Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifudin
"Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), merupakan pembangkit yang ramah lingkungan yang dapat membantu dalam menangani permasalahan sampah perkotaan yang terjadi selama ini. Pembangunan PLTSa juga dapat menjadi salah satu solusi kebutuhan energi serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang jumlahnya semakin berkurang. Dalam pengoprasiannya, PLTSa menggunakan mesin gas pembakaran dalam berbahan bakar gas yang berasal dari landfill (LFG). Penelitian ini, menggunakan 2 skenario. Skenario 1 dengan komposisi 58% organic, 15% medium decay, 27% slow decay. Dan skenario 2 dengan komposisi 30% organic, 60% medium decay, 10% slow decay. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunakan skenario 1, nilai BC rasio sebesar 0,93. Sedangkan untuk skenario 2 adalah sebesar 1,12. Penerapan Clean Development Mechanism (CDM) pada skenario 1 atau komposisi sampah sisa makanan 58%, dapat meningkatkan nilai keekonomian PLTSa sebesar 29%. Dan untuk skenario 2 atau komposisi sampah sawit sebanyak 60%, dapat meningkatkan nilai keekonomian sebesar 11%.

Solid waste power plant (PLTSa) has proven solving the problems of municipal wastes. It also can be a solution to the needs of energy which increases by tune, by solving reducing reliance on fossil fuels which diminished by number. Electricity generation through PLTSa is produced using internal combustion gas engine-gas-fuelled stemming from landfills gas (LFG) for its operation. In this study, PLTSa is assesed at issolated village using two scenarios of waste. Scenario 1 with a composition of 58% organic, 15% of medium decay, 27% slow decay. And scenario 2 with a composition of 30% organic, 60% of medium decay, 10% slow decay. The results show that by using scenario 1, BC ratio is 0,93. While for scenario 2 is 1,12. The application of the Clean Development Mechanism (CDM) for scenario 1 increasing the value PLTSa by 29%. For scenario 2 increases the value of economics by 11%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42329
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratama
"Kota Depok memiliki potensi sampah organik yang melimpah untuk diolah secara anaerobik dan aerobik untuk mendapatkan produk biogas dan kompos. Sebanyak 62 ton lebih per hari sampah organik masuk ke Kota Depok. Penelitian ini bertujuan mencari potensi biogas sampah organik TPA Cipayung yang dikombinasikan dengan tinja sapi dengan perbandingan massa 3:1 dengan metode tumpuk mesofilik perkolasi. Hasilnya adalah potensinya sebesar 278,903 L/Kg TS. Namun, terjadi masalah penyumbatan di awal inisiasi dan juga proyeksi bahwa akan sulit untuk mengangkut tinja sapi dengan massa yang begitu besar ke TPA Cipayung. Selanjutnya adalah pembahasan desain untuk instalasi digesti anaerobik dan pengomposan aerobik dengan perbandingan massa sampah dan tinja 100:1 untuk mengolah 60% massa sampah organik yang masuk dan untuk desain 10 tahun. Diperlukan luas lahan sebesar 0,7251 Ha.

Depok City has abundant organic waste to be processed anaerobically and aerobically. This research try to determine the biogas yield potency of mesophilic percolated batch with mass ratio organic waste:cow dung 3:1. The potency is 278,903 L/Kg TS. Nevertheless, the method has major setbacks for upscaling. The system experienced cloggings and the water must be added and the transportation of the cow dungs on the full scale of the method that would be used. The next exposition is about the design description of combined anaerobic- aerobic waste installation for Cipayung Landfill for 10 years design of 60% organic processed. The proposed design is using mass ratio of organic waste:cow dung for 100:1. 0,7251 Ha area is needed for completion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Farahiyah
"Terjadinya penumpukan sampah yang terjadi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh daerah untuk membangun TPA menimbulkan masalah persampahan. Menanggapi hal tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui pengelolaan sampah pada Tempat Pemrosesan Akhir Regional (TPA Regional) di Indonesia dengan studi kasus Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional Banjarbakula Provinsi Kalimantan Selatan (TPA Sampah Regional Banjarbakula) dan hubungan kerja sama antardaerah kabupaten dan kota dalam satu provinsi terhadap pengelolaan sampah pada TPA Sampah Regional Banjarbakula sebagai upaya untuk mengatasi masalah persampahan tersebut dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan karena TPA atau pun TPA Regional merupakan tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dengan bentuk penelitian yuridis-normatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA Regional sama seperti yang dilakukan di TPA, yaitu menggunakan metode lahan urug saniter; kerja sama yang dilakukan dalam pengelolaan sampah di TPA Sampah Regional Banjarbakula merupakan kerja sama daerah dengan daerah lain.

The accumulation of solid waste that happened in the Landfill and the boundaries of land owned by the region to build a Landfill created a solid waste problem. Responding to this, the author conducted a study for solid waste management at Regional Landfill in Indonesia with a case study of the Banjarbakula Regional Landfill, South Kalimantan Province (Banjarbakula Regional Landfill) and cooperative relationship between districts and cities in one province towards solid waste management at the Banjarbakula Regional Landfill as an effort to solve the waste problem and its negative impact on the environment because Landfill or Regional Landfill is a place to process and return waste to the environment safely for human and the environment. This was a qualitative study with a descriptive design with juridical-normative research. The results of study showed that the solid waste management carried out in the Landfill was the same as that carried out in the Regional Landfill and was applied sanitary landfill method; the engagement in solid waste management at the Banjarbakula Regional Landfill was regional beetwen one cities to the others."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Juwita Sari
"Komposisi sampah TPA Cipayung terdiri dari 11,972% komponen plastik. Pada kenyataannya tidak semua sampah plastik dapat diproses, hanya sampah plastik dengan kondisi baik yang dapat didaur ulang. Dengan demikian, sampah yang akan ditimbun di TPA Cipayung banyak mengandung komponen yang sulit terurai seperti plastik. Pemanfaatan sampah TPA Cipayung sebagai refuse derived fuel (RDF) akan mengurangi beban TPA Cipayung dan memperpanjang umur tampung sampah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah sampah TPA Cipayung berpotensi sebagai bahan baku RDF.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk komposisi dan karakteristik fisik dan kimia sampah TPA Cipayung dan besarnya potensi energi dari sampah TPA Cipayung serta potensi sampah di TPA Cipayung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF. Karakteristik fisik yang diteliti adalah berat jenis. Karakteristik kimia yang diteliti adalah kadar air, kadar volatil, kadar abu, dan nilai kalori (calorific value). Karakteristik kimia yang diteliti mengacu kepada analisis proksimat yaitu analisis untuk komponen combustible dalam sampah. Metode pengujian kadar air mengacu pada SNI 03-1971-1990, kadar volatil mengacu pada Standard Method 2540 E dan kadar abu mengacu pada ASTM E 830-87.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sampah TPA Cipayung terdiri atas 28,475% plastik; 4,275% kertas dan karton; 3,938% tekstil; 0,676% karet dan kulit; 1,619% kayu; 0,468% kaca; 0,115% logam; 6,050% diapers dan pembalut; 54,014% organik; dan 0,371% lain-lain. Potensi energi sampah TPA Cipayung (komponen combustible) sebesar 3.576,99-4.787,10 kCal/kg dan sampah di TPA Cipayung yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF secara berurut dari yang memiliki nilai kalori terbesar adalah karet dan kulit dengan nilai kalori 6.992 kCal/kg, plastik dengan nilai kalori 5.491,5 kCal/kg, kayu dengan nilai kalori 3.075,5 kCal/kg, tekstil dengan nilai kalori 2.616 kCal/kg, dan kertas dan karton dengan nilai kalori 2.402,5 kCal/kg. Namun, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar air sampah cukup tinggi, yaitu sebesar 51,18%, sehingga perlu dilakukan pre-treatment untuk mengurangi kandungan air dalam sampah untuk meningkatkan kualitas sampah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF.

