Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Inayati
"Mekanisme pembakaran pada kompor biomassa yang menyertakan pembakaran fasa padat dengan 1 blower pemasok udara masih menghasilkan CO di atas ambang batasnya, 25 ppm. Peneliti merancang kompor gas-biomassa dengan mekanisme pembakaran fasa gas saja menggunakan 2 blower pemasok udara primer dan sekunder, mengakomodasi preheating udara sekunder dan efek turbulensi. Penelitian bertujuan mendapatkan rancangan kompor biomassa dengan rasio udara terbaik sehingga dihasilkan emisi CO rendah dan warna api biru. Penelitian diawali dengan perancangan kompor lalu membakar gas pirolisis yang dihasilkan dari devolatilisasi biomassa. Kondisi terbaik kompor berdiameter dalam ruang pembakaran 15 cm dengan tinggi ruang pembakaran 58 cm adalah pada rasio aliran udara sekunder terhadap udara primer 6,29 dengan emisi CO rata-rata 14 ppm dan efisiensi termal 52,8 %.

Existing biomass stoves using combustion in solid phase with 1 blower as an air supplier produce CO well above the minimum allowable CO emission (25 ppm). In this research, combustion mechanism occurs only in gas phase, the stove uses 2 blower as primary and secondary air supplier, accommodates preheating secondary air and turbulency effect. The objective of this research was to get biomass-gas stove design with the best air ratio that produces low CO emission and blue flame. First step of this research is to design he stove and then to burn pyrolysis gas produced of biomass devolatilization. The best condition of the biomass gas stove, which has dimension 15 cm inner diameter for combustion chamber and 58 cm height of combustion chamber is that the flow ratio of secondary air to primary air is 6,29 which has average CO emission at 14 ppm and thermal efficiency at 52,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Sanjaya
"Kelemahan dari penggunaan biomassa sebagai bahan bakar kompor biomassa adalah tingginya emisi CO yang dihasilkan akibat pembakaran yang kurang sempurna yang terjadi pada biomassa tersebut. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan membuat kompor biomassa dengan metode Top Lit-Up Draft Gasifier, dapat mengurangi emisi CO sampai dibawah 20 ppm dan waktu ignisi kompor yang lebih cepat sekitar kurang dari 1 menit. Metode penelitian yang akan digunakan adalah membuat modifikasi sistem pencampuran udara dengan bahan bakar di ruang pembakaran menggunakan gas wick sehingga menghasilkan pembakaran lebih sempurna. Gas wick yang digunakan memiliki diameter masing-masing 9 cm dan 11 cm sehingga akan membentuk anulus pada ruang pembakaran dengan luas penampang anulus yang berbeda pada masing-masing gas wick tersebut, yaitu dengan luas bukaan anulus sebesar 23,78% dan 48,98%. Gas analyzer digunakan untuk mengetahui emisi CO serta metode water boiling test untuk mengetahui efisiensi termal kompor. Hasil menunjukkan dengan gas wick berdiameter 11 cm dengan rasio antara udara primer dan sekunder sebesar 1,773 menunjukkan kinerja kompor yang paling baik dengan efisiensi termal sebesar 65,734%, suhu api rata-rata yang paling tinggi sebesar 702oC, dan rata-rata emisi CO fase pembakaran sebesar 20,692 ppm.

