka akan menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Rekomendasi penelitian ini, sebagai tambahan pengetahuan bagi perawat khususnya terkait komunikasi terapeutik dan tingkat nyeri pada pasien post operasi laparatomi dengan cara melakukan evaluasi dan pelatihan bagi perawat terkait komunikasi terapeutik.

Pain is the main problem in patients post operation laparatomi. Non pharmacological pain management can be done with using a good therapeutic communication. The purpose of this research was to know the correlation between therapeutic communication with pain levels in patients post laparatomi. This research uses descriptive analytic design with cross sectional approach on 76 patients post laparatomy taken by means of purposive sampling.
The results has shown that was any correlation between therapeutic communication with pain levels in patients post operation laparatomi p 0.002. It means that a good therapeutic communication skill will decrease the level of pain in patients post laparatomi. The recommendations of this study will improve the knowledge of nurses especially therapeutic communication and related pain levels in patients post laparatomy by way of doing evaluation and training for nurse related therapeutic communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjiati
"Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan harus dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa. Kepuasan adalah perbandingan antara harapan klien dengan kenyataan yang diterima oleh klien.
RSU FK-UKI Jakarta dengan BOR tahun 2001 (51%) masih lebih rendah dari BOR tahun 2000 (52%), target BOR Rumah Sakit 60%. Belum tercapainya BOR yang ditargetkan dan hasil pelatihan komunikasi terapeutik yang belum memuaskan (47%), merupakan salah satu indikator ketidakpuasan klien. Kepuasan klien belum pernah dilakukan penelitian di rumah sakit. Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Tujuan penelitian ini adalah diidentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta.
Metode penelitian adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional, dan menggunakan 2 kuesioner yaitu kuesioner A untuk mengukur data demografi, pribadi, keluarga, sosial ekonomi, budaya dan berat ringannya penyakit klien dengan isian. Kuesioner B mengukur harapan dan kenyaaan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien pada fase perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi dengan isian skala Likert. Uji coba kuesioner B dilakukan pada 30 orang klien yang dirawat inap di RSU FK-UKI Jakarta yang tidak termasuk ke dalam responden penelitian. Untuk menguji validitas dilakukan tehnik korelasi product moment dengan hasil kuesioner tentang harapan r 0,368 - 0,791 dan kenyataan r 0,383 - 0,725 terhadap hubungan terapeutik perawat klien, sedangkan uji reliabilitas dilakukan Alpha Cronbach dengan hasil kuesioner tentang harapan a 0,9460 --0,9430; dan kenyataan a 0,9411 - 0,9385 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Artinya kuesioner B tersebut mempunyai tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi.
Populasi dalam penelitian berjumlah 109 orang, sedangkan jumlah sampel yang diikutsertakan penelitian sebanyak 95 orang klien, dengan kriteria inklusi: klien dewasa dan yang dinyatakan pulang, kesadaran klien composmentis, klien mampu berkomunikasi verbal. Pengambilan sampel dari: kelas I, II dan III, dan Cara pengambilan sampel secara random.
Analisis data penelitian terdiri dari analisis univariat, bivariat, multivariat dan analisis diagram kartesius. Hasil penelitian sebagai berikut: sebagian besar klien mempunyai umur antara 20-40 tahun, perempuan, pendidikan menengah (tamat SLTA), pekerjaan wiraswasta/swasta, penghasilan antara 500 ribu - I juta, suku Jawa, dirawat di kelas III, lama dirawat lebih dan 5 hari, belum pernah sakit, penyakit sedang. Harapan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 3,35 dan harapan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 3,26. Kenyataan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 2,99 dan kenyataan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 2,85: Total rerata harapan 3,31 dan total rerata kenyataan 2,92 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Kepuasan terhadap hubungan terapeutik dengan rata-rata skor 88,37, dan 25 orang klien (26,3%) mengatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien yang mencapai nilai 100 untuk kepuasan. Selanjutnya berdasarkan analisis bivariat bahwa variabel pilihan ruang rawat (kelas I, II dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) mempunyai hubungan yang bcrmakna dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien, dan masing-masing dengan p value 0,035 dan 0,050. Kedua variabel yang bermakna pada analisis bivariat dilakukan analisis multivariat secara bersama dengan hasil tidak ada satu pun yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Analisis diagram kartesius menunjukkan bahwa pelaksanaan hubungan terapeutik perawat klien pada fase kerja dinilai sangat penting oleh klien, sedangkan pelaksanaannya belum memuaskan klien (12,6%), fase terminasi sudah dilaksanakan sesuai dengan kepentingan dan harapan klien sehingga dapat memuaskan klien (46,3%), fase perkenalan/orientasi masih dianggap kurang penting bagi klien dan kualitas pelaksanaannya belum memuaskan (32,6%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta adalah sebagai berikut: sebanyak 25 orang klien (26,3%) menyatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien mempunyai nilai 100%, faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien adalah: pilihan ruang rawat (kelas I, II, dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) namun keduanya tidak ada yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Fase terminasi sudah dilaksanakan dan dipertahankan, dan fase kerja belum memuaskan klien, fase perkenalan/orientasi dianggap kurang penting dilaksanakan.
