Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Erfan
"Masalah lingkungan dari pembuangan limbah plastik turunan minyak bumi telah menjadi isu penting karena sifatnya yang sulit diuraikan. Oleh karena itu, upaya telah dilakukan untuk mempercepat tingkat degradasi material polimer dengan mengganti beberapa atau seluruh polimer sintetis dengan polimer alami. Pati merupakan salah salah satu polimer alami yang dapat digunakan untuk produksi material biodegradabel karena sifatnya yang mudah terdegradasi, melimpah, dan terjangkau namun memiliki kekurangan seperti kuatnya perilaku hidrofilik dan sifat mekanis yang lebih buruk. Untuk meningkatkan kekuatan mekanis pada pati, sejumlah kecil penguat berupa bahan inorganik dan organik ditambahkan ke dalam matriks polimer. Oleh karena itu, bioplastik disiapkan dengan percampuran pati ubi jalar sebagai matriks, gliserol sebagai pemlastis, dan ZnO sebagai penguat logam dan kitosan sebagai penguat alami dengan metode melt intercalation. Distribusi kitosan dari hasil SEM terbukti mempengaruhi FT-IR, XRD, sifat mekanis, dan biodegradabilitas bioplastik. Ketika penguat kitosan divariasikan dari 0, 1, 3, 6, 9 %wt kekuatan tarik meningkat dari 12,81 kgf/cm2 menjadi 35,56 kgf/cm2; derajat elongasi menurun dari 43% menjadi 21,5% .Pada kombinasi penguat antara kitosan 9% dan ZnO 1% nilai kuat meningkat menjadi 40,03 kgf/cm2 , derajatnya elongasi menurun menjadi 10,40. Untuk WVTR pada bioplastik dengan penambahan kitosan 9% adalah 11,7 g/m2.jam.

Environmental problems from petroleum derivatives waste has become an important issue because of difficult to decomposed. So, the eforts have done for increasing degradation time through replacement of synthetic polymer with natural polymer. Starch is as one of natural polymers that can be used to produce biodegradable materials due to its characters that easily degraded, abundant, and affordable. However, starch has several disadvantages such as strong hydrophilic behavior and worse mechanical properties. To enhance the mechanical properties and barrier properties of starch, a small amount of reinforcement in the form of inorganic and organic materials are usually added to the polymer matrix. Thus, bioplastics were prepared by mixing a sweet potato strach, glycerol, and ZnO as metal reinforcement and chitosan as natural reinforcement by the melt intercalation method. Distribution of chitosan from SEM affected the studies of FTIR, XRD, mechanical properties, and biodegradabilities. When chitosan was varied from 0. 1. 3. 6. 9 wt%, tensile strength increased from 12.81 to 35.56 kgf/cm2 while the degree of elongation decreased from 43% to 21.5% . In combination reinforcement chitosan 9% and ZnO 1% tensile strenght increased to 40.03 kgf/cm2, while the degree of elongation decreased 10.40 % . The WVTR in bioplastic with adding chitosan 9% is 11.7 g/m2.jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42630
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Fajar Nugroho
"Perkembangan plastik konvensional yang terbuat dari minyak bumi berbasis sintetis polimer yang tidak dapat terdegradasi di lingkungan atau terurai menyebabkan masalah serius bagi lingkungan. Plastik menjadi sumber utama pembentukan limbah karena memiliki kemampuan degradasi yang rendah. Penggunaan polimer yang berasal dari sumber daya terbarukan dan berkelanjutan untuk mengembangkan bioplastik merupakan alternatif yang inovatif. Bioplastik adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan terurai oleh aktivitas mikroorganisme setelah terpakai.
Pada penelitian kali ini, sumber polimer alami berasal dari pati tumbuhan berumbi. Pati yang digunakan adalah pati ubi jalar, sebagai penguat/pengisi (filler) digunakan ZnO dan Clay. Gliserol digunakan untuk mengubah polimer sesuai dengan yang diinginkan (pemlastis) yang disebut dengan Plasticizer.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode melt intercalation Sedangkan untuk menganalisis penelitian dilakukan pengujian morfologi; FT-IR, XRD, dan SEM, pengujian biodegradable dan pengujian mekanik ; Tensile Strenght dan Elongation, dan analisis WVTR. Ketika ZnO divariasikan dari 1 - 9% kekuatan tarik meningkat dari 24,80 kgf/cm2 menjadi 64,19 kgf/cm2. Begitu juga dengan Clay yang mengalami kenaikan dari 13,05 kgf/cm2 menjadi 40,22 kgf/cm2. Derajat elongasi ZnO mengalami penurunan dari 26,96% menjadi 6,00%. Begitu pula dengan Clay dengan penurunan dari 27,00% hingga 5,17%. Nilai WVTR bioploplastik/clay 6% sebesar 7,86(g/m2.jam).