Solid waste in TPA Cipayung consists of 11,972% plastic. In fact, not all plastic waste can be processed, only those which have good quality which can be recycled. It causes solid waste in TPA Cipayung consists of non-biodegradable components, such as plastic. Solid waste can be utilized as refuse derived fuel (RDF) that can reduce the amount of the loading to TPA Cipayung and extend the using time of TPA Cipayung. It needs to be determined whether the solid waste of TPA Cipayung can be used as RDF's raw material. Therefore, the goal of this study are to determine the composition, physical and chemical properties and energy potential of solid waste at TPA Cipayung and also the potential of solid waste at TPA Cipayung that can be used as RDF raw material.
This study determines the physical and chemical properties of solid waste; those are density, moisture, volatile, and ash content, and also calorific value. The chemical properties refer to proximate analysis which is the analysis for the combustible components of solid waste. The testing method of moisture, volatile, and ash content based on SNI 03-1971-1990, Standard Method 2540 E, and ASTM E 830-87 respectively.
This results show that solid waste at TPA Cipayung contains 28,475% of plastic; 4,275% of paper and cardboard; 3,938% of textile; 0,676% of rubber and leather; 1,619% of wood; 0,468% of glass; 0,115% of metal; 6,050% of sanitary napkin; 54,014% of organic; and others 0,371%. The energy potential of solid waste in TPA Cipayung (combustible components) is 3.576,99-4.787,10 kCal/kg. The components that have potential as the raw material of RDF are rubber and leather (6.992 kCal/kg), plastic (5.491,5 kCal/kg), wood (3.075,5 kCal/kg), textile (2.616 kCal/kg), paper and cardboard (2.402,5 kCal/kg). However, the moisture content in solid waste is high that is approximately 51,18%. Therefore, this high must be reduce to increase its potential as RDF raw material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel
"ABSTRAK
Setiap orang penduduk Kotamadya Padang memproduksi sampah ± 4,4 liter/hari. Dengan jumlah penduduk 711 ribu jiwa, total volume sampah yang dihasilkan sekitar 2950 m3/hari. Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,76 % per tahun diperkirakan pada tahun-tahun mendatang jumlah penduduk akan mengalami peningkatan yang cukup besar.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, jumlah sampah yang dihasilkan juga akan meningkat. Sedang lahan untuk pembuangan akhir sampah terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut khususnya menangani sampah kota, perlu dikembangkan teknologi pemusnahan yang tepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah Sistem Sanitary Landfill.
Sistem sanitary landfill adalah pembuangan sampah ke daerah parit, daerah legok atau daerah lereng kemudian ditimbun dan dipadatkan dengan lapisan tanah secara berlapis-lapis dengan sampah tidak boleh terbuka selama lebih dari 24 Jam.
Penelitian dilaksanakan di LPA sampah sanitary landfill di Kotamadya Padang. Daerah digunakan adalah daerah dengan topografi bergelombang dengan Janis tanah podzolik merah kuning yang mempunyai kandungan fiat tinggi serta homogen sehingga penyaringan larutan akan lebih baik daripada jenis tanah yang banyak mengandung pasir. Sistem sanitary landfill di daerah ini masih tergolong sederhana karena pada lapisan bawah dari LPA Sampah belum dibuat lapisan kedap air.
Pelaksanaan sistem sanitary landfill tanpa lapisan kedap akan menimbulkan suatu masalah yaitu sampah yang tertimbun di LPA akan mengalami proses akumulasi dan degradasi (pemecahan). Hasil-hasil degradasi tersebut akan tersebar ke dalam tanah di sekitarnya melalui infiltrasi dan perkolasi.
Tujuan Penelitian adalah: 1) Mengetahui kualitas air kolam penampung air limbah (leachate); 2) mengetahui kualitas air sumur penduduk pada berbagai jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill sehingga dapat ditentukan wilayah aman pencemaran yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Padang guna menentukan kebijakan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) bagi daerah pemukiman; 3) Mengetahui dampak aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Adanya LPA sampah sanitary landfill mempengaruhi kualitas air sumur di sekitarnya; 2) Tingkat pencemaran air tanah dipengaruhi oleh jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu jenis tanah di lokasi penelitian, jumlah, kandungan sampah dari PEMDA Tingkat II Padang; data iklim dari Stasiun Badan Meteorologi Taping Padang, serta data penelitian yang sama yang dilakukan oleh peneiiti terdahulu di tempat lain. Data primer, terdiri dari data hasil analisis kualitas kolam penampung air limbah, air sumur penduduk dan data sosial berupa daftar pertanyaan tentang persepsi masyarakat pada LPA yang ada di sekitar mereka.
Jenis penelitian ini adalah eksplanatori/penjelasan/ eksperimen yaitu penelitian pengujian hipotesa yang menguji hubungan sebab akibat di antara variabel yang diteliti.
Sampel air diambil dari kolam penampung air limbah dan juga diambil dari air sumur penduduk dengan jarak 300 m, 600 m, 900 m dan 1100 m dari pusat LPA Sampah. Untuk mengetahui kualitas air dilakukan dengan analisis di laboratorium PDAM dan Dinas Kesehatan Kotamadya Padang. Hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu limbah KEP-51/MENLH/10/1995 dan PERMENKES R.I. No. 416/MENKES/ PER/IX/I990.
