Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22488 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aden Rendang Sumedi Putri
"ABSTRAK
Sistem dosimetri in vivo dengan menggunakan detektor dioda telah dikaraterisasi
untuk estimasi dosis pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan
karakteristik detektor dioda dengan menentukan faktor kalibrasi dioda dan faktor
koreksi dengan beberapa variasi. Langkah penelitian ini antara lain menentukan
kesetaraan virtual water terhadap air, faktor kalibrasi dioda, linearitas dosis,
koreksi luas lapangan, koreksi SSD, koreksi sudut dan koreksi tray. Pengukuran
karakterisasi dioda menghasilkan Faktor kalibrasi dioda pada energi 6 MV sebesar
3,189 cGy/nC dan pada 10 MV sebesar 3,121 cGy/nC. Detektor dioda pada dosis
10-300 cGy memiliki respon linear terhadap perubahan dosis. Variasi luas
lapangan memiliki presentase kurang dari 2 %, kecuali pada energi 10 MV
dengan luas lapangan 4 x 4 cm2, 35 x 35 dan 40 x 40 cm2. Pada energi 6 MV dan
10 MV semakin pendek jarak, faktor koreksi SSD semakin kecil. Arah datang
sinar dari sudut -50 s/d 50 derajat pada energi 6 MV dan 10 MV memberikan efek
yang relatif konstan,dan efek arah datang sinar meningkat tajam dimulai dari
sudut 60 derajat. Koreksi tray untuk setiap luas lapangan kecuali luas lapangan 4 x
4 cm2 relatif konstan sehingga cukup koreksi dengan satu kondisi saja.

ABSTRACT
An in vivo dosimetry system that used diode detector was characterized for dose
estimates patient. The measurenment was done to determine diode detector
characterisation with find calibration factor and correction factor with several
variation. Step of this research among others determine virtual water equality to
water, diode calibration factor, dose linearity, field size correction, SSD, angular,
and tray correction. Diode characterisation measurantment produce 3,189 cGy/nC
diode calibration factor at 6 MV and 3,121 cGy/nC at 10 MV. Diode detector has
linearity responds at 10 -300 cGy dose. correction factor of field size less to 2 %
except field size of 4 x 4, 35 x 35, and 40 x 40 cm2. shorter SSD has less
correction factor , the angular effect at -50 up to 50 degrees is constant relatively,
and the effect increases start at 60 degrees. Using single tray condition to
determine tray correction factor"
Universitas Indonesia, 2012
S42499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto Ardjo Pawiro
"Kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal tak terkendali dan bisa menyebar ke area sekitarnya. Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menimbulkan beban kesehatan dan ekonomi yang besar. Data dari Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, Indonesia mengalami lebih dari 408.661 kasus kanker baru dengan 242.099 kematian, terutama disebabkan oleh kanker payudara, leher rahim, paru-paru, dan kolorektal. Tanpa adanya intervensi, jumlah kasus kanker di Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar 63% antara tahun 2025 hingga 2040."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
P-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
"Pada Radioterapi eksterna untuk menjamin ketepatan pemberian dosis terhadap target radiasi perlu dilakukan verifikasi sebelum dilakukan penyinaran. Verifikasi dosis yang sebenarnya diterima oleh target radiasi hanya dapat dilakukan dengan metode in vivo.Verifikasi metode in vivo ini dilakukan dengan meletakan dosimeter dioda langsung diatas permukaan virtual water phantom, sedangkan sebagai dosimeter pengontrol digunakan dosimeter ionisation chamber yang diletakan pada tiap-tiap kedalaman target pengukuran. Tujuan dilakukanya verifikasi dosis in vivo adalah untuk mengetahui kesesuaian antara dosis yang sebenarnya diterima target radiasi dengan dosis yang direncanakan, sehingga target radiasi tidak mengalami kelebihan dosis ataupun kekurangan dosis. Pada tahap pertama, verifikasi dilakukan pada lapangan persegi tanpa blok dengan variasi luas lapangan, energi penyinaran, jarak dari sumber ke target, serta kedalaman target radiasi. Perhitungan Monitor Unit dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan TPS. Pada tahap kedua, dilakukan verifikasi pada lapangan dengan blok Multi Leaf Collimator dengan variasi energi penyinaran. Dari 60 lapangan persegi yang telah diverifikasi, dosimeter dioda mencatat perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang direncanakan dalam rentang ± 2,5%, sedangkan dari verifikasi terhadap 6 lapangan dengan blok MLC dihasilkan perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang diharapkan dalam rentang ± 3,5%. Hasil ini masih dalam rentang toleransi yang diperbolehkan sehingga penghitungan Monitor Unit untuk setiap lapangan sudah benar.

