Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suci Trisnaeni
"Nanopartikel perak memiliki kemampuan untuk mendeteksi Cu2+ dan Hg2+ hingga konsentrasi 500 ppm, dimana nanopartikel berubah warna dari coklat menjadi tidak berwarna. Pada penelitian ini, nanopartikel perak dimodifikasi dengan polietilen glikol dan rhodamin B untuk mengetahui pengaruh kedua modifikator tersebut terhadap nanopartikel perak. Nanopartikel disintesis menggunakan daun Diospyros discolor (Willd.), lalu dimodifikasi dengan polietilen glikol 1%; 2%; dan 5% dan rhodamin B 0,01; 0,05; 0,1; dan 1 mM. Nanopartikel termodifikasi diamati stabilitasnya hingga beberapa minggu.
Penelitian ini menunjukkan bahwa polietilen glikol berperan sebagai penstabil larutan nanopartikel perak, sedangkan rhodamin B berperan untuk mempermudah pengamatan terjadinya perubahan warna pada waktu pengujian logam dimana perubahan warna yang terjadi yaitu dari coklat menjadi merah muda. Nanopartikel perak termodifikasi rhodamin B 0,1 mM dapat mendeteksi Cu2+ dan Hg2+ pada 100 ppm. Penambahan NaCl 1 M meningkatkan sensitivitas nanopartikel hingga dapat mendeteksi Cu2+ pada 1 ppm dengan LOD 0,153 ppm. Selanjutnya, nanopartikel perak termodifikasi yang ditambahkan NaCl diaplikasikan untuk mendeteksi Cu2+ dalam udang windu (Penaeus monodon). Sebelum logam diuji dengan nanopartikel perak termodifikasi tersebut, sampel udang windu perlu didestruksi menggunakan asam pekat. Hasilnya filtrat udang hasil destruksi yang ditambahkan logam memberikan perubahan warna yang sama dengan larutan analit Cu2+ pada konsentrasi 1 ppm atau lebih.

Silver nanoparticles can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 500 ppm, that color of silver nanoparticles changes from brown to clear. In this study, silver nanoparticles were modified with polyethylene glycol and rhodamine B to investigate the effect of that modifiers on silver nanoparticles. Nanoparticles synthesized with Diospyros discolor (Willd.) leaves and modified with polyethylene glycol 1%; 2%; dan 5% and rhodamine B 0,01; 0,05; 0,1; and 1 mM. Stability of modified nanoparticles observed in some weeks.
This study shown that polyethylene glycol plays a part as stabilizer of silver nanoparticles. Rhodamine B facilitates in observing change of color that occurs at analysis of metal ion, that color of silver nanoparticles changes from brown to pink. Nanoparticles modified with rhodamine B 0,1 mM can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 100 ppm. Addition of NaCl 1 M increases sensitivity of nanoparticles, which can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 1 ppm, which LOD is 0,153 ppm. Then, modified silver nanoparticles were applied to detect metal in giant tiger prawn (Penaeus monodon). Before metal analyzed with the modified silver nanoparticles, samples of giant tiger prawn were destructed with concentrated acid. The result is products of destruction containing metal cause color change which is same with metal solutions at 1 ppm or more.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rauf Achmad Sue
"ABSTRAK
Suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium basah, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor, dimulai tanggal 20 Agustus sampai dengan 1 Desember 1991. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh bahan organik dalam air terhadap pertumbuhan bakteri bercahaya pada pemeliharaan larva udang windu. Juga untuk rnengetahui Pertumbuhan jumlah bakteri dan mortalitas larva udang windu.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan konsentrasi bahan organik dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah 0 ppm(A) sebagai kontrol, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm (D), fi0 ppm (E) dan 75 ppm (F.).
Sebanyak 100 ekor larva udang windu stadia nauplius di masukkan ke dalam bak akuarium yang telah diberi perlakuan konsentrasi bahan organik. Isolasi bakteri bercahaya juga dinokulasikan ke dalam bak akuarium dengan kepadatan 103 sel per ml.
Pengarnbilan contoh bakteri dan air dilakukan setiap hari selama lima hari. Idetifikasi bakteri menurut metoda Cowen & Steel 1974: 17-20) ; West & Colwell (1984: 285-289). Fisika dan kirnia air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, total bahan organik, ammonia, pH, salinitas dan temperatur air di ukur dengan menggunakan metoda standar.