Analisis data fisika dan kimia dilakukan dengan menggunakan karelasi dan regresi linear. Sebagai variable babas digunakan data jarak dan sebagai variabel terikat digunakan data yang diukur. Kemudian data diuji melalui uji satu-arah (one tailed test) dari distribusi t-Student pada taraf nyata 0,05.
Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan penelitian sebagaiberikut:
1. Gambaran air kolam pembuangan limbah adalah:
Kualitas air kolam penampung air cucian (leachate) LPA sampah sanitary landfil Air dingin dari hasil analisis sifat fisika dan kimia kualitasnya cukup rendah, jika dibandingkan dengan parameter Baku Mutu Air Limbah Kep-51/ MENLH/10/1991.
2. Gambaran Iingkungan
a. Berdasarkan analisis sifat fisika dapat diketahui parameter yang melampaui baku mutu adalah kekeruhan untuk semua jarak, sedangkan parameter bau metampaui baku mutu untuk jarak 300 m dan 600 m dari LPA Sampah. Untuk parameter suhu masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan. Berdasarkan analisis sifat kimia parameter yang melampaui baku mutu adalah pH, NH3, dan SO4 untuk semua jarak, parameter KMnO4 untuk jarak 300 m dan 600 m dari LPA Sampah, sedangkan N03 dan NO2 tidak melampaui baku mutu. Kandungan bakteriologi di daerah peneiltian cukup tinggi.
b. Adanya LPA sampah sanitary landfill menambah lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya.
Hasil analisis regresi linear yang dilanjutkan dengan uji t menunjukkan bahwa, kualitas air di daerah penelitian dipengaruhi oleh jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill, yaitu semakin jauh jarak dan pusat LPA Sampah semakin baik kualitas air.
Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis trend free hand method. Hasil rata-rata analisis memperlihatkan bahwa daerah aman pencemaran pada air tanah adalah daerah yang mempunyai jarak + 1,26 km dari LPA sampah sanitary landfill.

ABSTRACT
Garbage production per capita in the municipality of Padang is approximately ± 4.4 liter per day. With a population of 711.000 Its volume will be approximately 2950 m3/day. The average population growth is around 2.76% per year and It seems this population growth for the following year will Increase significantly.
Due to this significant population growth, the amount of rubbish will increase. Meanwhile the garbage disposal is limited. The problem Is how to deal with proper disposal technology such as sanitary landfill .
Sanitary landfill is a disposal system garbage to a hole, concave or slope area. Garbage is piled and compressed with soil layer by layer and this procedure should be performed at least for 24 hours.
This research was implemented at LPA Sanitary Landfill Garbage in municipality of Padang whose sanitary landfill is simple because the bottom layer of garbage LPA is not hermetically layer. The researched area is a wave topography area with podzolic types and yellowish red soil. Since the clay content of the researched soil is high and homogeneous, its the ability to filter will be better than that of the soil containing much sand.
The implementation of sanitary landfill without hermetically layer will cause a problem, garbage pilled in LPA will be accumulated and degraded. The effect of this degradation will spread to the soli surronding through infiltration dan percolation.
The objective of this research are : 1) to know the quality of leachate water; 2) to know the quality of well water of people living close, at different distance, to LPA center of sanitary landfill garbage in order to be able to know the safe area. This information can be use as a contribution for the government of municipality of Padang, particularly to decide any policy related to the permission of regional settlement development; 3) to know the socio-economic aspects of the people surrounding the area.
The hypotheses of this research are : 1) Sanitary landfill garbage at LPA influences well water quality at the surrounding of sanitary landfill garbage; 2) The level pollution of ground water is Influenced by distance between the location and sanitary landfill garbage center.
The data instruments used are primary and secondary data. Secondary data is the data about the kind of the soil, the amount of garbage, the content of the garbage, and the weather. The source of secondary data Is the research of municipality of Padang and the measurement of meteorology station In Tabing Padang.
Primary data consists of data from the analysis of water cesspool quality, well water of the people and social data, obtained through interview and questioner, about the perception of the people over the LPA surrounding their environment.
The type of this research Is explanatory or experiment research that perform hypothesis's test related to causal relationship among variables.
For this analysis, sample; water; was taken from water cesspool (leachate) and well water of the people within a distance of 300 m, 600 m, 900 m and 1100 m from LPA center. To know water quality, it was performed analysis at the laboratory of PRAM and the Branch Office of The Ministry of Health at Padang. The result of the analysis was compared with standard qualify of waste, KEP-51/MENLH/10/1995 and PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/I990.
In physical and chemical data analysis, it was used correlation and regression linear. The independent variable of this analysis is the data about distance and dependent variable is the calculated data. Then, the data was tested with one test from distribution of t-student, level of significance 0.05.
Considering the analysis of the data, it can take the conclusions as follows :
1. The condition of waste water
The quality of the waste water reservoir at the LPA sanitary landfill, from the analysis of physical and chemical, is lower than that of the Waste Product Water Quality Standard Parameter (KEP-51/MENLH/1995), except for the temperature and pH_
2. Environmental Condition
a. Based of the physical analysis, it is identified that the parameter turbidity for all distance (range) exceeds the quality standard for the scent (smell) parameter exceeds the quality standard for the distance of 300 m and 600 m from the center of sanitary landfill location but temperature parameter is lower than that of permitted. According to the chemical analysis, parameters that exceeds the quality standard are the pH, NH3-N and SO4 for all distance from the center of sanitary landfill location, parameters KMnO4 for the distance 300 m and 600 m from the center of sanitary landfill location, meanwhile NO. and NO2 do not exceed the standard of quality. Bacteriological contents at the research field area are reasonably high.
b. The presence of the center of sanitary landfill location could increase employment opportunity for the people living in the neighborhood.
The result of linear regression analysis following by t-test showed that water quality in this area researched is influenced by distance of LPA garbage center; farther the distance the better quality of water is.
Based on data analysis of trend of free hand method, it is Identified that the save area from any cesspool pollution to its ground water is the area whose distance from sanitary landfill LPA garbage center is + 1,26 km.