To obtain pricise dose delivery on target radiation, dose verification is performed before starting external beam radiation therapy. The actual dose received by radiation target can only be evaluated using in vivo methode. In this research in vivo methode is done by putting diode dosimeter on virtual water phantom, and as control dosimeter, ionisation chamber, is put on each depth variation. The aim of external beam dose verification is to verify wether the actual dose received by radiation target has met with the planned dose, so that radiation didnot experience under dose or over dose. In the first phase dose verification is done using open beam with variation of field sizes, beam energy, SSD ,and depth. Monitor unit calculation is done manually, and using 2D PRICISE Treatment Planning System. In the second phase dose verification is done using block field with beam energy variation. Result, from 6o open beam fields there are ± 2,5% dose difference between actual and planned dose, and from verification of 6 fields using MLC block there are ± 3,5% dose difference between actual and planned dose. These results are still on the range of tolerance. These results showed that monitor unit calculation either manually or using TPS are correct."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Fergiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik dosimetri dari film gafchromic XR-RV3 yang memiliki sensitifitas terhadap rentang dosis 1 cGy hingga 30 Gy serta membandingkannya dengan film EBT2 dengan rentang dosis 1 cGy hingga 40 Gy untuk verifikasi dosis pada Radioterapi. Karakteristik film seperti respon terhadap dosis tinggi, pengaruh energi serta orientasi film menjadi fokus penelitian. Pengukuran dilakukan menggunakan energi Megavoltage x-rays (6 MV dan 10 MV), dan Cobalt 60 yang sudah dikalibrasi sesuai dengan protokol dosimetri IAEA TRS-398. Respon film pada masing-masing energi diukur pada rentang dosis 50 cGy hingga 10 Gy. Pemindaian pada masing-masing film menggunakan EPSON Perfection V700 flatbed scanner, mode transmisi untuk film EBT2 dan mode refleksi untuk film XR-RV3, 48 bit color, dan resolusi spasial 75 dpi. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan software FilmQA Pro, ROI berukuran 3 x 3 cm2 pada bagian tengah dari film untuk memperoleh nilai pixel rata-rata. Untuk masing-masing nilai pixel yang diperoleh dari masing-masing film selanjutnya ditentukan nilai rata-rata net Optical Density (netOD). Respon bacaan film EBT2 dan XR-RV3 pada rentang energi yang berbeda menunjukkan pengaruh energi yang rendah dengan deviasi rata – rata sebesar ±1%. Hasil perbandingan karakteristik respon bacaan film EBT2 dan XR-RV3 untuk masing-masing modalitas energi berbeda menunjukkan deviasi sebesar ±3%. Pengujian respon bacaan film XR-RV3 pada sisi orientasi yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan deviasi rata – rata sebesar 0.2%. Hasil evaluasi profil berkas menggunakan film XR-RV3 menunjukkan jumlah noise (disturbance) yang lebih banyak dibandingkan dengan EBT2. Pengukuran nilai simetris dan kerataan berkas pada rentang energi Cobalt-60 menunjukkan penyimpangan yang cukup besar pada posisi film horizontal terhadap sumbu utama berkas yaitu diatas 30%. Pengujian sensitifitas respon bacaan film XR-RV3 pada dosis tinggi dan dosis rendah menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan film EBT2.