The disadvantages of the use of biomass as fuel biomass gas stoves is the high CO emissions generated as a result of imperfect combustion that occurs in the biomass. Research that has been conducted shows that by making the biomass stove method Top Lit-Up Draft Gasifier, can reduce CO emissions to below 20 ppm and the time of ignition stove faster about less than 1 minute. To overcome these problems, modification of mixing system need to be made to make the air mixing with the fuel in the combustion chamber using gas wick resulting in more complete combustion. Gas wick that be used in this research had a diameter of 9 cm and 11 cm, respectively, so that it will form an annulus in the combustion chamber with different annulus cross-sectional area of ​​each gas wick, with the cross-sectional area of annulus are 23.78% and 48.98%, respectively. Gas analyzer is used to determine the emissions of CO and water boiling test method to determine the thermal efficiency of the stove. The results show the gas wick with diameter of 11 cm and the ratio between the primary and secondary air for 1.773, show the best stove performance with the termal efficiency of 65,734%, the average flame temperature of 702oC, and the average emission of CO on combustion phase of 20,692 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Widya Ariani
"Energi alternatif yang berkesinambungan dan terbarukan serta berpotensi menjadi bahan bakar adalah biomassa. Biomassa cangkang kakao dipilih karena ketersediannya yang melimpah di Indonesia dan memiliki nilai kalor dan volatile matter yang cukup tinggi. Pembakaran volatile matter dari biomassa akan meminimalkan emisi CO daripada metode pembakaran langsung pada fasa padatan. Kompor Top-Lit Up Draft (TLUD) Gasifier dirancang menggunakan dua buah blower masing-masing untuk udara primer untuk devolatilisasi dan udara sekunder untuk menyempurnakan pembakaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi laju kedua udara terhadap optimasi hasil pembakaran meliputi suhu api, emisi CO dan efisiensi termal. Pembakaran mendekati stoikiometrik didapatkan pada rasio 3,00 yang menghasilkan suhu api rata-rata tertinggi 543,67oC. Emisi CO terendah didapatkan pada rasio 3,0 sebesar 61,857 ppm. Efisiensi termal tertinggi pada rasio 2,0 sebesar 21,25%.
Pengaruh total udara yang semakin tinggi akan memaksimalkan pencampuran sehingga reaksi pembakaran menuju sempurna dan emisi CO yang dihasilkan rendah. Namun fluktuasi juga dapat terjadi pada laju alir udara yang besar sehingga emisi CO dapat tinggi. Pembentukan jelaga akibat kekurangan udara sekunder memperkuat radiasi dalam kompor. Efisiensi termal yang tinggi dipengaruhi besar oleh radiasi dari dalam kompor.

Another sustainable and renewable alternative energy sources for fuel is biomass. Cocoa pod husk (CPH) is one of biomass that available in Indonesia in huge quantity. CPH has high calorific value and high volatile matter content so it is potential to be fuel source. Burning of volatile matter from biomass will minimize CO emission inspite of burning the solid phase directly. The Top-Lit Up Draft Gasifier Stove was designed with two blowers that will supply primary air as devolatilization air and secondary air as combustion air.
This research is proposed to measure the optimization of stove combustion using CPH pellets under variation of air flow rate affection, including flame temperature, CO emission, and thermal efficiency. The result is, the near-stoichiometric combustion is reached at ratio 3.00 which resulted highest mean flame temperature at 543.67 oC. The lowest CO emission is obtained at ratio 3.0 as 61.86 ppm. The highest thermal efficiency is obtained through ratio 2,0 at 21.25%.
Effect of increasing the total air flow rate will maximize the mixing of air so that combustion goes to complete and CO emission will be lower. Beside that, fluctuation also can exists in higher air flow rate so CO emission will be higher. The formation of soot that is caused by leak of secondary air will strengthen the radiation inside the stove. The higher thermal efficiency is affected by radiation inside the stove.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Inayati
"Hubungan antara geometri kompor dengan performa yang dimiliki harus dilakukan untuk mengetahui kesempurnaan dari reaksi pembakaran. Peneliti terdahulu telah melakukan simulasi pada kompor biomassa dengan udara primer dan sekunder diatur dengan menggunakan 1 penyuplai udara. Pada penenilitian ini, dimodelkan ruang pembakaran kompor gas-biomassa berprinsip upside downdraft gasification dengan bahan bakar berupa gas hasil pirolisis dari biopellet kayu karet dengan udara primer dan sekunder yang independent satu sama lain.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil kecepatan, konsentrasi CO2 sebagai produk pembakaran, dan temperatur ruang pembakaran pada kecepatan udara primer konstan. Semakin besar kecepatan udara sekunder maka kecepatan pada bagian atas ruang pembakaran semakin besar, semakin banyak CO2 sebagai produk reaksi pembakaran yang terbentuk, dan semakin rendah temperatur ruang pembakaran.