E Total of References : 59 (1969-1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Salmaddiina
"Sampah pasar merupakan sumber sampah kedua pada sampah perkotaan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi akar masalah pada sistem pengelolaan sampah padat pada pasar di Kota Y pada tahun 2019. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan obervasi menggunakan daftar tilik dan telaah dokumen. Untuk menentukan akar masalah pada sistem pengelolaan sampah padat di pasar peneliti menggunakan fishbone diagram yang dianalisis berdasarkan empat aspek yaitu, aspek kelembagaan, aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek sosial-budaya. Hasil penelitian menunjukkan akar masalah dari sistem pengelolaan sampah berdasarkan
analisis fishbone diagram dan perhitungan skoring adalah aspek lingkungan karena tidak ditemukannya penerapan dari semua kriteria aspek ini. Kesimpulan dari penelitian ini, untuk menyelesaikan permasalahan pada aspek lingkungan diperl stakeholder, serta perlu adanya penguatan peran dari pengelola pasar yang dapat dibangun dengan pengadaan mekanisme fit and proper test. Selain itu penting untuk melakukan asesmen kebutuhan sarana-prasarana pengelolaan sampah berdasarkan luas pasar.

Market waste is the second source of municipal waste in Indonesia. This study aims to identify the root of the problem in the solid waste management system in market in City Y in 2019. This study uses a type of qualitative research by observation using a checklist and document review. To determine the root of the problem the researchers used a fishbone diagram which was analyzed based on four aspects, consist of organizational aspects, technical aspects, environmental aspects, and socio-cultural aspects. The results showed the root of the problem of the solid waste management system in market based on the analysis of fishbone diagrams and scoring calculations was the environmental aspect, with 0 implementation. The conclusion of this research, to solve the problem on environmental aspects, stakeholder analysis is needed, and it is necessary to increase the role of market managers that can be built with appropriate fit and proper test. In addition, it is important to assess the needs of waste management infrastructure based on wide of market area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiyono
"ABSTRAK
Dengan dipusatkannya industri di pulau Batam akan memberikan implikasi pada pertumbuhan penduduk dan ekonomi di kawasan tersebut. Akibat lain yang tidak bisa dihindari yaitu produksi sampah juga semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha di dalam pengelolaan sampah sehingga dampak negatif oleh adanya sampah dapat dihindarkan.
Untuk melihat kelayakan sistem pengelolaan sampah diperlukan data komposisi sampah dari masing-masing sumber sampah seperti rumah tangga, pasar, komersial, fasilitas umum dan kawasan industri. Data ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pengelolaan sampah. Dari studi literatur menunjukkan data yang dimaksud belum ada. Mengingat pentingnya data dasar tersebut, maka dilakukan penelitian tentang analisis sampah padat perkotaan di Kotamadya Batam.
Hipotesis kerja yang diajukan adalah :
- Ada perbedaan karakteristik sampah berdasarkan lokasi sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan Industri).
- Ada perbedaan komposisi sampah berdasarkan lokasi sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan Industri),
- Ada perbedaan berat jenis sampah berdasarkan lokasi sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan Industri).
Tujuan umum
Untuk mengetahui data persampahan di Pulau Batam yang akan dipergunakan untuk merencanakan sistem pengelolaan dan alternatif penanggulangannya.
Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui perbedaan karakteristik sampah di masing-masing sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan lndustri).
- Untuk mengetahui perbedaan komposisi sampah di masing- masing sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan Industri)
- Untuk mengetahui perbedaan berat jenis sampah di masing- masing sumber sampah (Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas umum, Kawasan Industri).
- Membuat alternatif sistem pengelolaan sampah padat perkotaan.
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kotamadya Batam untuk dapat dijadikan pedoman dalam penanganan pengelolaan kebersihan dan merupakan petunjuk di dalam penyediaan sarana dan prasarana (jumlah armada, alat yang dipakai, jumlah personil dan lahan ternpat pembuangan sampah) secara kualitatif ataupun kuantitatif, dan menjadi dasar dalam menentukan cara-cara pemusnahannya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kotamadya Batam (Pulau Batam) selama delapan hari berturut-turut yang meliputi sumber sampah Rumah tangga, Pasar, Komersial, Fasilitas Umum, dan Kawasan Industri. Sedangkan metode yang digunakan adalah survai deskriptif analisis yang meliputi dalam Kecamatan Batam Barat dan Batam Timur,
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengelompokan data berdasarkan sumber sampah balk yang mengenai data komposisi maupun karakteristik sampah. Sedangkan data yang diperoleh ditabulasikan dengan menggunakan Sofsvare Excel dan sebagian lagi diproses dengan menggunakan SPSS,for Window tahun 1996, dan rancangan statistik yang digunakan adalah uji beda mean dengan uji i-Test Two Tails untuk mengetahui perbedaan pada masingmasing komposisi dan karakteristik sampah berdasarkan sumber sampah.
Dari survai analisis deskriptif di Kotamadya Batam dapat disimpulkan :
- Ada perbedaan berat jenis pada beberapa sumber sampah di antaranya pada pasar dengan rumah tangga (th<<-43,97 dan p<0,00I) , rumah tangga dengan fasilitas umum (th« 22,60 dan p<0,001), fasilitas umum dengan kawasan industri (th;1=2,76 dan p=0,031). Dengan demikian untuk mencapai kinerja yang optimal dari manjemen persampahan dari masing-masing sumber memerlukan sarana yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya sumber sampah rumah tangga dengan berat jenis yang besar memerlukan alat angkut yang lebih kokoh dibandingkan sumber sampah lainnya.
- Ada perbedaan komposisi sampah seperti pada komponen gelas/kaca, kertas, organik, plastik untuk beberapa sumber sampah.
Salah satu perbedaan tersebut seperti terjadi pada komponen organik di sumber sampah rumah tangga - fasilitas umum dengan thi,=20,90 dan p<0,OO1. Makna dari perbedaan komposisi menunjukkan bahwa sampah di Kotamadya .Batam bisa dilakukan beberapa cara pengolahan sampah seperti dengan sistem pengomposan, daur ulang dan pengolahan dengan menggunakan tungku pembakar (incinerator) sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Ada perbedaan karakteristik sampah (kadar abu, kadar air, dan nilai kalor) pada beberapa sumber sampah seperti pasar dengan kawasan industri (ti,;, untuk nilai kalor =-2,68 dan p=O,0458), pasar dengan fasilitas umum (t1,;, untuk kadar air =3,57 dan p=0,0169). Dengan perbedaan yang ada mengarahkan kita bila dalam melaksanakan pengolahan sampah dengan menggunakan incinerator maka cara pemberian umpan pembakaran tersebut secara proposional sesuai dengan kriteria urnpan pembakaran denga incinerator untuk mencapai keadaan pembakaran yang optimal.
Hasil survai di lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan persampahan di Kotamadya Batam dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik terutama untuk sumber sampah rumah tangga dan pasar. Bila dimungkinkan pewadahan tersebut dengan cara pemisahan sehingga akan menjamin terkontaminasinya lingkungan dari pembusukan sampah dari komponen sampah organik, Pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) bisa menggunakan jenis truk compactor dengan sistem bongkar/muat sampah yang lebih cepat.