The purpose of this study is to compare the dosimetry characterization of XR-RV3 film with its sensitivity to dose levels from 1 cGy to 30 Gy and EBT2 film with its sensitivity to dose levels from 1 cGy to 40 Gy for dose verification in radiation therapy. The characteristics of film such as response at high dose levels, energy dependence and side orientation dependence to scanner were the main focus of this study. The film response to each energy (foton 6 MV, 10 MV and Cobalt-60) was measured over the dose levels from 50 cGy to 10 Gy and the output source were calibrated following IAEA TRS-398 Dosimetry Protocol. Each film piece was scanned using EPSON Perfection V700 flatbed scanner, 48-bit color, 75 dpi spatial resolution, Transmission mode for EBT2 film and Reflection mode for XR-RV3 film. The data were analyzed using FilmQA Pro Software and for each scanned image, a ROI size 3 x 3 cm2 at the field center was selected to obtain the mean pixel value. Furthermore, the pixel value from each film were calculated to find the average of net Optical Density (netOD). From this study, the result revealed that there was no significant difference in characteristics response between XR-RV3 and EBT2 film with standar deviation of ±3%. The energy dependence of XR-RV3 and EBT2 film was found to be relatively small within measurement uncertainties ±1%. The dependence of XR-RV3 film side orientation is negligibly small with the standard deviation of 0.2%. The result of beam profile dosimetry evaluation using XR-RV3 showed more amount of noise or disturbance than EBT2 film. The measurement of beam symmetry and beam flatness on energy range of Cobalt-60, showed a significant error of film in horizontal position at central axis beam that was above 30%. In addition, the sensitivity of response XR-RV3 film at high and low dose shown better result than EBT2 film.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofikoh
"ABSTRAK
Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui profil dosis lapangan kecil pada medium tulang belakang dengan teknik penyinaran SAD. Selain itu, kami mengevaluasi dan membandingkan dosis perencanaan pada teknik SBRT dan konvensional terhadap hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan dosimeter Exradin A16 dan Gafchromic EBT3. Evaluasi perencanaan radioterapi dilakukan dengan menghitung indeks konformitas dan indeks homogenitas untuk daerah toraks dan lumbal. Hasilnya menunjukkan bahwa film EBT3 merupakan dosimeter dengan akurasi dan presisi yang paling tinggi dengan rata-rata standar deviasi sebesar ±1.7 dan diskrepansi maksimum sebesar 2.6%, secara berturut-turut. Deviasi FWHM untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 16.3%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar -3.0%. Perbandingan lebar penumbra terhadap luas lapangan kolimasi untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 37.1%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar 12.4%. Evaluasi indeks konformitas dan indeks homogenitas pada perencanaan menunjukkan bahwa perencanaan pada daerah toraks memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan lumbal.

ABSTRACT
The main objective of this study was to know dose profile of small field radiotherapy in the spine case with SAD techniques. In addition, we evaluated and compared the dose planning of SBRT and conventional techniques to measurements with Exradin A16 and Gafchromic EBT3 film dosimeters. Evaluation of radiotherapy planning has been used using both conformity and homogeneity index for thorax and lumbal regions. The results showed that film EBT3 is highest precision and accuracy with average of standard deviation of ±1.7 and maximum discrepancy of 2.6%, respectively. In addition, the deviation of Full Wave Half Maximum (FWHM) in small field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 16.3%, while it was found around 3 % for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. The comparison between penumbra width and the collimation was around of 37.1% for the field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 37.1%, while it was found of 12.4% for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. Moreover, the HI and CI evaluation of the planning shows that planning of thorax indicating better results than lumbal regions"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Teguh Purnomo
"Evaluasi dosis radiasi yang diterima pasien dapat dilakukan menggunakan metode dosimetri in-vivo dengan melakukan pengukuran dosis masukan yang didefinisikan sebagai dosis serap pada kedalaman maksimum. Dosimeter in-vivo yang digunakan adalah TLD-100 rod, Film Gafchromic EBT2, dan dioda EDP-153G yang dikalibrasi berdasarkan protokol IAEA dan ESTRO. Hasil faktor kalibrasidetektor dioda sebesar 0.0988 cGy/ADU dan 0.0966 cGy/ADU untuk protokol IAEA dan ESTRO sedangkan Faktor kalibrasidetektor TLD memiliki rata-rata perbedaan sebesar 3.69 ± 0.04 %. Selain itu, faktor koreksi dioda EDP-153G terhadap variasi SSD, luas lapangan, dan linieritas dosis berada dalam rentang nilai 0.99-1.01 untuk protokol IAEA dan ESTRO sedangkan faktor koreksi terhadap sudut sinar datang berada dalam rentang nilai 1.028 - 1.037 dan 1.027-1.057 untuk protokol IAEA dan ESTRO. Pengukuran dosimetri in-vivo dititikberatkan pada kasus kanker paru dan prostat dengan meletakkan dosimeter in-vivo diatas permukaan kulit untuk beberapa titik pengukuran. Dosis masukan yang diperoleh bervariasi untuk setiap titik pengukuran akibat adanya perbedaan fluence. Evaluasi dosis pada organ target juga ditentukan dengan meletakkan film Gafchromic EBT2 pada slab fantom Rando Alderson. Persentase error yang diperoleh terhadap dosis yang direncanakan yakni sebesar 0.03% pada film 1 dan 2.5% pada film 2 untuk kanker paru sedangkan untuk kanker prostat sebesar 5.88% untuk film 1 dan 5.50% untuk film 2.