Hasil penelitian menuniukkan bahwa konsentrasi bahan organik dalam air meningkat sesuai dengan rataan konsentrasi bahan organik yang dimasukkan ke dalam bak percobaan saat awal. Peningkatan konsentrasi bahan organik dalam air ternyata rata-rata meningkat. Puncak konsentrasi bahan organik perlakuan E dan F dicapai pada hari kedua sedngkan perlakuan A dan S terjadi pada hari kelima. Konsentrasi bahan organik dalam air berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan bakteri, bercahaya dalam air dan pada larva udang windu (P> 0.01). Jumlah total bakteri dan bakteri bercahaya lebih tinggi pada konsentrasi bahan organik yang lebih besar.
Rataan jumlah kaloni bakteri pada masing-masing konsentrasi bahan organik adalah 103.44; 99.4; 82.81 dan 82.32. Mortalitas larva udang windu lebih tinggi pada perlakuan konsentrasi bahan organik yang lebih besar. Mortalitas tersebut berturut-turut adalah 80.33%; 68.66%; 22.3%; 15.0% dan 2.3% untuk perlakuan F, E, D, C, B dan A.
Karakteristik fisika dan kimia air adalah sebagai berikut : oksigen terlarut 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8 ppm; temperatur air 30-31°C dan salinitas 30-32%.

ABSTRACT
An experiment was conducted at the Research Institute for Freshwater Fisheries's wet laboratory in Bogor from 20 August to 1 December, 1991. This study was done to evaluate the effect of organic matter in water to the population growth of luminescent vibrio on Penaeus monodon larval. The total number of bacterial population and the mortality of the shrimp larvae were also evaluated.
In this study a complete randomized design (CRD) was used with six different concentrations of organic matter as treatments and three replication. The treatments were 0 ppm(A) as a control, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm(D), 60 ppm(E) and 75 ppm(F).
One hundred shrimp larvae at nauplius stage were stocked in each aquarium contained the respective organic matter concentration.
The luminous vitro isolate were also inoculated in each aquarium at a concentration of 10 cell per ml. Sample of bacteria and water were taken every day for 5 days. The bacteria were identified according to Cowan & Steil method (1974:17-20): West & Colwell (1984:285-289). Physical and chemical of the water such as dissolved oxygen, carbon dioxide. total organic matter, ammonia, pH, salinity and water temperature were examined by the standard water measurement method.
The results indicated that the concentration of organic matter in water increased proportionally relative to the rate of initial concentration used. The higher the initial organic matter concentration applied the higher increase rate of its concentration in the water. The peak of the concentration was reached faster at the higher concentration than the lower one. The peak of E and F treatment were at the second day while A and S treatment were at the fifth day. Organic matter content in water significantly effect on the population growth of bacteria both in water and in shrimp larvae (P>0.01). The number of total bacteria and the luminous vibrio were higher at a higher concentration of organic matter. The average number of bacterial colony count at the respective organic matter concentration were 103.44; 99.4; 82.81; and 82.32.
The shrimp larvae mortalities were also higher at the higher concentration of organic matter. The percent mortality rate were : 80.33%; 68.86%; 22.3%, 15.0%, and 2.3% for F,E,D,C,B and A treatments respectively.