Kecuali lebih estetis dan higienis truk compactor bisa mencapai kapasitas ritasi yang tinggi (3 ritasi per hari). Dengan demikian bisa ditekan penggunaan jumlah armada trek yang lebih besar untuk sumber sampah rumali tangga, pasar, komersial, fasilitas umum dan kawasan industri,
Penggunaan teknologi antara sistem pengomposan masih dimungkinkan untuk diterapkan. Dengan teknologi pengomposan dapat diterapkan pada sumber sampah yang banyak memproduksi komponen organik seperti sumber sampah rumah tangga (64,39%), dan sumber sampah pasar (77,99%) yang rnerupakan komponen utama dalam proses tersebut.
Proses teknologi daur ulang bisa diterapkan di Kotamadya Batam mengingat komponen sampah yang dapat didaur ulang cukup besar seperti komponen plastik (rata-rata 21,39%) dan kertas (rata-rata 25,45%) seperti yang terlihat di sumber sampah komersial, fasilitas umum dan kawasan industry.
Dari hasil survai karakteristik sampah di Kotamadya Batam yang meliputi kadar air (rata-rata 43,53%), kadar abu (rata-rata 12,51%)dan nilai kalor sampah (rata-rata 2.341,10 kCallkg.), maka perekayasaan teknologi sampah dengan menggunakan teknologi incinerator bisa digunakan di Kotamadya Batam. Kecuaii dapat mereduksi sampah padat perkotaan yang cukup berarti dan terlihat secara menyeluruh kota menjadi lebih estetika juga dapat menghindari polusi Iingkungan dari pengaruh negatif adanya sampah tersebut.
Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) merupakan tempat pemusnahan sampah dan amat menentukan di dalam proses penanganan pengelolaan sampah secara keseluruhan. Dari hasil survai di lapangan TPA yang ada di Bukit Sam Yong tidak layak lagi untuk menampung sampah dari daerah perkotaan karena menggunakan sistem open dumping.
Alternatif yang bisa dimungkinkan adalah penggunaan TPA dengan sistem sanitary landfill. Dengan penggunaan TPA dengan sistem sanitary landfill kemungkinan adanya resiko dampak negatif dari adanya sampah dapat dihindari, juga lebih higiens dan estetis.

ABSTRACT
Industrial Centralization in Batam Island would bring some implications on the population growth as well as the economic growth in that area. Consequently, the increasing of waste production is another thing which is not avoidable. Considering bad effects which may occur from increased waste amount, it needs some intensive efforts to control waste production.
Making a feasibility study of The Solid Waste Management Systems requires some data of waste composition from places in which solid waste is produced, such as from household, markets, commercial, public facilities, and industrial areas. The data is used in order to predict all facilities needed in the solid waste management Planning. Unfortunately, such kind of data was not available in literature's. Nevertheless, concerning the importance of such data, a research of municipal waste analysis was eventually conducted in Batam Island.
The research is based on a hypothesis as following :
a. There is the difference of waste characteristic subjected to the location of source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
b. There is the difference of waste composition subjected to the location of source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
c. There is the difference of waste density subjected to the location of source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
The General objective.
The General objective of the research is to obtain the data of solid waste in Batam Island which will be used in Planning Solid Waste Management.
The Specific Objective .
The Specific objective of the research includes :
- To know the difference of waste characteristic at each source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
- To know the difference of waste composition at each source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
- To know the difference of waste density at each source of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas).
The benefit of the research.
This research will hopefully be a contribution for Batam City Government to make a sanitary management program for the whole city. Also, it is a qualitative and quantitative pointer in preparing the facilities (vehicles, equipment, The number of staff, waste disposal land), as well as in determining waste disposal site.
The Method of Research.
The research was entirely conducted in Batam City (Batam Island) in eight days consecutively covering the sources of waste (Household, Markets, Commercial, Public Facilities, Industrial Areas). Meanwhile, the method used is descriptive analyzing survey which includes West Batam and East Batam.
The data of waste characteristic and the data of waste composition were collected by classifying them based on the source of waste. Some of obtained data were processed in MS Excel, while some were processed by SPSS for Windows. In order to identify the differences in each data of waste characteristic and data of waste composition, The Statistical method applied in this research is Mean Difference Test with t-Test Two Tails.
The result obtained from the descriptive analysis survey can be concluded as following :
- There is the difference of waste density among waste sources, e.g., between Markets and Household (th;,=43,97 dan p <0,001), between Household and Public Facilities (th<<=22,60 dan dan p <0,001), between Public Facilities and Industrial Areas (th;L=2,76 dan p<0,031). Therefore, to reach the best performance, The facilities has to refer to the needs of each waste source. For instance, waste source with larger density number should have more vigorous forklift.
- There are the differences of waste composition of glass, papers, organic, plastics in some waste sources. One of them is the difference of waste composition of organic componenets between household and public facilities with th1(=20,90dan p
- These waste composition differences indicate that there are several ways that could be done to manage solid waste in Batam City. Among them are Fertilizer, Recycling, and using Incineration plant before final disposal.
- There are differences of characteristic waste (ash content, water content, calorie value) in some waste sources, such as between Markets and Industrial Areas (th;I- -2,68 dan p0,0458 for calorie value), between Markets and Public Facilities (th t=3,57 dan p = 0,0169 for water content). This indicates that if Incineration Plant is used, the best performance of burning process would be achieved by adjusting the proportion of waste put in the furnace to the burning capability of Incinerator itself.
The result from the survey conducted on the site indicates that, Regarding variety of waste composition at source, it would be better to provide plastic bag as a temporary bin at Markets and Household. Separation at source may also be made to avoid a contamination due to degradation of organic components. Waste Transportation using compactor with loading-unloading systems is probably the best way to convey trash from temporary dumping to final disposal site. Besides it is more esthetic and is more hygienic, it has also relatively high frequency per day (3 times per day). Thus, it can optimize the number of trucks operated at Household, Markets, Commercial, Public Facilities, and Industrial Areas.
The application of technology such as fertilizer and Recycling is still probably applied. At some sources which mainly produce organic component of waste, such as Household (64,39%) and Markets (77,99), Fertilizer is still an effective way to reduce the waste amount before disposing to landfill site.
In the other way, Recycling Systems could be operated at Commercial, Public Facilities, and Industrial Areas to process the materials which have a high value, like plastics (21,39%) and papers (25,45%). Waste characteristic survey covering water content (43,53%), ash content (12,51%), and calorie value (2341,10 kcatkg), indicates that Incineration Technology is another one recommended to be applied in Batam City.