Evaluation of the radiation dose received by the patient could be performed with the in-vivo dosimetry by mean of the entrance dose measurement which defined as the absorbed dose to the maximum depth. TLD-100 rod, Gafchromic EBT2 film, and diode EDP-153G were used as in-vivo dosimeters and calibrated by the IAEA and ESTRO protocol. The results of calibration factor for diode EDP-153G was 0.0988 cGy/ADU and 0.0966 cGy/ADU for the IAEA and ESTRO, respectively while the differences of mean percentage was 3.69 ± 0.04 % relative to IAEA protocol for TLD. In addition, a correction factor for diode EDP-15­3Gto the variation of SSD, field size, and dose linearity were within the range of0.99-1.01 for the IAEA and ESTRO while the angular correction factor was at 1.028-1.037 and 1.027-1.057 for the IAEA and ESTRO protocol, respectively. The in-vivo dosimetry measurement was concerned in lung and prostate carcinoma by putting the in-vivo dosimeters on skin surface at some points of interest. The entrance dose measurement was varied for each point of measurement due to difference of fluence. The target dose evaluation was also determined by placing the Gafchromic EBT2 Film into slab of Rando Alderson phantom. The percentage error to the planned dose was 0.03% at the film 1 and 2.5%at the film 2 for lung carcinoma while for prostate carcinoma was 5.88% for the film 1 and 5.50% for film 2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahdi Ramadhan
"ABSTRAK
Tahapan pasien spesifik QA bertujuan untuk menjamin kualitas parameter-parameter penyinaran sesuai dengan perencanaan terapi, verifikasi dilakukan sebelum dan saat penyinaran dilakukan. Riset menunjukkan terdapat 9 dari 17 kasus tidak dapat mendeteksi kesalahan saat verifikasi pre-treatment namun terdeteksi saat verifikasi treatment. Oleh karena itu, dibutuhkan dosimetri In-vivo yang cepat dan mudah digunakan. Penelitian dilakukan menggunakan pesawat Varian Unique milik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan detektor a-Si 1000 Electronic Portal imaging Device(EPID). Dosimetri In-vivo dibuat berdasarkan informasi citra EPID yang diolah menggunakan algoritma rasio korelasi. teknik pengambilan citra adalah continuous acquisition. proses pembuatan dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap commissioning sebagai pengambilan data set karakter EPID dan tahap pengujian dosimetri, selain itu dilakukan pengecekan karakter EPID dengan variasi MU dan laju dosis. Pengujian dosimetri menggunakan fantom homogen tipe slab ketebalan 5 cm dengan variasi lapangan 5×5,10×10,15×15,dan 20×20 cm2 dan fantom inhomogen tipe Rando female. Pada teknik IMRT dilakukan pengujian pada satu kasus pasien yang dipindahkan medianya ke fantom homogen tipe slab. Analisis dilakukan pada profile sebelum kalkulasi dan setelah kalkulasi ,yaitu full width half maximum (FWHM), beam symmetry, dan beam flatness. Kedua citra juga dibandingkan menggunakan gamma indeks 3%/3mm dan 2%/2mm. Dihasilkan citra distribusi dosis dosimetri dengan passing-rate > 95% untuk kriteria 3%/3mm dan > 80% untuk kriteria 2%/2mm pada kasus fantom homogen dan 84.464 % untuk kriteria 5%/3mm pada fantom Rando female dengan kesesuaian profil FWHM, beam symmetry, dan beam flatness memiliki rata-rata deviasi ≤ 2%.