Development of conventional plastics made from petroleum-based synthetic polymers is hard to be degraded or decomposed in the environment and causing a serious problem to the environment. Plastic become the primary source of waste generation due to its low degradation ability. The use of polymers that derived from renewable and sustainable resources in developing an innovative bioplastic is a promising alternative. Bioplastic are plastics that can be used just like conventional plastic, but it can be decomposed by microorganism activity.
In this study, the source of a natural polymer is derived from starch bulbous plants. The starch used was sweet potato starch, while the filler used was ZnO and Clay. Glycerol is used in accordance to change the desired polymer, and called as plasticizers.
The method used in this study is the melt intercalation. To analyze the study, the morphology test such as FT-IR, XRD, and SEM was conducted, also the mechanical test and biodegradable test such as Tensile Strength, elongation test, and WVTR analysis. When ZnO was varied from 1-9%, the tensile strength is increased from 24.80 to 64.19 kgf/cm2 kgf/cm2. The bioplastic's tensile strength made from the clay filler also increase from 13.05 to 40.22 kgf/cm2 kgf/cm2. The bioplastic's elongation degree from ZnO filler is decreased from 26.96% to 6.00 % . Similarly, bioplastic's elongation degree from clay filler is decrease from 27.00 % to 5.17%.. WVTR values bioplastic/clay 6% is 7.86 (g/m2.hr).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Eldo Sularto
"Limbah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini. Ini dikarenakan oleh penggunaan plastik konvensional yang berasal dari polimer sintetis yang sulit diuraikan oleh pengurai. Bioplastik menjadi salah satu solusi masalah ini. Pati merupakan polimer alami yang dapat digunakan untuk produksi bioplastik karena sumbernya melimpah, dapat diperbaharui, mudah terdegradasi, dan harga terjangkau. Namun, pati mempunyai kelemahan, yaitu sifat mekanik yang buruk. Partikel penguat telah terbukti dapat memperbaiki kelemahan pati.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi terbaik ZnO dan selulosa sebagai penguat pada matriks pati. Pembuatan bioplastik dilakukan dengan metode melt intercalation, yaitu pencampuran pati ubi jalar, gliserol, ZnO/selulosa. Penambahan konsentrasi ZnO 0, 1, 3, 6, 9% wt dan penambahan konsentrasi selulosa 0, 1, 3, 6, 9% wt berturut-turut menyebabkan peningkatan kuat tarik dari 12,812 kgf/cm2 menjadi 64,187 kgf/cm2 dan 12,812 kgf/cm2 menjadi 59,740 kgf/cm2, serta penurunan elongasi dari 43% menjadi 6% dan 43% menjadi 6,667%. Sedangkan kombinasi selulosa dan ZnO menyebabkan nilai kuat tarik dibawah 64,187 kgf/cm2. Penambahan ZnO dan selulosa juga terbukti mempengaruhi hasil FT-IR, XRD, dan SEM bioplastik.
Hasil WVTR bioplastik dengan penguat 9% wt selulosa adalah 10,097 g/m2.jam. Selain itu, tingkat biodegradabilitas bioplastik dengan penguat alami selulosa mempunyai hasil lebih baik dibandingkan dengan penguat logam ZnO.

Nowadays, plastic waste is the biggest environmental issues. Since the usage of conventional plastic which come from synthesis polymer that can not be decomposed by decomposers. One of the solutions is bioplastic. Starch is natural polymer that used to produce bioplastic because it is abundant, reneweble, degradable, and affordable resources. However, starch has some weakness such as poor mechanical properties. Reinforcement is proven to enhance that weaknesses.
This research objective is to obtain the best ZnO and cellulose concentration as reinforcement for starch matrix. Bioplastic synthesis made with melt intercalation method, which is blending from sweetpotato strach, glycerol, ZnO/cellulose. The addition of ZnO concentration 0, 1, 3, 6, 9 wt% and cellulose concentrarion 0, 1, 3, 6, 9 wt%, respectively will cause increasing in tensile strength from 12.812 kgf/cm2 become 64.187 kgf/cm2 and 12.812 kgf/cm2 become 59.740 kgf/cm2, decreasing in elongation from 43% become 6% and 43% become 6.667%. While the combination of cellulose and ZnO causes tensile strength values below 64.187 kgf/cm2. It is also proven by the addition of ZnO and cellulose affect the result of bioplastic FT-IR, XRD, and SEM.