Final Disposal Site, where the waste of the city to be finally dumped, has to be considered as one of the significant things in the waste management process.
Since it is still using Open Dumping System, existing location at Bukit Sam Yong seems to be improperly used to receive all wastes from the city. It strongly recommends to establish an alternative way using Sanitary Landfill System. Besides it is more hygienic and is more esthetic, Sanitary Landfill System has a minimum risk of effects from dumped wastes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Fernando
"ABSTRAK
Permasalahan sampah di Indonesia tidak hanya berakibat buruk pada lingkungan tapi sudah merenggut korban jiwa. Tahun 2006 di TPA Bantargebang tiga orang meninggal terkubur sampah. Pada tahun 2003 masa pengoperasian TPA Bantar Gebang telah berakhir. Saat itu Pemprop DKI Jakarta melakukan pembuangan sampah ke TPA Cilincing, Jakarta Utara. Pembuangan sampah dilakukan dengan Cara open dumping sehingga menyebabkan petambak menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah. Kabupaten dan Kota Tangerang serta Kabupaten Serang sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta mempunyai masalah yang sama dalam pengelolaan sampah. Penelitian dilakukan untuk menentukan teknologi pengolahan sampan di TPA regional, mengidentifikasi potensi pembiayaan pengolahan sampah, dan mengidentifikasi bentuk kelembagaan pengolahan sampah untuk Kota Jakarta Barat, Kabupaten dan Kota Tangerang serta Kabupaten Serang dengan konsep TPA regional. Metode untuk menjawab tujuan penelitian menggunakan analisis SWOT, metode analisis manfaat biaya dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa teknologi pengolahan sampah dengan analisis SWOT untuk TPA regional daerah Kota Jakarta Barat, Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten Serang adalah pengkomposan dan sanitary landfill. Pembiayaan TPA regional membutuhkan dana sekitar Rp 207 milyar. Lembaga pengelola TPA regional berbentuk Badan Layanan Umum (BLU). Untuk mendukung terlaksananya TPA regional daerah Kota Jakarta Barat, Kabupaten dan Kota Tangerang, serta Kabupaten Serang perlu diambil langkah melakukan studi daya dukung sosial pada bakal talon lokasi TPA regional untuk mengetahui potensi penerimaan masyarakat terhadap rencana TPA regional dan memulai proses kerjasama antar daerah di bidang persampahan."
2007
T 20788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamka Hendra Noer
"Tingginya aktivitas manusia dan lajunya pembangunan fisik oleh Pemerintah akan berdampak terhadap lingkungan hidup. Salah satu dampak yang dihasilkannya adalah hasil buangan dalam bentuk peningkatan jumlah sampah. Akumulasi kuantitas sampah di Kotamadya Gorontalo meningkat terus seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk baik disebabkan oleh tingkat kelahiran maupun oleh urbanisasi dari desa ke kota, dengan angka pertumbuhan penduduk 0,87 % per tahun. Jika permasalahan sampah ini tidak segera ditanggulangi, maka akan menimbulkan pencemaran dan akhirnya akan merusak lingkungan. Rusaknya lingkungan dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan ini, karena masalah kebersihan lingkungan bukan saja menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat sang at dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui pola pengelolaan sampah yang dilakukan di Kotamadya Gorontalo, (2) mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Kotamadya Gorontalo dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah permukiman, dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarkat terhadap pelaksanaan program kebersihan, khususnya pengelolaan sampah permukiman. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Gorontalo di Kecamatan Kota Barat (Kelurahan Tornulabotao), Kecamatan Kota Selatan (Kelurahan Limba U - I dan Limba U - Il), dan Kecamatan Kota Utara (Kelurahan Pulubala). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis sebanyak 348 responden Kepala Keluarga. Dalam penentuan banyaknya jumlah responden pads tiap-tiap kelurahan, faktor pendidikan kepala keluarga di tiap kelurahan dijadikan acuan. Adapun variabel yang diteliti yaitu 'l variabel tidak bebas dan 7 variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah partisipasi masyarakat dalam program kebersihan khususnya pengelolaan sampah. Sedangkan variabel babas (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pendapatan, (4) keadaan Iingkungan permukiman, (5) lamanya tinggal, (6) keberadaan halaman, serta (7) bimbingan dan penyuluhan.
Untuk mendapatkan data primer di lokasi penelitian, selain wawancara dengan kepala keluarga, juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Sedangkan data yang dikumpulkan selain data primer, juga data sekunder yang ada hubungannya dengan penelitian. Pengolahan data primer dilakukan dengan 3 metode yaitu uji X2 (chi-square) untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel babas dengan variabel tidak babas. Uji korelasi spearman (rs) untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor-faktor pada variabel babas dan tidak babas. Selanjutnya untuk melihat signifikansi dari korelasi spearman (rs) dilakukan uji t. Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 1 % (0,01) dan 5 % (0,05). Sedangkan data sekunder dipakai sebagai analisis komparatif penunjang pada data primer.
Dari basil penelitian terhadap 348 responden terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap program kebersihan didapatkan reaksi terhadap halaman kotor, sang at tinggi (93,4 %); reaksi melihat orang membuang sampah sembarangan, tinggi (86,2 %); keikutsertaan dalam kerja bakti, sangat tinggi (94,3 %); mendukung gagasan mengenai kebersihan, sangat tinggi (89,7 %); kehadiran rapat untuk kegiatan kebersihan, sangat tinggi (96,0 %); membersihkan saluran 1 got, sangat tinggi (92,0 %); dan membayar retribusi, sangat tinggi (93,7 %). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan di Kotamadya Gorontalo adalah sangat tinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dari hasil perhitungan nilai chi-square (X2) dapat disimpulkan bahwa umur (13,391**), tingkat pendidikan (65,509**), pendapatan masyarakat (41,960**), keadaan Iingkungan permukiman (19,208**) berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman di Kotamadya Gorontalo. Sedangkan lama tinggal (8,361), keberadaan halaman rumah (2,839) serta bimbingan dan penyuluhan (3,361) tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman.
Dari hasil perhitungan nilai korelasi Spearman (rs) dapat disimpulkan bahwa umur (0,120*), tingkat pendidikan (0,408**), pendapatan masyarakat (0,304**) dan keadaan Iingkungan permukiman (0,208**) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat, sedangkan lama tinggal (0,081), keberadaan halaman rumah (0,090) serta bimbingan dan penyuluhan (0,010) tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.