ABSTRACT
The purpose of patients specific QA stage is to ensure the quality of radiation parameters in accordance with therapeutic planning, verification is carried out pre- and during treatment. Research shows that 9 out of 17 cases cannot detect errors when verifying pretreatment but are detected verification during treatment. Therefore, fast and easy In-vivo dosimetry is needed to solve that problem. The study was using a Varian Unique Linear Accelerator (Linac) at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) with a-Si 1000 Electronic Portal Imaging (EPID). The aim of this study is to development and validation 2-D EPID In-vivo Dosimetry (IVD) based on correlation ratio algorithm. The image was taking by continuous acquisition technique. The manufacturing process is divided into two stages, namely the commissioning stage as data characteristic of EPID image and calculation stage. In addition, it also checks the EPID character of increasing MU and dose rate. The validation dosimetry was test using a 5 cm homogeneous slab phantom with variations of field are 5×5,10×10,15×15,20×20 cm2 and one cases using inhomogeneous phantom, that is female Rando phantom. The IMRT technique was tested in one of the patient cases who was transferred to a homogeneous slab phantom with the thickness is 10 cm. Analysis is carried out on the profile before calculation and after calculation, that is full width half maximum (FWHM), beam symmetry, and beam flatness, the images was also compare with gamma index 3%/3mm and 2%/2mm. The result is the doses distribution image produced by dosimetry have passing-rate > 95% for criteria 3%/3mm and > 80% for criteria 2%/2mm on homogeneous phantom cases and 84.464% for criteria 5%/3mm on female Rando phantom with profile suitability in FWHM, beam symmetry, and beam flatness parameters has an average deviation ≤ 2%."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi
"Treatment Planning System (TPS) merupakan modalitas penting yang menentukan outcome radioterapi. TPS memerlukan input beam data yang diperoleh melalui komisioning yang panjang dan berpotensi terjadi kesalahan. Kesalahan pada tahap ini mengakibatkan terjadinya kesalahan sistematis yang berimplikasi pada kesalahan dosis yang diterima target tumor. Tujuan penelitian ini adalah melakukan verifikasi dosimetri TPS untuk mengetahui rentang deviasi antara dosis hasil perhitungan TPS dengan dosis hasil pengukuran di dalam fantom inhomogen. Penelitian menggunakan obyek uji berupa fantom CIRS model 002LFC yang merepresentasikan thoraks manusia dengan mensimulasikan seluruh tahapan radioterapi berkas eksternal. Fantom dipindai menggunakan CT Scanner, membuat dan mengevaluasi 8 kasus uji yang hampir sama dengan kondisi di praktek klinik, diujikan pada empat center radioterapi. Pengukuran dosis titik menggunakan bilik ionisasi 0,6 cm3. Dosis hasil perhitungan TPS dan dosis hasil pengukuran di fantom dibandingkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar deviasi pada seluruh kasus uji di keempat center radioterapi berada di dalam rentang toleransi dengan rata-rata deviasi pada center 1, 2, 3 da 4 berturut-turut sebesar -0.17 ± 1.59 %, -1.64 ± 1.92 %, 0.34 ± 1.34 % dan 0.13 ± 1.81 %. Besarnya deviasi di luar rentang toleransi umumnya ditemukan pada kasus uji menggunakan alat pembentuk berkas, menggunakan berkas tengensial dan pada material inhomogen. Dosis hasil pengukuran pada titik nomor 10 (material ekuivalen tulang) pada umumnya cenderung lebih tinggi daripada dosis hasil perhitungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua unit TPS menunjukkan performa yang baik. Algoritma Superposisi memiliki performa kurang baik dibandingkan dengan algoritma Konvolusi maupun Analytic anisotropic algorithm (AAA) dengan rata-rata deviasi berturut-turut sebesar -1.64 ± 1.92 %, -0.17 ± 1.59 % dan -0.27 ± 1.51 %.

The Treatment Planning System (TPS) is an important modality that determines radiotheraphy outcome. TPS requires input beam data obtained through a long commissioning and potentially error occured. Error in this step may result in systematic error which have implication to inacurrate dose in tumor target. The aim of this study to verify the TPS dosimetry to know deviation range between calculated and measurement dose in inhomogen phantom. This research used CIRS phantom 002LFC representing the human thorax and simulated all external beam radiotherapy stage. Phantom was scanned using CT Scanner and planned 8 test case that were similiar to those in clinical practice situation was made, tested in four centers of radiotheraphy. Dose measurement using 0,6 cc ionization chamber. Calculated and measured dose were compared.