Untuk meningkatkan kepuasan klien maka pimpinan RSU FK-UKI Jakarta disarankan melaksanakan sosialisasi tentang hasil penelitian kepada seluruh tenaga staf keperawatan, peningkatan program pengembangan sumber daya keperawatan melalui pendidikan dan pelatihan tentang komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien, agar perawat pelaksana memahami tentang pentingnya pelaksanaan hubungan terapeutik sehingga perawat pelaksana mampu menerapkan komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien terutama pada saat melaksanakan pelayanan keperawatan. Bagi peneliti lain dapat dilakukan penelitian dengan metode kuasi eksperimen sehingga tergali lebih dalam tentang faktor apa yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien.
Daftar bacaan 56 (1983 - 2001)

Analysis Factor's Related To Client's Satisfaction Toward Nurse - Client Therapeutic Relationship in Patient Care at RSU FK - UKI Jakarta.As an institution that gives services in treatment, a hospital should be able to satisfy the client, as the customer service. Satisfaction is a comparison between client's hope and reality obtained.
BOR in 2001 at RSU FK-UKI Jakarta (51%) is still lower than those in 2000 (52%), the target of BOR is 60%. Enriched BOR target and unsatisfied result of therapeutic communication training (47%) is an indicator of client unsatisfied. There has not been done research in this hospital. Then, the writer wants to know about factors that related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. The purpose of this research is to identify factors related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship in patient care at RSU FK-UKI Jakarta.
The research method is correlation descriptive with cross sectional design, and using two questioners: questioner A to measure demographic data, and personal: family, social economic, culture and condition of client's illness with filler. Questioner B measures hope and reality of client toward nurse-client therapeutic relationship in introduction/orientation phase, working phase and termination phase with Likert scale filler. The questioner B test was done to 30 clients in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta who do not include as respondent in this research. To test validity is used moment product correlation technique with the result of hope r 0,368 - 0,791 and reality obtained r 0,383 - 0,725 toward nurse - client therapeutic relationship, meanwhile re ability test is used Alpha Cronbach with the result of hope a 0,9460 - 0,9430; and reality a 0,9411 - 0,9385 toward nurse client therapeutic relationship. It means that the questioner B has a high validity and re ability rate.
The population in this research is 109 clients and total sample is 95 clients, with inclusion criteria: client, who is adult, permitted to go home, compos mentis consciousness, can verbal communication. Sample, which is taken from three classes: class I, class II, and class III, is randomly taken.
Analysis data of research consists of univariate, bivariate, multivariate and Cartesian diagram analysis. The result is that most of client's aged are between 20-40 years old, women, high school graduates, entrepreneurs, between 500 thousands-1 million rupiahs earnings, Javanese, taken care in class III, more than 5 days taken care, never ill, and medium illnesses. The highest average score of hope is 3,35 in the termination phase and the lowest average score of hope is 3,26 in the working phase. The highest average score of reality is 2,99 in the termination phase and lowest average score of reality is 2,85 in the working phase. Total average of hope is 3,31 and total average of reality is 2,92 toward nurse - client therapeutic relationship. Satisfaction toward therapeutic relationship has an average score 88,37 and 25 clients (26,3%) satisfied toward nurse-client therapeutic relationship, it means that there is a half clients reaching grade ? 100 for satisfaction. Based on bivariate analysis, variable of choice of patient care (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) have a meaningful relationship with client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship, and p values of each are 0,035 and 0,050. Both of meaningful variables in the bivariate analysis were done multivariate analysis together with result that no one is the most related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. Cartesian diagram analysis shows that nurse-client therapeutic relationship in the working phase is evaluated important by clients, meanwhile the implementation of it has not satisfied clients (12,6%), those in the termination phase has been done as suitable as client's importance and hope so it can satisfy clients (46,3%) and those in the introduction /orientation phase is still evaluated unimportant for client and having an unsatisfied implementation quality.