The intense human activity and the rapid physical development by the government will have an impact to wards the environment. One of such an impact is the augmenting quantity of solid waste. The accumulating quantity of solid waste in Gorontalo is increasing along with the growing number of population caused both by birth rate as well as by urbanisation from village to town, and ended up with a population growth rate of 0,87 percent annually. If the solid waste problem is not immediately solved, it will cause pollution and finally destroy the environment. The destroyed environment will result in a decline in environmental quality Community awareness has to .be developed in order to handle this sanitation problem, because it is not only the local government responsibility but also the community in general. Therefore, community participation is highly needed in the implementation of collecting and transporting solid waste from houses to the nearest temporary disposal site particularly in residential areas with narrow roads where only waste carts could pass.
Based on the above mentioned matter, this research was carried out : (1) to ascertain the pattern of solid waste management in Gorontalo city, (2) to comprehend the level of community participation in Gorontalo city in implementing environmental sanitation programme, especially settlement solid waste management, and (3) to recognize the factors influencing the level of community participation with regard to the implementation of the sanitation programme, especially in settlement solid waste management. This research took place in Gorontalo city, Kota Barat sub district (Tomulabotao village), Kota Selatan sub district (Limba U - I and Limba U - II village), and Kota Utara sub district (Pulubala village). The sampling technique used was systematic random sample of 348 heads of families as respondents. In determining the number of respondents in every village, the education level of every head of family in each village became the determinant factor. The variables studied include 1 dependent variable and 7 independent variables. The dependent variable is community participation in the sanitation programme especially in solid waste management. Whereas the independent variables include (1) age, (2) education level, (3) income, (4) settlement environmental condition, (5) length of stay, (6) house yard, and (7) guidance and counselling.
To obtain the primary data in the research location, apart from interview with the heads of families, an interview with the institutions concerned is also undertaken and it could support the research process. In addition to the primary data, secondary data related to this research were also collected. The processing of primary data was carried out by 3 methods, including the X2 test (chi-square test) to recognize the influence of each independent variable to the dependent variable. Spearman correlation test is done to identity the solid relation between the factors included in independent variables and dependent variable. Furthermore, t test was undertaken to notice the significance of spearman correlation. The significance level used is 1 percent (0,01) and 5 percent (0,05). Whereas the secondary data is used as the supporting comparative analysis to the primary data.
The research results of 348 respondents with regard to the level of community participation concerning the hygiene programme, showed that there is a very high reaction towards dirty yard (93,4 percent), a high reaction of seeing people throwing solid waste at will (86,2 percent), a very high participation in cooperative work (94,3 percent), a very high response in supporting hygienic ideas (89,7 percent), a very high response in attending community meetings towards the implementation of the hygiene programme (96,0 percent), a very high activity in cleansing the canals (92,0 percent) and a very high awareness in paying retribution (93,7 percent).
Therefore, it can be concluded that the communityparticipation level in implementing the hygiene programme in Gorontalo is very high. In addition there are some factors influencing the community participation level as seen from the chi square (x) test results. And it can be affirmed that age (13,391**), education level (65,509**), income (41,960**), residential environmental condition (19,208**), give impact to the community participation level in managing domestic solid waste in Gorontalo. Whereas the length of stay (8,361), house yard condition (2,839) as well as guidance and information dissemination (3,361) don't give any impact to the community participation level in managing residential solid waste.
The spearman correlation (rs) test result disclosed that age (0,120*), education level (0,408**), income (0,304**), and residential environmental condition (0,208**) have obvious correlations with the community participation level. Whereas, length of stay (0,081), house yard (0,090) as well as guidance and counselling (0,010) don't have obvious correlations with community participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Seri Rezeki Kusumastuti
"Sampah dan pengelolaannya merupakan prioritas utama penanganan masalah yang harus diselesaikan di DKI Jakarta. Sistem yang diandalkan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta adalah sistem sanitary landfill yang mengandalkan lahan Bantar Gebang sebagai TPA. Saat ini sistem sanitary landfill tidak dapat diandalkan lagi karena tidak sanggup menyelesaikan permasalahan persampahan dengan tuntas dan sudah mengalami tingkat kejenuhan, dan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Selain itu, kontrak akan berakhir pada Bulan Desember tahun 2003. Strategi pengolahan sampah skala kawasan, misalnya kawasan permukiman, merupakan salah satu strategi yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan masalah persampahan di Jakarta. Manfaat kegiatan ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya serta memberikan dampak yang baik bagi lingkungan, dan dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau bekerja sama dengan sektor informal. Selain manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, terdapat juga biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan untuk mengetahui manfaatnya dari aspek ekonomi, dan lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini dapat mengurangi jumlah timbulan sampah, menghitung manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan dan biaya yang harus dibayarkan oleh masyarakat sebagai jasa pengolahan sampah. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Pemda DKI Jakarta maupun swasta untuk dapat mengadakan pengolahan sampah terpadu dalam skala kawasan, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi ketergantungan pada TPA.
Penelian ini mengkaji manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan dengan mengambil kasus di TPS Rawa Kerbau, Kotamadya Jakarta Pusat. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder adalah metode eksperimental untuk mengetahui komposisi dan jumlah timbunan sampah, kemudian untuk memperoleh data proyeksi manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan digunakan metode survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengelola TPS Rawa Kerbau, pakar sampah dari BPPT, Dinas Kebersihan Kotamadya Jakarta Pusat, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Instansi terkait lainnya, masyarakat sekitar, dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan metode analisis biaya manfaat yang diperluas dengan memasukkan manfaat dan biaya lingkungan (extended benefit cost (analysis), serta analisis ekonomi.
TPS Rawa Kerbau memiliki luas 1.500 m2 dan melayani wilayah permukiman penduduk, yaitu RW 01 dan RW 02 dengan jumlah RT sebanyak 9 (sembilan) yang terdiri atas 406 KK. Jumlah timbulan rata-rata perhari di TPS Rawa Kerbau dari hasil pengujian adalah 13,14 m2 dan berat 3.096,75 kg. Komposisi sampah yang diperoleh terdiri atas 11 komponen, yaitu sampah organik (mudah membusuk), plastik, kertas, tekstil, kaca/gelas, kaleng, baterai, styrofoam, kayu, logam, dan campuran. Komponen sampah dalam % berat yang paling banyak adalah sampah organik 69,87%, sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah styrofoam 0,04%.