The result of bioplastic WVTR with 9 wt% cellulose reonforcement is 10.097 g/m2.jam. Moreover, the level of bioplastic biodegradability with celluloce natural reinforcement is better than ZnO metal reinforcement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43409
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Andrianti
"Kitosan sebagai biomaterial yang memiliki sifat bioaktif, biokompatibel, tidak beracun dan biodegradable menunjukkan aplikasi yang potensial dalam berbagai bidang seperti peningkatan gizi, kosmetik, pengolahan makanan dan bidang medis. Dengan adanya gugus hidroksil dan gugus amina, kitosan bersifat sangat reaktif sehingga dapat digunakan sebagai bahan penghantaran pembawa obat. Pada penelitian ini, kitosan digabungkan dengan ion Sm3+ untuk menghasilkan bahan pembawa obat yang memiliki sifat fotoluminesensi sehingga dapat dijadikan sebagai indikator pelepasan obat dengan ibuprofen sebagai model obat.
Dalam penelitian ini juga dikaji mengenai interaksi kitosan dengan ion Sm3+, serta interaksi material kompleks kitosan-Sm dengan model obat dan pengaruh penambahan ion Sm3+ terhadap kemampuan kitosan dalam menyerap obat. Karakterisasi kitosan-Sm dilakukan dengan menggunakan FTIR dan SEM-EDX. Kitosan-Sm dengan konsentrasi ion Sm3+ terbesar yaitu 5 g/L memiliki efisiensi penyerapan ibuprofen tertinggi yaitu 33,04%.
Pada proses pelepasan ibuprofen dari kitosan-Sm-IBU, terjadi perubahan fotoluminesensi berwarna jingga dengan transisi 4G5/2 → 6H7/2 pada panjang gelombang 590 nm. Intensitas luminesensi meningkat seiring dengan jumlah kumulatif ibuprofen yang dilepaskan sehingga pelepasan ibuprofen dari kitosan-Sm dapat dimonitor dengan perubahan fotoluminesensi yang terjadi.

Chitosan as a biomaterial which has the properties of bioactive, biocompatible, non-toxic and biodegradable show potential applications in various fields such as nutrition, cosmetics, food processing and medical fields. In the presence of hydroxyl and amina groups, chitosan is highly reactive so it can be used as drug delivery carriers. In this study, chitosan combined with Sm3+ ion to produce a drug carrier material which has photoluminecent properties so it can be used as an indicator of drug release with ibuprofen as a model drug.
In this study also examined the interaction of chitosan with Sm3+ ion, as well as the interaction of chitosan-Sm complex material with a model drug and the effect of the addition of Sm3+ ion on the ability of chitosan to absorb the drug. Characterization of chitosan-Sm conducted using FTIR and SEM-EDX. Chitosan-Sm with the largest concentration of Sm3+ ion 5 g/L has the highest efficiency of absorption of ibuprofen that is 33.04%.
In the process of release of ibuprofen from the chitosan-Sm-IBU, orange photoluminesence properties changed with the transition 4G5/2 → 6H7/2 at a wavelength of 590 nm. Luminescence intensity increases with the cumulative amount of ibuprofen that are released so that the release of ibuprofen from the chitosan-Sm can be monitored by the changes of photoluminesence properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Kurniawan
"[ABSTRAK
Injectable bone substitute (IBS) merupakan metode penanganan kerusakan tulang yang efektif, karena dapat mempermudah proses operasi dan memberi kenyamanan bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan material pengisi tulang mampu injeksi berbasis kalsium fospat dengan perbandingan Ca/P (1.67) dan kitosan. Sintesis dilakukan dengan cara mencampurkan semen kalsium fosfat dan kitosan sebesar 0%, 4%, 8%, 11% dalam larutan Na2HPO4 (1mol/L) yang kemudian dicetak dan dipanaskan pada suhu 370C selama 2 jam. Sampel hasil percobaan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM, FTIR, serta pengujian kemampuan injeksi dan setting time. Dari hasil karakterisasi tersebut didapatkan bahwa proses injeksi yang baik dapat dilakukan dengan perbandingan larutan dan serbuk (0.68 ml/gram). Setting time dan kekuatan tekan meningkat dengan penambahan kitosan, sedangkan modulus kompresi-nya berkurang dari 140-106 MPa. Terbentuknya senyawa HA yang diindikasikan dari uji XRD serta hasil uji FTIR menunjukkan tidak ada ikatan secara kimia antara semen kalsium fospat (HA,DCPD) dan kitosan, melainkan berupa ikatan hidrogen. Adapun hasil karakterisasi menunjukkan bahwa produk IBS yang telah disintesis berpotensi untuk dijadikan material pengisi tulang.