From the result of research, it can be concluded that toward nurse-client therapeutic relationship in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta: client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship are 25 clients (26,3%) satisfied, it means that there is client who has 100% grade, factors that related satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship are: choice of patient care room (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) but no one of them is the most related to nurse - client therapeutic relationship. Termination phase has been done and maintained but the working phase has not satisfied clients, and the introduction/orientation phase is still evaluated unimportant to be done.
To increase client's satisfaction, the chief of RSU FK-UKI Jakarta is suggested to socialize the result of research to all nursing care staff, to raise the nursing care resources development program through education and training about communication especially nurse - client therapeutic relationship, to make nurse manager understands the importance of doing therapeutic relationship so the nurse manager is able to communicate especially nurse - client therapeutic relationship specially in doing nursing care services. Another researcher can do research by using experiment question method so it can be known more what factors related to client's satisfaction toward nurse client therapeutic relationship.
Bibliography list 56 (1983 -2001)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T5885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Romaully
"Tingkat pengetahuan dan sikap Perawat dalam komunikasi terapeutik sangatlah pentinguntuk menunjang keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Bertujuan untukmengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam melakukankomunikasi terapeutik. Penelitian ini meggunakan desain cross sectional, sample sebanyak92 orang perawat, teknik pengambilan data secara simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatpengetahuan dan sikap dalam berkomunikasi terapeutik pada perawat di RS FatmawatiJakarta tahun 2016 p value =0,248.
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahanpertimbangan agar perawat diberikan pelatihan komunikasi dan sikap dalam berkomunikasiterapeutik, serta penelitian selanjutnya bisa meneliti apa yang belum diteliti dalam halkomunikasi terapeutik.

The level of knowledge and attitude of Nurse in therapeutic communication is veryimportant to support the success of nursing care. Aims to determine the relationshipbetween the level of knowledge and attitude of nurses in conducting therapeuticcommunication. This research used cross sectional design, 92 samples of nurses, andsimple random sampling technique.
The results showed that there was no significant relationship between the level of knowledge and attitude in communicatingtherapeutic at nurses at Fatmawati Hospital Jakarta 2016 p value 0,248.
Theresults of the study are expected to be considered for nurses to be givencommunication training and attitude in therapeutic communication, and furtherresearch can examine what has not been investigated in terms of therapeuticcommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Yulianti
"ABSTRAK
Tingginya angka penolakan pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang
mencapai 300-400 pasien per tahun tidak sejalan dengan angka kinerja rumah
sakit pada tahun 2013. Penelitian bertujuan menggambarkan cetak biru pelayanan
pasien dalam mendapatkan pelayanan rawat inap dan menemukan titik potensi
perbaikan dengan pengamatan pada lima unit pelayanan yang terlibat. Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik penelitian operasional. Hasil
penelitian yaitu diperolehnya desain cetak biru pelayanan pasien untuk pasien
rawat jalan atau instalasi gawat darurat yang memerlukan rawat inap, dan
penolakan pasien dapat dikurangi dengan menetapkan penggunaan instrumen
PANSS-EC untuk menilai status pasien.

ABSTRACT
The in-patient refusal number in West Java Province Psychiatric Hospital reach
300-400 patient per year, doesn’t go along with the hospital achievement number
in 2013. This research is aim at describing a Service-Blueprints for patient to
receive hospitalization services and investigate potential points for improvement
with various observations on five service units that are involve. This research is a
qualitative research with operational research technique. The results are a set of
service-blueprints design for outpatients or emergency patients, who needed
hospitalization, and establishing the use of PANSS-EC instrument as a tool for
determining the patient status can significantly lower patient refusal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C Yekti Praptiningsih
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA mengakibatkan sekitar 4 juta kematian balita di negara berkembang. Di Indonesia ISPA bawwb, khususnya pneumonia mengakibatkan kematian sekitar 150.000 balita per tahun. Namun sesuai dengan hasil penelitian di Indramayu pula bahwa upaya penurunan mortalitas karena ISPA khususnya pneumonia dapat dicapai sebesar 25% jika program memberi masukan secara memadai kepada ibu. Yang dimaksud dengan memberi masukan kepada ibu adalah melakukan komunikasi dan pemberian informasi dengan ibu sebagai sasaran.