Proses yang dirancang dalam usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini berupa pemilahan dan pembuatan kompos. Sampah lainnya yang bernilai komersil langsung dijual ke bandar. Peralatan dan mesin yang digunakan dalam kegiatan berupa belt conveyor untuk membantu mempermudah pemilahan sampah dan alat pendukung lainnya, seperti sapu lidi, cangkul, sekop, sarung tangan, dan sepatu boot.
Proses yang sederhana dan penggunaan mesin yang seminimal mungkin akan lebih memudahkan pemeliharaannya dan masih memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini dapat mendorong timbulnya keinginan masyarakat maupun sektor informal lainnya untuk melakukan usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan. Dengan semakin banyaknya pusat pengolahan sampah terpadu skala kawasan, maka semakin mengurangi beban di TPA.
Manfaat langsung pengolahan sampah terpadu skala kawasan terdiri atas penghasilan dari penjualan kompos dan pemanfaatan daur ulang sampah komersil sebesar Rp. 203.228.400,00 / tahun. Manfaat tak langsung (lingkungan) adalah nilai kualitas lingkungan yang dihasilkan dengan adanya usaha tersebut sebesar Rp. 53.160.000,00 / tahun. Biaya yang diperlukan terdiri atas biaya investasi, biaya operasional dan perawatan sebesar Rp. 223.581.000,00 / tahun dan biaya perlindungan lingkungan sebesar Rp. 2.500.000,00 / tahun. Usaha kegiatan yang akan dilakukan bersifat padat karya sehingga perkiraan penggunaan alat dan biaya semaksimal mungkin mendekati harga yang dapat dijangkau oleh komunitas lokal.
Pengolahan sampah terpadu skala kawasan dengan sistem komposting dan pemanfaatan daur ulang sampah dapat mengurangi beban di TPA sebesar 2.716,39 kg/hari atau 87,71%/hari. Besarnya jasa yang dibebankan pada masyarakat untuk kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini adalah Rp. 8.800 per bulan per K.K.
Ditinjau dari segi ekonomi dengan menganalisis kelayakan usaha, nilai NPV analisis ekonomi dan extended analysis = Rp. 71.443.000,00 dan Rp. 212.747.000,00; NBCR analisis ekonomi dan extended analysis = 2,01 dan 3,82; IRR analisis ekonomi dan extended analysis = 58% dan 126%; payback period analisis ekonomi dan extended analysis = 1 tahun 6 bulan dan 10 bulan, maka usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini layak dilaksanakan. Dari segi lingkungan, usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan dapat meningkatkan sanitasi dan estetika lingkungan karena sampah tidak sempat menumpuk dan mengurangi pencemaran lingkungan serta meminimisasi sumber penyakit.

Cost and Benefit Analysis of Integrated Solid Waste Handling (Case Study: TPS Rawa Kerbau, Central Jakarta District)Solid wastes and its management are major priority to the success of problems solving in DKI Jakarta. Sanitary landfill as the disposal of wastes that is implemented by Cleansing Department (Dinas Kebersihan) DKI Jakarta is very depending on Bantar Gebang area as TPA (final disposal site). Nowadays this system is not appropriate enough to be implemented because it cannot overcome solid waste problems successfully, caused many pollution problems, and contract of Bantar Gebang will be ended on December 2003. Small-scale integrated solid waste handling (SISWH), ex. residential area, is one of strategies to solve waste problems in Jakarta. Benefits of the proposed practice are a cost effective and efficient, environmentally acceptable, and cold be conduct by host community or cooperate with informal sector. Besides, costs are needed to carry out this project. Hence, it is important to analyze cost and benefit of SISWH to investigate economic and environmental benefits.
The objectiveness of this research are to investigate the capability of small-scale integrated solid wastes handling in diminishing of wastes volume, to analyze cost and benefit, and tariff of wastes handling that is to be paid by host community as a service cost, and also to analyze the feasibility of this project. The result of this research is to provide the decision makers appropriate recommendation on the technical and economic merits of the planned small-scale integrated waste handling, as one of solutions to overcome the dependency on final disposal site.
This investigation analyzed the cost and benefit of small-scale solid wastes handling (SSWH), case of Rawa Kerbau TPS (temporary collection site), Central Jakarta District. The experimental method is used to compute the waste volume and composition. The survey method using direct interview technique to Rawa Kerbau collection site manager, expert, Cleansing Department Central Jakarta District, Cempaka Putih Timur village office, other department, local community, and study references is used to investigate cost and benefit estimation of the SSWH Data analysis was conducted using extended benefit cost and economic analysis method.
Rawa Kerbau collection site has 1.500 m2 wide and residential dwellings, i.e. 01 and 02 district society (9 RT, 406 Household). The average of solid waste quantity in volume is 13.14 m3 or 3096.75 kg daily. The wastes composition contain of 11 components, which are organic wastes (degradable wastes), plastics of all types, papers, textiles, glass, cans, battery, Styrofoam, wood, metals and mixed wastes. Based on the weight percentage, the largest waste component is organic waste (69.87 %), and the smallest waste is Styrofoam (0,04 %).
The design process of this small-scale integrated waste handling are recycling materials and composting. The economic of materials recycled are sold to collection center. Conveyor belt is used to make manual separation of wastes easier. Other supporting equipments are broom, hoe, gloves, and boots.
Simplifying method of process into labor intensive ones will make maintaining this machine easier and has possibility to be developed. It may support both host community and informal sector interest to the SISWH. The more center of SISWH, the least wastes to be transported to final disposal site.
Direct benefits of SSIWH are compost and recycled materials sale estimation equal to Rp. 203.228.400,00 / year. Indirect benefit (environmental benefit) is environmental quality estimation of the proposed practice equal to Rp. 53.160.000,00 / year. Costs of the project are capital, operational and maintenance estimation cost equal to Rp. 223.581.000,00 / year and cost of environmental protection equal to Rp. 2.500.00,00 / year. The proposed practice planned is a simplifying method of process into labor intensive ones, thus it would be administratively feasible and sensible to host community.
SISWH with recycling materials and composting could reduce wastes 2,716.39 kg daily or 87.71%. To this proposed practice, people have to pay about Rp. 8.800 monthly per Household. Charges of this SISWH were calculated based on capital, operational and maintenance costs divided to numbers of capita.
Based on economic analysis of feasibility study of this project is feasible because the value of NPV economic analysis = Rp. 71.443.000,00; and extended analysis = Rp. 212.747.000,00; NBCR economic analysis = 2,01 and extended analysis = 3,82; IRR economic analysis = 58% and extended analysis = 126% ; payback period economic analysis - 1 year 6 months and extended analysis 10 months. From terms of technology, SISWH could improve sanitation and aesthetic because wastes handled directly, minimize pollution and disease factors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>