The physical and chemical characteristic of the water are as follows: dissolved oxygen 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8; temperature 30- 31°C and salinity 30-32%.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alija Izetbigovic
"Rhodamin B merupakan salah satu pewarna yang paling banyak digunakan dalam industri tekstil dan menyebabkan pencemaran air. Jika melebihi ambang batas normal Rhodamin B dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan dapat mencemari lingkungan. Penghilangan Rhodamin B dalam air dapat dilakukan dengan cara adsorpsi. Dalam penelitian ini GO (oksida grafena) digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas permukaan yang besar dan sangat hidrofilik karena adanya gugus oksigen. Penelitian ini menggunakan GO yang disintesis dari baterai bekas, arang tempurung kelapa dan grafit komersial dengan menggunakan metode Hummers yang dimodifikasi. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi GO, GO dimodifikasi dengan nanopartikel Ag (AgNP) dengan metode sol-imobilisasi, karena AgNP menjadi situs adsorpsi tambahan pada permukaan GO. Ag/GO dikarakterisasi dengan FTIR, FESEM-EDS, spektroskopi Raman, BET, dan XRD. XRD Ag/GO menunjukkan puncak pada 10o untuk GO, dan puncak pada 32o dan 46o menunjukkan AgNP. Hasil FTIR menunjukkan bahwa puncak O-H, C=O, C-O-C terkonfirmasi dari karbonil, karboksil, dan epoksi masing-masing terkandung dalam Ag/GO. Hasil spektroskopi Raman menunjukkan terdapat pita D dan G, pada grafit pita D memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan pita G yang menunjukkan ikatan sp2 lebih banyak daripada ikatan sp3. Pada GO terjadi peningkatan intensitas pita D yang mengindikasikan terbentuknya ikatan dengan hibridisasi ikatan sp3. Morfologi Ag/GO dengan FESEM menunjukkan bahwa AgNP melekat pada permukaan luar nanosheet GO. Hasil BET menunjukkan bahwa Ag/GO memiliki permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan GO saja, kecuali pada GO dari Batok Kelapa. Aktivitas adsorpsi dianalisis dengan menggunakan UV/VIS spektrofotometer. Aplikasi Ag/GO dalam adsorpsi Rhodamin B dilakukan dengan variasi jumlah adsorben, konsentrasi Rhodamin B, waktu kontak, dan nilai pH untuk mencapai optimasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Ag/GO dari grafit komersial memiliki efisiensi adsorpsi terbaik dalam adsorpsi Rhodamin B, dan hasil ini juga membuktikan bahwa Ag/GO meningkatkan konsentrasi adsorpsi Rhodamin B sebesar 30 ppm.

Rhodamine B is one of the most widely used dyes in the textile industry and causes water pollution. Rhodamine B can have a negative impact on health and can pollute the environment if it exceeds the normal threshold. Removal of Rhodamine B in water can be done by adsorption. In this research GO (graphene oxides) is used as an adsorbent because it has a large surface area and is very hydrophilic due to the presence of oxygen groups. GO was synthesized from graphite of used batteries, coconut shell charcoal and commercial graphite by using modified Hummer’s method. In order to increase GO adsorption ability, GO was modified with AgNP by sol-immobilization method, as AgNP became additional adsorption site on GO surface. Ag/GO was characterized with FTIR, FESEM-EDS, Raman spectroscopy, BET, and XRD. XRD of Ag/GO shows peak at 10o for GO, and peaks at 32o and 46o indicates of AgNP. FTIR result showed that peaks of O-H, C=O, C-O-C confirmed of carbonyl, carboxyl, and epoxy respectively contained in Ag/GO. Raman spectrum results showed there are D and G bands, in graphite the D band has a lower intensity than the G band which indicates there are more sp2 bonds than sp3 bonds. In GO there is an increase in the intensity of the D band which indicates the formation of bonds with sp3 bond hybridization. FESEM results of Ag/GO morphology presented that AgNP adhered to the outer surface of the GO nanosheets. The BET analysis results showed that Ag/GO had a larger surface than GO alone, except for GO from Coconut Shell. The adsorption activity was analyzed by using UV/VIS spectrophotometer. Application of Ag/GO in adsorption of Rhodamine B were carried out in the variation of adsorbent amount, Rhodamine B concentration, contact time, and pH value to achieve optimization. The results analysis showes that Ag/GO from commercial graphite had the best adsorption efficiency in the adsorption of Rhodamine B, and this result is also proven that Ag/GO increased the concentration of Rhodamine B adsorbed by 30 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Alawiyah
"Aplikasi nanopartikel perak dalam bidang elektronik, salah satunya sebagai elemen sensor telah berkembang. Perannya sebagai elemen sensor telah banyak digunakan untuk mendeteksi berbagai macam analit. Salah satu analit yang cukup berbahaya bagi tubuh yaitu rhodamin B, pewarna tekstil bersifat karsinogenik yang masih banyak ditemukan dalam pangan. Penelitian ini mengembangkan aplikasi nanopartikel perak bertujuan sebagai elemen sensor pendeteksi rhodamin B. Metode yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis sebagai metode kuantitatif dan metode kolorimetri sebagai metode kualitatif untuk mendeteksi keberadaan rhodamin B.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik elemen sensor cukup selektif dalam mendeteksi rhodamin B pada perbandingan panjang gelombang serapan 561 nm dan 419 nm. Sedangkan, elemen sensor ditambah Ponceau 4r (food colouring) mengalami perubahan warna dari kuning menjadi kuning merah muda dengan lamda serapan pada 493 nm. Selain itu, elemen sensor bersifat sensitif mendeteksi rhodamin B dengan batas deteksi yang penulis uji sebesar 1 - 500 ppm dengan fungsi transfer y = 0.002x+1.092 Absorbansi (A). Sedangkan tingkat kesalahan relatif total sebesar 0.123 A atau sekitar 9.6 %. Aging effect elemen sensor yang diuji masih dapat stabil dalam waktu 22 hari. Elemen sensor ini diaplikasikan pada tiga sampel bahan makanan dan hasilnya negatif.