Dalam Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA untuk penanggulangan pneumonia balita, bentuk komunikasi antar pribadi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penatalaksanaan kasus ISPA yang tepat dan benar. Efektifitas tatalaksana kasus ISPA sangat ditentukan oleh dilaksanakannya pesan yang disampaikan oleh petugas kesehatan kepada ibu secara tepat dan benar. Agar ibu dapat melaksanakan pengobatan dan perawatan penunjang di rumah secara benar, maka petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi secara efektif.
Untuk itu perlu kiranya dilihat sejauh mana kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan komunikasi sebagai bagian dari pelaksanaan tugas tenaga kesehatan di Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia. Penelitian ini akan melihat sejauh mana kemampuan petugas poliklinik puskesmas dalam komunikasi dengan ibu balita yang menderita ISPA yang datang ke Puskesmas, serta melakukan telaah faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi petugas kesehatan khususnya kepada ibu balita yang menderita ISPA.
Jenis desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian sekaligus merupakan sampel penelitian adalah petugas poliklinik puskesmas yang berada di seluruh Kabupaten Bogor yang berjumlah 202 petugas.
Data dikumpulkan dengan cara observasi petugas pada waktu melakukan pelayanan kepada pasien balita ISPA dan wawancara dengan petugas tersebut, kemudian dianalisa menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 3.1.
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi petugas poliklinik puskesmas di kabupaten Bogor yang mampu berkomunikasi dengan ibu balita ISPA sebesar 41,1% petugas. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel umur, lama masa kerja, asal daerah, penguasaan bahasa, sikap terhadap pesan, variabel pendidikan, pelatihan, pengetahuan komunikasi, membaca pedoman, ketersediaan pedoman dan ketersediaan media komunikasi dengan kemampuan komunikasi petugas poliklinik puskesmas di kabupaten Bogor. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan ISPA dan supervisi berperan atau berhubungan erat terhadap kemampuan komunikasi petugas dengan ibu balita ISPA, sehingga hasil ini dapat menjadi pertimbangan dalam membuat kebijaksaan dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi petugas.

Factors Related to Communication Skills of Health Workers Providing Health Services For Mothers of Young Children with Acute Respiratory Infections (ARI) In Bogor District, West Java, year 2000The Acute Respiratory Infection (ARI) disease has caused 4 million deaths of under-fives in developing countries. In Indonesia, as one of developing countries, 150.000 children under-fives die due to pneumonia annually.
Based on a study conducted in Indramayu district, West Java, deaths caused by pneumonia can be reduced to 25% if mothers of the sick child are given appropriate and adequate information about the disease. A good communication needs to be conducted between health personnel and mother of young children whereas the mother is treated as the target of the communication.
In the ARI Control Program, inter-personal communication between health personnel and mothers is an essential part that can not be separated from the implementation of ARI Case Management. The successful way in doing this thing lies when the health personnel can give appropriate and correct information on how to give drugs and home care treatment to mothers effectively so that mothers understand and are able to practice at home.
It is thus necessary to find out how far the health personnel, as the first line of health provider in community, can perform their communication skills which is part of their main responsibilities at health center.
This research is meant to find out skills of health personnel working at the policlinic of Health Center (HC) in communicating with mothers of the sick child with ARI also factors related to skills of health personal in communicating with the mothers.
The study was done in cross-sectional design. The populations studied, which were also a research sample, were those working at the policlinic HC in Bogor district amounting to 202 personnel.
Data were collected by interviewing and observing the health personnel in giving the services to the patient, and then analyzed using EPI INFO software program version 6.0 and STATA program version 3.1.
The result shows that only 41.1% of HC personnel have good communication skills to communicate with mothers of sick young children with ART. The Bivariat analysis there is no significant correlation of age, duration of work, district of origin, language capability, behavior of message, education, training, communication knowledge, guidelines reading, provision of guidelines and communication media with the capabilities or communication skill of health personnel at the HC policlinic in Bogor district.
The final result shows that variable of ART knowledge and supervision have role and close relationship to the communication skills of health personnel. It is hope this result would be a consideration in making future policies to improve health personnel communication skills."