Analyzing relation between geometric of stove and its performance has to be done in order to get to know combustion reaction inside of the stove. The latest research done in simulation of biomass stove whose air supply for primary and secondary air is only one. Combustion chamber of upside downdraft gasification biomass gas-stove is used as geometric of this simulation. This stove has primary and secondary air which is not dependent on each other. Pyrolysis gas from biopellet of rubber wowd used as fuel.
Objective of this simulation is to analyze the behaviour of fluid in combustion and get the velocity, concentration, and temperature profil in constant primary air velocity. Velocity at the outlet boundary of combustion chamber is getting more as secondary air increased also the more reaction happened though it decreasing temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Febry Rizqiardihatno
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Biomassa dapat dijadikan bahan bakar yang antara lain: kayu, arang, kotoran hewan, dan limbah pertanian. Untuk kebutuhan domestik di Indonesia, pemakaiannya lebih sebagai bahan bakar kompor masak dengan kayu yang dibakar langsung. Permasalahan yang sering timbul yaitu efisiensi termal yang rendah sehingga menghabiskan banyak bahan bakar yang dapat memperparah deforestasi, tingginya tingkat emisi CO, hidrokarbon, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Penelitian ini dilaksanakan untuk merancang, membuat, dan menguji suatu kompor biomassa berbasis bahan bakar serbuk kayu yang dipeletasi, dengan menitikberatkan pada pengambilan kembali panas yang terbuang pada cerobong asap agar menghasilkan efisiensi termal yang cukup tinggi dan emisi zat berbahaya yang rendah. Dengan tahap penelitian yang diawali perancangan, meliputi perhitungan dan desain dimensi kompor. Tahap fabrikasi, membuat kompor dengan bahan, komponen, dan ukuran sesuai rancangan.
Tahap pengujian, memvariasikan kondisi start-up, jarak garangan dan laju masuk udara untuk menguji efisiensi termal menggunakan metode Water Boiling Test, lalu melakukan uji emisi CO dengan parameter zat polutan menggunakan alat CO Detector 7701. Hasil yang didapatkan dari desain adalah kompor berdiameter dalam 300 mm dan luar 400 mm serta tinggi keseluruhan kompor 700 mm. Untuk sistem perpipaan menggunakan pipa 1.5 inci dan pipa 3 inci. Untuk kinerja kompor, efisiensi termal kompor antara 33-38 % dan emisi CO sebanyak 19-51 ppm yang lebih baik dibandingkan kompor biomassa yang sudah ada.

Biomass is one of Renewable Energy resources. Kinds of biomass which can be used as a fuel are: wood, char, dung and agricultural waste. For Indonesian domestic needs, biomass usually used as a cook stove fuel by burning the wood directly but, the thermal efficiency for direct use process is low and emission of carbon monoxide, hydrocarbon, and particulate matters is high. This research's goal are designing, fabricating and testing a pellet biomass cookstove which focus on extracting flue gas heat from exhaust chimney for giving high thermal efficiency and depositioning dangerous emission.
Step of this research start from designing step, covering calculation and designing stove dimension. Fabrication step is making the stove with material, component and dimension appropriate with the design. Testing step is varying start up condition, distance of grate, and air flow velocity to observe the influence of those parameters to thermal efficiency and CO emission.
Thermal efficiency testing was done using Water Boiling Test method and CO Detector 7701 device for CO emission testing. The results of designing step are ID = 300 mm, OD = 400 mm and total height = 700 mm. For piping system, using 1.5 inch (37.5 mm) pipe as an air inlet pipe and 3 inch (75 mm) pipe as an outlet flue gas pipe. Thermal efficiency of this cookstove is approximately 33-38% with 19-51 ppm CO emission, which better than existing biomass cookstove."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Wahyu Prasetyo
"Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta berdasarkan potensi sampah organik Pasar Induk Kramat Jati dan dari aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, dengan potensi sampah organik di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 40.763 ton/tahun, dapat dihasilkan potensi biogas sebesar 5.656.040 m3/tahun, dan potensi gas biometan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta sebesar 2.381.680 m3/tahun, dengan potensi pengurangan emisi karbon sebesar 2.927,89 tCO2/tahun. Sedangkan berdasakan analisis kelayakan keuangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 6.313.952.701,-, Payback period sebesar 7,49 tahun, dan nilai IRR sebesar 13,02%, maka dapat dikatakan pemanfaatan gas biometan sebagai bahan bakar Bis Transjakarta layak untuk dilaksanakan.