The results of this study showed that generally, deviation of all test case at all four centers was within agreement criteria with average deviation about -0.17 ± 1.59 %, -1.64 ± 1.92 %, 0.34 ± 1.34 % dan 0.13 ± 1.81 %. The deviation out of tolerance commonly were found on test case using beam modifier, tangential incidence beam and at inhomogen material. Generally, measured dose at point 10 (bone equivalent material) tend to be larger than the calculated dose.The conclusion of this study was all TPS involved in this riset showed good performance. The Superposition algorithm showed rather poor performance than either Analytic Anisotropic Algoritm (AAA) and Convolution algorithm with average deviation about -1.64 ± 1.92 %, -0.17 ± 1.59 % dan -0.27 ± 1.51 % respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Esterina
"Radioterapi masih menjadi pilihan utama terapi kanker baik di dunia maupun di Indonesia. Pengobatan dengan radioterapi dimulai dengan tahap perencanaan radioterapi pada Treatment Planning System (TPS). Perencanaan radioterapi ini mutlak diperlukan untuk menghidari kecelakaan radiasi berupa over dosis atau under dosis pada pasien. Tujuan dari penelitan ini adalah mengevaluasi ketidakpastian dosimetri pada Teknik 3D-CRT dan IMRT sehingga didapatkan gambaran ketepatan/akurasi dan penyimpangan dosis radiasi yang diterima pasien dengan dosis yang direncanakan di TPS. Penelitian untuk teknik 3D-CRT menggunakan phantom CIRS thorak model 002LFC dan IMRT menggunakan solid water phantom mengikuti protokol standar pengujian sesuai Tecdoc 1583 tahun 2008 dan pengujian sesuai rekomendasi AAPM Task Group 119. Pengukuran dosis dilakukan menggunakan bilik ionisasi volume aktif 0,65 cm3 pada Linac energi 6 MV pada tujuh Linac. Besarnya prosentase titik pengukuran yang berada diluar toleransi ke tujuh Linac berturut-turut adalah sebesar 6,66%, 10%, 17,39%, 10%, 26,66%, 56,66%, 30%. Beberapa Linac melebihi tolerasi karena algoritma TPS tidak mampu memodelkan dengan baik penggunaan wedge. Besarnya deviasi dosis untuk 3D-CRT yang berada diluar rentang toleransi pada umumnya terjadi pada kasus uji empat untuk titik 10, yang pada perencanaannya menggunakan berkas tangensial pada material inhomogen, kasus uji 6 yang menggunakan blok dan material inhomogen. Hasil penelitian pada teknik IMRT dilihat dari nilai confidence limit (CL) yang menggambarkan kesesuaian hasil pengukuran dosis dengan hasil perencanaan. Nilai CL untuk pengukuran dosis titik perencanaan IMRT pada daerah dosis tinggi pada Linac A sampai Linac F berturutturut adalah sebesar 3,95%, 2,83%, 6,30%, 2,33%, 5,49%, 9,27% dengan batasan yang ditetapkan TG 119 adalah 4,07%. Nilai Confidence Limit (CL) hasil pengukuran dosis titik perencanaan IMRT pada daerah dosis rendah pada Linac A sampai Linac F berturut-turut adalah sebesar 4,64%, 3,96%, 4,88%, 5,05%, 3,33%, 10,40% dengan batasan yang ditetapkan TG 119 adalah 4,05%. Hasil pengujian IMRT, Linac yang memakai algoritma AAA secara umum menghasilkan deviasi yang berada dalam rentang toleransi, sedangkan yang memakai algoritma superposisi banyak pengukuran dengan deviasi yang berada di luar rentang toleransi. Kata Kunci : 3D-CRT, IMRT, TG-119, Confidence Limit

Radiotherapy is still the main choice of cancer therapy both in the world and in Indonesia. Radiotherapi’s treatment begins with the radiotherapy planning stage in the Treatment Planning System (TPS). This planning is absolutely necessary to avoid radiation accidents in the form of over dose or under dose to the patient. The purpose of this study was to evaluate the uncertainty of dosimetry in the 3D-CRT and IMRT techniques in order to obtain an overview of the accuracy and the amount of radiation dose deviation received by the patient with the planned dose at the TPS. Research for 3D-CRT technique using phantom CIRS thorax model 002LFC and IMRT using solid water phantom following the standard testing protocol according to Tecdoc 1583 in 2008 and testing according to the recommendations of AAPM Task Group 119. The dose measurement was carried out using an active volume ionization chamber of 0.65 cm3 on Linac energy 6 MV on seven Linac.The magnitude of