Now days, the application of silver nanoparticles in electronic field as sensor element has been developed . Its role as the sensor elements has been widely used to detect various analytes. One of the analytes which quite harmful for the body is Rhodamine B. Rhodamine B is textile dyes that carcinogenic and sadly has been used as food coloring by some irresponsible peoples. This research aimed to develop applications of silver nanoparticles as sensors element of Rhodamine B detection. Characterization that used are UV-Vis Spectrophotometer as quantitative method and colorimetric as qualitative methods to detect the presence of Rhodamin B.
The results showed that the characteristic element of the sensor is selective enough in detecting Rhodamin B in comparison the wavelength absorption 561 nm and 420 nm. Whereas, Ponceau 4r (food colouring) plus sensor elements undergoes a color changing from yellow to yellow pink with lambda absorption on 493 nm. In addition, the sensor is sensitive to detect elements of rhodamin B with a detection limit previously tested that is 1- 500 ppm with transfer function y = 0.002 x 1,092 Absorbance (A). While the relative error of 0,123A or around 9.6%. Aging effect of tested sensor elements is stable within the next 22 days. The sensor element is applied on three samples of foodstuffs and the results were negative.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ilma Nafia
"ABSTRAK
Penggunaan nanopartikel perak (NPP) untuk analisis logam secara kolorimetri mengalami perkembangan. Pemilihan ligan sebagai modifikator NPP merupakan hal penting dalam kolorimetri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam amino L-sistein sebagai ligan terhadap selektivitas, sensitivitas, dan stabilitas NPP sebagai indikator logam pencemar, meningkatkan sensitivitas, serta mengidentifikasi kemampuan NPP termodifikasi L-sistein pada sampel ikan tongkol (Euthynnus affinis). NPP diperoleh dari campuran AgNO3 1 mM dan air rebusan daun bisbul (Diospyros discolor, Willd). Modifikasi dengan L-sistein 1 mM dilakukan dengan variasi perbandingan volume dan lama waktu pengadukan. Peningkatan sensitivitas dilakukan dengan menambahkan NaCl 1 M. NPP hasil modifikasi diaplikasikan pada sampel yang telah diberi cemaran logam. Serapan NPP pada panjang gelombang 400-530 nm diamati dengan spektrofotometer UVVis. Hasil pengujian larutan analit menggunakan NPP dapat mengubah warna coklat menjadi tidak berwarna untuk ion logam Cu2+ dan Hg2+ 500 ppm. NPP termodifikasi L-sistein 1 mM disertai penambahan NaCl 1 M memiliki nilai LOD 0,026 ppm untuk deteksi ion logam Cu2+. Modifikasi NPP dengan L-sistein 1 mM 10:3 (v:v) disertai pengadukan 2 jam tidak meningkatkan selektivitas dan sensitivitas, namun meningkatkan stabilitas larutan NPP. Penambahan NaCl 1 M meningkatkan sensitivitas deteksi ion logam Cu2+ 1 ppm dan Hg2+ 100 ppm. NPP termodifikasi L-sistein 1 mM disertai penambahan NaCl 1 M dapat diaplikasikan pada sampel yang dicemari ion logam Cu2+ dengan konsentrasi 1 ppm.