Universitas Indonesia, 2000
T5756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Herawati
"Beban kerja perawat mempunyai pengaruh terhadap mutu pelayanan keperawatan dan berdampak pada kepuasan klien. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menguji hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan tingkat kepuasan klien akan pelayanan keperawatan di IRNA B RSUP Fatmawati. Populasi adalah seluruh perawat RSUP Fatmawati dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksan IRNA B yang berjumlah 147 perawat dengan tehnjk pengambilan sampel sfratified random sampling berdasarkan strata pendidikan sebanyak 15 perawat. Populasi klien diambil berdasarkan BOR rata-rata di IRNA B, diperkirakan jumlah populasi sebanyak 177 klien, sedangkan jumlah sampel yang diambil beljumlah 123 dengan cara random sampling proparsional yang terdistribusi pada 6 ruang rawat inap B RSUP Fatmawati. Untuk menguji hubungan beban kerja dengan kepuasan klien menggunakan chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik sederhana dengan tingkat kepercayaan a = 0,05 Hasil penelitian didapatkan variabel tindakan keperawatan langsung yang mempunyai hubungan adalah aspek keandalan ( p= 0,031) dan aspek keyakinan (p = 0020), Tindakan keperawatan tidak langsung yang mempunyai hubungan dengan aspek kepuasan klien adalah aspek ketanggapan ( p= 0,097 ) dan keyakinan (p = 0,004) sedangkan Tindakan non keperawatan yang mempunyai hubungan dengan aspek kepuasan klien adalah aspek keandalan ( p= 0,005), aspck keyakinan (p= 0,001) dan aspelc empati (p= 0,000) Bebau kerja yang mempunyai hubungan dengan aspek kepuasan klien adalah aspek keandalan ( p= 0,01), keyakinan ( p= 0,0006), dan empati (P=0,048) Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji logistik sederhana diperoleh hasil bahwa jenis tindakan keperawatan langsung merupakan yang dominan pengaruhnya terhadap kepuasan Klien, Rekomendasi dan temuan ini adalah perlunya kebijakan untuk memperlakukan standar praktek yang telah ada dan membuat uraian tugas perawat yang jelas, menghitung kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan beberapa formula yang dapat dipakai di RSUP Fatmawati, mengembangkan sistem jenjang karir perawat, meningkatkan pengetahuan perawat baik melalui jalur formal maupun informal.

This is a descriptive correlation research which is aimed at testing the duty burden of acting nurses with the extent of satisfaction received by the client for the nursing care services at IRNA B RSUP Fatmawati. The population is all nurses employed at "RSUP Fatmawati" Hospital and the population of this research is all acting nurses at IRNA B totaling 147 nurses with the sampling technique of stratified random sampling, In this resarch, the strata is taken according to the level of education of the nurses with the criteria of sample as follows: acting nurse, minimum education is SPK/SPR (School of Nursing Care), Akper (Academy of Nursing Care and Sl of Nursing Care, still attending the education/training. Population of clients is determined based on the average BOR at IRNA B, it is expected that total population is 177 client, while total samples is 123 clients which were obtained through random sampling proportional which is distributed at 6 Overnight Care Room B RSUP Fatrnawati. In order to measure chi square test and multivariate with simple logistic regression test with the confidence level of ac = 0,05. Result ofthe research reveal. The direct nursing actions having the correlation is the sensitivity aspect (p=0,097) and confidence (p = 0,004), while the non-nursing measures having the correlation with the client satisfaction aspect is the reliability aspect (p = 0,005), confidence aspect (p = 0,001) and empathy aspect (p = 0,000). The duty burden having the correlation with the client satisfaction aspect is reliability aspect (p=001), confidence (p = 0,0006), and empathy (p = 0,048. For frequency variable, there is no any significant correlation with the client satisfaction. Based on the results of multivariate analysis with the simple logistic testing, it is obtained the result that the type of direct nursing measures have the dominant impact on the client's satisfaction. Recommendation of this findings that by establishing the policy of treating the existing standard of practice and providing the clear outline for nursing care activities, calculating the need for nurses by using some formula which may be used at RSUP Fatmawati, to develop the nurse career path system, to improve the knowledge of the nurses, either through formal path and informal path."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Agtasari
"Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKN) masih menjadi salah satu fokus pembangunan kesehatan di Indonesia. Pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 menargetkan AKI sebesar 183 dari 305 per 100.000 kelahiran hidup dan AKN sebesar 16 dari 24 per 1.000 kelahiran hidup. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu di tingkat rumah sakit yang diselenggarakan selama 24 jam setiap harinya yang berperan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu. Instalasi Gawat Darurat (IGD) PONEK merupakan garis depan dalam pelayanan kegawatdaruratan untuk pasien obstetri. IGD PONEK di RSUD Pasar Rebo mengalami perpindahan dikarenakan IGD sebelumnya digunakan untuk melayani pasien Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif metode studi kasus yang berlokasi di IGD PONEK RSUD Pasar Rebo Jakarta pada bulan September hingga November 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah dokumen, observasi lapangan dan wawancara mendalam (in-depth interview). Informan penelitian yaitu Kepala Bidang Pelayanan, Kepala Ruangan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter IGD, bidan, petugas administrasi, dan pasien. Variabel penelitian berdasarkan Standar Kriteria Khusus Manajemen yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana, Alat Kesehatan dan Perlengkapan, Farmasi (obat-obatan, bahan habis pakai dan linen), Manajemen, dan Sistem Infomasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan variable yang dapat menjadi hambatan dalam proses pelayanan sehingga waktu throughput menjadi panjang dan menyebabkan Length of Stay pasien di IGD PONEK juga menjadi panjang. Data yang didapatkan, petugas yang berjaga secara 24 jam adalah bidan. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan dokter spesialis anastesi bertugas secara on-call di luar jam kerja. Masing-masing dokter kebidanan dan kandungan mendapatkan tugas sebagai dokter penanggung jawab pasien sesuai jadwal per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan SDM yang berpengaruh banyak yaitu waktu respon DPJP di luar jam kerja lama, begitu pula dengan respon dokter spesialis anastesi, yang menyebabkan proses persiapan operasi menjadi panjang. Lama waktu proses laboratorium untuk pemeriksaan darah dan Rapid-test Covid-19 serta konfirmasi hasil radiologi ke dokter spesialis paru cukup panjang. Variabel lain menunjukkan kesiapan IGD PONEK di masa pandemi. Manajemen sebaiknya mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan dokter spesialis anastesi secara on-site, melakukan kajian lebih lanjut proses di laboratorium, kajian atas studi kelayakan terhadap zonasi dan master plan secara keseluruhan, serta menerapkan sistem informasi terintegrasi di IGD PONEK untuk menunjang kecepatan dan akurasi dalam proses pelayanan.

Indonesia’s health development is focusing on the reduction of the Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR). Ministry of Health’s Strategic Plan for 2020-2024 sets 183 from 305 per 100.000 live births and IMR at 16 from 24 per 1.000 live births. Comprehensive Emergency Maternal Obstetric and Neonatal Care (CEMONeC, in Indonesia is known as PONEK) is a program to provide integrated services for mothers and newborns at hospital level which is held 24 hours. PONEK plays role to reduce Maternal Mortality Rate in Indonesia. PONEK Emergency Departments (ED) is as the forefront of maternal emergency care. The previous ED is used for Covid-19 patients services, so PONEK ED has been moved. This research is qualitative research using case study method located at the PONEK ED Pasar Rebo Regional Public Hospital Jakarta from September 2020 to November 2020. Data collection was carried out through document reviews, field observations and in-depth interview. The informants were Heads of Medical Services, Head of Unit Room, obstetric ang gynecologist, ED doctor, midwive, administrative officer, and patient. Reasearch variables based on Management Criteria Standards, are Human Resources, Facilities and Infrastructure, Medical Devices and Equipment, Pharmacy (drugs, consumables, and linens), Management and Information Systems. This study aims to look at the preparedness of the variables that can become bottlenecks in the service process so that the throughput time in PONEK ED become longer and so does the patient Length of Stay (LoS). As the data obtained, midwives are 24 hours in duty. Obstetric and gynecologist and anesthesiologist works on-call outside of working hours. Each obstetric and gynecologist is in charge of the patient according to the schedule per day. The results shows that the Human Resources variables that impact the most such as the obstetric and gynecologists have long response and so do the anesthesiologists have long response to the call outside the working hours which led to long process of preparation for surgery. The length of time for laboratory process for blood test and Covid-19 rapid test and confirmation of pulmonologist are quite longer. Another variables show the preparedness of the PONEK ED during this pandemic. Management should considering a policy of on-site obstetric and gynecologist and anesthesiologist, conducting further studies in the laboratory process, conducting feasibility study of zoning and hospital master plan and implementing an integrated information systems in the PONEK ED to support speed and accuracy in the services process."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>