the deviation of the dose calculated from the TPS with the measured dose for 3D-CRT on the seven Linacs was 6,66%, 10%, 17,39%, 10%, 26,66%, 56,66%, 30%. Some Linacs exceed the tolerance because the TPS algorithm is not able to properly model the use of wedges. The magnitude of the dose deviation for 3D-CRT which is outside the tolerance range generally occurs in the four test case for point 10, which is designed to use tangential beams on inhomogeneous materials, test case 6 using inhomogeneous blocks and materials. The results of research on the IMRT technique, the value of the confidence limit (CL) which describes the suitability of the dose measurement results with the planning results, for dose measurement of IMRT planning points in the high-dose area on Linac A to Linac F respectively 3.95%, 2.83%, 6.30%, 2.33%, 5.49%, 9.27% with the limit set by TG 119 is 4.07%. The Confidence Limit (CL) measurement results of the IMRT planning point in the low dose area in Linac A to Linac F are 4.64%, 3.96%, 4.88%, 5.05%, 3.33%, respectively. 10.40% with the limit set by TG 119 is 4.05%. The result of the IMRT test, Linac using the AAA algorithm generally produces deviations that are within the tolerance range, while those using the superposition algorithm have many measurements with deviations that are outside the tolerance range. Keywords: 3D-CRT, IMRT, TG-119, Confidence Limit."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arreta Rei
"Telah dilakukan penelitian uji biodistribusi dan dosimetri Tc-99m perteknetat dalam tubuh yang bertujuan untuk mengetahui alir Tc-99m dalam metabolisme dan prediksi dosis internal dan eksternal yang diterima pasien skintigrafi kelenjar tiroid. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemindaian berulang dengan pencitraan planar AP dan PA pada lapangan leher, toraks abdomen, dan pelvis dalam suatu interval waktu hingga 90 menit setelah penyuntikan terhadap pasien skintigrafi kelenjar tiroid. Biodistribusi Tc-99m perteknetat menunjukan persentase yang tinggi pada jantung, liver, dan ginjal pada rentang 0-10 menit pertama, sedangkan pada rentang waktu 30 - 40 menit dan 60 -70 menit persentase tertinggi terjadi pada lambung.
Penghitungan dosis internal menunjukkan 7.4 x 10-1 mGy/mCi pada kandung kemih, 3.38x 10-2 mGy/mCi pada tiroid, 9.15 x 10-2 mGy/mCi pada lambung, 3.33 x 10-2 mGy/mCi pada ginjal, 3.10 x 10-2 mGy/mCi pada jantung, and 1.5 x 10-2 mGy/mCi pada hati. Untuk pengukuran dosis eksternal (Surface Dose) dengan menggunakan TLD, diperoleh laju dosis setiap menitnya untuk tiroid, lambung, dan kandung kemih berturut-turut: 3.33 x 10-3 mGy/mCi menit, 3.54 x 10-3 mGy/mCi menit, dan 3.32 x 10-3 mGy/mCi menit. Desain fantom dinamik tiroid berdasarkan pada metabolisme Tc-99m perteknetat dalam tiroid pasien sehat, memberikan hasil yang baik dalam menunjukan pengukuran konstanta laju eliminasi dan dosis internal.

The study of biodistribution and dosimetry testing for Tc-99m pertechenetate has been done to asses its flow in metabolism and predict internal and external patients dose. Thyroid scintigraph patients were periodically scanned with AP and PA planar imaging on neck, thorax abdomen, and pelvic field for several interval times up to 90 minutes after Tc-99m pertechnetate injected. Biodistribution shows the highest activity percentage in the heart, liver, and kidney at period 0 - 10 minutes, whereas in the stomach at period 30 - 40 minutes and 60 - 70 minutes.
Internal dose calculation shows 7.4 x 10-1 mGy/mCi for bladder, 3.38x 10-2 mGy/mCi for thyroid, 9.15 x 10-2 mGy/mCi for stomach, 3.33 x 10-2 mGy/mCi for kidney, 3.10 x 10-2 mGy/mCi for heart, and 1.5 x 10-2 mGy/mCi for liver. External dose with TLD measurement obtained dose rate per minute for thyroid, gastric, and baldder respectively are3.33 x 10-3 mGy/mCi min, 3.54 x 10-3 mGy/mCi min, and 3.32 x 10-3 mGy/mCi min. Dynamic thyroid phantom designing based on health patient thyroid metabolism of Tc-99m pertechnetate gave good results in performing elimination rate constant and internal dose measurement.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29617
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>