ABSTARCT
Silver nanoparticles (AgNPs) as a color indicator for metal analysis is currently undergoing rapid development. The selection of the ligand as a modifier of the AgNPs are important in colorimetry. This study aims to determine the effect of Lcysteine on the selectivity, sensitivity, and stability of AgNPs as a indicator for metal contaminants, to increase sensitivity and to determine the ability of Lcysteine modified AgNPs in mackerel tuna samples (Euthynnus affinis). AgNPs is obtained from a mixture of 1 mM AgNO3 and velvet apple leaf broth (Diospyros discolor, Willd). Modification with 1 mM L-cysteine is done by variation of volume ratio and stirring duration. 1 M NaCl was added to increase the sensitivity of L-cysteine modified AgNPs. The modified AgNPs solution is then applied to samples contaminated with metals. Observations of AgNPs peak at wave length 400-530 nm are performed using UV-Vis spectrophotometer. The test results of analyte detection with AgNPs can change the color of brown to colorless solution for Cu2+ and Hg2+ 500 ppm. AgNPs modified by 1 mM L-cysteine with the addition of 1 M NaCl has a detection limit (LOD) of 0,026 ppm for Cu2+ ions. AgNPs modified with 1 mM L-cysteine 10:3 (v:v) with stirring 2 hours does not increase selectivity nor sensitivity of the AgNPs solution, but increases the stability of the AgNPs solution. The addition of 1 M NaCl increases the sensitivity to detect 1 ppm of Cu2+ ions and 100 ppm of Hg2+ ions. AgNPs modified by 1 mM L-cysteine with the addition of 1 M NaCl can be applied to mackerel tuna contaminated with metal ions Cu2+ at a concentration of 1 ppm.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42281
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulhasri
"ABSTRAK
Udang windu (Penaeus monodon Fab.) mempunyai pertumbuhan yang baik pada salinitas 10-25 ppt. Tetapi di Indonesia hanya sedikit tambak yang selama setahun penuh dengan kisaran salinitas tersebut. Pada musim hujan, salinitas tambak cenderung turun menjadi 5-10 ppt dan di musim panas salinitas tambak naik menjadi 34-70 ppt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mortalitas dan batas toleransi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (2) Kisaran preferensi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (3) Pengaruh salinitas terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
Dari grafik Lethal Dose 50 % (LD50) diketahui bahwa udang windu stadium juwana pada salinitas rendah mempunyai batas toleransi 3,6 ppt dan salinitas tinggi pada 44,5 ppt. Dari hasil uji preferensi dapat disimpulkan bahwa udang windu stadium juwana menyenangi kisaran salinitas 19-23 ppt. Sedangkan dari hasil uji anava satu faktor menunjukkan bahwa salinitas tidak berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
ABSTRACT"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi limbah pengeboran minyak berupa lumpur bor bekas (used mud) yang dapat menyebabkan kematian 50% (LC50) post larva (PL) 19 Udang Windu (Penaeus monodon) melalui bioassay. Nilai LC50 selanjutnya dapat memberikan gambaran sifat toksik dari limbah pemboran minyak. Data toksisitas limbah tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperlakukan limbah selanjutnya, apakah boleh dibuang langsung ke lingkungan atau harus dilakukan pengelolaan lebih lanjut untuk menurunkan sifat toksiknya. Pengelolaan limbah pemboran ini mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.45 Tahun 2006. Limbah pengeboran berasal dari daerah Babelan,Bekasi Utara. Benur udang windu diperoleh dari Hatchery di Tanjung Pasir, Tangerang. Penentuan nilai LC50 dilakukan dengan metode probit menggunakan software EPA Probit Program Version 1.5. Setelah pengamatan 72 hingga 96 jam, sebagian besar benur udang pada seluruh media uji terkecuali kontrol mulai mengalami kematian. Gejala dari benur udang sebelum mati adalah sangat lemah dalam pergerakan dan sangat lemah dalam merespon rangsangan dari luar. Kematian ditandai dengan adanya lendir dan perubahan pada warna tubuh. Berdasarkan hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 limbah hasil pengeboran minyak terhadap benur udang Windu (P. monodon) pada pemaparan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam adalah berturut-turut 154.333 ppm, 139.862 ppm, 107.169 ppm dan 91.706 ppm. Limbah hasil pengeboran minyak diduga bersifat tidak toksik karena nilai LC50 - 96 jam masih dalam batasan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu ≥ 30.000 ppm. Oleh karena itu, limbah pengeboran minyak diperkenankan dibuang langsung ke badan air, tanpa keharusan untuk melakukan pengolahan. "