This research aimed to analyze the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel based on the organic waste potential at Pasar Induk Kramat Jati, its environment and the economy aspects. The findings demonstrate that, from 40,763 tons/year organic waste at Pasar Induk Kramat Jati, one can generate 5,656,040 m3/year biogas potential, and 2,381,680 m3/year biomethane gas that can be used as transjakarta bus fuel, with carbon emission reduction of 2.927,89 tCO2 per year. While from financial feasibility analysis, it results NPV as much as Rp. 6.313.952.701,-,with 7,49 year payback period and 13,02% IRR. It can be concluded that the use of biomethane gas as transjakarta bus fuel is highly feasible to implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T40897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Rahayu
"Pencampuran biomassa dengan batubara dewasa ini dianggap menjadi solusi bagi lamanya waktu penyalaan batubara dan besarnya emisi CO yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari pencampuran batubara dan biomassa tandan kosong kelapa sawit pada pembakaran di dalam kompor dilihat dari waktu penyalaan briket pemasakan, emisi CO yang dihasilkan, dan efisiensi termal pembakaran. Komposisi biomassa divariasikan pada 50%, 75%, dan 100% biomassa serta kecepatan superfisial 0,29 m/s, 0,42 m/s, dan 0,54 m/s.
Hasil penelitian menunjukkan baik waktu penyalaan maupun emisi CO dipengaruhi oleh komposisi biobriket dan kecepatan forced. Waktu penyalaan tersingkat dialami oleh pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa pada kecepatan 0,42 m/s (0,5 menit). Sedangkan, emisi CO terendah didapat dari pembakaran biobriket dengan komposisi 100% biomassa dengan kecepatan 0,54 m/s (rata-rata 312,81 ppm). Serta efisiensi termal tertinggi dicapai oleh pembakaran biobriket pada komposisi 50% biomassa, (1,27%). Perhitungan entalpi pembakaran membuktikan bahwa pembakaran biobriket di semua komposisi pada kecepatan superfisial 0,54 m/s terjadi pembakaran yang lebih sempurna sehingga menghasilkan emisi CO terendah dan entalpi pembakaran tertinggi.

Nowadays, mixture of biomass and coal has been considered to solve the problem of long ignition delay and high CO emissions in coal combustion. This research aims to study combustion performance in mixture of empty palm bunches and coal concerning of its ignition delay, CO emissions, and thermal efficiency. The content of biomass in biobriquettes was varied at 50%; 75%; and 100% biomass content; and superficial air velocity at 0.29 m/s; 0.42 m/s; and 0.54 m/s.
The result showed that both ignition delay and CO emissions were influenced by biomass composition and superficial air velocity. The shortest ignition delay occured at combustion involving biobriquettes 100% biomass content with superficial air velocity at 0.42 m/s (0.5 minutes). The lowest CO emissions was obtained by burning biobriquettes 100% biomass content with 0.54 m/s superfisial air velocity (average 312.81 ppm). The highest thermal efficiency was reached by burning of biobriquettes with 50% biomass content (1.27%). Combustion enthalpy calculation showed that compared to those at low air velocity 0.54 m/s had higher enthalpy and produced lowest CO emission at all combustion runs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizali Nurcahya Nararya
"Kebutuhan energi di dunia semakin meningkat. Hal ini mendorong terbentuknya penelitian berbasisi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) salah seperti biomassa dan salah satunya adalah biohidrogen. Unit penting dalam proses pembuatan biohidrogen adalah gasifier dan char combustor. Gasifier adalah unit reaksi pembentukan biohidrogen. Untuk mengoptimasi kinerja unit proses awal pabrik bioidrogen dari biomassa ini maka akan dipasangkan sistem pengendalian dengan metode MPC. Pengendali MPC bergantung pada model empirik FOPDT yang diperoleh dengan melakukan identifikasi sistem.
Pemodelan empirik melalui PRC menghasilkan pengendali MPC yang tidak lebih baik dari pengendali PI. Setelah dilakukan MPC tuning dan reidentifikasi, kinerja MPC menjadi lebih baik dibandingkan PI. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai IAE yang kecil. Untuk IAE pada pengendalia suhu gasifier nilaie IAE nya 184,47 dengan kenaikan performa pengendalia 100% disbanding PI, untuk char combustor IAEnya sebesar 61,12 dengan kenaikan performa pengendali sebesar 78,9% dan pada unit cooler IAEnya menjadi 12,76 dengan kenaikan kinerja pengendali 81,11%. Hal tersebut menjadikan kinerja pengendali meningkat 70% hingga 80% dan ketigaya dapat bekerja dengan baik pada proses menyeluruh.