ABSTRACT
Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
, Injectable bone substitute (IBS) is an effective methode to treat bone damage, because it can provide a minimun surgical and make the patient feel comfort. The aim of this study is to make injectable calcium phosphate-based bone substitute material with a ratio of Ca/P (1.67) and chitosan. Synthesis was performed by mixing calcium phosphate cement and chitosan at 0, 4, 8, 11 wt.% in Na2HPO4 (1 mol/L) as a solvent. Sampels were then characterized by using XRD, SEM, FTIR, injectability and seting time. The results showed that the injection process can be performed with liquid and powder rasio of 0.68 ml/g. Setting time and compression strength increases with the addition of chitosan, while its Young's modulus decreases. Formation of HA indicated by XRD and FTIR showed that there is no chemical bond between calcium phosphate cement (HA, DCPD) and chitosan, but in the form of hydrogen bonds. Based on the aforementioned data, the results showed that IBS produced in this work has the potential to be used as a bone substitute material.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rianes Febri
"Metode semi interpentrating polymer network (semi-IPN) merupakan metode yang digunakan untuk mensintesis hidrogel kitosan-poliNNDMAA. Pada metode ini, jaringan kitosan akan terikat silang dengan agen ikat silang lalu berinteraksi dengan jaringan polimer NNDMAA secara linear. Hasil sintesis memperlihatkan bahwa variasi penambahan monomer NNDMAA, agen ikat silang dan waktu reaksi akan menurunkan daya swelling dan meningkatkan derajat ikat silang. Rasio swelling dan derajat ikat silang optimum hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida didapatkan sebesar 545,64% dan 75,02% pada penambahan 25% berat NNDMAA dan waktu optimum pada 2 jam. Hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida memilki derajat ikat silang yang lebih besar jika dibandingkan terikat silang glutaraldehida maupun asetaldehida. Karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry(DSC) dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Method semi interpentrating polymer network (semi-IPN) is a method used to synthesize the chitosan hydrogel-poliNNDMAA. In this method, chitosan will crosslinked with a crosslink agent then interacts with the polymer network NNDMAA linearly. Synthesis results show that the variation of the addition of monomer NNDMAA, crosslink agents and reaction time will reduce swelling and increase the degree of crosslink. Swelling ratio and the degree of crosslink optimum chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde obtained by 545.64% and 75.02% on addition of 25% by weight NNDMAA and optimum time at 2 hours. Chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde have the degree of cross belt larger than glutaraldehyde cross-linked or acetaldehyde. Characterization is done by spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry (DSC) and Scanning Electron Microscope (SEM)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"lsolasi kitin dari kulit udang melalui dua tanap yaitu deproteinasi dengan
perendaman kulit udang dengan NaOH 10% pada sunu 70°C selama 1 jam,
kedua demineralisasi dengan perendeman kulit udang dengan HCI 10%
selam 1 jam. Konversi kitosan dari kitin dilakukan dengan proses
deasetalisasi dengan perendaman kitin dengan NaOH 60% selam 48 jam.