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indrastiti Sri Wijayanti
"Pengaraatan kelulushidupan dan pertumbuhan post larva-15 sampai post larva-39 udang windu (Penaeus monodon Fabricius) yang diberi makan Brachionus plicatilis Muller dengan kuali- tas yang berbeda, dilakukan di Laboratorium Ilmu-ilmu Kelautan UI-IPB, Ancol, yaitu pada bulan Juli sampai Oktober 1985. Untuk mendapatkan B. plicatilis yang berbeda kualitas- nya, dilakukan pembudidayaan dengan memberikan khamir sebanyak 0,05 gram/liter medium/hari, butir darah merah kelinci sebanyak 247 X 104 butir/liter medium/hari, dan bakteri. Bakteri diperoleh dari pemupukan air laut 14 permil yang diberi telur ayam sebanyak 1 ml/liter medium. Penghitungan kelulushidupan dilakukan setiap 3 hari sekali, yaitu dengan menghitung banyaknya larva udang yang tetap hidup, dan pengukuran pertumbuhan (panjang total larva) dilakukan setiap 3 hari sekali. Basil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian B. plica- yang diberi makan khamir, butir darah merah, dan bakteri tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kelulus hidupan dan pertumbuhan post larva-15 sampai post larva-39 P. monodon."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gavin Hutama Farandiarta
"Nanopartikel oksida logam merupakan salah satu jenis material yang kini banyak dikembangkan karena sifatnya yang baik sebagai konduktor, sensor serta dalam reaksi fotokatalisis. Nanopartikel ZnO, yang merupakan material semikonduktor dengan energi celah pita yang lebar, diuji aktivitas fotokatalitiknya dibawah radiasi sinar UV dan sinar tampak. Dikarenakan energi celah pitanya yang lebar, aktivitas fotokatalitik ZnO di bawah radiasi sinar tampak menjadi cukup rendah. Nanopartikel ZnO, dalam penelitian ini, dimodifikasi menggunakan nanopartikel MnO2 untuk menurunkan energi celah pita sehingga aktivitas fotokatalitiknya meningkat.
Dalam penelitian ini, sintesis nanopartikel ZnO-MnO2 dilakukan melalui metode green synthesis dengan bantuan ekstrak tali putri sebagai sumber alkaloid dan capping agent. Uji aktivitas fotokatalitik nanopartikel ZnO, MnO2, dan ZnO-MnO2 dilakukan dengan mereaksikannya dengan rhodamin B, pewarna organik yang bersifat karsinogenik, di bawah radiasi sinar tampak dan sinar UV. Melalui penelitian ini didapatkan bahwa persen degradasi rhodamin B oleh nanopartikel ZnO, MnO2, dan ZnO-MnO2 adalah 60.21, 29.10, dan 93.41 di bawah radiasi sinar UV sedangkan di bawah sinar tampak 34.66 oleh ZnO, 15.852 oleh MnO2 dan 55.85 oleh ZnO-MnO2.

Metal oxide nanoparticle is one of the material that is continously being researched for its conductivity, sensitivity as a sensor, and photocalytic ability. In this research, ZnO nanoparticle, which is a semiconductor material that has wide bandgap, is studied for its photocatalytic activity under irradiation of UV and visible light. Since ZnO nanoparticle has wide bandgap, its photocatalytic activity is quite poor under visible light irradiation. In this research, ZnO nanoparticle is modified by MnO2 to decrease its bandgap so the photocatalytic activity will increase in return. This ZnO MnO2 nanopartcile is synthesized using Cassytha filiformis extract, making this as a green synthesis method.
The photocatalytic activity of ZnO, MnO2, and ZnO MnO2 nanoparticle is studied with rhodamine B, a carsinogenic organic dye, as the model. In this research, it is obtained that the percentage of degradation of rhodamine B using ZnO, MnO2, and ZnO MnO2 nanoparticle is 60.21, 29.10, and 93.41 under irradiation of UV light, meanwhile under irradiation of visible light, ZnO reached 34.66, MnO2 reached 15.852, and ZnO MnO2 55.85.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>