Need of energy source increasing each year. It lead researcher to find another source of newable and renewabale energy such biomass energy based as an example biohydrogen. The important proses unit in biohydrogen plant is gasifier and char combustor. Gasifer is reactor that produce biohydrogen from biomethane. To optimize plant performance, plant will utilize with proses control equipment with MPC method. MPC controller depend on empirical model from system identification.
Result of empirical modeling with PRC method is MPC model that has not better performance than PI method controller. But, after MPC tuning and reidentification of empirical model, the MPC controller have better performance than PI method. It proven by smaller IAE number. In gasifier IAe humber is 184.47%, it has 100% increases of performances char combustor temperature control the IAE number is 61,12%, it performance is increase in 78%. IAE number in cooler is 12,67 it performance is increase 81,18% . It make proses control performance increase for 70% up to 80%. Proses Control work very well in overall process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Agunganugrah
"Meningkatnya populasi penduduk yang berakibat pada peningkatan kebutuhan energi, terbatasnya cadangan energi, sampai dengan efek negatif dari bahan bakar fosil adalah alasan terciptanya energi alternatif berbahan baku mikroalga Nannochloropsis sp.. Optimasi sintesis biodiesel ini, salah satunya dipengaruhi oleh katalis yang digunakan. Penggunaan katalis yang tepat dapat menghasilkan hasil FAME pembentuk biodiesel yang optimal. Proses sintesis mikroalga Nannochloropsis sp. ini dimulai dari kultivasi selama ± 216 jam yang kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi dengan pelarut n-heksana.
Hasil ekstrak ini kemudian disintesis dengan proses transesterifikasi dengan bantuan katalis yang berbeda yaitu KOH dan NaOH dengan variasi penambahan berat sebesar 0,5 %; 1 %; dan 1,5 % berat. Produk yang dihasilkan kemudian dipisahkan untuk mendapatkan fase metil esternya yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian. Selanjutnya produk biodiesel diuji komponennya dengan menggunakan alat instrumentasi gas kromatografi dengan metode pengujian EN 14103. Dari pengujian ini, didapatkan hasil bahwa dengan katalis KOH dengan penambahan berat sebesar 1% memberikan persen FAME pembentuk biodiesel sebesar 98,8%.

The increasing population resulting in increased energy demand, limited energy reserves, until the negative effects of fossil fuels are the reasons for the creation of alternative energy made from microalgae Nannochloropsis sp .. One of optimization of the biodiesel synthesis, is influenced by the catalyst used. Proper use of catalysts can produce biodiesel FAME optimal shaper. Synthesis process microalgae Nannochloropsis sp. For the beginning is needed cultivation for ± 216 hours which is then extracted by percolation method with n-hexane solvent.
This extract was then synthesized by transesterification process with different catalysts, namely KOH and NaOH with the addition of weight variation of 0.5%, 1% and 1.5% weight. The resulting product is then separated to obtain methyl esters phase followed by a purification process. Further products are tested biodiesel components using gas chromatography instrumentation tools with the test method EN 14103. From this test, showed that by the addition of KOH catalyst weight percent of 1% gives FAME biodiesel forming 98.8%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>