Besarnya kitosan yang didapat dari 300 g kulit udang sebesar 27,16%_
I\/lodifikasi kitosan menjadi kitosan-PAA dilakukan dengan metode ozonasi
secara simultan I\/lodifikasi dilakukan dengan variasi sunu dan konsentrasi
asam akrilat Sunu optimum modifikasi kitosan-PAA 27°C dan konsentrasi
optimum 1% asam akrilat Karakterisasi kitosan dan kitosan-PAA dilakukan
dengan FT-IR. Adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan
kitosan-PAA dilakukan dengan optimasi pH dan vvaktu kontak adsorpsi Studi
kinetik adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan kitosan-PAA
dilakukan dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlicn"
Universitas Indonesia, 2007
S30446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jan Angelo Arinabo Sutiono
"Penyakit IBD pada kolon dapat ditangani dengan penggunaan mesalazin sebagai lini pertama pengobatan. Mesalazin merupakan obat golongan aminosalisilat dan hanya dapat bekerja secara lokal sehingga diperlukan formulasi sediaan dengan sistem tertarget kolon. Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi dan mengetahui profil pelepasan obat dari tablet matriks mesalazin yang diformulasikan dengan kitosan serta Eudragit S100 dan Eudragit L100. Dengan menggunakan perangkat lunak Design-Expert, 9 formula diperoleh dengan jumlah kitosan dan Eudragit yang bervariasi. Formulasi tablet matriks mesalazin dibuat dengan metode granulasi basah. Setelah itu, tablet dievaluasi lebih lanjut terkait karakteristiknya. Kemudian, hasil uji evaluasi tablet dan granul dipertimbangkan untuk penentuan 3 formula yang paling optimal yang dapat digunakan untuk uji profil disolusi secara in-vitro, yaitu formula F1, F3, dan F4. Hasil menunjukkan pelepasan pada media asam hidroklorida pH 1,2 di menit ke-120 untuk formula F1, F3, dan F4 secara berturut – turut adalah 27,98 ± 1,58%; 27,20 ± 1,71%; dan 17,98 ± 2,30%. Di antara ketiga formula tersebut, formula F4 dianggap sebagai formula yang terbaik karena pelepasan obat kumulatif di media asam paling sedikit dibandingkan dengan 2 formula lainnya. Walaupun demikian, hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara formula F1, F3, dan F4 dalam hal pelepasan kumulatif obat dari menit ke-15 hingga menit ke-1440 (p=0,451).

IBD in the colon can be treated with the usage of mesalazine as a first-line therapy. Mesalazine is categorized as an aminosalicylic drug and can only provide therapeutic effect locally. Therefore, a formulation of colon targeted system is needed. The purpose of this study is to determine the characteristics and drug release profile of mesalazin matrix tablet formulated with chitosan, Eudragit L100, and Eudragit S100. The Design-Expert application is used to obtain 9 different formulas with a variety of chitosan and Eudragit concentrations. The formulation of mesalazin matrix tablet involve wet granulation method. After formulation, the tablet was evaluated to determine its characteristics. The results of the tests were used to determine which 3 of the 9 formulas are the most optimal to be evaluated for dissolution test. The chosen formulas were F1, F3, dan F4. The results of the dissolution test show that the cumulative drug release in the acidic media at the 120th minute of  F1, F3, and F4 were 27.98 ± 1.58%; 27.20 ± 1.71%; and 17.94 ± 2.30% respectively. It has been proved that F4 is the most desired formula due to its lesser cumulative drug release in the acidic media compared to the other two formulas. However, the one-way ANOVA test result showed no significant differences between the 3 formulas in terms of cumulative drug release from the 15th to the 1440th minute of dissolution time (p=0.451)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Shrimp shell be used to make chitosan . The objective of this work is to sythesis and optimize chitosan-alginate gel by comparing its rheological properties
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Satwika Utami
"Penelitian ini menggunakan kitosan sebagai penyalut mikroenkapsulasi paracetamol dalam bentuk mikrosfer, sehingga waktu pelepasan obat dapat dikendalikan. Mikrosfer kitosan dibuat menggunakan metode crosslinking dengan glutaraldehid sebagai agen crosslinking. Preparasi mikroenkapsulasi paracetamol dengan mikrosfer mengikuti metode Dubey (2003). Analisa pengukuran untuk paracetamol yang release dan banyaknya paracetamol yang terjerat dalam matriks mikrosfer kitosan adalah dengan menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Bobot paracetamol yang disisipkan adalah 62,5 mg/ml, 125 mg/ml, dan 187,5 mg/ml dengan persentase loading paracetamol sebesar 0,3 ? 5%. Banyaknya loading paracetamol berbanding lurus dengan banyaknya bobot paracetamol yang ditambahkan.

This research used chitosan as a coating form of microspheres microencapsulated paracetamol, so the drug release can be controlled. Croslinking method are used in this preparation with glutaraldehyde as crosslinking agent. Preparation of microencapsulated paracetamol with microspheres is following the method of Dubey (2003). Analysis of measurement for the release paracetamol and how many paracetamol are trapped in the matrix of chitosan microspheres is by using UV-VIS spectrophotometry. Weights of the inserted paracetamol were 62.5 mg/ml, 125 mg/ml, and 187.5 mg/ml with paracetamol percentage loading between 0.3-5%. Paracetamol loading in matrix chitosan microsphere is equal to the amount of the added weight of paracetamol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>